Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN ANTARPRIBADI (BAB 2)

Hubungan interpersonal adalah hubungan antar orang secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap peserta menangkap langsung baik secara verbal maupun secara tatap
muka. Hubungan interpersonal atau hubungan antarpribadi adalah hubungan dimana pada saat
berkomunikasi, orang yang terlibat bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga
menentukan kadar hubungan interpersonalnya. [1]

Hubungan antarpribadi memiliki beberapa ciri, yaitu arus pesan berlangsung 2 arah,
suasana informal dan tidak terlalu kaku, umpan balik segera, orang yang terlibat berada dalam
jarak dekat, orang yang terlibat mengirim dan menerima pesan secara spontan. [1]

Menurut Pearson dalam Taylor, dkk (2009) karakteristik hubungan antarpribadi, yaitu
dimulai dari diri pribadi, komunikasi bersifat transaksional atau saling mengisi, adanya
kedekatan fisik, interdependensi. [2]

Peran persepsi dan komunikasi dapat menghasilkan hubungan antarpribadi yang baik
dan efektif. Jika terjadi kesalahan diantara persepsi dan komunikasi maka akan menimbulkan
kondisi yang tidak baik. Persepsi merupakan sebuah proses dalam mengidentifikasi sebuah
informasi. Tiap individu pasti memiliki persepsi masing-masing. Persepsi dapat saja terjadi
tidak sesuai dengan realitas yang ada, namun sangat penting dibutuhkan karena perilaku tiap
individu biasanya telah disadari oleh persepsinya, bukan berasal dari realitas itu sendiri. [3]

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi munculnya sebuah persepsi, yaitu: [3]

 Karakteristik dari sebuah target: Hal ini dapat dilihat dari sisi menarik atau tidaknya,
gerakan, ukuran, suara, dan lain sebagainya.
 Karakteristik dari individu yang mempersepsi: Karakteristik ini dapat berupa sikap,
minat, motif, pengalaman masa lalu serta ekspektasinya.
 Situasi: Merupakan isi konteks yang terdapat pada lingkungan sekitar yang
mempengaruhi persepsi.

Peran komunikasi dalam hubungan antarpribadi sangat penting , setiap individu harus
berani untuk memulai berkomunikasi, karena komunikasi dapat membantu perkembangan
intelektual dan sosial kita. perkembangan intelektual dan sosial ditentukan oleh kualitas dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Jati diri terbentuk melalui komunikasi dengan orang lain.[4]

Menurut Killman dan Thomas, Konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan


dalam nilai atau tujuan yang ingin dicapai, baik dalam diri individu itu sendiri ataupun
hubungan individu tersebut dengan orang lain. Kondisi yang dijelaskan sebelumnya dapat
mengganggu bahkan memudahkan tercapainnya emosi atau stress yang mempengaruhi bahkan
menghambat efisiensi dan produktivitas kerja. [5]

Menurut Spiegel (1994) dalam Wirawan(2010) ada lima tindakan yang dapat kita
lakukan dalam penanganan konflik: [6]

a. Berkompetisi (Strategi Hiu)


Strategi Hiu menganggap hubungan dengan pihak tersebut tidak penting, tetapi tujuan
merupakan faktor yang sangat penting. Strategi ini tidak memedulikan dampak
terganggunya hubungan dengan anggota kelompok lain. [3]

b. Menghindari konflik (Strategi Kura-kura)


Tindakan ini dilakukan jika terdapat salah satu pihak menghindari situasi tersebut secara
fisik ataupun psikologis. Apabila terlibat konflik dengan orang lain, ia cenderung menarik
diri untuk mementingkan hubungannya dengan orang lain dan tujuannya tidak akan
tercapai. [3]

c. Akomodasi (Strategi Boneka Beruang)


Keadaaan ketika sesorang mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingannya sendiri
agar pihak lain mendapat keuntungan dari situasi konflik tersebut. Cara ini dapat dilakukan
apabila tujuan tidak begitu penting dan kualitas hubungan harus dijaga. [3]

d. Kompromi (Strategi Rubah)


Tindakan atau strategi ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua
kepentingan tersebut sama–sama penting dan hubungan baik juga menjadi salah satu yang
utama. Masing-masing pihak akan mengorbankan sebagian dari kepentingan mereka
untuk mendapatkan situasi menang-menang (win-win solution). Sehingga keinginan
mereka dapat tercapai dan hubungan mereka akan tetap berjalan baik. [3]

e. Berkolaborasi (Strategi Burung Hantu)


Strategi burung hantu ini sangat menghargai tujuan maupun hubungan. Menciptakan
situasi menang-menang dengan saling bekerja sama/kolaborasi. [3]
[1] Enjang, AS. Komunikasi Konseling. 1st ed. Bandnung: Nuansa; 2009.

[2] Taylor, S. E., Anne Peplau, L. dan O. Sears, D. Psikologi Sosial. 1st ed. Jakarta: Prenada

[3] Meliono, I., Hadinata, F., S. Laksmomo, B., Solihat, A., Setiyanto, P., Dewi, RI. dkk.
Buku Ajar MPKT A. 4th ed. Depok: Universitas Indonesia; 2017.

