Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1) LATAR BELAKANG
1.1. Mixed–Use Building
Mixed–Use Building merupakan bangunan multifungsi dimana dalam
suatu area atau site terdapat bangunan yang memiliki fungsi lebih dari satu
(fungsi hotel, fungsi apartemen, fungsi perbelanjaan, tempat wisata). Setiap
Manusia memiliki kebutuhan hidup seperti kebutuhan primer (sandang, pangan,
papan) dan kebutuhan sekunder (berbelanja, rekreasi). Namun seiring juga
dengan perkembangan jaman, ruang untuk mewadahi kebutuhan hidup tersebut
semakin berkurang terutama di wilayah perkotaan. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut maka perlu adanya ruang untuk mewadahi beberapa fungsi sekaligus
dalam satu bangunan.
Perancangan mixed-use building bertujuan untuk menyediakan ruang
yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia serta memberi
kenyamanan bagi pengguna. Bangunan multifungsi atau mixed-use building
mengacu pada kombinasi beberapa fungsi yang berbeda dalam satu bangunan,
misalnya fungsi apartemen dan mall, fungsi apartemen dan rental office, fungsi
mall dan hotel yang dibangun dalam satu tapak.

1.2. Mall
Mall Adalah sebagai suatu kelompok perbelanjaan (pertokoan) yang
dikelola oleh suatu manajemen pusat yang menyewakan unit-unit kepada
pedagang dan mengenai hal-hal tertentu pengawasan nya dilakukan oleh manajer
yang sepenuhnya bertanggungjawab kepada pusat perbelanjaan tersebut.
(nadine bednington 1982)
Menurut wikipedia Mal adalah jenis dari pusat perbelanjaan yang secara
arsitektur berupa bangunan tertutup dengan suhu yang diatur dan memiliki jalur
untuk berjalan jalan yang teratur sehingga berada diantara antar toko-toko kecil
yang saling berhadapan. karena bentuk arsitektur bangunannya yang melebar
(luas), umumnya sebuah mal memiliki tinggi tiga lantai.
Mall juga dapat diartikan sebagai kompleks pertokoan yang dikunjungi
untuk membeli atau melihat dan membandingkan barang-barang dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi sosial masyarakat sertamemberikan kenyamanan
dan keamanan berbelanja bagi pengunjung.
Arti lain tentang mall Adalah merupakan pusat perbelanjaan yang
berintikan satu atau beberapa departement store besar sebagai daya tarik dari
retail-retail kecil dan rumah makan dengan tipologi bangunan seperti toko yang
menghadap ke koridor utama mall atau pedestrian yang merupakan unsur utama
dari sebuah pusat perbelanjaan (mall), dengan fungsi sebagai sirkulasi dan
sebagai ruang komunal bagi terselenggaranya interaksi antar pengunjung dan
pedagang.
menurut rubinstein mall adalah merupakan penggambaran dari kota yang
terbentuk oleh elemen-elemen :
a) Anchor (magnet) yang merupakan transformasi dari nodes dapat pula
berfungsi sebagai landmark
b) Secondary Anchor (magnet sekunder) yang merupakan transformasi dari
district, perwujudannya berupa retail store, supermaket, superstore dan
bioskop
c) Street mall yang merupakan transformasi dari edges, sebagai pembatas pusat
pertokoan ditempat-tempat luar.
Selain sebagai pusat perbelanjaan mall disebut juga sebagai tempat
rekreasi sebab terdapat fasilitas kenyamanan seperti restoran, arena bowling,
kebun binatang mini, pusat pameran, club kebugaran, kasino, iceskating rinks,
pusat olah raga, kolam renang, bioskop dan tempat bermain anak. dalam
menentukan strategi untuk menarik pengunjung maka mall dapat menerapkan
tema indoor dan outdoormall, tema alam yang berkonsep taman, berkonsep
tematik dan juga mall berkonsep hotel atau apartment.

