Anda di halaman 1dari 18

AROMATERAPI PEPERMINT MENURUNKAN KEJADIAN MUAL DAN

MUNTAH PADA PASIEN POST OPERASI


Supatmi 1)Agustiningsih2)
1)
Akademi Keperawatan Karya Bhakti Husada Yogyakarta
2)
Akademi Keperawatan Karya Bhakti Husada Yogyakarta

Abstract
Surgery with general anesthesia can cause complication afterward. One of the
complications is nausea and vomiting. Pharmacology and non-pharmacology therapy can
be given to ease nausea and vomiting. Aromatherapy is one of the non-pharmacology
therapies for nausea and vomiting. This study is aimed to determine the duration efective
of aromatherapy on nausea and vomiting of post-surgery patient with general anesthesia.
This is quasi experiment post test-only non equivalent control group. Samples consist of
26 respondents on each group. Bivariate analysis shows significant different on nausea
and vomiting between intervention one, intervention two and control groups, where
nausea and vomiting lower on intervention group (p=0,014). It is suggested that
aromatherapy can be considered as one of complementary therapy to decrease nausea and
vomiting on post-surgery patient.

Keywords: Aromatherapy, Nausea and Vomiting, Post-Surgery patient with General


Anesthesia

Pendahuluan: prosedur anestesi umum kondisi pengeluaran isi lambung ke


yang digunakan pada setiap tindakan dalam mulut.
operasi dapat menyebabkan munculnya
permasalahan pada pasien antara lain Mual dan muntah melibatkan fungsi
mual, muntah, batuk kering, nyeri fisiologis yang kompleks dari saraf pusat
tenggorokan, pusing, nyeri kepala, dan perifer. Pada pusat lateral retikular
pusing, nyeri punggung, gatal-gatal, menerima berbagai macam jaras
lebam di area injeksi, dan hilang ingatan termasuk jaras vagal mukosa, saluran
sementara (Allen, 2004; Conway, 2009; gastrointestinal dan saluran syaraf,
Hewitt & Watts, 2009). Mual dan stimulasi salah satu dari jaras ini akan
muntah termasuk masalah yang sering memicu terjadinya refleks muntah
muncul pada pasien post operasi. Mual (Chiravalle & Caffrey, 2005). Stimulasi
dan muntah merupakan kondisi tidak muntah pada pasien post operasi dapat
nyaman yang diikuti dengan gejala disebabkan oleh berbagai faktor
pucat, berkeringat, teraba panas atau diantaranya faktor resiko dari pasien
dingin, takikardi, penurunan denyut (jenis kelamin, usia, riwayat mual dan
jantung, sakit perut, dan mulut terasa muntah, kecemasan, kebiasaan merokok,
tidak nyaman (Gundzik, 2008). kondisi pencernaan dan adanya penyakit
Menurut Cook (2008) mual merupakan kronik yang menyertai), faktor lamanya
sensasi tidak menyenangkan yang prosedur operasi, faktor penggunaan
mengawali terjadinya muntah, tetapi anestesi dan kondisi post operasi itu
tidak semua muntah diawali dengan sendiri. (Cook, 2008; Gundzik, 2008;
mual sedangkan muntah merupakan Hewitt & Watts, 2009).

175
Kondisi akut mual dan muntah ini dapat Penanganan mual dan muntah dapat
terjadi pada 24 jam pertama post operasi menggunakan farmakologi dan
(Burden, 2000 dalam Gundzik, 2008). nonfarmakologi yang berfungsi sebagai
Kejadian mual dan muntah ini tetap ada pencegahan dan pengobatan.
pada perawatan post operasi walaupun Penanganan mual dan muntah
sudah ditemukan anti mual dan muntah nonfarmakologi yang efektif salah
generasi baru, peningkatan teknologi satunya dengan terapi komplementer
operasi, pemberian anestesi yang (Chiravalle & Caffrey, 2005).
bereaksi singkat dan peningkatan cara Penggunaan terapi komplementer relatif
pemberian anestesi (Chiravalle & mudah, murah, efektif mengurangi mual
Caffrey, 2005). Angka kejadian mual dan muntah, menarik dan dapat diterima
dan muntah antara 27% - 50% dari total pasien (Hewitt & Watts, 2009). Terapi
pasien yang menjalani operasi (Allen, komplementer merupakan terapi
2004; Chiravalle & Craffrey, 2005), pendamping pengobatan konvensional
bahkan dapat meningkat menjadi 56% - (Buckle, 2007).
92% tergantung tipe pembedahan dan
adanya faktor resiko yang lain (Dodd et Terapi komplementer lain yang dapat
al, 2001 dalam Gundzik, 2008). Menurut digunakan untuk mencegah dan
Hewitt dan Watts (2009), angka kejadian mengurangi mual dan muntah post
mual dan muntah pada pasien dengan operasi adalah aromaterapi. Aromaterapi
pembedahan laparoskopi 40-77%, adalah minyak tumbuhan yang harum
sedang pada pembedahan ginekologi dan mempunyai konsentrasi tinggi dan
kejadian mual dan muntah mencapai mudah mengalami penguapan (Potts,
58%. 2009). Prinsip utama aromaterapi yaitu
pemanfaatan bau dari tumbuhan atau
Masalah mual dan muntah ini dapat bunga untuk mengubah kondisi
menimbulkan efek yang merugikan bagi perasaan, psikologi, status spiritual dan
pasien (Gundzik, 2008). Menurut memengaruhi kondisi fisik seseorang
Conway (2009) efek mual dan muntah melalui hubungan pikiran dan tubuh
ini antara lain dehidrasi, pasien (Carstens, 2010). Sumber minyak
ketidakseimbangan elektrolit, hipertensi harum yang digunakan sebagai
vena dan perdarahan, ruptur esofageal, aromaterapi diantaranya berasal dari
dan keadaan lanjut yang membahayakan pepermint, bunga lavender, bunga
jiwa pasien. Mual dan muntah juga mawar, jahe, lemon (Allen, 2004;
berefek pada kondisi munculnya stress Buckle, 2007; Kim, et all, 2007).
post operasi dan kecenderungan malas Minyak aromaterapi ini dapat digunakan
latihan gerak atau ambulasi dini pada dengan berbagai cara diantaranya
pasien (Allen, 2004). Mual dan muntah dihirup, melalui kulit saat mandi,
yang terjadi jika tidak ditangani akan digunakan untuk kompres, krim dan
memperpanjang masa rawat pasien, pencuci mulut (Buckle, 2007; Carstens,
meningkatkan biaya perawatan dan 2010).
menambah stressor bagi pasien oleh
karena hal tersebut perawat harus benar- Menurut Allen (2004) aromaterapi dapat
benar memahami kondisi mual dan menurunkan skor mual yang diukur
muntah yang terjadi pada pasien dengan Visual Analogue Scale (VAS)
(Buckle, 2007). dari skor 60 mm sebelum menggunakan
aromaterapi, menjadi 43,1 mm setelah
menggunakan aromaterapi selama 2
menit dan turun menjadi 28 mm setelah
5 menit menggunakan aromaterapi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Menurut Anderson dan Cross (2004) menjadi bahan masukan, pertimbangan
dalam Cook (2008) penggunaan dan salah satu contoh bagi perawat
aromaterapi pepermint dan isopropil dalam menerapkan pemberian
alkohol dapat menurunkan mual dan aromaterapi untuk mengurangi mual dan
muntah sebesar 48%. Penggunaan muntah pasien post operasi dan menjadi
aromaterapi jahe yang dioleskan pada bahan pertimbangan pengelolaan non
kulit hidung sebelum operasi dapat farmakologis mual dan muntah pada
menurunkan angka kejadian mual dan pasien post operasi.
muntah post operasi sebesar 80% Metode Penelitian: metode penelitian
(Geiger, 2005 dalam Buckle, 2007). ini menggunakan desain quasi
Tujuan Penelitian: tujuan penelitian eksperimental dengan post test-only non
adalah mengetahui efektifitas durasi equivalent control group.Peneliti
pemberian aromaterapi inhalasi terhadap mengamati dan mengukur pengaruh
mual dan muntah pada enam jam aromaterapi terhadap mual dan muntah
pertama pasien post operasi dengan post operasi dengan anestesi umum.
anestesi umum. Mengidentifikasi Peneliti memberikan aromaterapi
karakteristik pasien yang meliputi: tipe pepermint pada kelompok intervensi
operasi, lama operasi, riwayat mual dan segera setelah post operasi dan sudah
muntah serta kecemasan yang dialami dirawat di ruang rawat inap.
pasien. Mengidentifikasi terjadinya mual
dan muntah sesudah mendapatkan Hasil Penelitian: karakteristik
perlakuan standar pada kelompok responden menurut lama operasi
kontrol. Mengidentifikasi terjadinya berdasarkan hasil analisis univariat
mual dan muntah sesudah mendapatkan adalah sebagai berikut:
perlakuan standar dan pemberian
aromaterapi pada kelompok intervensi.
Mengidentifikasi perbedaan tingkat
mual dan muntah pada kelompok kontrol
dan kelompok
intervensi.Mengidentifikasi perbedaan
tingkat mual dan muntah berdasarkan
kondisi kecemasan responden.
Tabel 1
Distribusi responden menurut lama operasi responden dalam menit di RSUD
Panembahan Senopati Kabupaten Bantul Juli- Agustus 2014 (n1=n2=n3=26)

Variabel Mean Median SD Min-maks 95% CI


Lama Operasi
Kontrol 54,62 60 17,26 30-110 47,81-61,92
Intervensi 1 57,31 60 15,76 35-100 51,35-63,46
Intervensi 2 57,88 60 20,0 30-110 50,0- 65,38

kelompok intervensi 1 dan intervensi 2


Hasil analisis menunjukkan bahwa lama antara rentang 30 menit – 110menit.
operasi minimal pada kelompok kontrol,
Distribusi responden menurut jenis
operasi, riwayat mual dan muntah,
tingkat kecemasan
Tabel 2
Distribusi responden menurut jenis operasi, riwayat mual dan muntah, tingkat
kecemasan (post operasi) responden di RSUD Panembahan Senopati Kabupaten
Bantul Juli- Agustus 2014 (n1=n2=n3=26)
Variabel Kontrol % Intervensi1 % Intervensi2 %
Jenis Operasi
Apendiktomi 7 26,9 5 19,2 6 23,1
ORIF 12 46,2 11 42,3 11 42,3
Laparotomi 6 23,1 6 23,1 4 15,4
Lepas Plat 1 3,8 0 0 1 3,8
Mastektomi 0 0 3 11,5 2 7,7
Tonsilektomi 0 0 1 3,9 2 7,7
Riwayat mual dan muntah
Ya 2 7,7 2 7,7 0 0
Tidak 24 92,3 24 92,3 26 100
Tingkat Kecemasan
Normal 23 88,5 26 100 100 0
Ringan 2 7,7 0 0 0 0
Sedang 1 3,8 0 0 0 0
Berat 0 0 0 0 0 0
Sangat Berat 0 0 0 0 0 0

23 responden (88,5%), responden yang


Pada kelompok kontrol, kelompok mempunyai tingkat kecemasan ringan 2
intervensi 1 dan intervensi 2, jumlah responden (7,7%) dan responden dengan
responden terbanyak adalah ORIF yaitu tingkat kecemasan sedang ada 1
11- 12 responden (42,3%- 46,2%). responden (3,8%) sementara responden
Jumlah responden pada kelompok yang mempunyai tingkat kecemasan
kontrol dan kelompok intervensi 1 berat dan sangat berat tidak ada. Pada
mempunyai riwayat mual dan muntah kelompok intervensi 1 dan 2 semua
yang sama yaitu 2 responden (7,7%) responden mempunyai kecemasan
memiliki riwayat mual dan muntah. normal.
Responden yang tidak mempunyai Distribusi responden menurut terjadinya
riwayat mual dan muntah ada 24 mual dan muntah sesudah mendapat
responden (92,3%). Sedangkan pada perlakuan standar pada kelompok
kelompok intervensi 2 tidak ada yang kontrol dan kelompok intervensi dapat
mempunyai riwayat mual dan muntah. dilihat pada tabel 3 berikut:
Jumlah responden kelompok kontrol
yang mempunyai kecemasan normal ada

Tabel 3
Distribusi responden menurut terjadinya mual dan muntah pada kelompok kontrol
dan kelompok intervensi di RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul Juli-
Agustus 2014 (n1=n2=n3=26)
Tingkat mual dan muntah jumlah kejadian %
Kontrol
Normal 6 23,1
Ringan 8 30,8
Sedang 11 42.3
Berat 1 3,85
Intervensi 1
Normal 7 26,9
Ringan 12 46,2
Sedang 7 26,9
Berat 0 0
Intervensi 2
Normal 16 61,5
Ringan 5 19,2
Sedang 5 19,2
Berat 0 0

jumlah responden yang termasuk


Berdasarkan tabel 3 didapat data bahwa kategori normal 16 responden (61,5%),
pada kelompok kontrol kejadian mual sedangkan kategori ringan dan sedang
dan muntah terbesar pada kategori mual ada 5 responden (19,2%) dan kategori
dan muntah sedang yaitu 11 responden berat tidak ada.
(42,3%) dan kategori mual dan muntah Perbedaan kejadian mual dan muntah
berat ada 1 responden (3,8%). Pada pada kelompok kontrol dan kelompok
kelompok intervensi 1 kejadian mual intervensi dapat dilihat pada tabel 4
muntah terbesar pada kategori mual dan berikut:
muntah ringan yaitu 12 responden
(46,2%). Pada kelompok intervensi 2

Tabel 4
Perbedaan tingkat mual dan muntah pada kelompok kontrol dan intervensi di RSUD
Panembahan
Senopati Kabupaten Bantul Juli- Agustus 2014 (n1=n2=n3=26)
Mual dan muntah `
Normal Ringan Sedang Berat pvalue
n % n % n % n %

Kontrol 6 23,1 8 30,8 11 42,3 1 3,8 0,014


Intervensi 1 7 26,9 12 46,2 7 26,9 0
Intervensi 2 16 61,5 5 19,2 5 19,5 0
Total 29 37,2 25 32,1 23 29,5 1 1,3
Berdasarkan tabel 4 didapatkan selisih kejadian mual dan muntah antara kelompok
kontrol dan kelompok intervensi1 dan tinggi dibandingkan pada kelompok
intervensi 2 sebagai berikut, pada intervensi 1 yang hanya 7 responden
kelompok intervensi 1 dan 2, jumlah (26,9%) dan intervensi 2 yang hanya 5
responden yang tidak mengalami mual responden (19,2). Angka kejadian mual
dan muntah pada kelompok intervensi 1 dan muntah berat pada kelompok kontrol
ada 7 responden (26,9%) dan intervensi ada 1 rsponden (3,8%) sedangkan pada
2 ada 16 responden (61,5%), kelompok kelompok intervensii dan 2 tidak ada
intervensi 1 dan 2 mempunyai responden yang mengalaminya. Analisa lebih
yang tidak mengalami mual dan muntah lanjut didapatkan nilai p= 0,014, ini
lebih tinggi dibandingkan kelompok berarti bahwa ada perbedaan kejadian
kontrol yang hanya 6 orang (23,1%), mual dan muntah yang signifikan antara
kelompok intervensi 2 mempunyai kelompok kontrol, kelompok intervensi
responden yang tidak mual dan muntah 1 dan kelompok intervensi 2 (p<0,05).
lebih tinggi dibanding kelompok
intervensi 1. Pada kelompok intervensi Perbedaan kejadian mual dan muntah
1 angka kejadian mual dan muntah berdasarkan kondisi kecemasan
ringan ada 12 responden (46,2%), lebih responden
tinggi dibandingkan dengan kelompok Perbedaan kejadian mual dan muntah
kontrol yang hanya 8 responden (30,8%) berdasarkan kondisi kecemasan
dan kelompok intervensi 2 yang hanya 5 responden dapat dilihat pada tabel 5
responden. Pada kelompok kontrol sebagai berikut:
angka kejadian mual dan muntah tingkat
sedang ada 11 responden (42,3%), lebih

Tabel 5
Perbedaan tingkat mual dan muntah berdasarkan kondisi kecemasan responden di
RSUD Panembahan Senopati Kabupaten Bantul Juli- Agustus 2014 (n=78)

Mual dan muntah `


Normal Ringan Sedang Berat pvalue
n % n % n % n %
Tidak cemas 28 37,8 25 33,8 21 28,4 0 0 0,000
Cemas 1 25 0 0 2 50 1 25
Total 29 37,2 25 32,1 23 29,5 1 1,3
Berdasarkan tabel 5, jumlah responden reponden mual dan muntah ringan.
yang mengalami mual dan muntah normal Menurut Hewitt dan Watt (2009) jenis
pada kelompok responden tidak cemas operasi laparatomi mempunyai resiko
ada 28 responden (37,8%), yang terjadinya mual dan muntah sebesar 40-
mengalami kecemasan ringan ada 25 77%. Menurut Chatterjee (2011) dalam
responden (33,8%), yang mengalami Paterson (2012) menyebutkan bahwa
kecemasan sedang ada 21 responden laparatomi mempunyai resiko terjadinya
(28,4%), dan tidak ada yang mengalami mual dan muntah sampai 70% hal ini
mual dan muntah berat. Sedangkan pada disebabkan karena adanya udara yang
kelompok responden cemas, jumlah masuk kedalam perut selama prosedur
responden yang mengalami mual dan operasi, gas tersebut menyebabkan
muntah tingkat normal 1 responden (25%) tekanan pada nervus vagus, selanjutnya
mual muntah ringan tidak ada, jumlah nervus mengirim sinyal ke pusat muntah
responden mual dan muntah sedang ada 2 di medulla oblongata.
responden (50%), dan jumlah responden
mual dan muntah berat ada 1 responden Selain jenis operasi ORIF dan laparotomi,
(25%). Analisis lebih lanjut didapatkan jenis operasi pada responden penelitian
nilai p=0,000, ini berarti bahwa ada ini adalah jenis operasi mastektomi. Hasil
perbedaan kejadian mual dan muntah penelitian ini menunjukkan bahwa 3
yang signifikan pada kelompok responden dengan jenis operasi
responden tidak cemas dan kelompok mastektomi mengalami mual dan muntah
responden yang cemas (p<0,05). ringan. Jenis operasi mastektomi juga
merupakan salah satu tipe pembedahan
Pembahasan: Jenis operasi pada mayor yang mempunyai resiko terjadi
responden penelitian ini bervariasi yaitu mual dan muntah sampai 58%
apendiktomi, Open Reduction and (Lewthwaite, 2009). Menurut Collins
Internal Fixation (ORIF), laparotomi, (2011) jenis operasi dapat menyebabkan
pelepasan Plat, mastektomi dan terjadinya mual dan muntah dengan
tonsilektomi. Jenis operasi ORIF mekanisme sebagai berikut: tindakan
merupakan tipe pembedahan yang pembedahan dapat menstimulasi syaraf
terbanyak baik pada kelompok kontrol muntah yang dikontrol oleh sistem syaraf
maupun pada kelompok intervensi. Hasil pusat yang berada di medulla oblongata
penelitian ini menunjukkan pada jenis dan kemoreseptor trigger zone, tindakan
operasi ORIF terdapat 1 responden yang pembedahan juga dapat langsung
mempunyai mual muntah sedang dan 6 mempengaruhi/menstimulasi syaraf otak
reponden mual dan muntah ringan. dan sistem limbik, serta nervus vagus.
Terkait jenis operasi, ORIF merupakan Pada saat intra operasi nervus vagus
jenis operasi muskuloskeletal yang terjadi penurunan otot gaster sedangkan
mempunyai resiko terjadi mual dan pada saat operasi selesai, terjadi kontraksi
muntah sampai 40% (Gundzik, 2008). diafragma secara terus menerus dan
kadang terjadi aliran balik isi lambung ke
dalam esofagus dan mulut.
Jenis operasi lain yang terdapat pada
responden penelitian ini adalah Penelitian ini sesuai dengan penelitian
laparatomi. Hasil penelitian ini Jolley (2001) yang menyatakan bahwa
menunjukkan pada jenis operasi pada semua pembedahan mempunyai
laparatomi terdapat 6 responden yang resiko mual dan muntah sampai 38%,
mempunyai mual muntah sedang dan 5 sedangkan pada pembedahan ortopedi
dan ginekologi mempunyai faktor resiko prosedur operasi yang lebih dari tiga jam
terjadi mual dan muntah sampai 40%. menyebabkan resiko terjadinya mual dan
Menurut Gan (2002) dalam Gundzik muntah yang tinggi hal ini disebabkan
(2008) jenis operasi tonsilektomi karena pengaruh lamanya penggunaan
mempunyai resiko terjadinya mual dan anestesi. Pada penelitian ini peneliti tidak
muntah post operasi sampai 60%. menemukan responden yang menjalani
Pada penelitian ini rata-rata lama operasi prosedur operasi lebih dari tiga jam. Fakta
kurang dari 60 menit. Menurut Gundzik pada penelitian ini diperoleh 10
(2008) prosedur pembedahan dengan responden yang menjalani operasi dengan
jangka waktu yang lama menyebabkan lama operasi lebih dari satu jam, dan dari
semakin lama pasien terpapar anestesi, kesepuluh responden tersebut terdapat
kondisi ini dapat meningkatkan resiko delapan responden (80%) mengalami
terjadinya mual dan muntah. Hal ini telah mual dan muntah, hal ini menguatkan
dibuktikan pada penelitian Chatterjee, et teorinya Cotton, Rowell, Hood dan
al (2011) dalam Paterson (2012) yang Pellegrini (2007) yang menyatakan
menyatakan bahwa peningkatan durasi bahwa pembedahan lebih dari satu jam
pembedahan selama 30 menit dapat beresiko terjadinya mual dan muntah.
meningkatkan resiko terjadinya mual dan
muntah sampai 60%. Fakta yang peneliti Pada penelitian ini terdapat 4 (7,7%)
dapatkan pada responden ini tidak ada responden yang mempunyai riwayat mual
perbedaan antara lama operasi dengan dan muntah, keempat responden tersebut
kejadian mual dan muntah. Tidak adanya adalah 2 responden kelompok kontrol
perbedaan lama operasi terhadap kejadian yang mengalami mual muntah berat dan
mual dan muntah dimungkinkan karena mual muntah sedang masing-masing 1
adanya faktor resiko mual dan muntah responden, sementara 2 responden lain
yang lain. Pada penelitian ini responden dari kelompok intervensi 1 mengalami
yang lama operasi lebih dari 60 menit, mual muntah sedang dan mual muntah
terdapat 10 responden yang mengalami ringan masing-masing 1 responden. Fakta
mual dan muntah ringan, 11 responden ini selaras dengan penelitian Paterson
mengalami mual dan muntah ringan dan 3 (2012) yang menyatakan bahwa riwayat
responden yang mengalami mual dan mual dan muntah post operasi
muntah sedang dan kategori mual dan sebelumnya dapat meningkatkan resiko
muntah berat tidak ada. terjadinya mual dan muntah pada operasi
