Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

RINSING FLOUR DENGAN KAYU MANIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Preventive Dentistry I

Dosen Pembimbing : Siti Hidayati , S.SiT., M.Kes

Disusun Oleh :

1. Wiwit Rosindasari P07125218012


2. Linda Rizqi Ardianti P07125218026
3. Dhita Suryaningrum P07125218038
4. Annisa Widiasari P07125218050

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

SARJANA TERAPAN TERAPI GIGI DAN MULUT

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
semua limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Efektivitas Kayu Manis Sebagai Obat Kumur dalam Menurunkan
Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Mutans.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat
sebagai pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,
sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi
lebih baik lagi.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang
akan datang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 20 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………. i

Kata Pengantar…………………………………………………………………… ii

Daftar Isi………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………... 3
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teoritis…………………………………………………………. 4
B. Manfaat Tanaman Kayu Manis…………………………………………... 4
C. Obat Kumur Dengan Ekstrak Kayu Manis………………………………. 5
D. Kandungan Kimiawi Tanaman Kayu Manis……………………………... 8
E. Hasil Penelitian…………………………………………………………... 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………... 13
B. Saran……………………………………………………………………. 13

Daftar Pustaka…………………………………………………………………... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, kepedulian masyarakat terhadap kesehatan gigi dan
mulut semakin meningkat. Hal ini karena masyarakat sudah mulai
memperhatikan keuntungan kosmetik yang bisa mereka peroleh jika
memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. Penggunaan berbagai macam
produk pembersih mulut seperti pasta gigi dan obat kumur mulai dikenal
luas dikalangan masyarakat.
Diantara berbagai produk obat kumur yang beredar luas di
masyarakat banyak yang berbahan dasar kimia. Salah satu contohnya adalah
obat kumur yang mengandung Chlorhexidine, yaitu senyawa yang saat ini
diakui efektif sebagai antimikroba baik pada bakteri gram positif dan gram
negatif serta pada jamur dan beberapa virus, namun memiliki efek samping
berupa rasa yang tidak enak, mengganggu sensasi rasa, dan menghasilkan
warna coklat pada gigi yang susah disingkirkan. Oleh karena itu saat ini
banyak masyarakat yang lebih memilih produk yang berasal dari bahan
alami sebagai alternatif dari obat kumur kimia.
Apabila kesehatan gigi dan mulut terabaikan dapat menimbulkan
masalah pada gigi dan mulut maupun kesehatan tubuh secara umum.
Bentuk kerusakan gigi diawali dengan karies.
Karies adalah penyakit jaringan keras gigi yang dimulai dari permukaan gigi
meluas kebagian yang lebih dalam gigi, dari email ke dentin akhirnya ke
pulpa. Banyak penelitian yang menunjukan penyakit karies disebabkan oleh
terabaikannya kebersihan rongga mulut sehingga terjadi penumpukan plak.
Plak adalah lapisan tipis yang melekat dipermukaan gigi serta mengandung
kumpulan bakteri. Bakteri mempunyai peran penting pada proses terjadinya
karies. Bakteri Streptoccocus mutans diketahui sebagai bakteri penyebab
utama terjadinya karies gigi. Streptoccocus mutans mampu mensintesis

1
polisakarida ekstraselular glukan, yang dapat memproduksi asam laktat
melalui proses homofermentasi, membentuk koloni yang melekat erat pada
permukaan gigi dan lebih bersifat asidogenik dari pada spesies
Streptococcus lainya. Oleh karena itu, usaha pencegahan yang sering
dilakukan adalah mengontrol bakteri kariogenik Streptococuss mutans yang
merupakan penyebab utama terjadinya karies gigi.
Beberapa tahun terakhir telah banyak dilakukan penelitian tentang
pemanfaatan tanaman herbal sebagai antibakteri untuk mendukung upaya
peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Tanaman kayu manis (Cinnamomum
burmanni) merupakan salah satu hasil bumi yang murah dan mudah didapat.
Kayu manis selama ini sudah dikenal dan dipergunakan luas di masyarakat
Indonesia sebagai pemberi aroma dan cita rasa makanan. Selain itu kayu
manis juga dipercaya berkhasiat untuk menyembuhkan flu, diare dan
kembung. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kayu manis memiliki
efek antioxidant, anti-ulcer, anti-microbial, anti-diabetic,dan anti-
inflammatory yang efektif dan secara tradisional telah lama digunakan
untuk mengobati sakit gigi serta mengatasi bau mulut.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa minyak yang diekstraksi dari
kayu manis pada konsentrasi 3.12% telah memperlihatkan hasil yang
menjanjikan dalam menghambat aktivitas seluruh S. Mutans yang diisolasi
dari pasien dengan infeksi oral, sedangkan pada konsentrasi 12,5% secara
efektif dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans,
Staphylococcus aureus, dan beberapa spesies Candida yang telah diisolasi
tersebut.Kayu manis dan daunnya memiliki kandungan berupa minyak atsiri,
saponin dan flavonoida, yang sudah banyak digunakan sebagai tanaman
herbal yang berkhasiat sebagai obat pelega perut kembung, sariawan dan
dapat digunakan sebagai bumbu masakan . Kandungan terbesar dari kulit
batang kayu manis adalah minyak atsiri yang mempunyai kandungan utama
senyawa sinamaldehid (60,72%), eugenol (17,62%) dan kumarin (13,39%).
Kandungan tersebut memiliki potensi sebagai antibakteri dan antibiofilm.

2
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Efektivitas Kayu Manis Sebagai Obat Kumur dalam
Menurunkan Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Mutans ?

C. Tujuan Penulisan
Mengetahui Efektivitas Kayu Manis Sebagai Obat Kumur dalam
Menurunkan Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Mutans.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teoritis
Tanaman kayu manis secara luas digunakan sebagai rempah atau
pemberi cita rasa, namun hasil olahan lainnya seperti minyak atsirinya
banyak dimanfaatkan dalam industri kosmetik, makanan, minuman, farmasi
dan sebagainya. Pasar utama dunia untuk kayu manis adalah Meksiko,
Amerika Serikat dan Eropa Barat (termasuk Inggris, Jerman dan Spanyol).
Sedangkan pemasok cassia (kulit kayu) terbesar adalah Indonesia (C.
burmannii) yaitu sebesar 66% lebih, sisanya dipasok oleh Cina, Vietnam,
India dan lain-lain. Sedangkan Amerika, Kanada dan Jerman adalah negara-
negara pengimpor utama kayu manis asal Indonesia.
Menurut Rismunandar dan Paimin (2001), ada empat jenis kayu
manis yang terkenal dalam dunia perdagangan ekspor maupun lokal. Jenis
pertama adalah Cinnamomum burmanii merupakan kayu manis yang
berasal dari Indonesia dan banyak dijumpai di Sumatera Barat, Jambi,
Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jenis
kedua yaitu Cinnamomum zeylanicum yang dalam dunia perdagangan
dikenal dengan Ceylon cinnamom atau true cinnamon dapat dijumpai di
habitat aslinya pulai Ceyllon di Srilangka. Jenis ketiga yaitu Cinnamomum
cassia merupakan tanaman asli dari Birma dan diperbanyak di Cina selatan,
dalam dunia perdagangan tanaman ini dikenal Chinese cinnamon. Jenis
terakhir yaitu Cinnamomum cullilawan hanya dikenal di daerah Ambon dan
pulau Seram (Maluku) dengan nama selakat atau selakar.

B. Manfaat Tanaman Kayu Manis


a. Kayu manis sebagai anti-oxidant
Penelitian Shindu Mathew (2006) menyatakan bahwa secara in-
vitro, ekstrak kayu manis yang mengandung methanol memiliki

