Anda di halaman 1dari 5

Tanggal mulai kegiatan : 09 Desember 2019

Tanggal akhir kegiatan : 09 Desember 2019

Kode kegiatan : F6

Peserta hadir :

Judul laporan : Hipertensi Stage II

Latar belakang :

Pada saat ini pola kesakitan menunjukkan bahwa Indonesia mengalami double burden
of disease dimana penyaki menular (PM) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
karena masih banyak kasus belum terselesaikan. Dilain pihak telah terjadi peningkatan kasus
penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta penyakit-
penyakit degeneratif.

Proporsi penyebab kematian karena penyakit kardiovaskuler dari tahun ke tahun


cenderung meningkat. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2007
menunjukkan bahwa dari 10 penyebab kematian tertinggi, 6 diantaranya disebabkan oleh
PTM yaitu yang berkaitan dengan kardiovaskuler seperti stroke dan hipertensi. Faktor risiko
penyakit Kardiovaslerantara lain merokok, obesitas, diet rendah serat tinggi lemak dengan
akibat gangguan kadar lemak dalam darah, dan kurangnya olah raga. Diperoleh data bahwa di
Indonesia terdapat 28 % perokok pada usia 10 tahun ke atas, kurang aktivitas fisik merupakan
proporsi terbanyak yaitu 92% dari penduduk usia 15 tahun ke atas terutama untuk kelompok
perempuan. Overweight dan obesitas lebih tinggi prevalensinya pada perempuan dan
cenderung meningkat dengan bertambahnya umur.

Sedangkan angka penderita Hipertensi kian hari semakin mengkhawatirkan, seperti


yang dilansir oleh The Lancet tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia
menderita Hipertensi. Angka ini terus meningkat tajam, diprediksikan oleh WHO pada tahun
2025 nanti sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia yang menderita hipertensi. Prevalensi
Hipertensi di Kabupaten Indragiri Hilir berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 sebesar 34,4%.

Pada saat ini hipertensi adalah faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan
kematian dini, hipertensi berakibat terjadinya gagal jantung kongestif serta penyakit
cerebrovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian akibat cardiovaskuler terjadi sebelum usia 60
tahun dan seharusnya dapat dicegah. Penyakit ini dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan hidup
seseorang, sering disebut sebagai the killer disease karena penderita tidak mengetahui kalau
dirinya mengidap hipertensi. Penderita datang berobat setelah timbul kelainan organ akibat
Hipertensi. Hipertensi juga dikenal sebagai heterogeneouse group of disease karena dapat
menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, sosial dan ekonomi. Kecenderungan
berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi dan globalisasi memunculkan
sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kesakitan hipertensi.

Permasalahan

- Hipertensi merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi kinerja


berbagai organ. Hipertensi juga menjadi suatu faktor resiko penting terhadap terjadinya
penyakit seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke. Apabila tidak
ditanggulangi secara tepat, akan terjadi banyak kerusakan organ tubuh. Hipertensi
disebut sebagai silent killer karena dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ tanpa
gejala yang khas.
- Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu-waktu bisa menjadi keadaan gawat
darurat. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi
maupun komplikasi lainnya.
- Masih ada pasien yang datang ke Posyandu Cermai dengan penyakit hipertensi yang
tidak mau kontrol ke Puskesmas Tembilahan Kota dengan alasan tidak mau minum obat
rutin, tidak mau mengantri dan masih jauh dari pola hidup sehat seperti masih
mengkonsumsi makanan berkolesterol, kurangnya olahraga dan merokok.
- Berikut ini penulis mengambil salah satu kasus pasien dengan Hipertensi yang berobat di
Posyandu Cermai Jl. Trimas pada tanggal 09 Desember 2019
1. Identitas : Tn. RS/ 46 Th/ 158 cm/ 61 kg
2. Subjek :
- KU : Nyeri kepala
- RPS : Pasien datang ke Posyandu Cermai di Jl. Trimas dengan keluhan
nyeri kepala sejak 3 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan tiba-tiba saat pasien
pulang dari kerja. Nyeri kepala sudah pernah dirasakan sebelumnya. Nyeri
kepala dirasakan hilang timbul, dan terutama hilang saat beristirahat. Hari ini
nyeri kepala dirasakan lebih hebat dari biasanya disertai tengkuk terasa tegang.
Pandangan kabur, penurunan kesadaran, mual dan muntah disangkal. Tidak
terdapat adanya kelemahan anggota gerak. Buang air besar dan buang air kecil
tidak ada keluhan. Pasien merupakan penderita hipertensi namun tidak rutin
kontrol dan minum obat.
- RPD : Riwayat hipertensi ±1 tahun yang lalu, riwayat DM, penyakit jantung,
alergi disangkal.
- RPK : Riwayat hipertensi DM, penyakit jantung, alergi disangkal.
- R. Kebiasaan: Merokok sejak usia 16 tahun, mengkonsumsi makanan seafood
seminggu 2-3 kali, konsumsi alkohol disangkal
- RPO : Amlodipin 1x5 mg

3. Objektif

- KU : Tampak sakit sedang, CM


- TTV : TD 180/90 mmHg, HR 88 x/menit, RR 22 x/menit, T 36,50C
- Pemeriksaan Fisik:
Kepala: Mata CA (-/-) SI (-/-). Telingan, hidung dan tenggorokan dalam
batas normal.
Leher: Dalam batas normal
Thoraks: Simetris, suara pernapasan vesikuler, tidak ada ronki dan wheezing,
BJ S1 dan S2 reguler, tidak ada murmur dan gallop.
Abdomen : Bising usus normal, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik
- Pemeriksaan penunjang: Kolesterol 270 mg/dl

4. Assesment: Hipertensi stage II + Hiperkolesterol


Perencanaan dan Pemilihan intervensi

Perencanaan:

Tatalaksana pengendalian hipertensi dilakukan dengan pendekatan:


- Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial, serta dengan meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai prilaku hidup sehat dalam
pengendalian hipertensi.
- Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi seimbang dan aktifitas
fisik untuk mencegah timbulnya faktor risiko menjadi lebih buruk dan menghindari
terjadi rekurensi faktor risiko.
- Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang diperlukan.
Kematian mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan berkurang dengan
dilakukannya pengembangan manajemen kasus dan penanganan kegawatdaruratan
disemua tingkat pelayanan dengan melibatkan organisasi profesi, pengelola program
dan pelaksana pelayanan yang dibutuhkan dalam pengendalian hipertensi.
- Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk
dengan melakukan kontrol teratur dan fisioterapi Komplikasi serangan hipertensi
yang fatal dapat diturunkan dengan mengembangkan manajemen rehabilitasi kasus
kronis dengan melibatkan unsur organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana
pelayanan di berbagai tingkatan.
Terapi Non-farmakologis: Pengendalian faktor risiko yang dapat saling berpengaruh terhadap
terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko yang dapat diubah, dengan usaha-
usaha sebagai berikut:
- Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan
- Mengurangi asupan garam didalam tubuh
- Ciptakan keadaan rileks dan melakukan olah raga teratur
- Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
Terapi famakologis: Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan
angka kesakitan dan kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin
menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan hipertensi adalah
pengobatan jangka panjang, bahkan pengobatan seumur hidup.
Pemilihan Intervensi

- melakukan anamnesis
- melakukan pemeriksaan fisik sederhana dan pemeriksaan penunjang terhadap pasien
- menyampaikan hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
- menyampaikan hasil diagnosis, rencana terapi, dan edukasi mengenai pengetahuan dasar
mengenai penyakit, pencegahan dan pengendalian penyakit.

Pelaksanaan

1. Waktu dan tempat pelaksanaan


Hari/Tanggal : Senin, 09 Desember 2019
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Posyandu Cermai Jl. Trimas
2. Plan
- Non Farmakologi
Edukasi: Diit rendah garam, lemak, karbohidrat; olahraga secara teratur dan
perbanyak aktifitas fisik dan minum obat serta kontrol ke dokter secara teratur
- Farmakologi
Amlodipin 1x5 mg
Simvastatin 1x20 mg
Paracetamol 3x500 mg
Monitoring danEvaluasi

1. Monitoring:

- Memperhatikan respon pasien pada saat dilakukan anamnesis penyakit, penjelasan


mengenai hasil diagnosis, merencanakan terapi, pemberian edukasi mengenai
pengetahuan, pengelolaan dan pencegahan komplikasi penyakit.
- Mengarahkan pasien untuk memberikan pertanyaan
- Menjawab pertanyaan yang diberikan
- Pasien bersedia untuk kontrol ke Puskesmas Tembilahan Kota setelah obat habis
untuk memfollow up kondisi pasien.
- Jika tekanan darah masih belum memenuhi sasaran setelah beberapa kali pengobatan
dan modifikasi gaya hidup yang tepat atau ditemukan komplikasi dari hipertensi,
maka pasien perlu dirujuk ke dokter spesialis

2. Evaluasi:

- Pasien mendengar dengan seksama setiap penjelasan yang disampaikan


- Pasien antusias dalam mengajukan pertanyaan mengenai penyakit yang dideritanya
- Pasien mengerti dan memahami setiap penjelasan yang diberikan

Anda mungkin juga menyukai