[4] Sunarjo, D. 11. D S. Pengantar Ilmu Komunikasi. 1st ed. Yogyakarta: Liberty; 1991.

[5] Susan, Novri. Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer. 2nd ed.
Jakarta: Kencana Prenada Media; 2010.

[6] Wirawan. Konflik dan Manajemen Konflik, Teori, Aplikasi dan Penelitian. 3rd ed. Jakarta:
Salemba Humanika; 2010.
RAS, ETNIS, dan KEBUDAYAAN (BAB 3)

Kata ras terambil dari bahasa Perancis-Italia, razza, yang berarti pembedaan variasi
kelompok berdasarkan tampilan fisik atau ciri fenotatif, dan asal-usul geografis. Secara
umum, terdapat 4 golongan ras, yaitu: (Meliono, 2017)

1. Mongoloid, biasa disebut “berkulit kuning” banyak tersebar dan menetap di Asia
Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar, beberapa bagian India Timur Laut,
Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan dan Oseania. Mongoloid memiliki
beberapa ciri khusus, seperti rambut hitam lurus, bermata sipit, dan bertubuh kecil.
2. Negroid, merupakan penduduk asli wilayah Afrika dan sebagian Asia serta memiliki
ciri berkulit hitam.
3. Kaukasoid, Kaukasoid sebagian besar mendiami wilayah di Eropa, terutama di
wilayah Inggris. Ciri khas Kaukasoid adalah memiliki kulit yang putih dan ukuran
tubuh lebih besar dari ras Mongoloid.
4. Ras khusus, terbagi menjadi ras Bushman, Veddoid, Ainu, dan Polynesian.

Kata etnis (ethnic) berasal dari bahasa Yunani ethnos, yang memiliki arti bangsa atau
orang. Ethnos seringkali diartikan sebagai setiap kelompok sosial yang ditentukan oleh ras,
adat-istiadat, bahasa, nilai dan norma budaya, dan lain-lain. (Liliweri, 2005)

Terdapat beberapa konsep mengenai etnis. Pertama, yaitu pembersihan etnis, merupakan
bentuk diskriminasi etnis dengan menyingkirkan etnis tertentu agar etnis tersebut tidak
berperan sebagai penghalang.Kedua, yaitu etnis asli, merupakan istilah yang digunakan untuk
mengakui hak-hak khusus kepada orang pertama (first people) atau bangsa pertama (first
nations). Ketiga, yaitu etnisitas, mengenai sekelompok orang yang mewarisi kebudayaan
generasi sebelumnya, perbedaan nilai budaya serta norma dari satu kelompok dengan
kelompok lain. Keempat, yaitu etnosentrisme, merupakan sikap emosional kelompok etnis
yang merasa kelompoknya lebih superior dibanding kelompok lain. Kelima, yaitu etnografi,
merupakan suatu studi yang mempelajari mengenai etnis. Keenam, yaitu etnologi, merupakan
ilmu yang mempelajari perbandingan kebudayaan masa lalu dari suatu kelompok etnis.
Terakhir, yaitu etnometodologi, merupakan studi tentang makna suatu etnis dalam situasi
sosial tertentu. (Liliweri, 2005)

Kebudayaan merupakan ciri dalam pembeda antaretnis, juga merupakan karya manusia
dalam hidup bermasyarakat. Kebudayaan dipandang sebagai suatu hal yang ideal, spiritual,
nonmateri, dan otonom terhadap kekuatan ekonomi. (Smith,2001)
Kebudayaan disusun oleh beberapa unsur, yaitu unsur religi, unsur kemasyarakatan atau
organisasi sosial, unsur pengetahuan yang meliputi banyak pengetahuan, unsur Bahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi, unsur kesenian, unsur mata pencaharian hidup atau system
ekonomi, serta unsur teknologi. (Meliono, 2017)

Selain komponen pennyusun kebudayaan, terdapat juga wujud kebudayaan yang terbagi
menjadi 3 jenis, yaitu pertama, gagasan (wujud ideal ) merupakan sifat yang dimiliki dalam
wujud kebudayaan sebagai wujud ideal adalah abstrak dan tidak dapat diraba ataupun direkam,
contohnya yaitu sopan santun. Kedua, sistem aktivitas merupakan wujud kebudayaan sebagai
system aktivitas memiliki sifat yang konkret, dapat dilihat dan dirasakan oleh tiap individu,
contohnya yaitu budaya dalam menjalani upacara pernikahan, proses pemilihan pemimpin.
Ketiga, wujud kebudayaan sebagai system artefak, wujud kebudayaan ini bersifat paling
konkret, dapat dilihat dan diraba langsung, contohnnya kain batik, wayang golek. (Meliono,
2017)

Meliono, I., Hadinata, F., S. Laksmomo, B., Solihat, A., Setiyanto, P., Dewi, RI. dkk. Buku
Ajar MPKT A. 4th ed. Depok: Universitas Indonesia; 2017.

Liliweri A. Prasangka dan konflik. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian Islam dan Sosial
(LKIS); 2005.
Smith P. Cultural Theory: An introduction. Oxford & Massachusetts: Blackwell; 2001.

Anda mungkin juga menyukai