Penelitian ini memiliki satu responden berikutnya. Pernyataan Paterson (2012)
dengan lama pembedahan kurang dari 60 mendukung pendapat Hewitt dan Watts
menit mengalami mual dan mutah berat, (2009) yang menyatakan bahwa riwayat
setelah dianalisis lebih lanjut, pasien mual dan muntah dapat masuk kedalam
tersebut mempunyai 4 faktor resiko memori pasien dan menimbulkan trauma
terjadinya mual dan muntah yaitu wanita, dan rasa takut pada pasien, memori dan
bukan perokok, mempuyai riwayat mudah rasa takut ini akan mempengaruhi kerja
terjadi mual dan muntah dan mengalami pusat kortek tertinggi sehingga
kecemasan berat, ini sesuai dengan menyebabkan kejadian mual dan muntah
pandangan Collins (2011), tentang faktor kembali.
resiko terjadinya mual dan mutah post
operasi. Menurut Shiffman (2003) riwayat mual
muntah selalu menjadi faktor resiko
Menurut Dodd et al, (2001) dalam terjadinya mual dan muntah post operasi
Gundzik (2008) menyatakan bahwa pada model penilaian mual dan muntah
diantaranya, “Model Apfel” menyebutkan sebesar 20%. Menurut Fequeredo dan
bahwa 4 faktor resiko terjadinya mual dan Canosa (1999) mual dan muntah dapat
muntah post operasi adalah riwayat mual terjadi karena stimulasi organ tubuh
dan muntah, jenis kelamin wanita, bukan akibat prosedur operasi. Stimulasi ini
perokok dan penggunaan opioid post menyebabkan ketidakseimbangan kerja
operasi. “Model Koivuranta” syaraf dan sensori tubuh yang diantaranya
menyebutkan ada 5 faktor resiko dapat menimbulkan kontraksi abdomen
terjadinya mual dan muntah post operasi sehingga mengakibatkan terjadinya mual
yaitu punya riwayat mual dan muntah, dan muntah post operasi. Kejadian ini
jenis kelamin wanita, lama pembedahan, akan berulang dikemudian hari jika
bukan perokok, dan riwayat mual dan muncul faktor pemicu yang sama.
muntah saat kehamilan. “Model Palazzo
dan Evans” menyebutkan bahwa ada 3 Pada penelitian ini pengambilan data
faktor resiko yang menyebabkan tingkat kecemasan dilakukan pada 6 jam
terjadinya mual dan muntah post operasi setelah mendapatkan intervensi, baik pada
yaitu punya riwayat mual dan muntah, kelompok kontrol maupun intervensi.
jenis kelamin wanita dan penggunaan Hasil data tingkat kecemasan sudah
opioid post operasi. “ Model Sinclair” dipengaruhi oleh intervensi yang
faktor resiko yang menyebabkan dilakukan sebelumnya, yaitu pada
terjadinya mual dan muntah post operasi kelompok kontrol dipengaruhi perlakuan
adalah punya riwayat mual dan muntah, standar sedangkan pada kelompok
usia muda, jenis kelamin wanita, bukan intervensi dipengaruhi oleh perlakuan
perokok, penggunaan opioid post operasi, standar dan pemberian aromaterapi.
penggunaan anestesi umum, lama Tingkat kecemasan yang berbeda antara
penggunaan anestesi dan tipe kelompok kontrol dan kelompok
pembedahan. Forrester, et al (2007) intervensi merupakan salah satu bukti
mengemukakan bahwa pasien yang bahwa tingkat kecemasan berbanding
termasuk kategori resiko tinggi terjadinya lurus dengan kejadian mual dan muntah.
mual dan muntah post operasi adalah Pada hasil penelitian ini, pada kelompok
punya riwayat terjadi mual dan muntah, kontrol maupun pada kelompok
pasien dengan anestesi umum, jenis intervensi tidak ada responden yang
kelamin wanita, dan bukan perokok. mempunyai tingkat kecemasan berat dan
Berdasarkan teori dan fakta yang sangat berat.
diperoleh dalam penelitian dapat Pada penelitian ini didapatkan adanya
disimpulkan bahwa riwayat mual dan perbedaan kejadian mual dan muntah
muntah dapat mempengaruhi kejadian pada responden yang mengalami cemas
mual dan muntah pada pasien post dan responden yang tidak cemas.
operasi. Penelitian ini sesuai dengan teori
Callaghan dan Cheungli (2002), yang
Menurut Apfel, Kranke dan Eberhart menyatakan bahwa kecemasan dapat
(2004) riwayat mual dan muntah mempengaruhi terjadinya mual dan
mempengaruhi kejadian terjadinya mual muntah post operasi. Menurut Gundzik
dan muntah post operasi sebesar 47-70%, (2008) kondisi cemas memicu terjadinya
sedangkan faktor resiko yang lain seperti peningkatan plasma katekolamin dan
jenis kelamin wanita, bukan perokok, dan penumpukan udara pada saluran cerna
penggunaan opioidpost operasi, setiap yang akan menimbulkan distensi lambung
satu faktor resiko dapat meningkatkan dan memicu terjadinya mual dan muntah.
kejadian mual dan muntah post operasi
Sloan (2007) menyatakan bahwa pelaksanaan operasi dapat menurunkan
kecemasan pada pasien dengan anestesi tingkat kecemasan pasien. Menurut
umum mengalami peningkatan Oxlad, et al (2006) menyatakan bahwa
kecemasan sampai 55%, hal ini jika tidak tingkat kecemasan sebelum operasi
dilakukan intervensi pencegahan akan mempengaruhi tingkat kecemasan
mengakibatkan komplikasi yang serius sesudah operasi. Upaya untuk
pada post operasi. Menurut Perason, menurunkan tingkat kecemasan di RSUD
Madden dan Fitridge (2005) komplikasi Panembahan Senopati sudah dilakukan,
yang serius akibat kecemasan pada pasien diantaranya program penjelasan dan
post operasi diawali dari kondisi pendampingan pasien yang akan
kecemasan pasien pre operasi yang tidak menjalani operasi yang melibatkan
terkontrol. Kecemasan pre operasi ini keluarga pasien. Keluarga pasien diikut
akan meningkatkan aktifitas sistem syaraf sertakan untuk aktif memberikan suport
simpatik, peningkatan sirkulasi kortisol kepada anggota keluarganya yang akan
dan katekolamin, kondisi ini menjalani operasi. Kondisi ini sesuai
menyebabkan terjadinya penurunan kerja dengan hasil penelitian Callaghan dan
sistem imun dan peningkatan waktu Cheungli (2002) yang menyatakan bahwa
agregrasi platelet, hal ini dapat intervensi psikologis berupa distraksi
menyebabkan komplikasi infeksi, kecemasan dan pemberian informasi
keterlambatan penyembuhan luka dan terhadap tindakan pre, intra dan post
Deep vein thrombosis (DVT). operasi dapat meningkatkan tingkat
kepuasan pasien setelah menjalani
Menurut Richard, et al (2008) tingkat operasi.
kecemasan sesorang juga dipengaruhi
oleh jenis operasi. Pada jenis operasi Perbedaan mual dan muntah pada
orthopedi ditemukan 50% pasien kelompok kontrol dan kelompok
menunjukkan tanda-tanda kecemasan intervensi.
sampai mengarah pada tingkat depresi. Penelitian ini didapatkan prosentase
Kecemasan post operasi yang dialami kejadian mual dan muntah tingkat sedang
pasien pada penelitian Richard,et al pada kelompok kontrol yang terbesar
(2008), tersebut rata-rata selama 2-5 hari 42,3% sedangkan pada kelompok
post operasi dan kondisi ini secara intervensi1 yang diberi aromaterapi pada
signifikan berpengaruh pada lama 10 menit pertama prosentase terbesar
perawatan post operasi di Rumah Sakit. adalah mual dan muntah pada tingkat
Pada penelitian ini, mayoritas jenis ringan yaitu 46,2% dan pada intervensi 2
operasi responden adalah pembedahan yang diberi aromaterapi 2 kali yaitu 10
ortopedi yaitu 44,23% dari total seluruh menit pertamadan diulangi tiga jam
responden, tetapi peneliti medapatkan berikutnya, prosentase terbesar pasien
data bahwa tingkat kecemasan responden tidak mengalami mual dan muntah yaitu
dengan tipe pembedahan ortopedi pada sebesar 61,5%. Penelitian ini juga
penelitian ini semua dalam kategori menunjukkan bahwa tingkat mual dan
normal. muntah pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi1 dan 2 berbeda
Kecemasan pre operasi merupakan secara signifikan. Dengan demikian
masalah yang harus segera diselesaikan peneliti berasumsi bahwa pemberian
agar tidak berlanjut ke arah kondisi aromaterapi selama 10 menit pertama dan
depresi. Menurut Mitchell (2000), diulang setelah 3 jam berikutnya yang
pendampingan dan penjelasan sebelum dilakukan pada kelompok intervensi 2
lebih efektif untuk mencegah dan dengan aroma isopropyl alkohol inhalasi
menurunkan mual dan muntah post dan ondansetron dibandingkan dengan
operasi dengan anestesi umum. pencegahan dengan ondansetron saja.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil bahwa mual dan muntah yang terjadi pada
penelitian Allen (2004), yang menyatakan kelompok yang menggunakan isopropil
bahwa aromaterapi pepermint dapat alkohol dan ondansetron lebih tinggi
menurunkan kejadian mual dan muntah sedangkan yang menggunakan
pada pasien post operasi. Pada penelitian ondansetron saja, nilai nilai p=0,45.
Allen (2004) tersebut, evaluasi mual Berdasarkan hasil penelitian tersebut
menggunakan Visual analogue scale disimpulkan bahwa penggunaan aroma
(VAS). Evaluasi dilakukan 2 menit isopropil alkohol tidak mempengaruhi
setelah intervensi dilakukan. Berdasarkan terjadinya penurunan mual dan muntah.
hasil analisis penelitian Allen tersebut
didapatkan nilai p<0,05. Penelitian ini Analisis terhadap penelitian Radford et, al
juga mendukung penelitian Chiravalle (2011) antara lain, bahwa penggunaan
dan Caffrey (2005) yang menyebutkan Isopropil alkohol inhalasi kurang sesuai
bahwa aromaterapi seperti minyak digunakan untuk pasien dengan resiko
essensial mawar, minyak essensial lemon, mual dan muntah yang tinggi. Pada
minyak essensial lavender dan minyak penelitian tersebut responden yang
essensial pepermint dapat menurunkan digunakan mempunyai minimal 3 faktor
mual dan muntah kategorik ringan dan resiko terjadinya mual dan muntah post
sedang pada 5 menit setelah pemakaian operasi, dan prosentase terbesar pada
dengan nilai p: 0,028. responden penelitian tersebut adalah
responden dengan 5 faktor resiko
Penelitian Merrit, at al (2002) dalam terjadinya mual dan muntah. Analisis
Lewthwaite (2009) menyatakan bahwa yang lain adalah intervensi pada
aromaterapi isopropil alkohol yaitu salah penelitian tersebut hanya dilakukan satu
satu jenis aromaterapi, tetapi bukan kali sedangkan evaluasinya dilakukan
berasal dari bahan organik murni setelah 24 jam pemberian intervensi,
melainkan dibuat dari bahan sintetik, waktu evaluasi ini kurang efektif, karena
efektif untuk mengurangi mual dan isopropil alkohol mempunyai efek jangka
muntah. Analisis pada penelitian tersebut pendek yaitu 20-60 menit, sehingga waktu
menyatakan bahwa isopropil alkohol ideal untuk melakukan evaluasi adalah 2
menghambat neurotrasmiter yang jam setelah intervensi diberikan, Teran
mengaktifkan sinyal mual dan muntah dan Hawkins (2001) dalam Radford
dalam kemoreseptor tringger zone di otak. (2011).
Penelitian ini juga mendukung hasil
penelitian Lua dan Zakarya (2012) yang Menurut Allen, Keslie, dan Jansen,
menyatakan bahwa pemberian (2011), waktu evaluasi mual dan muntah
aromaterapi inhalasi pepermint dan jahe post operasi pada pasien pembedahan
dapat menurunkan angka kejadian dan gienekologi dengan menggunakan Visual
kesakitan mual dan muntah ringan serta Analog Scale (VAS) dilakukan pada 4 dan
dapat meningkatkan kepuasan pasien. 24 jam post operasi. Pada pengukuran
mual dan muntah 4 jam post operasi
Hasil penelitan ini berbeda dengan hasil diperoleh data bahwa kejadian mual dan
penelitian oleh Radford et, al (2011), yang muntah mencapai 40%, sedangkan
meneliti pencegahan mual dan muntah pengukuran mual dan muntah pada 24 jam
post operasi diperoleh data kejadian mual mual dan muntah pada pasien dengan post
dan muntah mencapai 57%. Hasil operasi dengan anestesi umum.
penelitian Allen, Keslie, dan Jansen, Pemberian aromaterapi ini merupakan
(2011), tersebut memperkuat hasil terapi komplementer yang termasuk
penelitian Voigt et al, (2011) yang tindakan mandiri perawat.
menyatakan bahwa insiden kejadian mual
dan muntah post operasi dapat dibagi Simpulan: Karakteristik jenis operasi
menjadi dua kategori, yaitu mual dan mayoritas responden adalah ORIF baik
muntah awal, terjadi pada 0-2 jam post pada kelompok kontrol maupun
operasi sedangkan mual dan muntah akhir kelompok intervensi. Pada kelompok
terjadi pada 2 – 24 jam post operasi. kontrol dan kelompok intervensi 1
mempunyai karakteristik riwayat mual
Pada penelitian ini jika dilihat dari hasil dan muntah yang sama, sedangkan pada
skor mual dan muntah, pada responden kelompok intervensi 2, tidak ada
kelompok intervensi 1 mayoritas responden yang mempunyai riwayat mual
responden yaitu 53, 4% berada pada dan muntah. Mayoritas kecemasan
tingkat mual dan muntah ringan pada 6 responden pada tingkat normal.
jam pertama. Analisis yang didapat bahwa Prosentase kejadian mual dan muntah
pada 1-2 jam pertama aromaterapi bekerja pada kelompok kontrol yang terbesar
dengan mengalihkan stimulus mual dan adalah mual dan muntah tingkat sedang,
muntah ke stimulus rileks dan segar, hal sedangkan pada kelompok intervensi 1
ini membuat reflek mual hilang atau prosentase terbesar adalah mual dan
berkurang, kemudian setelah memasuki muntah pada tingkat ringan dan kelompok
jam ke-3 sampai jam ke-6, kemampuan intervensi 2 mayoritas normal.
aromaterapi mengalihkan stimulus mual
dan muntah sudah berkurang bahkan
hilang sehingga reflek mual dan muntah DAFTAR PUSTAKA
muncul kembali. Allen, G. (2004). Aromatherapy’s effect
on postoperative nausea,
Penelitian ini belum dapat mengekplorasi intravenous lidocaine; ignition
kondisi dan respon subyektif responden of drape material; rofecoxib.
terhadap mual dan muntah yang Association of Operating Room
dialaminya secara mendalam. Contohnya Nurse Journal, 80(3), 572-578
respon subyektif responden yang diperoleh dari
ditemukan pada penelitian ini adalah ada www.proquest.com.
2 responden yang menyatakan bahwa Akin, A. & Cetin, B. (2007). The
badannya menjadi ringan, lega dan depression anxiety and stress
merasa nyaman setelah mengalami mual scale ( DASS): The study of
dan muntah yang banyak. Respon validity and reliability,
subyektif individu terhadap mual dan education sciences. Theory &
muntah tersebut tidak dapat tergali semua Practice Journal, 7(1), 260-268
karena instrumen penelitian ini diperoleh dari
menggunakan pertanyaan/pernyataan www.proquest.com.
tertutup dan metode penelitian ini dengan Anderson, B. A. (2008). Ondansetron
menggunakan kuantitatif. therapy and post operative
nausea and vomiting (PONV),
Penelitian ini membuktikan bahwa Mountain State University in
aromaterapi dapat menurunkan tingkat partial fulfilment of the
requirement for the degree of Practice, doi:
master of science in Nursing, 10.1155/2011/748031.
diperoleh dari Chiravalle, P. & Craffrey, M. (2005).
www.proquest.com. Alternative therapy applications
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2009). for postoperative nausea and
Medical surgical nursing: Clinic vomiting. The Holistic Nursing
management for positive Journal, 19(5), 207-201.
outcome, 8th ed., St. Louis: diperoleh dari
Elsevier Saunders. www.proquest.com.
Brown, E. N., Lydic, R., & Schiff, N Collins, A. S. (2011). Postoperative
(2010). General anestesia, sleep nausea and vomiting in adults:
and coma, The new England Implication for critical care,
Journal of Medicine, 3(2), 27- Critical Care Nurse Journal,
63. diperoleh dari 31(6),36-45 diperoleh
www.proquest.com. dari:www.ccnonline.org.
Buckle, J. (2007). Literature review: Cook, N. (2008). Aromatherapy:
Should nursing take reviewing evidence for its
aromatherapy more seriously?. mecahanisme of action and CNS
British Journal of effects. British Journal of
Nursing,16(2), 116-120. Neuroscience Nursing, 4(12).
diperoleh dari 595-60, diperoleh dari
www.proquest.com. www.proquest.com.
Callaghan, P., & Cheungli. H. (2002). Conway, B. (2009). Prevention and
The effect of pre operative management of postoperative
psychological interventions on nausea and vomiting in adults,
post operativeoutcomes in AORN Journal,90(3). 391–413.
chinese women having an diperoleh dari
elective hysterectomy, British www.proquest.com.
Journal of Health Psychology, Cotton, J. W., Rowell, L. R., Hood, R.
7(2), 247-252. diperoleh dari R., & Pellegrini, J. E. (2008). A
www.proquest.com. comparative analysis of isopropyl
Carstens, J. (2013). Complementary alcohol and ondansetron in the
therapies (aromatheapy and treatment of post operative nausea
herbal medicine): clinician and vomiting from the hospital
information, Evidence setting to home, AANA Journal,
Summaries-Joanna Briggs 75(1), 21- 28. diperoleh dari
Institute, 11(1), 1-5 diperoleh www.aana.com/aanajournal.
dari aspx.
http:/seach.ProQuest.com/docvi Daabiss, M. (2011). American society of
ew/921745616?accountid=1724 anaesthesiologists physical status
2. classification, Indian Journal of
Anaesthesia, 55(2), 111-117,
Chattejee, S., Rudra, A., & Sengupta, S. doi:10.4103/0019-5049.79879.
(2011). Current concepts in the Damanik, E. D. (2006). Pengujian
management of post operative reliabilitas, validitas, analisis
nausea and vomiting, item dan pembuatan norma
Anesthesiology Research and Depression Anxietay Stress Scale
(DASS), Berdasarkan Penelitian
pada kelompok sampel 93, diperoleh dari
Yogyakarta dan Bantul yang www.proquest.com.
mengalami gempa bumi dan Hines, S., Steels, E., Chang, A., &
kelompok Jakarta dan sekitarnya Gibbons, K. (2012).
yang tidak mengalami gempa Aromatherapy for treatment of
bumi, didapat dari (Tesis yang post operative nausea and
tidak dipublikasikan). Universitas vomiting (review), 4,
Indonesia. doi:10.1002114651858CD007598
Dhanani, N. M. & Jiang, Y. (2011). , pub 2.
Anosmia and hypigeusia as a Hastono, S. P. (2007). Analisis data
complication of general kesehatan. Depok: Fakultas Ilmu
anesthesia, Journal of Clinical Kesehatan Masyarakat
Anesthesia, doi: Universitas Indonesia.
10.1016/jjclinane.2011.08005. Helms, J. E. (2006). Complementary and
Dharma, K. K. (2011). Metodologi alternative therapies: A new
penelitian keperawatan. Trans frontier for nursing education,
Info Medika : Jakarta. Journal of Nursing Education,
Fenton, M. V.,& Moris, D. L.(2003). The 45(3), 117-125, diperoleh dari
