Anda di halaman 1dari 10

3.

1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Design Research dengan model Development
Study dengan tujuan untuk menghasilkan soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) Fisika
untuk Uji Kompetensi Guru (UKG). Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill Fisika
UKG ini dilakukan melalui dua tahapan yakni tahap preliminary yang meliputi analisis dan
desain dan tahap formative evaluation meliputi self evaluation, expert review, one-to-one,
small group, dan field test (Zulkardi, 2006).

Low Resistance to Revision


High Resistance to Revision
Expert
Review

Revise Revise
Self Small Field
Evaluation Revise Group Test

One-to-one

Gambar 3.1 Alur Desain Formative Evaluation (Zulkardi, 2006)

3.2 Subjek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah beberapa guru yang ada di kota Palembang

3.3 waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tahapan. Tahap pertama yaitu tahap
Preliminary akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai September tahun 2018. Dan tahap
Formative Evaluation akan dilaksanakan pada bulan November 2018
3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur adalah rangkaian langkah pelaksanaan pekerjaan yang harus dilaksanakan


secara bertahap untuk mencapai tujuan tertentu atau menyelesaikan suatu produk
(Prawiladilaga, 2007). Dibawah ini akan dijelaskan prosedur penelitian metode Desigh
Research dengan model Development Study;

3.4.1 Preliminary
a. Analisis
Pada tahap ini akan dilakukan analisis terhadap hasil uji kompetensi guru, analisis
kisi-kis soal UKG, dan analisis teori (Hudson, 2008). Dalam penelitian ini, pada tahap
analisis peneliti akan melakukan analisis terhadap hasil uji kompetensi guru (UKG)
khususnya pada guru fisika yang ada di kota Palembang, analisis kisi-kisi soal dimana dalam
melakukan pengembangan SOAL HOTS harus disesuaikan dengan kisi-kisi soal UKG yang
sudah diterbitkan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan, dan melakukan analisis
karakteristik soal HOTS Fisika UKG
b. Desain
Pada tahap ini, dilakukannya pendesainan instrument berdasarkan konten, konstruk,
dan bahasa (Jihad, 2013 : 74). Dalam penelitian ini, pada tahap desain penenliti mendesain
kisi-kisi soal higher order thinking skill UKG Fisika, pembuatan soal higher order thinking
skill Fisika UKG, dan pembuatan rubric soal. Pendesainan soal higher order thinking skill
Fisika UKG ini terdapat tiga aspek validasi yaitu konten, konstruk, dan bahasa. Gambaran
mengenai karakteristik yang menjadi foukus pada soal higher order thinking skill Fisika
UKG dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Karakteristik yang Menjadi Fokus Prototype


Kontent  Butir soal sesuai dengan indikator soal dan sesuai
dengan kriteria soal higher order thinking skill
Fisika UKG Batasan pertanyaan dan jawaban
diharapkan jelas
 Isi materi pada soal harus sesuai dengan tujuan
pengukuran
 Materi ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis
sekolah/tingkat kelas
Konstruk  Menggunakan kata Tanya/perintah yang menuntut
jawaban terurai
 Setiap soal ada pedoman penskoran
 Penggunaan gambar atau sejenisnya disajikan
dengan jelas, terbaca, dan berfungsi
Bahasa  Sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
 Kalimat yang digunakan dalam soal adalah kalimat
yang komunikatif
 Rumusan soal tidak mengandung kata-kata
bermakna ganda dan menyinggung pihak manapun.

3.4.2 Formative Evaluation


a. Self Evaluation
Pada tahap ini dilakukan penilaian oleh peneliti sendiri terhadap produk yang telah
dikembangkan (Zulkardi, 2006). Dalam penelitian ini, peneliti menilai sendiri
pendesainan soal Higher Order Thinking Skill Fisika UKG. Hasil pendesainan oleh
peneliti ini disebut prototype pertama.
b. Expert Review
Validasi pakar dapat dilakukan oleh satu pakar atau lebih untuk memvalidasi
produk yang dihasilkan guna sebagai bahan revisi dari segi materi berupa ketepatan,
kelengkapan, kepentingan produk, sesuai dengaan indicator dan kisi-kisi soal UKG,
sesuai dengan teori, dari segi implementasi berupa mudah digunakan, produk yang
dihasilkan juga valid dan reliable (Tessmer, 1998 ; 47-50)
c. One-to-one
Validari oleh one-to-one merupakan validasi yang dilakukan oleh soswa untuk
menilai kekeliruan dan permasalahn yang ada pada produk yang dihasilkan dan guru
akan memberikan komentar sebagai bahan revisi (Tessmer, 1998:97). Dalam penelitian
ini, validari pada tahap one-to-one dilakukan oleh dua orang guru (Tessmer, 1998:76).
d. Small Group
Uji coba small group dilakukan setelah validasi one-to-one dan expert review, yang
dilakukan oleh beberapasiswa yang bertujuan untuk menilai kepraktisan produk yang
dihasilkan yaitu tidak adanya kekeliruan dari produk, waktu yang digunakan untuk
menggunakan atau mengerjakan produk sesuai dengan dengan yang direncanakan dan
bisa digunakan oleh siswa (Tessmer, 1998:101-104). Dalam penelitian ini, pada tahap
small group akan diujicobakan dengan enam orang siswa.
e. Field Test
Uji coba field test dilakukan setelah small group dan dilakukan oleh banyak guru
ketika guru mengadakan pelatihan sebelum mebgikuti uji kompetensi guru yang
bertujuan untuk melihat efek potensial dari produk yang dihasilkan (Tessmer, 1998:152)

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data. Teknik
menunjukan suatu cara untuk mendapatkan data tersebut. Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.5.1 Walkthrough
Walktrough adalah suatu teknik untuk validasi data dengan meminta pendapat ahli
untuk mengevaluasi produk awal/prototipe 1. Para pakar/ahli diberikan sebuah lembar
validasi lalu dari lembar validasi itulah didapatkan saran-saran dan tanggapan dari para ahli
untuk digunakan sebagai dasar untuk merevisi prototipe I. adapun gambaran mengenai expert
review disajiakn dalam table berikut.
Tabel 3.2 gambaran Validasi Soal Higher Order Thinking Skill Fisika UKG

Jumlah validator (sesuai kebutuhan)


Waktu Pelaksanaan (sesuai kebutuhan)
Fokus Validitas konten, konstruk, dan bahasa yang digunakan
serta dapat mengukur berpikir tingkat tinggi pada guru
Metode Wawancara dan analisis prototype
Prosedur Peneliti memberikan prototupe, kisi-kisi soal dan kartu
soal yang telah dibuat, kemudian pakar mengevaluasi
setiap halaman prototype. Saran dari pakar kemudian
dicatat dan dijadikan masukan sebagai bahan untuk
merevisi prototype tersebut.

3.5.2 Observasi
Tahap observasi ini, bertujuan untuk melihat aktivitas yang dilakukan oleh subjek
penelitian (Zulkardi dan Ratu Ilma, 2010). Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk
mengetahui langkah pengerjaan yang dilakukan oleh siswa one-to-one dan smaal group
dalam mengerjakan soal Higher Order Thinking Skill Fisika UKG. Langkah pengerjaan yang
dilakukan iswa diharapkan sesuai dengan rubrik soal yang dibuat oleh peneliti.

3.5.3 Angket
Angket atau Kuesioner adalah sebuah teknik pengumpulan data dengan cara
memberikan sejumlah pertanyaaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono,
2016). Angket disini digunakan ketika tahap uji coba lapangan awal, angket ditunjukan
kepada siswa untuk melihat bagaimana respon siswa terhadap prototype II berkaitan dengan
kepraktisan dari instrumen soal yang dikembangkan.

3.5.4 Tes
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan
kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur
aspek perilaku peserta didik (Arifin, 2012). Tes digunakan untuk mengetahui realibitas
instrumen soal, daya pembeda, dan tingkat kesukaran melalui jawaban peserta didik terhadap
instrumen soal. Tes digunakan pada Tahap uji coba lapangan awal dan uji coba lapangan
akhir. Dalam penelitian ini dilakukan tes tertulis terhadap soal Higher Order Thinking Skill
Fisika UKG yang akan diujicobakan telah dikatagorikan soal yang vald dan praktis. Pada tes
ini untuk mengetahui apakah soal tersebut memberikan efek potensial terhadap guru.

3.6 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data adalah suatu teknik untuk mengolah data yang didapatkan. Teknik
yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.6.1 Analisis Data Walktrough


Hasil dari walkthrough dengan pakar/ahli dianalisis secara deskriftif sebagai masukan
untuk merevisi instrumen soal. Masukan dari ahli ditulis pada lembar validasi. Lembar
validasi menggunakan skala likert dengan lima kriteria. Sangat baik, baik, cukup, kurang dan
sangat kurang seperti pada Tabel 3.1 di bawah ini.
3.3 Kategori Nilai Validasi
Kategori Jawaban Skor Pertannyaan
Sangat baik 5
Baik 4
Cukup 3
Tidak Baik 2
Sangat Tidak Baik 1
(Sugiyono, 2016)

Hasil validasi oleh validator sisajikan dalam bentuk tabel. Lalu dicari rerata skor dengan
menggunakan rumus.
 Persentase (%) ketercapaian Instrumen soal setiap indikator
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟
𝑃𝐾𝐻𝑇𝐼(%) = 𝑥100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑡𝑒𝑚
 Persentase (%) ketercapaian Instrumen soal secara keseluruhan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟
𝑃𝐾𝐻𝑇𝐼(%) = 𝑥100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑡𝑒𝑚

Nilai validasi kemudian di sesuaikan dengan kriteria validitas yang terlihat dari Tabel 3.2.
Selain mengolah data hasil penilaian validator, selanjutnya dianalisis secara deskriftif sebagai
masukan dan acauan untuk merevisi soal, sehingga dihasilkan produk yang layak untuk
diujicobakan.

Tabel 3.4 Kategori Hasil Validitas Ahli (HPA)


Rata-rata Kategori
86 ≤ HVA ≤ 100 Sangat Valid
70 ≤ HVA < 86 Valid
56 ≤ HVA < 70 Kurang Valid
0 ≤ HVA < 56 Tidak Valid
(Wiyono, 2015)

3.6.2 Analisis Data Observasi


Hasil observasi yang peneliti lakukan dari hasil jawaban siswa pada tahap one-to-one dan
small group, kemudian dianalisis secara deskriptif untuk melihat apakah langkah pengerjaan
siswa tersebut sesuai dengan rubric soal yang telah peneliti buat, sehingga sesuai dengan
harapan.

3.6.3 Analisis Data Angket.


Hasil angket yang diperoleh dari tahap uji lapangan awal berupa pendapat siswa diolah
lagi agar dapat melihat kepraktisan dari soal tersebut. Data hasil angket disajikan dalam
bentuk tabel, kemudian menghitung presentasenya dengan menggunakan rumus sebagai
berikut.
 Presentase (%) ketercapaian kriteria instrumen soal setiap indikator
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟
PKHTI (%)= × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑡𝑒𝑚

 Presentase (%) ketercapaian kriteria instrumen soal secara keseluruhan.


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟
PKHTI (%)= × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑡𝑒𝑚

Nilai angket dikonversikan ke dalam persentase untuk mengetahui pendapat guru terhadap
soal yang dikembangkan, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan seperti Tabel 3.3.

Tabel 3.5. Kategori Hasil One-to-one dan Small Group (HEOS)

Rata-rata Kategori
86 ≤ HEOS ≤ 100 Sangat valid
70 ≤ HEOS < 86 Valid
56 ≤ HEOS < 70 Kurang valid
0 ≤ HEOS < 56 Tidak valid

(Wiyono, 2015)
Pada tahap ini juga didapatkan masukan dan saran dari guru yang akan dijadikan acuan
dalam merevisi soal.

3.6.4 Analisis Data Tes


Hasil tes yang diperoleh dari uji coba awal digunakan untuk melihat daya pembeda dan
tingkat kesukaran, sedangkan uji coba lanjut digunakan untuk melihat reliabel dari
instrumen soal yang dikembangkan. Data hasil penilaian disajikan dalam bentuk tabel. Hasil
dari uji coba awal dan lanjutan dianalisis dengan rumus seperti di bawah ini.
a. Taraf Kesukaran
Analisi taraf kesukaran adalah untuk mengetahui soal yang dibuat untuk dalam kategori
mudah atau sukar. Soal yang dibuat tidak boleh terlalu mudah dan terlalu sukar karena jika
soal terlalu mudah maka kurang merangsang minat belajar guru, sedangkan jika soal terlalu
sukar guru akan menjadi putus asa dalam mengerjakannya (Syamsudin, 2012). Rumus untuk
menghitung taraf kesukaran adalah sebagai berikut:
𝐵
P = 𝐽𝑠

P = indeks kesukaran
B = jumlah guru yang menjawab benar
Js = Jumlah seluruh peserta tes
Hasil dari perumusan ini, dikonsultasikan dengan Tabel 3.3 taraf kesukaran seperti dibawah
ini.
Tabel 3.7 Indeks Taraf Kesukaran
Indeks Kesukaran kategori
(P)
0,00 ≤ P ≤ 0,30 Sukar
0,31 ≤ P ≤ 0,70 Sedang
0,71 ≤ P ≤ 1,00 mudah
(Direktorat Pembinaan SMA, 2010)
Soal yang baik memiliki proporsi indeks kesukaran 30% sukar, 40 % sedang, 30 % mudah.
b. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan tingkat kemampuan guru
yang berkemampuan tinggi dan berbekampuan rendah (Arinkunto, 2002). Daya pembeda
butir soal dihitung dengan menggunakan
persamaan:
𝐵𝑎 𝐵𝑏
DP = − 𝐽𝑏 (Arikunto, 2002)
𝐽𝑎

Keterangan :

DP = daya pembeda

Ja = jumlah guru kelompok atas

Jb = jumlah guru kelompok bawah

Ba = jumlah guru kelompok atas yang menjawab benar

Bb = jumlah guru kelompok bawah yang menjawab benar

Hasil dari rumusan ini, disesuaikan dengan tabel 3.4.

Tabel 3.8 Kriteria Indeks Daya Pembeda

DP Kategori
0,00 – 0,19 Jelek
0,20 – 0,39 Cukup
0,40 – 0,69 Baik
0,70 – 1,00 Baik sekali
Negatif Tidak baik, harus dibuang

c. Reliabilitas
Pengertian reliabel Menurut Sugiyono (2016) adalah berkaitan dengan kosistensi alat
ukur dalam mengukur, data yang didapatkan tidak mempunyai perbedaan yang signifikan
walau diberikan dalam jangka waktu yang berbeda. Rumus Uji Reliabilitas Teknik Belah
Dua dilakukan dengan cara membagi tes menjadi dua bagian yang relatif sama (banyaknya
soal sama), sehingga masing-masing test mempunyai dua macam skor, yaitu skor belahan
pertama (awal / soal nomor ganjil) dan skor belahan kedua (akhir / soal nomor genap).
Koefisien reliabilitas belahan tes dinotasikan dengan r1/2 ½. Sehingga uji reliabilitas pada
penelitian ini menggunakan rumus yang dikenal dengan nama rumus Alpha Cronbach
sebagai berikut :

𝑛 ∑𝑆𝑖 2
𝑟11 = ( 𝑛−1 ) (1 − )
𝑆𝑡 2

Dengan:
𝑟11 = Koefisien reliabilitas tes
n = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
1 = Bilangan Konstan
𝑆𝑖 2 = Jumlah varians skor dari tiap-tiap butir item
𝑆𝑡 2 = Varians Tota
Kategori koefisien reliabilitas bisa dilihat pada tabel 3.9 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.9 Indeks Tingkat Reliabilitas Belah Dua

Indeks Reliabilitas Kategori


0,80 < r11 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 0,80 Reliabilitas tinggi
0,40 < r11 0,60 Reliabilitas sedang
0,20 < r11 0,40 Reliabilitas rendah
-1,00 r11 0,20 Reliabilitas sangat rendah (tidak
reliable).

(Arikunto, 2012)

Anda mungkin juga menyukai