1.3. Apartement
Beberapa definisi dari kata ‘apartemen’ adalah sebagai berikut:
1. Tempat tinggal suatu bangunan bertingkat yang lengkap dengan ruang
duduk,kamar tidur, dapur, ruang makan, jamban, dan kamar mandi yang
terletak padasatu lantai, bangunan bertingkat yang terbagi atas beberapa
tempat tinggal.(Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1994, p: 69)
2. Bangunan hunian yang dipisahkan secara horisontal dan vertikal agar
tersediahunian yang berdiri sendiri dan mencakup bangunan bertingkat
rendah atau bangunan tinggi, dilengkapi berbagai fasilitas yang sesuai
dengan standar yangditentukan. (Ernst Neufert, 1980, p: 86)
3. Sebuah unit tempat tinggal yang terdiri dari Kamar Tidur, Kamar Mandi,
RuangTamu, Dapur, Ruang Santai yang berada pada satu lantai bangunan
vertikal yangterbagi dalam beberapa unit tempat tinggal. (Joseph De Chiara
& John Hancock,1968)

Jadi secara umum apartemen dapat didefinisikan sebagai bangunan


bertingkat yangmemiliki unit-unit hunian yang di mana setiap unit terdapat ruang
yang dapat menampungaktifitas sehari-hari, dan antar penghuni saling berbagi
fasilitas yang disediakan secara bersama-sama.

1.4. Kota Bengkulu


Kota bengkulu terletak di pulau sumatra negara indonesia. Yang mana di
kota bengkulu mepunyai budaya yang banyak dan sejarah-sejarah yang luar
biassa. Karena oleh hal itu kota bengkulu telah mempunyai bagian-bahian
kawasan nya seperti kawasan niaga, kawasan sejarah maupun pendidikan.

2) Konteks Mitigasi Bencana


Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Mitigasi didefinisikan
sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana, Mitigasi
adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (UU No 24 Tahun 2007, Bab I Ketentuan Umum,
Pasal 1 angka 9) (PP No 21 Tahun 2008, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka
6).
Mitigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c dilakukan untuk
mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan
bencana (UU No 24 Tahun 2007 Pasal 47 ayat (1))
Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c
dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana
terhadap masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana (PP No 21 Tahun
2008 Pasal 20 ayat (1)) baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun
gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat. Dalam konteks
bencana, dekenal dua macam yaitu (1) bencana alam yang merupakan
serangkaian peristiwa bencana yang disebabkan oleh faktor alam, yaitu berupa
gempa, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan tanah longsor,
dll. (2) bencana sosial merupakan suatu bencana yang diakibatkan oleh manusia,
seperti konflik social, penyakit masyarakat dan teror. Mitigasi bencana
merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak utama
dari manajemen bencana. Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu:
a) Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis
bencana.
b) Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat
dalam menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana.
c) Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui
cara penyelamatan diri jika bencana timbul, dan
d) Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi
ancaman bencana.

Mitigasi dibagi menjadi dua macam, yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non
struktural

a) Mitigasi Struktural

Mitigasi strukural merupakan upaya untuk meminimalkan


bencana yang dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik
dan menggunakan pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus
untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi,
bangunan yang bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning
System yang digunakan untuk memprediksi terjadinya gelombang
tsunami. Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan
(vulnerability) terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis bangunan
tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah bangunan dengan
struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan tersebut
mampu bertahan atau mengalami kerusakan yang tidak membahayakan
apabila bencana yang bersangkutan terjadi. Rekayasa teknis adalah
prosedur perancangan struktur bangunan yang telah memperhitungkan
karakteristik aksi dari bencana.

b) Mitigasi Non-Struktural

Mitigasi non–struktural adalah upaya mengurangi dampak


bencana selain dari upaya tersebut diatas. Bisa dalam lingkup upaya
pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan. Undang-
Undang Penanggulangan Bencana (UU PB) adalah upaya non-struktural
di bidang kebijakan dari mitigasi ini. Contoh lainnya adalah pembuatan
tata ruang kota, capacity building masyarakat, bahkan sampai
menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna bagi penguatan
kapasitas masyarakat, juga bagian dari mitigasi ini. Ini semua dilakukan
untuk, oleh dan di masyarakat yang hidup di sekitar daerah rawan
bencana.
BAB II

TEORI DAN PRESEDEN

1. Next Level / Brigitte Weber Architects

Mixed Use Architecture • Ankara, Turki

 Arsitek Utama: Brigitte Weber


 Klien: Pasifik Gayrimenkul Yatirim İnşaat A.Ş.
 Insinyur Struktur: Teknik Kinaci
 Insinyur Listrik: Hb Teknis
 Insinyur Mekanik: Teknik Okutan
 Desain Pencahayaan: Desain Pencahayaan Studio
 Akustik: Işin Mezzo Studio
 Desain Lansekap: Arsitek Ds
 Konsultan Pemadam Kebakaran: Kazim Beceren
 Perumahan / Kantor: Servotel / Mfi
 Konsultan Mal Perbelanjaan: Parners
Sumbu Jalan Eskişehir-Konya Mengubah Daerah Ankara Ini Menjadi Bagian
Kota Yang Paling Berkembang Dan Paling Berharga Di Kota Ini. Titik Persimpangan
Utara-Selatan & Barat-Timur Pada Arteri Transportasi Utama Ini Pada Saat Yang
Sama Telah Berkembang Menjadi Ruang Kota Di Mana Tidak Hanya Dunia Bisnis
Dan Kehidupan Sosial Bertemu Di Pusat Ini, Tetapi Juga Menarik Orang-Orang
Sebagai Daerah Perumahan Baru Dan Trendi. . Next Level Telah Dirancang Sebagai
Proyek Properti Campuran Pertama Di Ibukota Turki Dan Terdiri Dari Kantor,
Tempat Tinggal, Dan Pusat Perbelanjaan. Desain Next Level Terinspirasi Oleh
Lokasi Yang Strategis Dan Mencerminkan Perkembangan Wilayah Yang Aktif Dan
Kehidupan Aktif Dalam Tata Ruang Umum Dan Fasad Bangunannya.

Dengan Desain Arsitektur Kontemporer Dan Inovatifnya, Next Level Akan


Berkontribusi Pada Modernisme Ankara Dan Menyegarkan Kehidupan Perkotaan
Kota. Melalui Struktur Ikonik Dan Bentuknya Yang Mengesankan Sebagai Massa
Monolitik, Office Tower Mencerminkan Potensi Ekonomi Next Level Dan Terletak
Dengan 30 Lantai Di Atas Shopping Mall. Salah Satu Fitur Paling Khas Dari Next
Level Office Tower Adalah Bagian Area Umum Yang Dirancang Secara Kreatif Di
Semua Lantai Yang Mengakomodasi Kenyamanan Sehari-Hari. Suites Yang
Dirancang Di Semua Lantai Menciptakan Ruang Tunggu Yang Terbuka Untuk
Penggunaan Umum Dan Memberikan Solusi Untuk Kebutuhan Sehari-Hari. Fitur Ini
Juga Memberikan Ruang Kerja Ekstra Untuk Pemilik Kantor.

