Disusun Oleh:
Puji syukur kehadihat Allah SWT atas limpahan rahmat dan kasih
sayangnya hingga selesainya laporan pendahuluan tentang luka bakar ini,
shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada tauladan terbaik
Rasulullah Muhammad SAW. Penulis mengucapkan banyak terimakasih pada
pihak-pihak yang membantu penyusunan laporan pendahuluan ini.
Saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan lebih lanjut.
Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurang-lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat
setiap tahunnya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan
rawat-jalan dan 100.000 pasien dirawat di ramah sakit. Sekitar 12.000 orang
meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang
berhubungan dengan luka bakar. Satu juta hari kerja hilang setiap tahunnya
karena luka bakar. Lebih separuh dari kasus-kasus luka bakar yang dirawat di
rumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peranan
yang aktif dalam pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan
konsep-konsep pencegahan dan mempromosikan undang-undang tentang
pengamanan kebakaran Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi
yang berisiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan
pria dalam usia kerja juga lebih sering menderita luka bakar ketimbang yang
diperkirakan lewat representasinya dalam total populasi. Sebagian besar luka
bakar terjadi di rumah. Memasak, memanaskan atau menggunakan alat-alat
listrik merupakan pekerjaan yang lazimnya terlibat dalam kejadian ini.
Kecelakaan industri juga menyebabkan banyak kejadian luka
bakar( Smeltzer,2001).
The National Institute of Bum Medicine yang mengumpulkan data-
data statistik dari berbagai pusat luka bakar di seluruh Amerika Serikat
mencatat bahwa sebagian besar pasien (75%) merupakan korban dari
perbuatan mereka sendiri. Tersiram air mendidih pada anak-anak yang baru
belajar berjalan; bermain-main dengan korek api pada anak-anak usia-
sekolah, cedera karena arus listrik pada remaja laki-laki; dan penggunaan obat
bius, alkohol serta sigaret pada orang dewasa semuanya ini turut memberikan
kontribusinya pada angka statistik tersebut. Cobb, Maxwell dan Silverstem
(1992) menemukan bahwa sekitar 13 % pasien luka bakar yang dirawat di
rumah sakit atau pun anggota keluarganya sudah pernah dirawat sebelumnya
karena luka bakar. Perawat harus menjadi alat untuk memutuskan rantai luka
bakar ini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Luka
Bakar
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang pengertian Luka Bakar
b. Mengetahui Etiologi dan faktor resiko Luka Bakar
c. Mengetahui patofisiologi dan pathway Luka Bakar
d. Mengetahui tanda dan gejala Luka Bakar
e. Mengetahui indikasi dan komplikasi dari Luka Bakar
f. Mampu melakukan pemeriksaan diagnostik Luka Bakar
g. Penatalaksanaan medis
h. Mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Luka
Bakar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kerusakan Jaringan
Epidermis, dermis
mikroorganisme
Volume Darah Vesikel pecah dalam
Yang berirkulasi keadaan luas
Penguapan metabolisme
Kerusakan
dan integritas jaringan
Yang berlebihan
katabolisme
Dehidrasi
Kekurangan
volume cairan
5. Respon Sistem Tubuh Terhadap Luka Bakar
a. Respons Sistemik
b. Respons Kardiovaskuler
d. Respons Pulmoner
1. Perhitungan luas luka bakar berdasarkan “Rule Of Nine” oleh Polaski dan
Tennison dari WALLACE :
2. Kepala dan leher : 9%
Pada keadaan darurat dapat digunakan cara cepat yaitu dengan menggunakan
luas telapak tangan penderita. Prinsipnya yaitu luas telapak tangan = 1% luas
tubuh.
Pada bayi perhitungan luas luka bakar yang digunakan adalah menggunakan
“Rule of Ten“ yang dibuat oleh Linch dan Blocker. Persentase luka bakar
berdasarkan “Rule of Ten” yaitu :
1. Kepala depan : 10 %
2. Kepala belakang : 10 %
3. Badan depan sisi kanan : 10 %
4. Badan depan sisi kiri : 10 %
5. Badan belakang sisi kanan : 10 %
6. Badan belakang sisi kiri : 10 %
7. Tangan kanan : 10 %
8. Tangan kiri : 10 %
9. Kaki kanan : 10%
10. Kaki kiri : 10 %
Sedangkan pada anak – anak perhitungan luas luka bakar yang digunakan adalah
perhitungan yang dibuat oleh Lund and Browder, dengan presentase yang berbeda
beda untuk rentang usia 5 thn.