4
sejumlah antioxidant yang efektif dalam memerangi spesies oksigen
reaktif termasuk superoxide anions dan hydroxyl radicals serta zat
radikal bebas lainnya
b. Kayu manis sebagai anti-ulcer
Tabak M, et al (1999) di dalam penelitian secara in-vitro
membuktikan bahwa ekstrak kayu manis lebih efektif daripada
ekstrak thyme dalam menghambat pertumbuhan dan aktivitas urease
dari Helicobacter pylori yaitu mikroorganisme patogen penyebab
disfungsi lambung dan ulserasi, serta pada beberapa kasus
menyebabkan kanker lambung.
c. Kayu manis sebagai anti-microbial
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Al Joubori SK dan Al-Obaidi
WA (2011) menunjukkan bahwa ekstrak kayu manis memiliki
aktivitas antibakteri yang signifikan dalam melawan bakteri
Streptococci dan Streptococci mutans. Ekstrak kayu manis tersebut
dapat mengurangi jumlah bakteri lebih baik bila dibandingkan
dengan air deinonisasi. Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa
setelah berkumur 15 menit, ekstrak kayu manis tetap memberikan
efek antibakteri-nya dengan terus melepaskan senyawa
sinamaldehida.
d. Kayu manis sebagai anti-inflammatory
Dalam sebuah penelitian, Tung YT menyatakan bahwa minyak yang
berasal dari kayu manis (Cinnamomum Osmophloeum) memiliki
aktivitas anti-inflamasi dan sitotoksisitas yang sangat baik dalam
melawan sel HepG2 (Human Hepatocellular Liver Carcinoma Cell
Line).

C. Obat Kumur Dengan Ekstrak Kayu Manis


Definisi obat kumur obat kumur yaitu larutan atau cairan yang
digunakan untuk membilas rongga mulut dengan sejumlah tujuan antara lain
untuk menyingkirkan bakteri perusak, bekerja sebagai penciut, untuk

5
menghilangkan bau tak sedap, mempunyai efek terapi dan menghilangkan
infeksi atau mencegah karies gigi.
Secara garis besar Sagarin dan Gershon (2001) membagi obat
kumur dalam penggunaannya menjadi tiga macam, yaitu:
1. Sebagai kosmetik; hanya membersihkan, menyegarkan, dan/atau
penghilang bau mulut.
2. Sebagai terapeutik; untuk perawatan penyakit pada mukosa atau
gingiva, pencegahan karies gigi atau pengobatan infeksi saluran
pernafasan.
3. Sebagai kosmetik dan terapeutik.
Di dalam suatu obat kumur biasanya mengandung beberapa bahan
aktif yang merupakan kombinasi senyawa-senyawa yang unik untuk
menunjang fungsi dari obat kumur tersebut. Beberapa bahan aktif beserta
fungsinya secara umum dapat dijumpai dalam obat kumur, antara lain:
1. Bahan antibakteri dan antijamur, mengurangi jumlah
mikroorganisme dalam rongga mulut, contoh: hexylresorcinol,
chlorhexidine, thymol, benzethonium, cetylpyridinium chloride,
boric acid, benzoic acid.
2. Bahan oksigenasi, secara aktif menyerang bakteri anaerob dalam
rongga mulut dan busanya membantu menyingkirkan jaringan yang
tidak sehat, contoh: hidrogen peroksida, perborate
3. Astringents (zat penciut), menyebabkan pembuluh darah lokal
berkontraksi dengan demikian dapat mengurangi bengkak pada
jaringan, contoh: alkohol, seng klorida, seng asetat, aluminium, dan
asam-asam organik, seperti tannic, acetic, dan asam sitrat
4. Anodynes, meredakan nyeri dan rasa sakit, contoh: turunan fenol,
minyak eukaliptol, minyak watergreen.
5. Buffer, mengurangi keasaman dalam rongga mulut yang dihasilkan
dari fermentasi sisa makanan, contoh: sodium perborate, sodium
bicarbonate