Menara Residence, Di Sisi Lain, Mencerminkan Elemen Manusia Dalam


Desainnya Melalui Fasad Kaca Yang Dirancang Dengan Cermat Dan 20 Lantai Yang
Membedakan Ruang Hidup Individu. Berkat Ketinggian Langit-Langit 4 Meter, Panel
Kaca Dari Lantai Ke Langit-Langit Dan Teras Yang Berbeda, Ruang Ini
Memungkinkan Penghuninya Mendapatkan Manfaat Penuh Dari Cahaya
Matahari. Area Lounge Residence Tower Juga Menawarkan Fasilitas Rekreasi Seperti
Kafe / Bar, Perpustakaan, Dan Teras. Kedua Menara Ini, Dirancang Sebagai Tempat
Atraksi Sosial Yang Terlindung Dari Dunia Sekitarnya, Terletak Di Atas Podium
Dengan Konsep Udara Terbuka Yang Menarik. Shopping Mall Yang Terdiri Dari 150
Toko Terletak Di Bagian Kompleks Ini, Yang Juga Berfungsi Sebagai Taman Umum.
Area Ini Juga Memiliki Bioskop Seluas 2.500 Meter Persegi Dan Selaras
Dengan Kolam Hias Transparan Dan Area Hijau Yang Dipisahkan Oleh Jalan
Setapak. Kolam Hias Transparan Yang Menjadi Jantung Next Level Menawarkan
Suasana Tenang Bagi Pengunjung Dengan Menerangi Pusat Perbelanjaan Dengan
Pantulan Cahaya Siang Yang Dibiaskan Melalui Air. Kehidupan Umum Dan Pribadi,
Tertutup Dalam Area Lanskap 7.500 Meter Persegi, Bersama-Sama Berubah Menjadi
Zona Perkotaan Yang Menawarkan Peluang Budaya, Hiburan, Komersial, Dan
Sosialisasi. Next Level Secara Arsitektural Membedakan Dirinya Dari Proyek Lain
Dengan Semua Fitur Unik Yang Akan Menambah Dinamisme Dan Kebaruan Dalam
Kehidupan Sosial Ankara

2. P2 Urban Hybrid | Library / LAAC

MIXED USE ARCHITECTURE, LIBRARY, RESIDENTIAL •


INNSBRUCK, AUSTRIA
 Arsitek: LAAC
 Luas: 30500,0 m²
 Tahun: 2018
 Foto-foto: Marc Lins Photography
 Pabrikan: ARDEX, Arper, Carpet
Concept, HAY, Hussl, Lapalma, PREFA, Pedrali, Schüco, Wiesner-
Hager, Zumtobel, RAICO, Kvadrat
 Perencanaan Eksekusi / Fisika Bangunan / Rekayasa Struktural: Desain &
Rekayasa PORR
 Mep Dan Teknik Listrik: A3 jp & A3 et
 Fisika Bangunan: Fiby zt-GmbH
 Perencanaan Fasad: rekayasa desain logam - mde / Hans Landmann
 Perlindungan Kebakaran: Ingenieurbüro Huber
 Rekayasa Geoteknik: GUB Grund & Boden Geotechnik
 Klien: PEMA Group

P2 - Hibrid Perkotaan | Perpustakaan


Project P2 menggabungkan perpustakaan kota, ruang publik dengan restoran dan
akomodasi tempat tinggal dalam kompleks bangunan multi-segi. Sebagai organisasi
spasial dari hubungan perkotaan, ia mengelola kepentingan publik dan
pribadi. Multiplisitas menjadi kesatuan yang berbeda dan kompleks
Pembangunan Perpustakaan Kota baru dalam basis P2 memberikan makna ekstra
bagi lembaga publik yang penting sambil menciptakan koneksi dengan distrik-distrik
kota tetangga dalam bentuk gabungan perkotaan yang menarik. Konsep
Perpustakaan Kota baru Innsbruck melihat ini sebagai ruang publik serta tempat
belajar dan berkumpul.

Perpustakaan Kota menawarkan semua pengguna akses ke informasi, pendidikan,


dan budaya kota. Dengan berbagai kegunaan termasuk area belajar dan membaca,
perpustakaan anak-anak, kafe membaca, ruang acara, galeri kota dan ruang untuk
model kota perpustakaan meningkatkan peran dasarnya, menjadi tempat, yang
keduanya sangat integratif dan sangat sosial

Konteks dan Strategi


Di Innsbruck , seperti halnya di banyak kota di Eropa yang dengan antusias
merangkul gedung-gedung tinggi pada tahun enam puluhan dan tujuh puluhan,
perdebatan tentang efisiensi penggunaan tanah bangunan telah mereda. Konsekuensi
dari intervensi seperti itu dalam konteks perkotaan hanya tampak terlalu serius dan
kualitas dan peluang yang ditawarkan oleh tipologi bertingkat tinggi tidak diuji
secara memadai. Namun penyelidikan semacam itu tentang gagasan vertikalitas
tampaknya sangat diperlukan di Innsbruck , sebuah kota yang sumber dayanya
terbatas karena lokasinya di sebuah lembah

Pertanyaan yang muncul adalah apakah, dan bagaimana, tipologi bertingkat tinggi
ini dapat membantu kota untuk mencapai tujuan pembangunan spasial dan
fungsionalnya. "Studi Menara Innsbruck", mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini
dan menguraikan tipologi bertingkat tinggi dalam bentuk "Urbanissima". Desain P2
merespons ide ini dengan menggabungkan berbagai fungsi di dalam bangunan yang
secara arsitektur sadar namun dibatasi ruang. Ini terdiri dari tiga volume berbeda:
sebuah pangkalan yang berisi ruang-ruang Perpustakaan Kota baru, sebuah menara
tempat tinggal dan ruang publik setingkat dengan atap-atap kota yang menawarkan
ruang tambahan untuk restoran.
Bahan dan Struktur
Proyek P2 bertingkat tinggi dibangun dalam konstruksi kerangka beton
bertulang. Penentuan proyek adalah sekitar langsung ke jalur kereta api dan ruang
konstruksi yang sangat terbatas di mana bangunan membangun kembali seluruh
properti. Fasad faceted menara melarutkan struktur proyektil dengan elemen-elemen
yang buram dan transparan, menciptakan efek keseluruhan yang monolitik.

Semua elemen jendela dibingkai dalam aluminium. Fasad struktur dasar dirancang
sebagai sistem mullion-transom. Fasad logam terbuat dari panel komposit
aluminium. Desain fasad membutuhkan proses optimasi yang komprehensif untuk
menyatukan tuntutan yang berbeda dari kualitas spasial, persyaratan desain, musim
panas yang berlebihan, optimalisasi ruang penyimpanan dan biaya.
Karena kedekatannya dengan perlindungan akustik tinggi kereta api dengan
kaca tebal yang sesuai, struktur diperlukan. Panel melengkung dikurangi dengan
proses geometris ke minimum.

3. Poly Greenland Plaza / gmp


ARSITEKTUR PENGGUNAAN CAMPURAN , GEDUNG
KANTOR•SHANGHAI, CINA

 Arsitek: gmp
 Luas: 177000.0 m²
 Tahun: 2019
 Foto-foto: Jianghe Zeng , HG Esch
 Pimpinan Kompetisi: Yanli Hao, Martin Friedrich
 Tim Desain Kompetisi: Di Miao-Weichtmann, Sebastian Schmidt, Tan Ling,
Mengtong Zhao, Tong Jin, Christina Patt
 Pemimpin Desain Rinci: Yajin Sun
 Tim Desain Rinci: Jingcheng Chen, Martin Friedrich, Saeed Granfar,
Xiaoshu He, Xi Li, Jinrui Liu, Yide Liu, Katharina Schneider, Ling Tan,
Xiaoliang Yu
 Manajemen Proyek: Lei Cai, Mo Song, Lin Wang, Zhan Jin
 Gfa Bawah Tanah: 97.000 m²
 Perusahaan Mitra Di Cina: Tongji Architecture Design (group) Co, Ltd,
Zhongxin Architecture Design & Research Insititute Ltd
 Arsitektur Lansekap: WES
 Klien: Shanghai Shengguan Real Estate Development Co, Ltd.
SEDIKIT

. Kompleks kantor Poly Greenland Plaza, dibangun dengan desain oleh arsitek von
Gerkan, Marg and Partners (gmp), telah dipilih untuk Penghargaan Keunggulan
CTBUH Awards 2020 dalam kategori Habitat Perkotaan - Distrik / Rencana Induk
Perkotaan, yang memenuhi syarat untuk itu sebagai finalis dalam Kategori
Keseluruhan. Ensembel menara perkantoran dan bangunan komersial membentuk
alamat unik di lingkungan kota. Urutan plaza yang murah hati dan arena
perbelanjaan terbuka menciptakan kualitas perkotaan yang beragam yang
menghubungkan kompleks dengan lingkungannya.

Di Distrik Yangpu, dekat dengan pusat kota, kantor baru dan kawasan komersial
telah dibuat di lingkungan langsung Pusat Siemens Shanghai (gmp,
2011). Kompleks kantor Poly Greenland Plaza, yang dikembangkan bersama-sama
dengan area perumahan, terdiri dari sekitar 177.000 meter persegi fasilitas kantor
dan perbelanjaan berkualitas tinggi di atas tanah, dengan perkiraan
tambahan. 97.000 meter persegi luas lantai kotor di tiga lantai bawah tanah.
Komposisi lima menara perkantoran dan bangunan komersial yang lebih rendah di
sepanjang Jalan Changyang yang sibuk menciptakan kawasan mandiri di
lingkungan perkotaan yang sangat heterogen.

Fasad menara, dengan variasi vertikal, memberikan penampilan yang seragam pada
ansambel yang menonjol di lanskap kota. Desain bangunan menemukan jalan
tengah antara berbagai skala dan fungsi bangunan tetangga: menara perkantoran
setinggi 50 hingga 100 meter mencerminkan tingginya pembangunan perumahan di
sebelah tenggara, sedangkan bangunan komersial yang lebih rendah di sepanjang
jalan beresonansi dengan kompleks industri yang lebih tua di sebelah utara Jalan
Changyang.
Menjelang jalan, pembangunan menetapkan batas kota yang jelas tanpa menutup
diri. Alih-alih, tepiannya menyediakan banyak titik akses: plaza yang luas terbuka
ke perempat dan mengundang pejalan kaki untuk memasuki interior
lanskap. Halaman dan jembatan cekung digunakan untuk menghubungkan
bangunan yang berbeda satu sama lain. Ini menciptakan arena perbelanjaan terbuka
dengan banyak gerai ritel di berbagai tingkatan.

Pengaturan aliran volume bangunan pentagonal membulat menciptakan urutan


beragam area cerah dan teduh di tingkat jalan. Jembatan mengarah ke toko-toko di
lantai dua, sedangkan halaman cekung menyediakan akses ke gerai ritel di lantai
bawah tanah dengan akses mudah ke jaringan kereta bawah tanah barat.
mplop bangunan terdiri dari fasad dinding tirai dengan aluminium berlapis untuk
bagian padat antara kaca isolasi rendah refleksi, desain yang memastikan
konservasi energi yang baik. Kaca melengkung di sudut-sudut bangunan
menambah karakter ansambel; ventilasi alami dicapai melalui pembukaan selubung
di belakang panel fasad dekoratif dengan slot ventilasi di samping.

Penerangan malam hari pada fasad bertingkat tinggi menekankan vertikalitas


menara kantor. Pencahayaan tidak langsung dan telah terintegrasi di setiap
sambungan vertikal antara elemen fasad dan profil fasad horizontal yang
menyediakan struktur vertikal visual pada fasad pada ketinggian yang
berbeda. Fasad bangunan komersial yang lebih rendah ditekankan oleh
pencahayaan linier horizontal pada setiap lantai.
BAB III

METODE PERANCANGAN

1. Metode Pembahasan

a. Observasi Pengamatan secara langsung dilapangan.

b. Studi literatur Menggunakan jurnal dan buku yang ada dan berkaitan
sebagai bahan tinjauan dan standar acuan.
c. Studi komparasi Perbandingan yang dilakukan dengan bangunan terrkait.

2. Metode perancangan

Metode perancangan adalah suatu cara atau tahapan yang dilakukan


dalam sebuah proses perancangan, metode ini dibutuhkan untuk memudahkan
perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang dilakukan oleh
seseorang berbeda-beda berdasarkan kebutuhannya, dalam perancangan
Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik ini menggunakan metode
deskriptif analisis, pengertian deskriptif analisis adalah suatu metode yang
merupakan paparan atau deskripsi atas fenomena yang terjadi di alam. Pola
pengembangannya yaitu dengan melakukan beberapa tahapan analisis yang
disertai dengan studi literatur yang mendukung teori. Analisis ini menggunakan
analisis secara kualitatif. Analisis kualitatif adalah analisis dengan cara
mengumpulkan data berupa cerita rinci atau keadaan sebenarnya. Dengan kata
lain, analisis kualitatif adalah analisis dengan mengembangkan, menciptakan,
menemukan konsep dan teori (Hamidi, 2005:14).

Analisis ini dilakukan berdasarkan logika dan argumentasi yang bersifat


ilmiah. Untuk mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan
obyek rancangan perlu mengikuti langkah-langkah yang meliputi beberapa
tahap sebagai berikut:

1. Ide Perancangan Proses dan tahapan kajian yang digunakan dalam


perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik, dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pencarian ide atau gagasan dengan menyesuaikan informasi tentang
sekolah luar biasa yang berada di kota Malang.
b. Pemantapan ide perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak
Cacat Fisik, melalui penelusuran informasi dan data-data arsitektural
maupun non- arsitektural dari berbagai pustaka dan media sebagai
bahan perbandingan dalam pemecahan masalah.
c. Mencari ayat-ayat al Qur’an yang menjelaskan keterkaitan tema dan
konsep yang sesuai dari segi keislaman.
d. Dari pengembangan ide perancangan yang diperoleh kemudian
dituangkan dalam makalah tertulis.

2. Rumusan Masalah Tahap ini merupakan tahapan kedua, yaitu dengan


merumuskan berbagai masalah tentang perancangan Sekolah Dasar Islam
Khusus Anak Cacat Fisik. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
 Bagaimana rancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat
Fisik yang mampu menampung dan mengayomi kebutuhan akan
pendidikan dan pelatihan bagi anak penyandang cacat fisik
dengan tema Behaviour Architecture dan menitikberatkan pada
teritorialitas?
3. Tujuan Tahap ketiga yaitu tujuan, tujuan ini merupakan tahapan yang
dilakukan untuk menjawab dari rumusan masalah yang ada dalam
perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik. Adapun
tujuan perancangan adalah menghasilkan rancangan Sekolah Dasar Islam
Khusus Anak Cacat Fisik yang mampu menampung dan mengayomi
kebutuhan akan pendidikan dan pelatihan bagi anak penyandang cacat
fisik dengan tema Behaviour Architecture dan menitik beratkan pada
teritorialitas.
4. Pencarian dan Pengolahan Data Pencarian dan pengolahan data dapat
digolongkan dalam dua kategori, yaitu: data primer dan data sekunder.
Data primer yaitu data yang diproleh langsung dari sumbernya.
Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung
dari sumbernya, atau data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan.
Dalam pencarian data dari informasi primer dan sekunder, digunakan
metode yang dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu:
 Data Primer
a. Observasi Observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan
mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap gejala atau
fenomena yang diselidiki. metode observasi dapat diartikan sebagai
pencatatan sistematika fenomena-fenomena 105 yang diselidiki.
Dengan melakukan observasi akan mendapatkan data atau
informasi-informasi yang berkaitan dengan sekolah luar biasa.
Observasi ini dilakukan langsung terjun ke lapangan dengan objek
sekolah luar biasa Dr. Idayu Dua, upaya ini dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan data dapat memberikan informasi
mengenai fungsi, fasilitas dan ruang-ruang yang mewadahinya.
Selain dilakukan teknik observasi, dibantu juga dengan metode
wawancara.
b. Wawancara Wawancara merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada pihak yang
terlibat (sumber). Wawancara ini dilakukan di sekolah luar
biasa Dr. Idayu Dua, dengan sumber Bapak Alam Aji Putera
yang menjabat sebagai kepala di sekolah tersebut. Adapun
daftar pertanyaan yang diajukan antara lain:
• Jenis pelayan pendidikan apa saja yang ada di sekolah luar biasa
ini?
• Kurikulum apa yang dipakai di sekolah luar biasa ini?
• Apa saja kebutuhan ruang dalam sekolah luar biasa ini?
• Bagaimana sirkulasi pada sekolah luar biasa ini?
• Bagaimana pembangunan sekolah luar biasa ini?
• Apa kekurangan yang ada pada sekolah luar biasa ini?
Dari wawancara yang telah dilakukan, informasi yang
diketahui dapat dijadikan sebagai referensi dalam perancangan
sekolah luar biasa untuk anak cacat fisik. Selain dengan
wawancara, untuk mendapatkan data secara langsung juga dapat
dilakukan dengan cara dokumentasi.

 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk mencari
data yang diperlukan berdasarkan peristiwa yang ada. Dokumentasi ini
dilakukan di sekolah luar biasa Dr. Idayu Dua, pada tahap ini dilakukan
dengan cara mendokumentasikan fasilitas yang ada pada sekolah
tersebut.
Teknik dokumentasi juga dilakukan di Jalan Joyo Agung dan di
Jalan Ikan Kakap, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang dengan tujuan
sebagai berikut:

a) Mendokumentasikan gambaran yang jelas mengenai tapak yang


terpilih untuk kelanjutan proses analisis;
b) Mendokumentasikan gambaran yang jelas mengenai pola
sirkulasi dan aksesibilitas pada ruang tapak;
c) Mendokumentasikan gambaran yang jelas mengenai iklim, yang
meliputi pencahayaan (sinar matahari), arah angin, dan suhu pada
tapak;
d) Mendokumentasikan gambaran yang jelas mengenai potensi alam
maupun buatan yang berada disekitar tapak.

Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan menggunakan alat


kamera smartphone untuk menggambarkan suasana yang ada pada tapak.
Selain menggunakan kamera, teknik dokumentasi ini juga dilakukan
dengan menggunakan alat bantu kertas dan pensil untuk menggambarkan
lokasi dan mencatat ukuran lahan tersebut.

5. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data atau informasi yang tidak berkaitan
secara langsung dengan obyek perancangan tetapi sangat mendukung
program perancangan, meliputi:
a. Studi Pustaka Tujuan dari studi pustaka adalah untuk
mendapatkan data-data yang dibutuhkan, baik dari teori, pendapat
ahli, serta peraturan dan kebijakan pemerintah yang dapat
dijadikan dasar perencanaan sehingga dapat memperdalam
analisa. Data yang diperoleh dari penelusuran literatur bersumber
dari data internet, buku, majalah, al Qur’an dan peraturan
kebijakan pemerintah. Data ini meliputi:
 Data atau literatur tentang tapak terpilih berupa peta
wilayah, dan potensi alam dan buatan yang ada di
kawasan. Data ini selanjutnya digunakan untuk
menganalisis kawasan tapak;
 Literatur tentang bangunan dengan tema Behaviour
Architecture (Sekolah Els Colors Kindergarten) yang
meliput fungsi, fasilitas dan ruang-ruang yang
mewadahinya. Data ini akan digunakan untuk menganalisa
konsep;
 Data literatur mengenai aturan bangunan untuk orang
cacat. Data ini dapat membantu dalam proses menganalisis
ruang, baik untuk analisa ruang maupun konsep ruang;
 Penjelasan-penjelasan dari al Qur’an tentang etika dan nilai
yang sesuai yang digunakan sebagai kajian keislaman.
6. Analisis Perancangan Dalam proses analisa, dilakukan pendekatan-
pendekatan yang merupakan suatu tahapan kegiatan yang terdiri dari
rangkaian pembahasan terhadap kondisi kawasan perencanaan. Proses
analisis ini yaitu analisis tapak, analisis pelaku, analisis aktifitas, dan
analisis ruang dan fasilitas, analisis bangunan serta analisis struktur dan
utilitas, dan analilis-analisis lainya.
7. Konsep Perancangan Setelah melalui tahap analisis-analisis di atas, maka
akan muncul konsep rancangan. Konsep perancangan merupakan suatu
proses penggabungan dan pemilihan dari beberapa analisis, konsep
perancangan yang muncul juga berdasarkan tema yang diusung. Konsep
ini akan dijadikan sebagai acuan atau pedoman dalam menyusun
perancangan.
BAB 1V

PROGRAM RUANG DAN BESARAN RUANG

A. MALL

Anda mungkin juga menyukai