integration of holistic nursing www.proquest.com.
practices and complementary and Hewitt,V. & Watts, R. ( 2009). The
alternative modalities into effectiveness of non-invasive
curricula of schools of nursing, complementary therapies in
Alternatif Therapies in Health reducing posoperative nausea and
and Medicine, 9(4), 62-67, vomiting following abdominal
diperoleh dari laparoskopic surgery in women:
www.proquest.com. A systematic review. Journal
Fequeredo, E.,& Canosa, L. (1999). British In Library of Systematic
Prophylactic ondansetron for post Review. 7(19), 850-907, diperoleh
operative emesis: meta analysis of dari www.proquest.com.
its effectiveness in patients with Hughes, E. (2004). Principles of post-
and without a previous history of operative patient care, Proquest
motion sickness, Europe Journal Nursing & Allied Health
of Anaesthesiology, 16(5), 556- Source,19(5), 45-51, diperoleh
564, diperoleh dari dari www.proquest.com.
www.proquest.com. Hun, R., Deinemann, J., Norton, J.,
Hartley, W., Hudgens A., Stern,
Gundzik, K. (2008). Nausea and T., & Divine, G. (2012).
vomiting in the ambulatory International anesthesia research
surgical setting. Orthopaedic society, Journal of Clinical
Nursing, 27 (3), 182-187, Anesthesia, doi:
diperoleh dari 10.1213/ANE.0bo13e31824aob1c
www.proquest.com. .
Grunebaum, L. D., Murdock, J., & Ignatavicius, D. D. & Workman, M. L.
Tardan, M. P. C. (2011). Effects (2010). Medical surgical nursing
of lavender alfactory input on patient centered collaborative
cosmetic procedur, Journal of care, Saunder Elsevier, St. Louis,
Cosmetic Dermatologi, 10(2),89- Missouri 63146.
Jolley, S. (2001). Managing post operative state anxiety in the
operative nausea and vomiting, determination of intra operative
Proquest Nursing & Allied Health neuroendocrine responses and
Source, 15(40), 45-56, diperoleh recovery, British Journal of
dari www.proquest.com. Health Psychology, 5(7), doi:
Kim, J. T., Ren, C. J., Fielding, G. A., 10.1348/135910705x26957.
Pitti, A., Kasumi,T., Wajda, M., Paterson, J. G. (2013). Assessing the risk
Lebovits, A., & Bekker, A of post-operative nausea and
(2007). Treatment with lavender vomiting, Nursing Standar/RCN
aromatherapy in the post- Publising, 27(18), 35-45,
anesthesia care unit reduces diperoleh dari
opioid requirements of morbidly www.nursing.standar.co.uk.
obese patients undergoing Perez, C. (2003). Clinical aromatherapy
laparoskopic adjustable gastric part 1: An introduction into
banding, Obesity Surgery nursing practice, Clinical Journal
Journal,17, 920 – 925, diperoleh of Oncology Nursing, 7(5), 595-
dari www.proquest.com 596, doi: 101188103.cjon.
Kim, J. T., Wajda, M.,Cuff, G.,Serota, Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012).
D., Schlame, M., Axelrod, D., Nursing research generating and
Guth, A. A., & Bekker, A.Y., assesing eviden for nursing
(2006), Evaluation of practice, 9th ed., Philadelphia:
aromatherapy in treating Wolters Kluwer Health
postoperative pain: pilot study, Lippincott William & Wilkins.
Anesthesiology and Surgery Potter, P. A . & Perry, A. (2009).
Journal,6 (4) diperoleh dari Fundamental of nursing, 7th ed.
www.proquest.com. Vol.1. Mosby; Elsevier Inc.
Kim, T. H., Choi, B. M., Chin, J. H., Lee, Potts, J. (2009). Aromatherapy in nursing
M.S, Kim, D. H & Noh, G. J practice, Australian Nursing
(2007). The Reliability and Journal, 16(11): 55. diperoleh
validity of the rhodes Index of dari www.proquest.com.
nausea, vomiting and retching in Radford, K. D., Fuller, T. N., Bushye,B.,
post operative nausea vomiting, Daniel,C., & Pellegrini, J. E,
Korean Journal Anesthesia, 52 (2011) Prophylactic isoprophyl
(6), 59-65. diperoleh dari alcohol inhalation and
www.proquest.com. intravenouse ondansetron vesus
Koensoemardiyah, (2009). A-Z ondansetron alone and vomiting
aromaterapi unutk kesehatan, in high-risk patients, AANA
kebugaran, dan Journal,76 (4). diperoleh dari
kecantikan,Yogyakarta, Lily www.aana.com/aanajournal
Publisher. online.aspx.
Lewthwaite, B. J. (2009). What do nurse Richard, S. J., Nickinson, Timothy, N.,
know about post-operative nausea Board, F. R., Peter, R., & Kay, F.
and vomiting, MEDSURG R. (2009). Post operative anxiety
Nursing, 18(2), 110-113 and depression levels in
diperoleh dari orthopaedic surgery: a study of 56
www.proquest.com. patients undergoing hip or knee
Pearson, S., Maddern, G. J., & Fitridge, arthroplasty, Journal of
R. (2005). The role of pre Evaluation in Clinical Practice,
3(7), 307-310, doi:
10.1111/j.1365-
2753.2008.01001.x. diperoleh
dari www.proquest.com.
Sastroasmoro, S.,& Ismael, S. (2011).
Dasar-dasar metodologi
penelitian klinis, Edisi ke-4, ,
Jakarta, Sagung Seto.
Shiffman, M. A. (2003). Post operative
nausea and vomiting cause,
prevention and treatment,
International Journal of Cometic
Surgery and Aesthetic
Dermatology, 5 (1), diperoleh
dari www.proquest.com.
Simurina, T., Mraovic, B., Mikulandra,
S., Sonicki, Z., & Dukic, B.
(2010). Effects of high intra
operative inspired oxygen on post
operative nausea and vomiting in
gynecologic laparoscopic surgery,
Journal of Clinical Anesthesia,
2(2), 492-498, doi:
10.1016/j.jclinane.2009.10.013.
Snyder, M. & Lindquist, R. (2010).
Complementary & alternative
therapies in Nursing, 6th ed.,
Springer Publishing Company,
New York.
Tomey, A. M. & Alligood, M. R. (2010).
Nursing teorist and their work,
St. Louis Missouri: Mosby
Elservier.
Vance, K. A.,( 2008). Effects of cigarette
smoking on post operative nausea
and vomiting, Mountain State
university, umi number: 1454177.
diperoleh dari
www.proquest.com.
Voigt, M., Frohlich, C. W., Waschke, K.
F., Lenz, C., & Kerger, H. (2011).
Prophylaxis of postoperative
nausea and vomiting in elective
breast surgery, Journal of
Clinical Anesthesia, 2(23), 461-
468, doi:
10.1016/j.jclinane.2011.01005.

Anda mungkin juga menyukai