6
6. Deodorizing agents (bahan penghilang bau), menetralisir bau yang
dihasilkan dari proses penguraian sisa makanan, contoh: klorofil.
7. Deterjen, mengurangi tegangan permukaan sehingga menyebabkan
bahan-bahan yang terkandung menjadi lebih larut, dan juga dapat
menghancurkan dinding sel bakteri yang menyebabkan bakteri lisis.
Disamping itu aksi busa dari deterjen membantu mencuci
mikroorganisme ke luar rongga mulut, contoh: sodium laurel
sulfate.
Beberapa bahan inaktif juga terkandung dalam obat kumur, antara lain:
1. Air, penyusun persentasi terbesar dari volume larutan
2. Pemanis, seperti gliserol, sorbitol, karamel dan sakarin
3. Bahan pewarna
4. Flavorings agents (bahan pemberi rasa)
Ekstrak kayu manis yang mengandung sinamaldehida memiliki
fungsi anti bakteri, anti jamur dan anti-inflamasi yang sangat baik dalam
melawan patogen di lingkungan oral serta aroma dan cita rasa yang baik.
Selain itu kandungan tannin pada kayu manis juga memiliki efek anti
oksidan yang tinggi sehingga tanaman ini memiliki potensi besar bila
dikembangkan oleh produsen sebagai bahan aktif dalam pembuatan obat
kumur. Dalam bentuk larutan sederhana, ekstrak kayu manis sudah dapat
memenuhi sejumlah tujuan dan fungsi obat kumur sehingga larutan ini
dapat dijadikan formula dasar dan dikembangkan dalam pembuatan
alternatif obat kumur berbahan herbal.
Sifat antibiofilm minyak atsiri kayu manis Kombinasi minyak atsiri
pada sediaan obat kumur dapat meningkatkan aktivitas penghambatan plak
biofilm.29,30 Hasil penelitian menunjukkan minyak atsiri kayu manis
memiliki daya hambat terhadap bakteri S. aureus dengan diameter zona
hambat 15,7 mm.Terdapat korelasi positif antara total komponen fenol
dengan aktivitas antibakteri minyak atsiri. Penelitian lain menunjukkan
bahwa aktivitas antibakteri minyak atsiri kayu manis dengan tes solid difusi

7
menunjukkan diameter zona hambat 19 mm, lebih tinggi dibandingkan
dengan jahe.

D. Kandungan Kimiawi Tanaman Kayu Manis


Kulit batang kering kayu manis mengandung minyak atsiri yang
mudah menguap, tannin, resin, protein, selulosa, pentosa, zat getah, lemak,
kalsium oksalat dan mineral. Besarnya komposisi mineral dan vitamin yang
terkandung sebagai berikut:
Komposisi kimia Cinnamomum burmanni Parameter
Parameter Komposisi
Kadar air 7,90 %
Minyak asiri 2,40 %
Alkohol ekstrak 8,2 – 8,5 %
Abu 3,55 %
Serat kasar 20,30 %
Karbohidrat 59,55 %
Lemak 2,20 %

Sumber : Thomas and Duethi, (2001)V

Kemampuan minyak atsiri kayu manis dalam menghambat


pertumbuhan biofilm S. mutans adalah 79,95%, sedangkan degradasi
biofilm sebesar 86,45%.33 Penelitian tersebut menguji campuran minyak
atsiri cengkeh dan kayu manis dalam respon antibakteri dan antibiofilm.
Berdasarkan kurva perhitungan metode Simplex Lattice Design (SLD),
terlihat bahwa proporsi minyak atsiri kayu manis dalam campuran
memberikan respon lebih besar dibandingkan minyak atsiri cengkeh. Hasil
tersebut memperlihatkan bahwa minyak atsiri yang memberikan pengaruh
lebih dominan terhadap respon antibakteri dan antibiofilm adalah minyak
atsiri kayu manis. Hasil pengujian fitokimia menggunakan kromatografi
lapis tipis-bioautografi menunjukkan bahwa kandungan minyak atsiri kayu

8
manis yang aktif sebagai antibakteri S. Mutans merupakan senyawa fenol
dengan hRf 64 yang berdiameter hambatan 5,0 mm. Selain itu, hasil
pengujian bioautografi ini juga menunjukkan bahwa kandungan minyak
atsiri kayu manis terdapat senyawa aldehida berupa sinamaldehida dengan
hRf 58 yang berdiameter hambatan 5,0 mm. Senyawa ini merupakan
senyawa utama dalam minyak atsiri kayu manis. Berdasarkan hasil tersebut
dapat dikatakan bahwa minyak atsiri kayu manis memiliki dua senyawa
aktif antibakteri yaitu fenolik dan sinamaldehid. Kemampuan antibakteri
dari senyawa tersebut adalah dengan merusak protein sel bakteri sehinga
mengacaukan membran sel atau membuat enzim-enzim tertentu menjadi
tidak aktif. Berkaitan dengan penghambatan biofilm, kemampuan senyawa-
senyawa fenolik dan aldehid untuk membuat enzim bakteri menjadi tidak
aktif, sehingga menyebabkan aktivitas enzim glukosiltransferase yang
digunakan S. mutans untuk mensistesis sukrosa dalam media menjadi
glukan. Akibatnya pembentukan biofilm juga menjadi terhambat karena
jumlah glukan, sebagai media perlekatan bakteri, sedikit atau terbatas. Hal
ini mengindikasikan minyak atsiri kayu manis memiliki aktivitas
antiquorum sensing dalam menghambat pembentukan biofilm.
Selain senyawa golongan fenilpropanoid seperti eugenol dan
sinamaldehid, minyak atsiri kayu manis juga mengandung senyawa
golongan terpenoid. Senyawa tersebut adalah hidrokarbon seperti α-pinena
dan limonene. Senyawa tersebut dapat terakumulasi dalam jaringan lipid
membran sel bakteri, dan menyebabkan terganggunya struktur dan fungsi
membran sel disebabkan oleh penambahan volume sel dan perubahan
permeabilitas membran sel bakteri.

E. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dengan
membandingkan nilai kekasaran rata-rata (Ra) permukaan email antar
waktu perendaman berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji
Repeated Anova maka terjadi peningkatan nilai Ra yang memiliki

9
perbedaan tidak bermakna jika dibandingkan dengan nilai Ra awal pada
kedua konsentrasi larutan setelah perendaman 60 menit. Terjadinya
peningkatan kekasaran pada kedua konsentrasi mungkin disebabkan oleh
pH dari ekstrak kayu manis yaitu sebesar 5.38 pada konsentrasi 4% dan 5.45
pada konsentrasi 12,5% berada di bawah pH kritis email (5.5) sehingga pada
perendaman selama 60 menit terjadi demineralisasi email namun waktu
perendaman tidak cukup lama, sehingga perbedaannya tidak bermakna. Hal
ini didukung oleh penelitian Utari (2011) yang menyatakan bahwa larutan
Gambir pada pH 5.42-5.48 telah meningkatkan kekasaran email dalam
perendaman selama 30 menit, 60 menit dan 90 menit namun dengan
perbedaan yang tidak bermakna.
Penurunan nilai Ra terjadi baik pada konsentrasi 4% dan 12,5% dan
hal ini dapat disebabkan oleh remineralisasi email gigi oleh mineral yang
terdapat dalam larutan kayu manis.. Mineral yang berperan besar sebagai
agen remineralisasi pada larutan ekstrak kayu manis antara lain kalsium,
fosfor dan magnesium dimana kandungan mineral ini terdapat cukup
banyak dalam larutan ekstrak kayu manis yang digunakan dalam penelitian
ini. Hal ini sesuai dengan penelitian Hoobi (2010) yang menguji
kemampuan kayu manis dalam meningkatkan resistensi email terhadap
kelarutan ion kalsium oleh asam. Pada penelitian tersebut Hoobi
menyatakan bahwa kemampuan remineralisasi yang dimiliki kayu manis
disebabkan oleh kandungan kalsium dan fosfornya, dimana keduanya
merupakan komponen utama dari kristal hidroksiapatit.
Pada hasil yang memiliki perbedaan tidak bermakna yaitu setelah
perendaman selama 120 menit dan 180 menit terhadap pengukuran awal (0
menit) serta perendaman 60 menit terhadap perendaman 120 menit
diperkirakan karena email telah mengalami demineralisasi baru kemudian
remineralisasi sehingga jika nilai Ra antar waktu tersebut dibandingkan
maka tidak memberikan hasil yang signifikan. Reaksi tersebut diungkapkan
dalam U.S Patent No. 4.080.440 penelitian Digiulio et al (1976) bahwa
larutan metastabil ion kalsium fosfat (campuran 0,005% sampai 5% kalsium

10
dan 0,005% sampai 5% fosfat) pada pH rendah (antara 2.5 sampai 4.0)
dalam kondisi kelarutan garam kalsium fosfat yang tinggi setelah penetrasi
larutan tersebut ke enamel yang didemineralisasi, akan menghasilkan
remineralisasi dari pengendapan garam kalsium fosfat. Selain itu menurut
penelitian Reynolds EC, larutan kalsium fosfat yang distabilkan dapat
mempertahankan konsentrasi yang tinggi dari ion kalsium dan fosfat, serta
pasangan ion dari lesi permukaan email, sehingga hal ini dapat
meningkatkan remineralisasi dari email gigi.
Pada hasil penelitian yang menunjukkan penurunan nilai Ra yang
bermakna yaitu pada konsentrasi 12,5% saat perendaman selama 120 menit
dan 180 menit terhadap perendaman awal diperkirakan karena lamanya
waktu perendaman sehingga terjadinya deposit mineral yang terus berlanjut
pada permukaan email. Hal ini dibuktikan secara visual yaitu setelah
perendaman 120 menit terlihat bahwa terdapat endapan dari larutan kayu
manis pada dasar tabung plastik yang digunakan sebagai tempat
perendaman serta pada pit dan fissure dari gigi-gigi yang direndam. Uji
antar konsentrasi yang dilakukan dalam penelitian ini antara larutan ekstrak
kayu manis 4% dan 12,5% menggunakan analisis statistik uji Independent-
Samples T Test. Hasil dari uji tersebut menunjukkan bahwa perubahan nilai
Ra tidak memiliki perbedaan yang bermakna untuk perbandingan antar
konsentrasi. Pada perendaman selama 60 menit terlihat peningkatan nilai Ra
pada kedua konsentrasi, sedangkan pada perendaman 120 menit dan 180
menit terjadi penurunan nilai Ra pada kedua konsentrasi tersebut dengan
nilai perubahan yang tidak jauh berbeda. Keadaan ini diperkirakan karena
nilai pH dan jumlah kandungan mineral dari kedua konsentrasi larutan yang
tidak jauh berbeda, namun hal ini perlu pembuktian dan penelusuran lebih
lanjut.
Selanjutnya setelah dilakukan analisis terhadap hasil penelitian,
maka dapat dilihat bahwa perendaman yang dilakukan selama lebih dari 60
menit yang jika dikonversi menjadi pemakaian obat kumur selama 1 bulan
pada kedua konsentrasi dapat mengurangi kekasaran permukaan email gigi,

11
selain itu perendaman larutan ekstrak kayu masis konsentrasi 12,5%
terbukti lebih efektif untuk mengurangi kekasaran permukaan email gigi.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
- Larutan ekstrak kayu manis dengan konsentrasi 4% memberikan
pengaruh yang tidak bermakna terhadap perubahan kekasaran
permukaan email gigi manusia pada peredaman selama 60 menit, 120
menit dan 180 menit.
- Larutan ekstrak kayu manis dengan konsentrasi 12,5% memberikan
pengaruh yang bermakna terhadap penurunan kekasaran permukaan
email gigi manusia pada perendaman selama 20 menit dan 180 menit.
- Perubahan kekasaran permukaan email gigi yang direndam dalam
larutan ekstrak kayu manis konsentrasi 4% dan yang direndam larutan
ekstrak kayu manis konsentrasi 12,5% tidak memiliki perbedaan yang
bermakna.
- Perubahan kekasaran permukaan email gigi manusia dipengaruhi oleh
lama perendaman dalam larutan ekstrak kayu manis, pH larutan, dari
larutam dan email gigi serta konsentrasi larutan.

B. Saran
Apabila larutan ekstrak kayu manis akan dibuat sebagai bahan obat
kumur sebaiknya menggunakan larutan dengan konsentrasi 12,5% karena
memiliki tingkat keasaman yang lebih mendekati pH netral dan
mengandung lebih banyak manfaat dari cinnamaldehyde, selain itu waktu
pemakaian dianjurkan agar lebih dari 1 bulan karena terbukti dapat
mengurangi kekasaran permukaan gigi. Namun penggunaan konsentrasi ini
perlu memperhatikan pengaruhnya terhadap sifat fisik email yang lain
seperti perubahan warna dan kekerasan email.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nurmalasari,D.L. Damiyanti,M. Eriwati,Y.K. (2017). Pengaruh Larutan ekstrak


kayu manis Terhadap kekerasan permukaan Email Gigi Manusia

Puspita,A. Kholifa,M. Nilasary,R. (2014). Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kayu


Manis (cinnamomum burmonni) Dalam Menurunkan pertumbuhan streptococcus
mutans secara Invitro.

14

Anda mungkin juga menyukai