Selain perhitungan luas luka bakar perlu juga dilakukan perhitungan terhadap
derajat luka bakar. Derajat luka bakar ditentukan berdasarkan kedalaman
kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh trauma panas. Hal ini sangat tergantung
pada intensitas panas dan lamanya panas mengenai tubuh serta proses rambatan
panas pada jaringan tubuh. Berikut klasifikasi luka bakar berdasarkan grade luka
bakar :
b. Pada lansia
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung darah lengkap
Peningkatkan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan
dengan perpindahan/kehilangan cairan. Selanjutnya menurunkan Ht dan
SDM dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap
endotelium pembuluh darah.
b. SDP
Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi
luka dan respons inflamasi terhadap cedera.
c. GDA
Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan
PaCh/peningkatan PaCO2 mungkin terlihat pada retensi karbon
monoksida. Asidosis dapat terjadi sehubungan dengan penurunan fungsi
ginjal dan kehilangan mekanisme kompensasi pernapasan.
d. COHbg (karboksi hemoglobin)
Peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan karbon
monoksida/cedera inhalasi.
e. Elektrolit serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan/kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal; hipokalemia
dapat terjadi bila mulai diuresis; magnesium mungkin menurun.
Natrium pada awal mungkin menurun pada kehilangan air;
hipernatremia dapat terjadi selanjutnya saat terjadi konservasi ginjal.
f. Natrium urine random
Lebih besar dari 20 mEg/L mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan;
kurang dari 10 mEq/L menduga ketidakadekuatan resusitasi cairan.
g. Alkalin fosfat
Peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau
gangguan pompa natrium.
h. Glukosa serum
Peninggian menunjukkan respons stres.
i. Albumin serum
Rasio albumin atau globulin mungkin terbalik sehubungan dengan
kehilangan protein pada edema cairan.
j. BUN atau kreatinin
Peninggian menunjukkan penurunan perfusi/fungsi ginjal; namun
kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
k. Urine
Adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan
jaringan dalam dan kehilangan protein (khususnya terlihat pada luka
bakar listrik serius). Warna hitam, kemerahan pada urine sehubungan
dengan mioglobin. Kultur luka: mungkin diambil untuk data dasar dan
diulang secara periodik.
l. Foto ronsen dada
Dapat tampak normal pada pascaluka bakar dini meskipun dengan
cedera inhalasi; namun cedera inhalasi yang sesungguhnya akan ada
saat progresif tanpa foto dada (SDPD).
m. Bronkoskopi serat optic
Berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi; hasil dapat meliputi
edema, perdarahan, dan/atau tukak pada saluran pernapasan alas.
n. Loop aliran volume
Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek/luasnya cedera
inhalasi.
o. Skan paru
Mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya cedera inhalasi.
p. EKG
Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik.
q. Fotografi luka bakar
Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya
(Doenges, 2000).
8. Penatalaksanaan
1. Perawatan di Tempat Kejadian
Prioritas pertama dalam perawatan di tempat kejadian bagi
seorang korban luka bakar adalah mencegah agar orang yang
menyelamatkan tidak turut mengalami luka bakar. Langkah kerja:
2. Mematikan api
1. Rumus Konsensus
2. Rumus Evans
4. Rumus Parkland/Baxter
5. Obat-obatan
10. Debridemen
11. Graft
12. Autograft
A. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan.
Keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit. Gangguan
massa otot, perubahan tonus.
b. SIRKULASI
Tanda: Hipotensi (syok).
(dengan cederaluka bakar lebih dari 20% APTT):
Penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokonstriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit
putih dan dingin (syok listrik).
Takikardia (syok/ansietas/nyeri).
Disritmia (syok listrik).
Pembentukan edema jaringan (semua luka bakar).
c. INTEGRITAS EGO
Gejala: Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: Ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
d. ELIMINASI
Tanda: Haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat. Warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam.
Diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan
ke dalam sirkulasi).
Penurunan bising usus/tak ada, khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
e. MAKANAN/CAIRAN
Tanda: Edema jaringan umum.
Anoreksia, mual/muntah.
f. NEUROSENSORI
Gejala: Area kebas, kesemutan.
Tanda: Perubahan orientasi, afek, perilaku.
Penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera
ekstremitas.
Aktivitas kejang (syok listrik).
Laserasi korneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman
penglihatan (syok listrik).
Ruptur membran timpanik (syok listrik).
Paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g. NYERI/KENYAMANAN
Gejala: Berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara ekstrem
sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, dan
perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua
sangat nyeri, sementara respons pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka
bakar derajat tiga tidak nyeri.
h. PERNAPASAN
Gejala: Terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi).
Tanda: Serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum,
ketidakmampuan menelan sekresi oral, dan sianosis,
indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka
bakar lingkar dada.
Jalan napas atas stridor/mengi (obstruksi sehubungan
dengan laringospasme, edema laringeal)
Bunyi napas: gemericik (edema paru), stridor (edema
laringeal). sekret jalan napas dalam (ronki).
i. KEAMANAN
Tanda: Kulit: Umum: Destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti
selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trombus
mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat,
dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan
curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status
syok
Cedera api: Terdapat area cedera campuran dalam
sehubungan dengan vanase intensitas panas yang dihasilkan
bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan
mulut kering, merah; lepuh pada faring posterior; edema
lingkar mulut dan/atau lingkar nasal
Cedera kimia: Tampak luka bervariasi sesuai agen
penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seperti
kulit samak halus; lepuh, ulkus, nekro sis, atau jaringan
parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat
berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: Cedera kutaneus eksternal biasanya lebih
sedikit dari di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi
dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka
bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup,
dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor;
kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
.PemeriksaanFisik :
Keadaan umum pasien lemah dan kesadaran compos
mentis.
Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg RR : 36 x/i
Suhu : 36,7o C HR : 82 x/i
1. Penginderaan
- Mata
Pupil isokor, refleks cahaya positif, konjungtiva tampak merah muda, dan
sklera putih, palpebra tidak ada odem, pergerakan bola mata normal,
stabismus tidak ada, ketajaman penglihatan normal, pasien tidak
menggunakan alat bantu.
- Hidung
Bentuk hidung normal, ketajaman penciuman normal, yaitu klien dapat
membedakan bau wangi dan busuk.
- Telinga
Bentuk telinga normal, ketajaman pendengar normal, klien dapat mendengar
gesekan rambut, sekret tidak ada, serum dalam batas normal.
3. Pencernaan
- Mulut
Mulut bersih, mukosa lembab, bentuk bibir normal, tidak ada kelainan, lidah
tampak kotor, gigi kotor dan ada caries
- Tenggorokan
Tidak ada kesulitan menelan dan tidak dijumpai pembesaran tonsil
- Abdomen
Bentuk abdomen normal simetris kanan/kiri, tidak dijumpai massa,
peristaltik 10 – 12 x/i
4. Respirasi
- Bentuk dada normal tidak ada kelainan, pola nafas teratur, retraksi otot
bantu nafas tidak ada, dan tidak ditemukan adanya nyeri ketok
- Vokal fremitus normal, diafragma normal, dan suara pernafasan vesikuler.
5. Kardiovaskuler
Tidak ada nyeri dada, irama jantung teratur, dan tidak ada cyanosis dan
clubbing finger
6. Endoktrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar parotis
7. Genitaurinaria
Bentuk alat kelamin normal, tidak ada kelainan
8. Persyarafan
Keadaan composmentis, GCS 15, dapat berorientasi dengan orang, nyeri
kepala tidak ada
j. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Pertimbangan Rencana Pemulangan:
DRG menunjukkan rerata lama dirawat: Tergantung pada beratnya
dan terlibatnya sistem organ.
Memerlukan bantuan untuk pengobatan, perawatan luka/bahan, aktivitas
perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah, transportasi, keuangan, konsul
kejuruan, perubahan susunan rumah atau fasilitas tempat tinggal selain itu
rehabilitasi lama (Marlyn Doenges, 2000).
2. Diagnosa keperawatan :
a. Kerusakan integritas kulit b.d zat kimia atau radiasi
b. Nyeri akut b.d kerusakan kulit atau jaringan
c. Intoleransi aktifitas b.d ketidaknyamanan
d. Kekurangan volume Cairan b.d penguapan cairan yang berlebih
e. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan menelan makanan
f. Resiko tinggi infeksi b.d trauma jaringan
3. Intervensi keperawatan :
1. Nyeri akut b.d kerusakan kulit atau jaringan
NOC : Pain level,pain control,comfort level
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan )
Melaporkan bahwa nyeri berkurang denga menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri )
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC :
Pain Management
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
NIC
Pressure Management
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Hindari kerutan pada tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
Monitor kulit akan adanya kemerahan
Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Insision site care
Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses penyembuhan pada
luka yang ditutup dengan jahitan, klip atau straples
Monitor proses kesembuhan area insisi
Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
Bersihkan area sekitar jahitan atau staples, menggunakan lidi kapas steril
Gunakan preparat antiseptic, sesuai program
Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap
terbuka (tidak dibalut) sesuai program
Dialysis Acces Maintenance
Immune Status
Kriteria Hasil :
NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Pertahankan teknik isolasi
Batasi pengunjung bila perlu
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
4. Evaluasi
Hasil yang Diharapkan:
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
Tn.S berusia 53 tahun mengatakan bahwa setengah jam sebelum masuk RS,
pasien tersiram air mendidih dan mengalami luka bakar pada punggung
tangannya, kemudian pasien dibawa keluarganya ke IGD RS pada tanggal 19
September 2018. Dokter mediagnosa pasien menderita luka bakar derajat II. Pada
saat pengkajian pasien mengeluhkan nyeri dan panas pada luka yang terdapat pada
punggung dan tangan dengan skala nyeri 8 dan nyeri yang dirasakan pasien
seperti tersengat api. Nyeri yang dirasakan pasien terus menerus. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan bahwa keadaan umum pasien tampak lemah dengan
keadaan composmentis. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD 170/100 mmHg,
Nadi 96 x/mnt, RR 26 x/mnt dan suhu 36,5ᵒC. Terdapat luka bakar pada tangan
sebelah kanan dengan luas 5% dan 2% pada tangan sebelah kiri. Warna luka
kemerahan, tidak terdapat pus dan tidak terdapat bula. Pemeriksaan turgor kulit
elastis, terdapat kulit yang mengelupas disekitar luka bakar. Untuk melakukan
ADL pasien dibantu oleh keluarga. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil
WBC 12,0 x 103 (4,5 – 11,0 103), MCV 80,4 fL (82-92 fL), limphosyt 11,2% (22-
40%),
Pengkajian
Nama : Tn. S
Usia : 53th
Analisa Data
1. Ds :
o Pasien mengatakan nyeri dan panas pada luka di punggung dan
tangan
o Pasien mengatakan skala nyeri di angka 8 seperti tersengat api
Do : Ku Lemah
Kesadaran Composmetis
TTV TD 170/100 mmHg,
Nadi 96 x/mnt,
RR 26 x/mnt
suhu 36,5ᵒC.
warna kulit kemerahan
terdapat kulit mengelupas pada area luka bakar
terdapat luka bakar pada tangan sebelah kanan dengan luas 5% dan
2% pada tangan sebelah kiri
px meringis menahan nyeri
s : skala 8
t : terus menerus
2. Ds :
pasien mengatakan mengalami luka bakar tersiram air mendidih di
bagian punggung dan tangannya
Pasien mengatakan untuk melakukan ADL pasien di bantu oleh
keluarganya
Do :
Warna luka kemerahan, tidak terdapat pus dan tidak terdapat bula
Pemeriksaan turgor kulit elastis, terdapat kulit yang mengelupas
disekitar luka bakar
Terdapat luka bakar pada tangan sebelah kanan dengan luas 5%
dan 2% pada tangan sebelah kiri
WBC 12,0 x 103 (4,5 – 11,0 103)
Intervensi
NOC
· Pain Level,
· Pain control
· Comfort level
Kriteria Hasil :
· Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
· Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
· Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
· Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC
NOC
· Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
· Hemodyalis akses
Kriteria Hasil :
· Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)
· Tidak ada luka/lesi pada kulit
· Perfusi jaringan baik
· Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang
· Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
NIC
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dari uraian diatas dapat kami sarankan sebaiknya para pembaca
khususnya perawat dengan kasus luka bakar mengetahui tentang:
penyebab luka bakar, tes laboratorium yang perlu dilakukan dan asuhan
keperawatan pada klien dengan luka bakar.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall (1997) “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Jakarta : EGC.