Anda di halaman 1dari 3

Tanggal mulai kegiatan : 28 Desember 2019

Tanggal akhir kegiatan : 28 Desember 2019

Kode kegiatan : F6

Peserta hadir :

Judul laporan : Sindrom dispepsia

Latar belakang :

Dispepsia merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa terbakar, ketidaknyamanan
yang berpusat di perut bagian atas, nyeri epigastrium, cepat kenyang, rasa kepenuhan,
bersendawa, mual, dan muntah. Meskipun dispepsia tidak mengancam jiwa tetapi sangat
mengganggu aktivitas sehari-hari dan mempengaruhi kualitas hidup penderitanya,
dikarenakan masalah yang terus berulang atau sering kambuh.

Sekitar 30% penderita dispepsia dilaporkan tidak masuk kerja atau sekolah ketika
gejala-gejala dispepsia menyerang. Prevalensi dispepsia secara global yaitu 7% hingga 45%.
Sementara individu yang mencari perawatan medis hanya 10% sampai 20%. Selebihnya
individu sering mengabaikan keluhannya. Menurut gambaran morbiditas 10 penyakit
terbanyak pasien rawat inap di Indonesia tahun 2006, dispepsia menempati peringkat ke-10
sebesar 1,52%. Pada tahun 2010, di Rumah Sakit Provinsi Riau dari 15 penyakit pasien rawat
inap terbanyak untuk semua umur dispepsia menempati peringkat ke-15 sebesar 15,2%.
Sedangkan presentasi terbesar penyakit rawat.

Salah satu faktor yang berperan dalam dispepsia fungsional adalah pola makan. Selain
jenis-jenis makanan yang dikonsumsi, ketidakteraturan makan, pola makan yang buruk,
tergesa-gesa dan jadwal yang tidak teratur dan tindakan remaja putri seperti memanipulasi
jadwal makan sehingga terjadi waktu jeda yang panjang antara jadwal makan dapat
menyebabkan dispepsia. Pada usia remaja sering terjadi gangguan seperti anoreksia nervosa.

Oleh sebab itu, dispepsia yang sering dianggap sepele pada masyarakat umum
sebetulnya memerlukan pemantauan klinis apabila kejadiannya terjadi berulang khususnya
pada usia remaja sebelum keluhan pasien tersebut semakin memberat dan jatuh kedalam
anoreksia nervosa.

Permasalahan:

 Dispepsia merupakan suatu sindrom yang terdiri dari berbagai macan gejala yang
sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan mempengaruhi kualitas hidup
penderitanya, dikarenakan masalah yang terus berulang atau sering kambuh dan
dilaporkan tidak masuk kerja atau sekolah ketika gejala-gejala dispepsia menyerang.
 Satu tahun terakhir didapatkan kasus dengan diagnosis dispepsia dari usia remaja
hingga lansia yang datang berobat ke Puskesmas Tembilahan Kota yaitu sebanyak
 Berikut ini penulis mengambil salah satu kasus pasien dispepsia yang berobat ke
Puskesmas Tembilahan Kota pada tanggal 28 Desember 2019
1. Identitas: Ny. N, 71 tahun, 152 cm, 50 kg, RM: 1301428822
2. Subjek:
- KU : Perut terasa penuh/sebah/begah
- RPS : Pasien datang ke Poli Lansia Puskesmas Tembilahan Kota dengan
keluhan perut terasa penuh/begah/sebah sejak ± 3 hati yang lalu. Pasien
mengatakan setiap makan perut terasa begah, makan sedikit sudah kenyang
namun beberapa saat kemudian pasien merasakan lapar kembali dan kadang
pasien sering bersendawa. Selain itu pasien juga mengeluh nyeri ulu hati dan
nyeri kepala. Nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu. Mual (+). Buang air besar
dan buang air kecil tidak ada keluhan. Pola makan pasien kurang teratur.
Pasien juga mengatakan tengkuk terasa tegang dan nyeri.
- RPD : Pasien sudah pernah didiagnosis dengan dipepsia ±1 tahun yang lalu
dengan keluhan sering kambuh, namun pasien tidak sering kontrol, Penyakit
jantung, diabetes mellitus, ginjal dan alergi disangkal.
- RPK : Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan hal yang serupa
dengan pasien
3. Objektif :
- KU : Komposmentis
- Vital Sign : TD 140/76 mmHg, HR 72 x/menit, RR 22 x/menit, T 36,50C
- Pemeriksaan Fisik:
- Kepala : Mata CA (-/-) SI (-/-). Telingan, hidung dan tenggorokan
dalam batas normal.
- Leher : Terasa tegang dan berdenyut
- Thoraks : Simetris, suara pernapasan vesikuler, tidak ada ronki dan
wheezing, BJ S1 dan S2 reguler, tidak ada murmur dan gallop.
- Abdomen : Bising usus normal, terdapat nyeri tekan epigastrium
- Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
4. Assesment : Sindroma dispepsia + Hipertensi Stage I

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi:

Perencanaan:

- Preventif dengan cara kontrol terhadap faktor resiko dispepsia dan edukasi tentang
dispepsia, cara penggunaan obat yang tepat.
- Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis.

Metode intervensi yang digunakan dengan tahapan berikut:

1. Melakukan anamnesis
2. Melengkapi pemeriksaan fisik
3. Menyempaikan hasil pemeriksaan fisik
4. Menyampaikan hasil diagnosis, rencana terapi, dan edukasi mengenai pengetahuan dasar
mengenai penyakit, pencegahan dan pengendalain penyakit

Pelaksanaan:

1. Waktu dan tempat pelaksanaan


Hari/Tanggal : Rabu, 27 November 2019
Waktu : 09.20 WIB
Tempat : IGD Puskesmas Tembilahan Kota
2. Plan
- Non Farmakologi: Edukasi
• Diit rendah garam, lemak, makanan pedas dan asam
• Makan teratur, buah dan sayur
• Minum air hangat-hangat kuku
- Farmakologi
• Antasida Doen 3x1 tablet
• Amlodipin 1x5 mg

MONITORING DAN EVALUASI


Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah keluhan yang dialami sudah
berkurang atau belum. Diperiksa apakah masih ada nyeri tekan epigastrium. Ditanyakan
apakah obat masih ada atau tidak. Pasien juga diminta untuk melakukan pemeriksaan
endoskopi di rumah sakit untuk mengetahui keadaan lambung dan usus bila ternyata keluhan
semakin berulang dan memberat.

Anda mungkin juga menyukai