Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

CIDERA KEPALA STASE KEGAWATDARURATAN

DI IGD RSUD ULIN BANJARMASIN

DISUSUN OLEH :

SEPTALIA LELY

113063J119049

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN

BANJARMASIN

2020
1. KONSEP DASAR
A. Anatomi Fisiologi

1. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skinatau
kulit, connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosisatau galea
aponeurotika, loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar dan
pericranium Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii.
Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal,
temporal dan oksipital. Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis,
namun disini dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata
sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses
akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu :
fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat temporalis dan fosa
posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan serebelum .
2. Meningen Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari
3 lapisan yaitu :
a) Dura mater
Dura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu
lapisan endosteal dan lapisan meningeal. Dura mater merupakan
selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrisa yang melekat erat
pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat pada
selaput arachnoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial
(ruang subdura) yang terletak antara dura mater dan arachnoid,
dimana sering dijumpai perdarahan subdural.
b) Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus
pandang.Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam
dan dura mater sebelah luar yang meliputi otak. Selaput ini
dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial, disebut spatium
subdural dan dari pia mater oleh spatium subarakhnoid yang terisi
oleh liquor serebrospinalis. Perdarahan sub arakhnoid umumnya
disebabkan akibat cedera kepala.
c) Pia mater
Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Pia mater
adarah membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak,
meliputi gyri dan masuk kedalam sulci yang paling dalam.Membrana
ini membungkus saraf otak dan menyatu dengan
epineuriumnya.Arteri-arteri yang masuk kedalam substansi otak juga
diliputi oleh pia mater.
3. Otak Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat pada orang
dewasa sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu; Proensefalon
(otak depan) terdiri dari serebrum dan diensefalon, mesensefalon (otak tengah)
dan rhombensefalon (otak belakang) terdiri dari pons, medula oblongata dan
serebellum.
Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal berkaitan
dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara.Lobus parietal
berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang.Lobus temporal
mengatur fungsi memori tertentu. Lobus oksipital bertanggungjawab dalam
proses penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi
retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewapadaan.Pada medula
oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik. Serebellum bertanggung jawab
dalam fungsi koordinasi dan keseimbangan.
4. Cairan Serebrospinal (CSS)
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus khoroideus dengan
kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari dari ventrikel
lateral melalui foramen monro menuju ventrikel III, akuaduktus dari sylvius
menuju ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui
granulasio arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya darah
dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga mengganggu
penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan takanan intrakranial. Angka rata-
rata pada kelompok populasi dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan
dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari.
5. Tentorium
Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang
supratentorial (terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan ruang
infratentorial (berisi fosa kranii posterior).
6. Vaskularisasi otak Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri
vertebralis. Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak
dan membentuk circulus Willisi.Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan
otot didalam dindingnya yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup.Vena
tersebut keluar dari otak dan bermuara ke dalam sinus venosus cranialis.
Fisiologi Menurut judha dan rahil (2011) otak merupakan pusat dari keseluruhan
tubuh. Jika otak sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang
kesehatan mental. Sebaliknya, apabila otak anda terganggu, maka kesehatan tubuh
dan mental anda bisa ikut terganggu. Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi
menjadi empat bagian, yaitu:
1. Cerebrum ( Otak Besar )
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut
dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak depan. Cerebrum
merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang.
Cerebrum membuat manusia memiliki lesaian kemampuan berfikir, analisa,
logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual.
Kecerdasan intelektual atau IQ anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
Cerebrum terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus
yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit
disebut suleus. Keempat lobus tersebut masing-masing adalah: lobus frontal,
lobus pariental, lobus occipital dan lobus temporal (Judha & Rahil, 2011).
a. Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari
Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat
alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian
masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol
perilaku seksual dan kempuan bahasa secara umum.
b. Lobus Pariental berada di tengah, berhubungan dengan proses
sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
c. Lobus Temporal berada di bagianbawah berhubungan dengan
kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam
bentuk suara.
d. Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interprestasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
2. Cerebellum (Otak Kecil) Menurut Judha dan Rahil (2011) otak kecil atau
Cerebellum. Terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher
bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak,
diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan,
koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak kecil juga menyimpan dan
melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti
gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan
mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat
mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan
menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu
memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu
mengancingkan baju.
3. Brainstem (Batang Otak) Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang
tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke
tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur
suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting
dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh
karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil
mengatur “perasaan teritorial” sebagai insting primitif. Contahnya anda
akan merasa tidak nyaman atau terancam ketika orang yang tidak anda
kenal terlalu dekat dengan anda. Batang otak terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1) Mesencephalon atau otak tengah (Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang
otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil. Otak tengah berfungsi
dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil
mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
2) Medulla Oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla
mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah,
pernafasan, dan pencernaan.
3) Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak
bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga
atau tertidur.
4. Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem limbik terletak dibagian tengah otak, membungkus
batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin
yang berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan
mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen
limbik, antara lain Hipotalamus, Thalamus, Amigdala,
Hipocampus, dan Korteks limbik. Sistem limbik berfungsi
menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara
homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa
senang, metabolisme dan memori jangka panjang.

B. Pengertian
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas (Mansjoer, A. 2011).
Cidera kepala merupakan trauma yang mengenai otak yang dapat
mengakibatkan perubahan fisik intelektual, emosional, dan sosial. Trauma tenaga
dari luar yang mengakibatkan berkurang atau terganggunya status kesadaran dan
perubahan kemampuan kognitif, fungsi fisik dan emosional (Judha & Rahil,
2011).
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan
(accelerasi-decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk di pengaruhi oleh
perubahan peningkatan dan percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta
notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat
perputaran pada tindakan pencegahan (Rendy, 2012)
Jadi, cidera kepala ringan adalah cidera karena tekanan atau kejatuhan yang di
tandai denngan GCS 13-15 dan mengeluhkan pusing.
C. Klasifikasi Cidera Kepala
Menurut NANDA (2017): klasifikasi cedera kepala dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Berdasarkan Patologi

a) Cedera Kepala Primer

cedera kepala primer merupakan cedera awal yang dapat menyebabkan

gangguan integritas fisik, kimia, dan listrik dari sel diarea tersebut, yang

menyebabkan kematian sel.

b) Cedera Kepala sekunder

Cedera kepala sekunder merupakan cedera yang terjadi setelah trauma

sehingga dapat menyebabkan kerusakan otak dan TIK yang tidak

terkendali, seperti respon fisiologis cedera otak, edema serebral,

perubahan biokimia, perubahan hemodinamik serebral, iskemia serebral,

hipotensi sistemik, dan infeksi lokal atau sistemik.

2) Berdasarkan jenis cedera

c) Cedera kepala terbuka

Cedera kepala terbuka adalah cedera yang menembus tengkorak dan

jaringan otak sehingga dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan

laserasi diameter.

d) Cedera kepala tertutup

Cedera kepala tertutup merupakan cedera gegar otak ringan dengan cedera

serebral yang luas.

3) Berdasarkan Glasgown Coma Scale

e) Cedera Kepala Ringan (Minor), dengan ciri-ciri:

1) GCS 14-15

2) Dapat terjadi kehilangan kesadaran dan amnesia <30 menit


3) Tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusia serebral dan hematoma

f) Cedera Kepala Sedang, dengan ciri-ciri:

1) GCS 9-13

2) Kehilangan kesadaran dan dan amnesia >30 menit namun tidak

lebih dari 24 jam

3) Dapat mengalami fraktur tengkorak, contusia serebral, laserasia

dan hematoma intrakranial

g) Cedera Kepala Berat, dengan ciri-ciri:

1) GCS 3-8

2) Kehilangan kesadaran, amnesia lebih dari 24 jam

3) Mengalami kontusia serebral, laserasi atau hematoma

intrakranial

D. Etiologi
1) kecelakaan kendaraan bermotor,
2) jatuh,
3) kecelakaan industri,
4) serangan
5) berhubungan dengan olah raga,
6) trauma akibat persalinan
E. Tanda dan Gejala
1) Hilangnya tingkat kesadaran sementara
2) Hilangnya fungsi neurologi sementara
3) Sukar bangun
4) Sukar bicara
5) Konfusi
6) Sakit kepala berat
7) Muntah
8) Kelemahan pada salah satu sisi tubuh (Smeltzer & Bare, 2002: 2211)
Menurut Judha (2011), tanda dan gejala dari cidera kepala antara lain:
1) Skull Fracture Gejala yang didapatkan CSF atau cairan lain keluar dari
telinga dan hidung (othorrea, rhinorhea), darah dibelakang membran
timphani, periobital ecimos (brill haematoma), memar didaerah
mastoid,perubahan penglihatan, hilang pendengaran, hilang indra
penciuman, pupil dilatasi, berkurangnya gerakan mata, dan vertigo.
2) Concussion Tanda yang didapat adalah menurunnya tingkat kesadaran
kurang dari 5 menit, amnesia retrograde, pusing, sakit kepala, mual dan
muntah. Contusins dibagi menjadi 2 yaitu cerebral contusion, brainsteam
contusion. Tanda yang terdapat:
a. Pernafasan mungkin normal, hilang keseimbangan secara perlahan
atau cepat.
b. Pupil biasanya mengecil, equal, dan reaktif jika kerusakan sampai
batang otak bagian atas (saraf kranial ke III) dapat menyebabkan
keabnormalan pupil

F. Komplikasi
1) Kebocoran cairan spinal : disebabkan oleh rusaknya leptomeningen
dan biasanya terjadi pada pasien dengan cedera kepala tertutup.
2) Fistel karotis-karvenosus yang ditandai oleh trias gejala eksotalmus
kemosis dan bruit orbita, dapat timbul segera atau beberapa hari
setelah cedera.
3) Kejang pasca trauma.(Smeltzer & Bare, 2002: 2215

G. Patofisologi ( Narasi & Skema )


Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui
proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran
darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian
pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh
kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa
sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa
plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan
oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi
penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan
asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 – 60 ml / menit /
100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-
myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada
fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi
atrium dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana
penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan
berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh
darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar. Cedera kepala menurut
patofisiologi dibagi menjadi dua :
1. Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi – decelerasi rotasi )
yang menyebabkan gangguan pada jaringan. Pada cedera primer dapat
terjadi :
Gegar kepala ringan Memar otak Laserasi
2. Cedera kepala sekunder
a. Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala,
b. sepert Hipotensi
c. sistemik Hipoksia
d. Hiperkapnea
e. Udema otak Komplikasi pernapasan
f. infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain
H. Penatalaksanaan
1. Riwayaat kesehatan .
1) Tinggikan kepala 300.
2) Istirahatkan klien (tirah baring).
2. Penatalaksanaan medis :
1) Memepertahankan A,B,C (Airway, Breathing, Cirkulation).
2) Menilai status neurologis (Disability dan exposure).
3. Penatalaksanaan konservatif meliputi :
1) Bedrest total.
2) Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran).
3) Pemberian obat-obatan:
a.Dexametason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral,
dosis sesuai dengan berat ringanya trauma.
b. Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi
vasodilatasi.
c.Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu: manitol 20%,
atau glukosa 40%, atau gliserol 10%.
d. Antibiotika yang mengandung barier darah otak (Penisilin) atau untuk
infeksi anaerob diberikan metronidazol.

4. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan
apa-apa hanya cairan infus dextrose 5%, Aminofusin, Aminofel (18 jam pertama dari
terjadinya kecelakaan).
5. Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapatkan klien mengalami penurunan
kesadarandan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit.
6. Observasi status neurologis.(Smeltzer & Bare, 2002 : 2214-2216).

5. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian (Igd)

BREATHING:
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung,
sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun
iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas
berbunyi,stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena aspirasi),
cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan napas.
BLOOD:
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi.
Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan
parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi
lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan
frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia,
disritmia)
BRAIN:
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya
gangguan otak akibat cidera kepala. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia
seputar kejadian, vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada
ekstrimitas. Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi
gangguan pada nervus cranialis, maka dapat terjadi :
1) Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi,
pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
2) Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan
sebagian lapang pandang, foto fobia
3) Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.
4) Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
5) Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus
menyebabkan kompresi spasmodik diafragma.
6) Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu
sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.
BLADER
Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia urin,
ketidak mampuan menahan miksi.

BOWEL
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah
(mungkin proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan
menelan (disfagia) dan terganggunya proses eliminasi alvi.
BONE
Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada
kondisi yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula
terjadi spastisitas atau ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang
terjadi karena rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf di otak dengan
refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus otot.

B. Diagnosa keperawatan
1. Kerusakan perfusi jaringan serebral
2. Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan
penumpukan sputum.
3. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
4. Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran
(soporos – coma)
5. Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan
immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.
C. Intervensi dan rasional
Diagnosa Tujuan intervensi rasional
keperawatan
Kerusakan NOC Outcome : NIC : Circulatory care Mengetahui adanya
perfusi - Perfusi jaringan -monitor vital sign resiko peningkatan TIK
jaringan cerebral -moniror status neurologi Peningkatan aliran vena
serebral - Balance cairan -monitor status dari kepala menyebabkan
Client Outcome : hemodinamik penurunan TIK
- Vital sign membaik -posisikan kepela klien Mengurangi edema
- Fungsi motorik head Up 30o cerebri
sensorik -kolaborasi pemberian
membaik manitol
sesuai order
Ketidakefektifan NOC Outcome : NIC : Manajemen Mengetahui kepastian
jalan - Status respirasi : jalana napas dan kepatenan
napas pertukaran 1.Monitor status kebersihan jalan napas
Gas respirasi dan
- Status respirasi : Oksigenasi Membebaskan jalan
kepatenan 2. Bersihkan jalan napas terhadap
jalan napas akumulasi sekret guna
napas 3. Auskultasi suara terpenuhinya kebutuhan
- Status respirasi : pernapasan oksigenasi klien
ventilasi 4. Berikan Oksigen
- Kontrol aspirasi sesuai
Client Outcome : Program
- Jalan napas paten NIC : Suctioning air
- Sekret dapat way
dikeluarkan 1. Observasi sekret
- Suara napas bersih yang keluar
2. Auskultasi seblum
dan sesudah
melakukan suction
3. Gunakan pealatan
steril pada
saat melakukan
suction
4. Informasikan pada
klien dan
keluarga tentang
tindakan
suction
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai