Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MASALAH KESEHATAN DAN PENYAKIT PADA LANSIA

( Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Sistem Keperawatan Komunitas II )

DISUSUN OLEH KELOMPOK III /KELAS A / SMTR VI

ADRIANUS P. YADA 2015610001 M DEVI SUSANTI 2015610055


APLIANA NG.RINGU 2015610012 CICA KUSMAWATI 2015610025
ALBINAS.P. INTAN 2015610005 NAFSARI R.A. AWA 2015610072
APRIANUS BHOJA 2015610013 AYDAH CAHAYANIK 2014610023
APLI R.T. JAWA 2015610011 NOVIANTI PUTRI KAHA 2014610108
NATALIA N. NIHA 2014610105 JULIA RENNY DASMASELA 2014610076
EUNIKE 2015610035 YUSTINUS S.LAHAMUKANG 2014610077

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ungkapkan kehadirat ALLAH SWT, berkat rahmat dan karuniaNyalah
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Masalah Kesehatan Dan Penyakit
Pada Lansia”
Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak selaku
Dosen pengampu yang telah membimbing penyelesaian makalh ini.kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya sehingga
makalh ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, karena terbatasnya ilmu yang
dimiliki. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih
menyempurnakan makalh ini di masa yang akan datang. Akhirnya, kami berharap semoga
makalh ini dapat memberikan sumbangsih serta manfaat bagi kita semua.

Malang, 13 ,April ,2018

Penulis
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………….………………………………..i
KATA PENGANTAR………………………………………………...……………………..ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………...……………....iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………….………………..…….1
1.2 TUJUAN………….…………………….…………………………………...…...1
1.3 MANFAAT ………………….……………………………………………….…..1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 MASALAH KESEHATAN …..…………………………………………………………2
1. DEFENISI MASALAH………………………………………………………….4
2. PENYELESAIAN MASALAH ………………………….……………..………..8
2.2 PENYAKIT PADA LANSIA ……………………………………………………………10
1. DEFENISI PENYAKIT ……...……………………………………………………12
2. KALASIFIKASI PENYAKIT PADA LANSIA …………………………………..14
3. ETIOLOGI PADA LANSIA ……………………………………………………...16
4. PENATALAKSANAAN PENYAKIT ……………………………………………18
BAB III PENUTUP
3.1.KESIMPULAN………………………………………………………………..…20
3.2.SARAN……………………………………………………………………..….....21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan aset yang paling berharga bagi manusia, karena dengan sehat manusia
bisa terus menjalankan aktivitas kehidupan tanpa mengalami masalah. Sehat bukan semata- mata
sehat fisik saja, namun juga sehat psikis juga. Hidup sehat merupakan dambaan bagi semua
orang, namun apa yang terjadi jika suatu fungsi dari tubuh mengalami gangguan. Pemenuhan
kesehatan baik fisik ataupun psikologi merupakan kebutuhan pokok manusia. Dewasa ini,
penyakit degenaratif khususnya bagi lansiamempunyai tingkat mortilitas yang cukup tinggi serta
mempengaruhi kualitas hidup yang akhirnya berpengaruh pada aspek kesehatan.

Lanjut usia didefinisikan sebagai suatu kondisi penurunan, kelemahan, meningkatnya


kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan
ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait dengan usia (Aru, 2009).

Setiap makhluk hidup di dunia ini akan mengalami proses menua, hal ini dikarenakan proses
menua merupakan hukum alam (Sunariani dkk. 2007). Menurut Nugroho (2008) proses menua
adalah proses yang terjadi di sepanjang hidup manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan.
Proses menua merupakan akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss) yang
terkait dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada lansia (lanjut usia). Proses penuaan
menyebabkan terjadi perubahan fungsi pada lansia seperti kemunduran pada sistem sensorinya.

Sistem sensori adalah sistem penghantaran rangsangan dari perifer (reseptor) ke pusat (otak).
Pada manusia terdapat lima sistem sensori (pengindraan) eksoreseptor, yaitu sistem visual
(penglihatan), sistem auditory (pedengaran), sistem somatosensory (perabaan), sistem olfactory
(penciuman) dan sistem gustatory (pengecapan) (Syaifuddin, 2011). Penurunan fungsi olfactory
merupakan indikator awal pada penyakit neurodegeneratif (Citralestari,2014).

Selain itu terdapat masalah yang umum dialami lansia diantaranya perubahan sistem imun
yang cenderung menurun, perubahan sistem integumen yang menyebabkan kulit mudah rusak
karena kering dan gatal-gatal, perubahan elastisitas arteri pada sistem kardiovaskular yang dapat
memperberat kerja jantung, penurunan kemampuan metabolisme oleh hati dan ginjal serta
penurunan kemampuan penglihatan dan pendengaran (Bandiyah, 2009, hlm.7).

Penurunan fungsi fisik tersebut biasanya ditandai dengan ketidakmampuan lansia untuk
beraktivitas atau melakukan kegiatan yang tergolong berat. Perubahan fisik yang cenderung
mengalami penurunan tersebut menimbulkan berbagai gangguan, sehingga mempengaruhi
kesehatan, serta akan berdampak pada kualitas hidup lansia. Beberapa gejala psikologis yang
menonjol pada wanita lansia adalah mudah tersinggung, sukar tidur, kesepian, tegang, cemas
dan depresi.

1.2 TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dan penyelesaian masalah kesehatan dan penyakit pada
lansia
2. Mengetahui konsep penyakit pada lasia .
1.3 MANFAAT
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusun merumuskan masalah sebagai berikut
1. Apa saja masalah dan penyakit pada lansia !
2. Bagaimana perubahan pada lasia !
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MASALAH KESEHATAN PADA LANSIA

1. DEFENISI MASALAH

Permasalahan lansia terjadi karena secara fisik mengalami proses penuaan yang disertai
dengan kemunduran fungsi pada sistem tubuh sehingga secara otomatis akan menurunkan pula
keadaan psikologis dan sosial dari puncak pertumbuhan dan perkembangan. Permasalahan-
permasalahan yang dialami oleh lansia, diantaranya:

1. Kondisi mental:

Secara psikologis, umumnya pada usia lanjut terdapat penurunan baik secara kognitif
maupun psikomotorik. Contohnya, penurunan pemahaman dalam menerima permasalahan
dalam kelambanan dalam bertindak.

2. Keterasingan (loneliness):

Terjadi penurunan kemampuan pada individu dalam mendengar, melihat, dan aktivitas
lainnya sehingga merasa tersisih dari masyarakat.

3. Post power syndrome:

Kondisi ini terjadi pada seseorang yang semula mempunyai jabatan pada masa aktif bekerja.
Setelah berhenti bekerja, orang tersebut merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya.

4. Masalah penyakit:

Selain karena proses fisiologis yang menuju ke arah degeneratif, juga banyak ditemukan
gangguan pada usia lanjut, antara lain: infeksi, jantung dan pembulu darah, penyakit
metabolik, osteoporosis, kurang gizi, penggunaan obat dan alkohol, penyakit syaraf (stroke),
serta gangguan jiwa terutama depresi dan kecemasan.
Permasalahan yang dialami lansia memberikan kesimpulan bahwa dengan keterbatasan yang
di alami maka harus diciptakan suatu lingkungan yang dapat membantu aktivitas lansia dengan
keterbatasannya.

Secara biologis penduduk lanjut usia merupakan penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yg ditandai menggunakan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin
rentannya terhadap serangan penyakit yg bisa menyebabkan kematian.

Di jaman modernisasi, interaksi orang belia dan orang tua semakin renggang. Kesibukan
yang melanda kaum muda hampir menyita seluruh waktunya, sebagai akibatnya mereka hanya
memiliki sedikit saat buat memikirkan orang tua. Kondisi perkotaan yg besifat individualisme
menyebabkan hubungan sosial sebagai longgar sehingga penduduk merasa nir kondusif,
kesepian dan ketakutan buat memperbaiki kualitas asal daya insan lanjut usia perlu mengetahui
kondisi lanjut usia di masa lalu & masa kini sehingga orang mereka bisa mempersiapkan diri
menurut kini .

Beberapa perubahan biologis yang terjadi pada lansia yaitu :

1. Perubahan yang terjadi pada penampilan dalam bagian paras, tangan, dan kulit.
2. Perubahan bagian dalam tubuh misalnya sistem saraf : otak, isi perut : limpa, hati,
3. Perubahan panca indra : penglihatan, indera pendengaran, penciuman, perasa, dan
4. Perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan & belajar keterampilan
baru.Perubahan-perubahan tadi pada umumnya menunjuk pada kemunduruan kesehatan
fisik dan psikis yg akhirnya akan berpengaruh jua pada kegiatan ekonomi & sosial mereka.
Sehingga secara umum akan berpengaruh dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
5. Rambut kepala mulai memutih atau beruban

Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :


1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
2. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja terjadi
3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
4. Sulit menerima ide-ide baru

Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia


1. Mudah jatuh
a. Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat
kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Ruben,
1996).
b. Jatuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intrinsik: gangguan gaya
berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan sendi dan sinkope-dizziness;
faktor ekstrinsik: lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda,
penglihatan kurang karena cahaya yang kurang terang dan sebagainya.
2. Mudah lelah, disebabkan oleh :
a. Faktor psikologis: perasaan bosan, keletihan, depresi
b. Gangguan organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dll
c. Pengaruh obat: sedasi, hipnotik
3. Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol, penyakit metabolisme,
dehidrasi, dsb
4. Nyeri dada karena PJK, aneurisme aorta, perikarditis, emboli paru, dsb
5. Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan jantung, gangguan
sistem respiratorius, overweight, anemia
6. Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis, psikologis
7. Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal jantung, kurang vitamin
B1, penyakit hati, penyakit ginjal, kelumpuhan, dsb
8. Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia, osteoporosis, osteoartritis, batu ginjal,
dsb.
9. Nyeri sendi pinggul karena artritis, osteoporosis, fraktur/dislokasi, saraf terjepit
10. Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan saluran cerna, faktor sosio-
ekonomi
11. Sukar menahan BAK karena obat-obatan, radang kandung kemih, saluran kemih, kelainan
syaraf, faktor psikologis
12. Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar, kelainan rektum
13. Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa berkurang, katarak,
glaukoma, infeksi mata
14. Gangguan pendengaran karena otosklerosis, ketulian menyebabkan kekacauan mental
15. Gangguan tidur karena lingkungan kurang tenang, organik dan psikogenik (depresi,
irritabilitas)
16. Keluhan pusing-pusing karena migren, glaukoma, sinusitis, sakit gigi, dsb
17. Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena ggn sirkulasi darah lokal,
ggn syaraf umum dan lokal
18. Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, DM, gagal ginjal, hepatitis kronis,
alergi
2. PENYELESAIAN MASALAH
Bila salah satu dari anggota keluarga mengalami masalah kesehatan, maka system
didalam keluarga akan terganggu. Beberapa tugas dari sebuah keluarga menurut
Friedman,(1998) adalah:
a. Mengenal masalah, keluarga dituntut mampu mengenali masalah kesehatan yang terjadi
dikeluarga.
b. Mampu mengambil keputusan yang tepat bila menemukan masalah pada keluarga tersebut.
c. Merawat anggota keluarga.
d. Memelihara lingkungan.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

Keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota


keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Terdapat empat dimensi dari dukungan keluarga yaitu:

1. Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang-orang


yang bersangkutan kepada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan,
misalnya umpan balik dan penegasan dari anggota keluarga. Keluarga merupakan
tempat yang aman untuk istirahat serta pemulihan penguasaan emosi. Keluarga sebagai
tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang
diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan
dan didengarkan. Dukungan emosi adalah dukungan yang berhubungan dengan hal
yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi/ekspresi. Menurut Tolsdorf
& Wills (dalam Orford, 1992), tipe dukungan ini lebih mengacu kepada pemberian
semangat, kehangatan, cinta, kasih, dan emosi. Leavy (dalam Orford, 1992) menyatakan
dukungan sosial sebagai perilaku yang memberi perasaan nyaman dan membuat individu
percaya bahwa dia dikagumi, dihargai, dan dicintai dan bahwa orang lain bersedia
memberi perhatian dan rasa aman. Selama depresi berlangsung, individu sering menderita
secara emosional, sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi
perasaan seseorang akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan
individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam
bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya
merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat
dan memberikan semangat.
2. Dukungan informasi, Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator
(penyebar) informasi tentang dunia (Friedman, 1998). apabila individu tidak dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi maka dukungan ini diberikan dengan cara
memberi informasi, nasehat, dan petunjuk tentang cara penyelesaian masalah.
3. Dukungan instrumental, Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan
kongkrit (Friedman, 1998). dukungan ini bersifat nyata dan bentuk materi bertujuan
untuk meringankan beban bagi individu yang membentuk dan keluarga
dapat memenuhinya, sehingga keluarga merupakan sumber pertolongan yang praktis dan
konkrit yang mencakup dukungan atau bantuan seperti uang, peralatan, waktu, serta
modifikasi lingkungan. Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan
konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum,
istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan. Dukungan instrumental adalah dukungan
berupa bantuan dalam bentuk nyata atau dukungan material.
4. Dukungan penghargaan, Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan mempengaruhi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator
identitas anggota (Cohen, 1999). terjadi lewat ungkapan hormat atau positif untuk pasien,
misalnya: pujian atau reward terhadap tindakan atau upaya penyampaian pesan ataupun
masalah, keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik seperti dorongan bagi
anggota keluarga.
Kondisi fisik bagi individu yang berusia lanjut (lansia) berbeda dengan orang dewasa.
Penurunan kondisi fisik pada lansia seperti berkuranganya pendengaran, penglihatan, gangguan
pada pencernaan, jantung, ginjal serta kemampuan sistem imun tubuhnya pun berkurang jauh.
Selain itu, lansia lebih rentan terhadap infeksi. Infeksi yang paling sering menyerang lansia
adalah infeksi paru, infeksi saluran kemih dan pencernaan.

Langkah – Langkah untuk Menghindari Infeksi yang Berbahaya pada Lansia

1. Lakukan imunisasi untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu, misalnya


pneumonia, virus herpes, dan influenza.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah ke toilet dan manakala
tangan terasa kotor.
3. Perhatikan tubuh kita. Bila belum sempat medical check-up; cermati perubahan berat
badan, awasi tekanan darah dan waspadai kondisi tubuh bila cepat lelah dan sesak napas
saat beraktifitas. Segera ke dokter bila didapati kelainan.
4. Hindari keramaian bila tubuh kita merasa tidak fit, karena berisiko untuk ketularan
sekaligus menularkan penyakit pada orang lain.
5. Berolahraga secara teratur
6. Hindari stress
7. Menjalin hubungan dengan baik dengan kerabat, mampu meningkatkan rasa bahagia yang
dapat meningkatkan sistem imunitas kita.

Jenis Makanan yang harus Diperhatikan oleh Lansia


Kaum lansia harus menghindari makan makanan yang diproses secara tidak higienis atau
makanan yang sering dipanaskan sebelum dikonsumsi. Makanan segar dan tak berpengawet
sangat dianjurkan. Hindari pula makan makanan yang terlalu banyak bumbu (baik pedas, asin
ataupun asam), mengingat pencernaan lansia juga lebih sensitif.

Tips agar sehat ketika memasuki usia lanjut


1. Upayakan makan dan minum secara teratur, seringkali seorang lansia kekurangan rangsang
haus dan laparnya. Artinya meskipun kekurangan cairan tidak terasa haus, demikian pula
dengan rasa lapar. Kekurangan zat gizi utama (karbohidrat, protein dan lemak) apalagi
disertai vitamin dan mineral akan meningkatkan risiko kurang gizi pada lansia yang
berakibat fatal.
2. Istirahat cukup, misalnya 6 jam di malam hari dan 2 jam di siang hari. Seringkali waktu
tidur lansia tidak sepanjang usia muda, namun demikian mereka lebih mudah merasa letih.
Pengaturan jadwal istirahat yang tepat akan membantu pemulihan tubuhnya.
3. Aktiflah sesuai kemampuan optimalnya. Orang tua tidak selalu identik dengan orang yang
selalu duduk di kursi; melatih otot tungkai dengan berjalan kaki sangat dianjurkan. Hindari
naik turun tangga dan berlari, karena akan membebani persendian.
4. Lakukan medical check up secara berkala, hal tersebut sangat bermanfaat dalam menapis
berbagai penyakit yang membahayakan. Pemeriksaan komponen darah, fungsi hati, ginjal
dan profil lemak setiap tahun sekali, disertai pemeriksaan rontgen dada dan EKG sangatlah
dianjurkan.
5. Apabila mengidap berbagai penyakit, komunikasikan dengan dokter saat yang tepat
mengkonsumsi obatnya. Hindari minum obat berulang karena lupa, bantulah orang tua kita
dalam menyusun obat rutinnya.

2.2 PENYAKIT PADA LANSIA

1. DEFENISI PEYAKIT

Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun.
Tak heran bila pada usia lanjut, semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi
mau bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu.

Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto
Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu pelatihan di kalangan
kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul pada usia lanjut ,
yang disebutnya sebagai a series of I’s. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability
(instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan
intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan
pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga
immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).
Sumber lain menyebutkan, penyakit utama yang menyerang lansia ialah hipertensi, gagal
jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal dan
hati. Juga terdapat berbagai keadaan yang khas dan sering mengganggu lansia seperti gangguan
fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran.

2. KLASIFIKASI PEYAKIT PADA LANSIA

KARAKTERISTIK PENYAKIT LANSIA

1. Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoartritis


2. Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac attack,
stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK
3. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
4. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal Akut/Kronis,
Benigna Prostat Hiperplasia
5. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas
6. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
7. Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker
8. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dsb

PENYAKIT YANG SERING TERJADI PADA LANSIA

Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto
Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu pelatihan di kalangan
kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul pada usia lanjut ,
yang disebutnya sebagai a series of I’s. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability
(instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan
intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan
pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga
immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).
1. Osteo Artritis (OA)

A. Pegertian OA:

OA dalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang
mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA merupakan
penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya karena
trauma,penggunaan sendi berulang dan obesitas.

B. Etiologi OA

Berdasarkan etiopatogenesisnya OA dibagi menjadi dua, yaitu OA primer dan OA


sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik yang mana penyebabnya tidak diketahui dan
tidak ada hubunganya dengan penyakit sistemik, inflamasi ataupun perubahan lokal pada
sendi, sedangkan OA sekunder merupakan OA yang ditengarai oleh faktor-faktor seperti
penggunaan sendi yang berlebihan dalam aktifitas kerja, olahraga berat, adanya cedera
sebelumnya, penyakit sistemik, inflamasi. OA primer lebih banyak ditemukan dari pada OA
sekunder (Davey, 2006)

C. Patofisiologi OA

Osteoartritis adalah kelainan kronik-progresif, sehingga upaya yang palingbaik


adalah pencegahan dan upaya menghentikan lingkaran kronik-progresifnya dengan
mengendalikan berbagai faktor yang berperan serta terhadap timbulnya osteoartritis.
Diharapkan bahwa pengembangan penyusunan proses patogenesis osteoartritis yang
terpadu dapat menjadikan langkah pencegahan sebagai langkah yang paling baik
dilakukan, mengingat bahwa saat terjadinya osteoartritis maka telah terjadi sebelumnya
berbagai upaya homeostasis tetapi gagal mengatasi masalah sehingga berujung pada
terjadinya osteoartritis.

D. Manifestasi Klinis
OA dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil. Distribusi OA dapat
mengenai sendi leher, bahu,tangan, kaki, pinggul, lutut.
 Nyeri : Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan pada sumsum
tulang, fraktur daerah subkondral, tekanan saraf akibat osteofit, distensi, instabilnya
kapsul sendi, serta spasme pada otot atau ligamen.
 Kekakuan sendi : kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari ketika setelah
duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi.
 Krepitasi : sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi rawan.
 Pembengkakan : pada tulangbiasa ditemukan terutama pada tangan sebagai nodus
Heberden (karena adanya keterlibatan sendi Distal Interphalangeal (DIP)) atau
nodus Bouchard (karena adanya keterlibatan sendi Proximal Phalangeal(PIP)).
Pembengkakan pada tulang dapat menyebabkan penurunan kemampuan
pergerakan sendi yang progresif.
 Deformitas sendi : pasien seringkali menunjukkan sendinya perlahan-lahan
mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan atau lutut(Davey, 2006).

E. Pemeriksaan Penunjang

Untuk menentukan diagnostik OA selain melalui pemeriksaan fisik juga


diperlukan pemeriksaan penunjang seperti radiologis dan pemeriksaan laboratorium.
Foto polos dapat digunakan untuk membantu penegakan diagnosis OA walaupun
sensivitasnya rendah terutama pada OA tahap awal. USG juga menjadi pilihan
untuk menegakkan diagnosis OA karena selain murah, mudah diakses serta lebih aman
dibanding sinar-X, CT-scan atau MRI(Amoako dan Pujalte, 2014)
F. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda dan gejala OA,


meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kebebasan dalam pergerakan sendi, serta
memperlambat progresi osteoartritis. Spektrum terapi yang diberikan meliputi
fisioterapi, pertolongan ortopedi, farmakoterapi, pembedahan, rehabilitasi.

a. Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada pasien, pengaturan gaya
hidup, apabila pasien termasuk obesitas harus mengurangi berat badan, jika
memungkinkan tetap berolah raga (pilihan olah raga yang ringan seperti
bersepeda, berenang).
b. Fisioterapi: untuk pasien OA termasuk traksi,stretching, akupuntur, transverse
friction(tehnik pemijatan khusus untuk penderita OA), latihan stimulasi otot,
elektroterapi.
c. Pertolongan ortopedi : kadang-kadang penting dilakukan seperti sepatu yang bagian
dalam dan luar didesain khusus pasien OA, ortosis juga digunakan untuk
mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi sendi(Michaelet. al, 2010)
2. Hipertensi

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan di pembuluh darah meningkat


secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan,
penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital
seperti jantung dan ginjal.

b. Patogenesis Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi
antara faktor-faktor resiko tertentu. Faktor –faktor yang mendorong timbulnya
kenaikan tekanan darah tersebut adalah:
a. Faktor resiko seperti diet asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, genetis
b. Sistem saraf simpatis seperti tonus simpatis dan variasi diurnal
c. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi dimana
endotelel pembuluh darah akan berperan utama, tetapi remodelling dari
endotel, otot polos dan interstitinum juga memberikan kontribusi akhir.
d. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin
dan aldosteron (Yogiantoro, 2009).
c. Patofisiologi

Baik tekanan darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolic (TDD)
meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. TDS meningkat secara progresif sampai
umur 70-80 tahun, sedangkan TDD meningkat sampai umur 50-60 tahun dan kemudian
cenderung menetap atau sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini sangat mungkin
mencerminkan adanya pengkakuan pembuluh darah dan penurunan kelenturan
(compliance) arteri dan ini mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur.
Seperti diketahui, tekanan nadi merupakan predictor terbaik dari adanya perubahan struktural di
dalam arteri. Mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek
utama dari ketuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan
pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat
dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan
penurunan compliance aorta dan pembuluh darah besar dan mengakibatkan peningkatan
TDS. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler
perifer. Sensitivitas baro reseptor juga berubah dengan umur. Perubahan mekanisme
refleks baroreseptor mungkin dapat menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang
terlihat pada pemantauan terus menerus (Kuswardhani, 2006).

d. Penatalaksanaan

Banyak penelitian menunjukkan bahwa pentingnya terapi hipertens pada lanjut usia,
dimana terjadi penurunan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler dan
serebrovaskuler (Kuswardhani, 2006). Terapi pada pasien usia lanjut meliputi terapi
norfamakologis dan farmakologis. Terapi non farmakologis harus dilaksanakan oleh semua
pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-
faktor resiko serta penyakit penyerta lainnya.

a. Menghentikan merokok
b. Menurunkan berat badan
c. Menurunkan konsumsi alkohol berlebih
d. Latihan fisik
e. Menurunkan asupan garam
f. Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak
(Yogiantoro, 2009)
3. Penyakit Jantung Koroner

A. Pengertian

Penyakit jantung koroner merupakan jenis penyakit jantung penyebab utama kematian
baik pada pria atau wanita di dunia.

Penyakit jantung koroner terjadi ketika pembuluh arteri yang memasok darah ke jantung
mengeras dan menyempit akibat penumpukan kolesterol dan zat lainnya atau lebih dikenal
dengan plak. Ketika plak semakin menumpuk dan menyumbat aliran darah, jantung tidak
mendapatkan pasokan darah, oksigen dan nutrisi penting lainnya yang dibutuhkan jantung untuk
berfungsi secara normal.

B. Gejala Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung merupakan penyakit degeneratif dalam arti penyakit jantung koroner
membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembentukan dan penumpukan plak di
pembuluh arteri.

Tanda dan gejala penyakit jantung koroner meliputi:

 Nyeri dada (angina)


 Sesak napas
 Serangan jantung
Tres secara fisik maupun secara emosional dapat memicu sesak dan rasa tidak nyaman di
dada Anda, terasa seperti ada tekanan pada dada. Rasa nyeri ini disebut angina, ini
merupakan tanda atau gejala dari penyakit jantung koroner. Nyeri dada yang terjadi saat
Anda melakukan aktivitas fisik yang berat dan hilang setelah beristirahat juga merupakan
ciri khas dari angina.
Jika Anda mengalami sesak napas atau merasa sangat capek yang berlebihan setelah
melakukan olahraga atau kegiatan fisik lainnya juga bisa menjadi tanda adanya
penyumbatan pada pembuluh arteri koroner jantung Anda. Jika penyumbatan pada arteri
koroner telah menutupi seluruh jalur darah, maka risiko terjadi serangan jantung juga
semakin besar. Serangan jantung biasanya ditandai rasa nyeri pada bahu atau lengan kiri
Anda atau rasa sesak (rasa di tekan dengan kuat) pada daerah dada.

C. Penyebab dan Faktor Resiko

Penumpukan plak pada arteri koroner biasanya di akibatkan karena adanya kerusakan
pada dinding bagian dalam arteri koroner dan hal ini bisa tejadi sejak masa kanak-kanak.
Kerusakan ini biasanya di akibatkan karena:

 Kebiasaan merokok
 Menderita penyakit darah tinggi
 Tingkat Kolesterol yang tinggi
 Menderita penyakit diabetes
 Terapi radiasi untuk pengobatan penyakit kanker (di daerah dada)
 Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolahraga)
 Riwayat keluarga penderita penyakit jantung koroner
 Kegemukan atau obesitas
 Tingkat stes yang tinggi

Para peneliti juga mempelajari faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan penyakit jantung
koroner seperti

 Peningkatan trigliserida
 Homocystein tinggi
 Peningkatan lipoproterin-a

Jika Anda memilki beberapa faktor risiko penyakit jantung koroner, seperti merokok atau
mempunyai tekanan darah tinggi segera periksakan diri Anda ke dokter supaya Anda bisa
segera mendapatkan penanganan untuk mengurangi risiko di masa depan seperti menurunkan
tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol yang tinggi.

D. Pengobatan :

Apabila Anda telah mendapatkan vonis dari dokter bahwa Anda menderita penyakit jantung
koroner bersegeralah untuk merubah gaya hidup seperti:

 Berhenti merokok
 Makan makanan yang sehat
 Berolahraga secara teratur
 Menurunkan berat badan
 Mengurangi stres

Selain melakukan tips diatas, pengobatan penyakit jantung koroner juga bisa dilakukan
dengan mengkonsumsi obat jantung koroner, termasuk:

 Obat penurun kolesterol, yang dirancang untuk mengurangi kolesterol jahat (LDL)
dan meningkatkan kolesterol baik (HDL)
 Obat pengencer darah seperti aspirin yang berfungsi untuk mengurangi risiko
penggumpalan darah
 Nitrogliserin untuk mengontrol nyeri dada berkerja membersihkan penyumbatan di
areri koroner
 Angiotesin converting enzyme (ACE) dan angina receptor bloker (ARB) untuk
menurunkan tekanan darah

Dalam beberapa kasus penyakit jantung koroner memerlukan penanganan yang lebih serius
seperti pemasangan ring pada arteri koroner, angiopati atau operasi bypass arteri koroner yang
tentunya membutuhkan biaya yang sangat banyak. Ring yang dipasang bertujuan untuk
membuka arteri yang menyempit dengan tujuan untuk meningkatkan aliran darah.

4. Stroke

A. pengertian

Penyakit Stroke Ringan – Penyakit yang terjadi akibat adanya kerusakan pada
syaraf di bagian otak yaitu penyakit stroke. Penyakit stroke ringan terjadi karena ada
bagian syaraf yang khsuusnya untuk menggrekkan organ tubuh rusak. rusak syaraf di
otak dan mengakibatkan penyakit stroke karena di sebabkan oleh organ tubuh yang
mengalami masalah pada bagian tubuh. pembuluh darah pecah atau otak yang tidak
mendapatkan cukup aliran darah bisa menyebabkan penyakit stroke atau kerusakan pada
syaraf. Ada dua jenis atau tipe stroke yang masing masing di bedakan berdasarkan
penyebabnya, baik karena pendarahan di otak atau pun karena gumpalan darah yang
mengahmbat darah ke otak mengalir.

Penyakit stroke banyak penderitanya, dari kalangan orang tua yang usianya sudah lanjut,
tetapi juga ada anak muda yang juga terserang penyakit stroke karena dampak pola hidup
dan gaya hidup yang menyebabkan ganguan kesehatan. Ada jenis penyakit stroke yang
ringan atau pun yang berat, yang akan menyebabkan lumpuh parah atau pun lumpuh yang
ringan
B. Penyebab

Penyakit stroke ringan disebabkan oleh pendarah di otak, karena pembuluh darah
yang pecah, dan kondisi itu dialami apabila ada tekanan darah yang terlalu tinggi.
tingginya tekanan darah akan menyebabkan penyakit stroke ringan karena pembuluh
darah pecah. Atau otak yang tidak tercukupi kebutuhan aliran darahnya karena darah
yang mengalir terhambat dialami juga karena di sebabkan oleh kolesterol di dalam tubuh
terlalu tinggi kadarnya. Kolesterol tinggi bisa membuat pembuluh darah semakin sempit
sehingga dampak buruk yang akan dialami yaitu akan menyebabkan darah yang mengalir
jumlahnya hanya sedikit sehingga penyakit stroke akan dialami.

a. Diabetes
Penyakit diabetes merupakan salah satu dari masalah penyakit stroke. Orang yang
sedang menderita diabetes biasanya dia lebih memiliki pembuluh darah yang kaki dan
tidak lentur. Pada peningkatan gula yang ada didalam tubuh dapat menyebabkan
adanya kerusakan pada sistem syaraf di otak yang dapat mengalami stroke.
b. Penyakit jantung
Orang yang mengalami sakit jantung juga rentan untuk bisa terkena stroke. Pusat
aliran darah ada di dalam jantung, jika jantung memiliki fungsi yang terganggu
akibatnya adalah darah tidak bisa dialirkan ke seluruh tubuh secara lancar. Termasuk
dengan aliran darah yang menuju ke otak
c. Hipertensi
Orang yang memiliki tekanan darah tinggi rentan dan berisiko untuk terkena stroke.
Penyebab seseorang terkena stroke umumnya disebabkan oleh darah tinggi. Hal itu
dikarenakan bahaya darah tinggi bisa menyebabkan gangguan aliran darah di
pembuluh darah sehingga aliran darah menuju ke otak menjadi terganggu begitu pula
dengan aliran oksigen.
C. Gejala :
 Mengalami kelumpuhan Penderita yang mengalami gejala stroke pada tahap
ringan biasanya penderita akan mengalami kelumpuhan ada bagian tangan
maupun pada bagian kaki mereka. jika yang terjadi pada tahap ringan, maka
kelumpuhan yang terjadi biasanya berlangsung hanya satu hari atau
dalam hitungan jam saja. Namun jika anda mengalami sakit stroke sudah
masuk pada tahap yang sangat parah maka hal ini tidak akan mungkin bisa
disembuhkan.
 Sering kesemutan,Jika anda sedang mengalami sakit stroke masih pada tahap
ringan. Pada yang mengalami gejala stroke biasanya dia akan merasakan
kesemutan yang terutama pada daerah pergelangan tangan maupun pada
kakinya.
 Hilang keseimbangan : Orang sedang mengalami gejala stroke biasanya akan
mengalami kehilangan tingkat keseimbangannya. Pada saat berjalanan secara
tiba-tiba dia tidak mampu untuk melakukan keseimbangan pada tubuhnya dan
salah satu tubuh nya akan lebih condong yang menyandar ke tembok pada
sesuatu yang bisa saja dijadikan sandaran bagi nya.
 Pusing : Salah satu dari gejala stroke biasanya penderita akan merasakan
pusing kepala. Pusing yang terjadi tidak hanya pada pusing biasa saja,
melainkan rasa pusing seperti vertigo. Orang yang sedang mengalami vertigo
adanya kaitannya dengan sakit stroke, karena vertigo yang merupakan
penyakit umum ditandai dengan adanya macam penyakit didalam tubuh.
Masalah itu akan menjadi sebuah indikasi bahwa pada gejala sakit stroke yang
ada didalam tubuh kita.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

a. Masalah Kesehatan Lansia :

Permasalahan yang dialami lansia memberikan kesimpulan bahwa dengan keterbatasan yang
di alami maka harus diciptakan suatu lingkungan yang dapat membantu aktivitas lansia
dengan keterbatasannya. Dan dukungan keluarga sangat di butuhkan dalam penyelesaian
masalah kesehtan pada lansia .

b. Penyakit Pada Lansia :


Banyak penyakit yang sering di alami oleh lansia Karena faktor usia dan juga penurunan
hormon sehingga produksi hormon pada lansia tidak berkerja dengan baik dan juga di
pengaruhi oleh gaya hidup, faktor eksternal maupun internal yang menyebabkan penyakit
yang terjadi pada lansia

3.2 SARAN

Dari kesimpulan di atas di ambilkan saran agar keluarga lebih lagi memperhatikan
anggota keluarga yang sudah lanjut usia karena sangat dibutuhkan dukungan dari keluraga dan
juga peran keluarga yang dapat memberikan contoh agar gaya hidup lansia bisa di ubah atau
dicegah supaya tidak mengarah kepada penyakit yang serius. Juga bagi keluarga bisa
mempergunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di sekitar agar membantu anggota
keluarga atau lansia untuk bisa mencegah penyakit atau mengobati penyakit pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, Boedhi,et al.2000.Beberapa masalah penyakit pada Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Lueckenotte. 1997. Pengkajian Gerontologi edisi 2.EGC: Jakarta
www.google.com. Keyword: Penyakit yang Sering Muncul pada Lansia. Diakses tanggal 12 September
2009 pukul 12.16 WIB
Amran Y, Satriani S, Nadimin, Fadliyah F. 2010. Pengaruh Tambahan Asupan Kalium Dari Diet
Terhadap Penurunan Hipertensi Sistolik dan Diatolik Tingkat Sedang Pada Lanjut Usia. Artikel
Penelitian: Universitas Islam Negeri Syarif Hasanuddin Jakarta.
Andarini. 2012. Terapi Nutrisi Pasien Usia Lanjut yang Dirawat di Rumah Sakit. Di dalam:
Harjodisastro D, Syam AF, Sukrisman L, editor. Dukungan Nutrisi pada Kasus Penyakit Dalam.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI.
Aris, S. 2007. Mayo Clinic. Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. PT Intisari Mediatama :
Jakarta.
Hawari, D. (2011). Manajemen Stress, Cemas Dan Depresi. Jakarta: FKUI
Istirokah, dkk. (2013). Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasa Pada Penderita
Hipertensi (Studi Wilayah Kerja Puskesmas Pegandan Semarang). STIKES Telogorejo
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai