Anda di halaman 1dari 16

Menegakkan Diagnosis Karsinoma Tiroid serta Terapinya

Patricia Sry Citra Nabut (102014188)

Kelompok A1

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11510

No. Telp (021) 5694-2061

Pendahuluan
Kelenjar tiroid, yang terletak tepat di bawah laring sebelah kanan dan kiri depan trakea.
Sekresi tiroid terutama diatur hormone perangsang tiroid yang disekresi oleh kelenjar
hipofisis anterior berupa tiroksin (T4), triiodotironin (T3), yang mempunyai efek pada
kecepatan metabolism tubuh. Kelenjar ini juga mensekresi kalsitonin, suatu hormone penting
untuk metabolisme kalsium.
Nodul hiperteroid dibedakan atas struma multinoduler toksik dan struma uninoduler
toksik atau nodul toksik. Struma multinoduler toksik disebut juga sebagai sindrom Marine-
Lenhart dan struma uninoduler toksik disebut juga adenoma toksik atau penyakit plummer.
Kemungkinan keganasan pada nodul yang hipertiorid sekitar 2%.1
Kelenjar tiroid termasuk bagian tubuh yang jarang mengalami keganasan, terjadi 0,85%
dan 2,5% dari seluruh keganasan pada pria dan wanita. Tetapi di antara kelenjar endokrin,
keganasan tiroid termasuk jenis keganasan kelenjar endokrin yang sering ditemukan. Secara
klinis, antara nodul tiroid yang ganas dengan yang jinak sering sulit dibedakan, bahkan baru
dapat dibedakan setelah didapat hasil evaluasi sitologi preparat biopsi jarum halus atau
histopatologi dari jaringan kelenjar tiroid yang diambil saat operasi. Dengan berbagai
kemajuan teknologi, seperti aplikasi BAJAH, USG, TSH sensitif dan terapi supresi L-tirosin,
telah memungkinkan para peneliti melakukan evaluasi nodul tiroid secara lebih cermat
sehingga sampai pada diagnosis nodul jinak atau ganas.1

Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis), keluarga pasien atau
dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Berbeda dengan wawancara

1
biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, yaitu berdasarkan pengetahuan tentang
penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta
bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien.
Sebagian besar keganasan tiroid tidak memberikan gejala yang berat kecuali keganasan
jenis anaplastik yang sangat cepat membesar dalam hitungan minggu. Sebagian kecil pasien,
khususnya pasien dengan nodul tiroid yang besar, mengeluhkan adanya gejala penekanan
pada esofagus dan trakhea. Biasanya nodul tiroid tidak disertai rasa nyeri, kecuali timbul
perdarahan ke dalam nodul atau bila kelainannya tiroiditis akut/subakut. Keluhan lain pada
keganasan yang mungkin ada ialah suara serak.2
Pada anamnesis dapat ditanyakan beberapa pertanyaan berikut untuk membantu
menegakkan diagnosis:
 Apakah terdapat pembesaran di leher?
Bila ada dimana lokasinya, sejak kapan benjolannya timbul.
 Apakah terdapat nyeri pada bagian leher?
Bila ada bagaimana rasa nyerinya apakah berpindah atau tetap.
 Perkembangan benjolan dan pengobatan yang telah ditempuh?
Ditanyakan cara membesarnya, apakah cepat atau lambat.
 Riwayat keluarga
Apakah pernah mengalami hal yang sama
 Riwayat Penyinaran
 Apakah terdapat perubahan suara, kesukaran dalam bernafas dan berbicara?
 Apakah berat badan turun meskipun makan banyak?

Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Keadaan Umum dan TTV (Tanda Tanda Vital)
2. Pemeriksaan fisik
Pada setiap pasien dengan kecurigaan kelainan tiroid, kelenjar tiroid diinspeksi dan
dipalpasi secara rutin.
a) Inspeksi
Inspeksi Kelenjar Tiroid
Dimulai dengan indentifikasi dari penandanya. Bagian bawah leher diantara
otot sternocleidomastoideus di inspeksi untuk melihat apakah ada

2
pembengkakan atau asimetris. Pasien diinstruksikan untuk memanjangkan
sedikit lehernya dan menelan ludah. 3
 Tiroid menempel pada kartilago tiroid pada laring dan akan bergerak
keatas saat menelan.
 Massa lain pada leher seperti pembesaran kelenjar getah bening hampir
tidak bergerak.
 Kista tiroglossalis tidak akan bergerak saat menelan tapi akan bergerak
naik dengan menjulurkan lidah.4
Inspeksi Leher
 Inspeksi dengan teliti bagian leher jika ada luka yang terlihat ( luka
tiroidektomi seringkali tersembunyi di balik kalung dan mudah sekali
terlewati).
 Periksa JVP dan amati jika tampak vena yang berdilatasi dapat
mengindikasikan ekstensi retrosternal pada struma.
 Kemerahan atau eritema dapat mengindikasikan tiroiditis supurativa.4

b) Palpasi
Palpasi Kelenjar Tiroid
Pemeriksaan dapat memeriksa tiroid dari posisi anterior ataupun posterior.3
leher pasien diusahakan sedikit flexi untuk merelaksasi otot sternomastoideus.
 Tanyakan jika ada rasa nyeri
 Letakkan jari telunjuk, tengah, dan jari manis dari kedua tangan
mengikuti garis tengah leher, bawah dagu.
 Gerakkan jari ke bawah sampai mencapai kelenjar tiroid dengan lembut
 Jika kelenjar membesar, tentukan simetris atau tidak
 Apakah teraba nodul atau tidak
 Diamati ukuran, bentuk, dan pergerakan
 Diulang pemeriksaannya kali ini dengan kondisi saat pasien menelan
 Perkirakan konsistensi dari membran tiroid manapun yang teraba
o Lembut : Normal
o Keras : Struma sederhana
o Keras seperti karet : Hashimoto’s thyroiditis

3
o Keras seperti batu : Kanker, kalsifikasi kista, fibrosis,
riede’s thyroiditis.
Palpasi Leher
Palpasi kelenjar getah bening pada leher, arteri karotis dan deviasi trakea.

c) Auskultasi
Gunakan stetoskop diafragma pada setiap lobus dari kelenjar tiroid dan
lakukan auskultasi untuk menemukan bruit.

Pemeriksaan Fisik Khusus Tiroid 2


1) Pamberton’s sign
Pasien menaikkan kedua tangan keatas kepala
 Pasien dengan obstruksi dapat menunjukkan tanda dari kompresi vena
(flushing, sianosis, pusing, sinkop)
2) Tremor Kasar
Pasien meluruskan kedua tangan nya kedepan (dengan posisi puggung tangan
di bagian atas). Kemudian perhatikan tangan pasien apakah terdapat tremor
atau tidak.
3) Pemeriksaan Status Tiroid
 Amati keadaan pasien (rileks, agitasi)
 Hitung tekanan nadi dan amati jika pasien dalam keadaan atrial
fibrilasi
 Amati tangan pasien (eritema, hangat)
 Rasakan tangan pasien (kering, basah)
 Amati adanya tremor
 Lihat wajah pasien (eksoftalmus tidak)
 Lihat tungkai apakah ditemukan pretibial myxoedema
4) Pemeriksaan Tanda Opthalmopati
Selain perlu juga diperhatikan tanda-tanda ophtalmopati seperti:
- Ada exoptalmus = mata menonjol dan bola mata dikelilingi oleh sclera
berwarna putih.
- Alat eksoftalmometer, yaitu alat mengukur penonjolan bola mata dari
samping

4
- Ada von grape sign = ketika melihat ke bawah, palpebra superior tidak
bisa mengikuti.
- Ada stellwag sign = mata jarang berkedip
- Ada moebius sign = mata tidak bias konvergensi
- Ada jofroy sign = tidak dapat mengerutkan dahi
- Rosenbach sign = tremor palpebra saat menutup mata
Pemeriksaan Penunjang 1,2
1. Laboratorium
T3&T4&TSH normal dan tiroglobulin normal. Tetapi untuk tiroglobulin
biasanya meningkat kerena tiroglobulin merupakan satu-satunya protein yang hanya
dihasilkan oleh tiroid sehingga jika tiroid membesar maka tiroglobulin akan
meningkat. Biasanya tiroglobulin digunakan untuk follow up. Jika sudah di operasi
tetapi tiroglobulin tetap meningkat maka curiga metastasis.
2. Biopsi Jarum Halus
Ketepatan diagnosis mencapai 70-80% dengan hasil negative palsu keganasan
antara 1-6%. Ketepatan diagnostik akan meningkat bila sebelum biopsy dilakukan
penyidikan isotopik atau ultrasonografi. Sidik tiroid diperlukan untuk menyingkirkan
nodul tiroid otonom dan nodul fungsional hiperplastik, sedangkan ultrasonografi
selain untuk membedakan nodul kistik dari padat dan menentukan ukuran nodul, juga
berguna untuk menuntun biopsy.
Teknik ini aman, murah, dan dapat dipercaya, serta dapat dilakukan pada pasien
rawat jalan dengan resiko yang sangat kecil. Dengan BAJAH ini tindakan bedah dapat
dikurangi sampai 50% kasus nodul tiroid, dan pada waktu bersamaan meningkatkan
ketepatan kasus keganasan pada tiroidektomi. Hasil sitology BAJAH : jinak
(negative), curiga (indeterminate), atau ganas (positif).1
3. Ultrasonografi
Ultrasonografi memberikan informasi tentang morfologi kelenjar tiroid dan
merupakan modalitas yang handal dalam menentukan ukuran dan volume kelenjar
tiroid serta dapat membedakan apakah nodul tersebut bersifat kistik, padat, atau
campuran. Ultrasonografi juga dilakukan untuk penuntun biopsy. Sekitar 20-40%
nodul yang secara klinis soliter, ternyata multiple pada gambaran ultrasonogram.
Gambaran ultrasonogram dengan karakteristik dan resiko kemungkinan ganas adalah
apabila ditemukan nodul yang hipoechoik, mikrokalsifikasi, batas ireguler,

5
peningkatan aliran vaskuler pada nodul (melalui pemeriksaan dengan teknik Doppler),
serta bila ditemukan invasi atau limfadenopati regional.
Menurut beberapa peneliti lesi hipoekoik cenderung ganas tetapi
diskriminannya hanya sekitar 63%, sedangkan lesi hiperekoik jarang ganas hanya
sekitar 4%. Adanya halo sempurna di sekeliling nodul lebih menunjukkan lesi jinak,
hanya sekitar 6% nodul dengan halo sempurna dan 16% dengan halo tidak sempurna
ternyata ganas.1
4. Sidik Tiroid
Sidik tiroid merupakan pencitraan isotropic yang akan memberikan gambaran
morfologi fungsional, yang berarti hasil pencitraan merupakan refleksi dari fungsi
jaringan tiroid. Radiofarmaka yang digunakan adalah I-131, Tc-99mpertechnetate, Tc-
99m MIBI, TI-201, atau f-18 FDG. I-131 memiliki perilaku sama dengan iodium
stabil yaitu ikut dalam proses trapping dan organifikasi untuk membentuk hormone
tiroid, sedangkan Tc-99m hanya ikut dalam proses trapping.
Pencitraan isotoppik dilakukan untuk mengetahui apakah suatu nodul tiroid
menangkap radioaktivitas atau tidak, mendeteksi tiroid aberan, mendeteksi jaringan
tiroid sisa pasca tiroidektomi atau jaringan metastase fungsional dari karsinoma tiroid
berdiferensiasi.
Hasil dapat dibedakan 3 bentuk yaitu : nodul panas, dingin dan hangat.
5. CT Scan atau MRI

Seperti halnya ultrasonografi, CT scan atau MRI merupakan pencitraan


anatomi dan tidak digunakan secara rutin untuk evaluasi nodul tiroid. Penggunaannya
lebih diutamakan untuk mengetahui posisi anatomi dari nodul atau jaringan tiroid
terhadap organ sekitarnya seperti diagnosis struma sub-sternal dan kompresi trachea
karena nodul.1

Working Diagnosis
Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid (pertumbuhan tidak terkontrol dari
sel). Tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi:1

a. Karsinoma Folikuler
Terdapat kira-kira 25% dari seluruh karsinoma tiroid yang ada, terutama mengenai
kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang pembuluh darah yang kemudian menyebar
ke tulang dan jaringan paru. Jarang menyebar ke daerah nodus limfe tapi dapat

6
melekat/ menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang
kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai “The Recurrent
Laringeal Nerves”, suara menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih
sedikit pada saat diagnosa ditetapkan.
b. Karsinoma Papilare
Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak pada wanita atau
kelompok usia diatas 40 tahun.3 Karsinoma papilar merupakan tumor yang
perkembangannya lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke
daerah nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik
apabila dilakukan tindakan tiroidektomi parsial atau total.
c. Karsinoma Medulare
Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 5–10 % dari seluruh karsinoma
tiroid dan umumnya mengenai orang yang berusia diatas 50 tahun. Penyebarannya
melewati nodes limpa dan menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor ini sering
terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) tipe II yang
juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi yang berlebihan dari
kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin. 3,4
d. Karsinoma Berdiferensiasi Buruk (Anaplastik)
Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar biasa agresif. Kanker jenis
ini secara langsung menyerang struktur yang berdekatan, yang menimbulkan gejala
seperti stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring), suara serak, dan
disfagia. Prognosis karsinoma anaplastik buruk, dan penderita biasanya meninggal
dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun setelah didiagnosis.4

Differential Diagnosis 4,5

Hipertiroidisme dan Tirotoksikosis

Perlu dibedakan antara pengertian tirotoksikosis dengan hipertiroidisme.


Tiroktoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam
sirkulasi. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang
hiperaktif. Apapun sebabnya manifestasi klinisnya sama, karena efek ini disebabkan ikatan
T3 dengan resepetor T3 inti yang makin penuh. Rangsang oleh TSH atau TSH like substance,
autonomi instrinsik kelenjar menyebabkan tiroid meningkat, terlihat dari radioactive neck
uptake tiroid naik. Sebaliknya destruksi kelenjar misalnya karena radang , inflamasi, radiasi,

7
akan terjadi kerusakan sel hingga hormon yang tersimpan dalam folikel keluar masuk dalam
darah. Dapat pula karena pasien mengkonsumsi hormon tiroid berlebihan.

Beberapa penyebab hipertiroid antara lain penyakit Grave (suatu penyakit autoimun
yang paling sering), Toxic Multinodular Goiter (TMNG), Solitary Toxic Adenoma, asupan
yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid, pengeluaran yang abnormal dari Thyroid
Stimulating Hormon (TSH), peradangan pada kelenjar tiroid (tiroiditis), asupan yodium yang
berlebihan, kanker pituitari, dan pemakaian obat-obatan seperti amiodaron.

Manifestasi klinis dari hipertiroid ditandai dengan beberapa gejala, namun pada
pasien dengan penyakit yang ringan biasanya tidak ada gejala. Pada pasien usia > 70 tahun,
tanda dan gejala yang khas mungkin juga tidak ada. Pada umumnya, gejala-gejala menjadi
lebih jelas ketika derajat hipertiroid meningkat. Gejala-gejala biasanya yang berkaitan dengan
hipertiroid antara lain denyut jantung yang sangat cepat (berdebar-debar) > 100 kali per
menit, peningkatan tonus otot, tangan gemetaran (tremor), rambut rontok, kulit tipis dan
halus, sulit tidur (insomnia), gelisah dan mudah tersinggung, pertumbuhan kuku yang sangat
cepat, kelelahan dan cepat letih, penurunan berat meskipun pola makan normal atau banyak,
peningkatan frekuensi buang air besar (BAB), pembesaran kelenjar tiroid, tidak tahan udara
panas, keringat berlebihan, tanda bruit, konsentrasi berkurang, mata melotot (exoptalmus),
dan pada wanita terjadi gangguan haid (sedikit dan tidak teratur).

Limfadenitis
Merupakan peradangan pada kelenjar limfe. Kelenjar limfe menjadi bengkak karena
adanya penumpukan cairan dijaringan dan jumlah sel darah putih yang meningkat.
Peradangan ini biasanya terjadi pada kelenjar limfe di leher, ketiak, dan lipat paha.
Limfadenitis bisa disebabkan oleh infeksi dari virus, bakteri, ataupun jamur. Gejala klinisnya
adalah demam, adanya benjolan yang lunak, nyeri tekan, dan tanda-tanda peradangan (kulit
di atasnya terlihat merah dan terasa hangat).

Kanker Nasofaring

Adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-
langit rongga mulut. Penyebabnya adalah infeksi dari virus Epstein-Barr, lingkungan,
makanan, dan faktor genetik. Kanker nasofaring banyak dijumpai pada orang-orang ras
mongoloid. Selain itu kanker nasofaring juga merupakan jenis kanker yang diturunkan secara
genetik.

8
Penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar leher, dan
otak. Sebaiknya yang beresiko tinggi terkena kanker nasofaring rajin memeriksakan diri ke
dokter, terutama dokter THT. Risiko tinggi biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya
keluarga yang menderita kanker ini.

Letak nasofaring yang tersembunyi di belakang hidung atau belakang langit-langit


rongga mulut menyebabkan serangan kanker ini sering kali terlambat diketahui. Namun,
biasanya pada stadium dini menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut, di dalam telinga
timbul suara berdengung dan terasa penuh tanpa disertai rasa sakit sampai pendengaran
berkurang. Hidung sedikit mimisan, tetapi berulang. Hidung tersumbat terus-menerus,
kemudian pilek. Pada kondisi akut menunjukkan gejala kelenjar getah bening pada leher
membesar, mata menjadi juling, penglihatan ganda, mata bisa menonjol keluar, dan sering
timbul nyeri serta sakit kepala.

Etiologi 5

Kanker tiroid tumbuh dari 2 tipe sel pada glandula tiroid. Sel folikular yang berasal
dari endodermal dapat menjadi karsinoma papiler, folikuler, dan anaplastik. Sel C penghasil
kalsitonin yang berasal dari neuroendokrin dapat menjadi karsinoma tiroid meduler (MTC).
Paparan radiasi meningkatkan risiko kanker tiroid secara signifikan, terutama karsinoma
tiroid papiler. Intake yodium yang rendah tidak meningkatkan kejadian kanker tiroid secara
keseluruhan. Namun, pada populasi dengan intake yodium yang rendah, terdapat kejadian
karsinoma folikular dan anaplastik yang tinggi.

Etiologi yang pasti dari karsinoma ini belum diketahui. Dari beberapa penelitian,
dijumpai beberapa faktor yang berperan seperti :

1. Kenaikan sekresi hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormon) dari kelenjar hipofise
anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh
karena kurangnya intake yodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat
berubah menjadi kanker
2. Radiasi ion pada leher terutama anak-anak yang pernah mendapat terapi radiasi di
leher dan mediastinum
3. Faktor Genetik

9
Riwayat penyinaran pada kepala dan leher Riwayat keluarga dengan kanker tiroid
Usia <20 atau >45 tahun Paralisis pita suara, suara serak
Gejala bilateral Nodul terfiksasi pada struktur di bawahnya
Ukuran yang membesar (>4 cm) Ekstensi ekstratiroid
Massa leher baru atau membesar Kecurigaan keterlibatan nodus limfatikus
Laki-laki Defisiensi yodium (kanker folikular)
Tabel 1. Faktor Risiko Karsinoma Tiroid pada Pasien dengan Nodul Tiroid6

Manifestasi Klinis 5

Manifestasi pertama dapat berupa massa pada limfonodi servikal, tetapi dapat juga
mengenai limfonodi regional pada 50% kasus saat diagnosis ditegakkan, kendati metastasis
jauh jarang terdapat pada saat tumor ditemukan.
Karsinoma yang secara khas berupa nodul tunggal dapat bergerak dengan konsistensi
sangat padat dan keras terkadang lunak serta dapat/tidak bergerak dengan bebas ketika pasien
menelan dan terkadang tidak bisa dibedakan dengan nodul jinak. Suara serak, disfagia, batuk-
batuk atau dispnea, adanya pembesaran KGB nodul besar >4 cm dan terdapat diare persisten
apabila jenis karsinoma tiroid jenis medular. Berdasarkan usia yang sering terkena adalah
sekitar < 20 tahun dan diatas 60 tahun.

Epidemiologi 6,7

Karsinoma tiroid diperkirakan sebesar 1,5% dari keganasan seluruh tubuh di negara-
negara berkembang. Karsinoma tiroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan
tersering di Indonesia. Angka insidensi bervariasi di seluruh dunia contohnya saja di
Amerika. American Cancer Society memperkirakan sekitar 17.000 kasus baru muncul setiap
tahunnya di Amerika Serikat dan sekitar 1700 diantaranya mengakibatkan kematian.
Sedangkan di Indonesia sendiri insidens karsinoma tiroid belum diketahui hingga sekarang
disebabkan belum adanya pendataan keganasan yang terpadu dari Badan Litbang Depatemen
Kesehatan RI. Yang ada ialah pendataan kanker diberbagai rumah sakit di Indonesia yang
bervariasi dari satu angka ke angka lain. Penelitian terakhir yang dilakukan adalah pada tahun
1980-1984 di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta yang menemukan
10,7% keganasan 964 tumor tiroid selama rentang tahun tersebut.

10
Berdasarkan distribusi seks,didapatkan wanita lebih banyak dari laki-laki yaitu 9:2.
Dan menurut distribusi umur, kasus-kasus di RSCM Jakarta tersering berkisar pada usia 40
diatas 50 tahun.

:
Menurut jenis karsinoma dari tiroid sendiri juga dibagi dalam presentasi seperti

 Karsinoma papilaris (75 % sampai 85% dari kasus)


 Karsinoma folikularis (10% sampai 20% dari kasus)
 Kasinoma medularis ( 5% dari kasus)
 Kasinoma anaplastik ( <5% dari kasus)

Patofisiologi
o Tumor dapat berupa nodul lunak, tetapi sering pula berupa tumor keras.
Adenokarsinoma papiler (60%) biasanya bersifat multisentrik dan 50% penderita
memperlihatkan sarang ganas di lobus homolateral dan lobus kontralateral.
Metastasis mula-mula ke kelanjar limfe regional, dan akhirnya dapat terjadi
metastasis hematogen.2
o Sebaliknya, adenokarsinoma folikuler biasanya bersifat unifokal dan jarang
bermetastasis ke kelenjar limfe leher. Karsinoma folikuler ini bermetastasis ke
kelenjar limfe leher. Karsinoma folikuler ini lebih sering menyebar secara
hematogen, antara lain ke tulang dan paru.
o Adenokarsinoma meduler berasal dari sel C / sel parafolukiler sehingga kadang
mengeluarkan kalsitonin (sel APUD). Kadang terdapat hubungan dengan
adenomaendokrin lain dalam bentuk MEN II (multiple endocrine neoplasia IIa).
Pada tahap ini juga dapat terjadi metastasis ke kelenjar limfe regional.
o Adenokarsinoma anaplastik, yang jarang ditemukan (10%), merupakan tumor
yang agresif, bertumbuh cepat, dengan infiltrasi masih ke jaringan sekitarnya.
Pada tahap dini sudah terjadi penyebaran hematogen dan penyebuhan jarang
dicapai. Karsinoma anaplastik sering menyebabkan kesulitan bernapas karena
infiltrasi ke trakhea sampai ke lumen yang ditandai dengan dispnea dengan stridor
inspirasi.
o Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trakhea, laring, faring, sofagus, N.
Rekurens, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain dalam leher dan

11
kulit. Metastasis kinfogen dapat meliputi semua regio leher, sedangkan metastasis
hematogen ditemukan, terutama di paru, tulang, otak, dan hati.2

Terapi penyinaran di kepala, leher dan dada,

riwayat keluarga, endemis, konsumsi minim yodium

Timbul neoplasma, pertumbuhan kecil


(nodul) di kelenjar tiroid

Hipotalamus melepas TRH

Hipofisis anterior akan merangsang


peningkatan sekresi TSH

T3,T4, Kalsitonin
meningkat

Massa tiroid meningkat, berdiferensi

Memunculkan kanker tiroid Kurang


pengetahuan

Pembengkakan laring Melalui aliran darah & saluran


getah bening

Cedera pita
Meluas dengan metastasis dan
suara, serak Nyeri
akut Kerusakan invasi kelenjar dan organ hati,
Kerusakan menelan paru-paru dan tulang tubuh
komunikasi
verbal

12
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang didapatkan dari kanker tiroid adalah : 4,5
 Adanya nodul tiroid
 Suara serak
 Limfadenopati servikal
 Susah nafas
 Batuk
 Disfagia
 Riwayat radiasi pengion pada saat anak-anak
 Nodul padat, keras, tidak rata, dan terfiksir
 Riwayat keganasan tiroid sebelumnya.

Penatalaksanaan
Secara umum, penatalaksanaan kanker tiroid adalah:
 Operasi
Pada kanker tiroid yang masih berdeferensiasi baik, tindakan tiroidektomi (operasi
pengambilan tiroid) total merupakan pilihan untuk mengangkat sebanyak mungkin
jaringan tumor. Pertimbangan dari tindakan ini antara lain 60-85% pasien dengan
kanker jenis papilare ditemukan di kedua lobus. 5-10% kekambuhan terjadi pada
lobus kontralateral, sesudah operasi unilateral.7

 Terapi Ablasi Iodium Radioaktif


Terapi ini diberikan pada pasien yang sudah menjalani tiroidektomi total dengan
maksud mematikan sisa sel kanker post operasi dan meningkatkan spesifisitas sidik
tiroid untuk deteksi kekambuhan atau penyebaran kanker. Terapi ablasi tidak
dianjurkan pada pasien dengan tumor soliter berdiameter kurang 1mm, kecuali
ditemukan adanya penyebaran.6

 Terapi Supresi L-Tiroksin


Supresi terhadap TSH pada kanker tiroid pascaoperasi dipertimbangkan karena
adanya reseptor TSH di sel kanker tiroid bila tidak ditekan akan merangsang
pertumbuhan sel-sel ganas yang tertinggal. Harus juga dipertimbangkan segi untung
ruginya dengan terapi ini.Karena pada jangka panjang (7-15 tahun) bisa menyebabkan
gangguan metabolisme tulang dan bisa meningkatkan risiko patah tulang.

13
Pencegahan

Pencegahan kanker tiroid dapat dilakukan dengan cara mengatur pola hidup dan pola
makan yang benar. Karena sebagian besar penyakit timbul akibat pola hidup dan pola makan
yang kurang seimbang, misalnya merokok, sering begadang, mengkonsumsi alkohol, aktifitas
olahraga yang kurang, pola makan yang tidak teratur dan tidak seimbang, serta sering
terpapar zat-zat kimia berbahaya dari polusi kendaraan dan asap pabrik merupakan penyebab
umum timbulnya berbagai macam penyakit berbahaya, termasuk kanker tiroid.Berikut adalah
5 langkah mencegah penyakit kanker tiroid: 6,7

1. Mendapat kecukupan garam. Riset menunjukan, kadar iodine rendah dapat meningkat
risiko kanker tiroid. Garam mungkin sumber terbesar iodine dalam diet. Dapatkan 1/2
sendok teh garam iodisasi setiap hari.
2. Batasi radiasi. Salah satu cara terbaik mencegah kanker tiroid adalah membatasi
paparan radiasi. 45% dari paparan berasal dari pemeriksaan medis, terutama CT Scan
dan sinar X-ray.
3. Konsumsi makanan anti kanker, seperti daging sapi yang kaya akan selenium.
Mineral ini menghambat pertumbuhan dari kanker tiroid. Sumber baik selenium
lainnya ada di kepitingdan kerang. Dapatkan makanan kaya selenium perminggunya.
4. Antioksidan.Risiko kanker tiroid dapat diturunkan dengan makanan kaya antioksidan,
contohnya brokoli, wortel dan jeruk. Menambahkan lebih banyak buah dan sayuran
ke dalam diet juga dapat mengendalikan berat badan. Kemungkinan terdapat
hubungan antara obsesitas dan kanker tiroid.
5. Deteksi diri. Pentingnya anda untuk mendeteksi diri sendiri. Periksakan leher setiap
tahun untuk benjolan yang mencurigakan. Deteksi dan pengobatan dini menyembuhan
95% kasus kanker tiroid.

Komplikasi

Komplikasi yang seringkali muncul pada tiroidektomi yang meliputi: 7

 Perdarahan. Resiko ini minimum, namun hati- hati dalam mengamankan hemostatis
dan penggunaan drain setelah operasi.
 Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme
udara. Dengan tindakan anestesi yang tepat, ventilasi tekanan positif yang intermitten,
dan teknik bedah yang cermat, bahaya ini dapat di minimalkan.

14
 Trauma pada nervus laringeus rekurens. Dapat menimbulkan paralisis sebagian atau
total (jika bilateral) laring. Pengetahuan anatomi bedah yang kuat dan ke hati- hatian
pada saat operasi harus diutamakan.
 Sepsis yang meluas ke mediastinum. Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi
bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak diperlukan sebagai profilaksis lagi.
 Hipotiroidisme pasca bedah. Perkembangan hipotiroidisme setelah reseksi bedah
tiroid jarang terlihat saat ini. Ini dievaluasi dengan pemeriksaan klinik dan biokomia
yang tepat pasca bedah.4
 Hipokalsemi. Karena terangkatnya kelenjar paratiroid pada saat pembedahan.

Prognosis
Prognosis karsinoma tiroid bervariasi besar, ada yang tumbuh lambat sehingga sedikit
membawa kematian, ada yang tumbuh cepat sehingga angka kematian tinggi. Faktor yang
berpengaruh terhadap prognosis karsinoma tiroid terutama mencakup: jenis patologik,
stadium dan metastasis. Selain itu usia, jenis kelamin, ukuran lesi, dan stadium T juga
berpengaruh pada prognosis karsinoma tiroid. 5,6

Kesimpulan
Laki-laki, 60 tahun, dengan keluhan terdapat benjolan di leher bagian depan yang kian
hari makin membesar, sejak 1 tahun yang lalu diduga mengalami karsinoma tiroid.
Karsinoma tiroid adalah jenis kanker ganas yang harus mendapatkan perhatian khusus untuk
para penderitanya. Penatalaksanaan yang cepat dan tepat sangat diperlukan untuk penyakit ini
agar tidak bermetastasis luas ke organ tubuh yang lain karena prognosis dari setiap jenis
karsinoma tiroid ini berbeda.

15
Daftar Pustaka

1. Subekti I. Karsinoma Tiroid. Dalam: Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata


M, Setiati S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 3. Edisi ke-5. Jakarta:
Interna Publishing. 2009. h.2031-7.
2. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Sistem Endokrin. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
ke-2. Jakarta: EGC. 2005. h.682-703.
3. Brunner, Suddarth. Textbook of Medical-Surgical Nursing. 11th ed. United States :
Lippincott Williams & Wilkins; 2005. p.1441-2.
4. Thomas J, Monaghan T. Oxford Handbook of Clinical Examination and Practical
Skills. 1st ed. United Kingdoms : Oxford University Press; 2007. p.116-9.
5. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, et al. Harrison’s principles of internal medicine.
18th ed. Singapore: McGraw Hill; 2012. p. 2933-9.
6. Pusponegoro A, Kartono D, Hutagalung E, dkk. Ilmu Bedah. Jakarta : Bagian Bedah
FKUI dan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo; 2003.h. 367-8.
7. Price, Sylvia Anderson & Lorraine M.W., 1995, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit, EGC, Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai