Anda di halaman 1dari 27

PENGELOLAAN NYERI PADA NY.

T UMUR 36 TAHUN P2 A0 POST


HISTEREKTOMI DENGAN INDIKASI CA OVARIUM STADIUM II C
MENGGUNAKAN TERAPI RELAKSASI BENSON DI RSUD
KABUPATEN TEMANGGUNG

Disusun oleh:

1. Dwi Retno Kuntari (P1337240717001)


2. Mita Pratiwi (P1337240717002)
3. Siti Nilna L.M (P1337240717003)
4. Dika Yasinta N (P1337240717004)
5. Fadilla Septi Pradini (P1337240717005)
6. Sukma Miranda (P1337240717006)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Seminar Kasus ini
terselesaikan dengan baik. Selanjutnya, saya mengucapkan terimakasih yang
sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
penyusunan Laporan Seminar kasus tentang “Asuhan Keperawatan Gangguan
Reproduksi Pada Ny.T Umur 36 Tahun P2 A0 Post Histerektomi Dengan Indikasi
Mioma Uteri Di Rsud Kabupaten Temanggung”. Tersusunnya Laporan Seminar
Kasus ini bertujuan untuk memenuhi tugas sebagai syarat terselesaikannya praktik
klinik maternitas program studi Sarjana Terapan Keperawatan Magelang.
Terselesaikannya Laporan Seminar Kasus ini, tidak lepas dari bimbingan,
pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak untuk itu saya ucapkan terimakasih
kepada yang terhormat kepada Pembimbing 1 dan pembimbing 2 atas bimbingan
yang telah diberikan.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
Laporan Semina Kasus ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan
data dan pengetahuan penulis serta waktu yang ada saat ini, dengan rendah hati
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari kalangan
pembimbing demi kesempurnaan Laporan Studi Kasus kami selanjutnya. Harapan
penulis mudah-mudahan penulisan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Temanggung, 2019

Penulis
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI PADA CA OVARIUM DENGAN


TERAPI BENSON

Laporan Seminar Kasus

Disusun Oleh:

1. Dwi Retno Kuntari (P1337240717001)


2. Mita Pratiwi (P1337240717002)
3. Siti Nilna L.M (P1337240717003)
4. Dika Yasinta N (P1337240717004)
5. Fadilla Septi Pradini (P1337240717005)
6. Sukma Miranda (P1337240717006)

Telah diperiksa dan disetujui


Temanggung, September 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Wiwin Renny R, SST, SPd, MKes Hartanti, S.Kep, Ns

NIP.19711106 199803 2 004 NIP.19650610 198403 2 017


DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................

PENGESAHAN PEMBIMBING...............................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG..................................................................
B. TUJUAN.......................................................................................
C. MANFAAT...................................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN NYERI........................................................................
B. MEKANISME NYERI.........................................................................
C. FISIOLOGI/MEKANISME INTERVENSI TERHADAP NYERI......
D. PROSEDUR OPERASIONAL INTERVENSI....................................

BAB III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. WAKTU...............................................................................................
B. SASARAN............................................................................................
C. TEMPAT...............................................................................................
D. PENGELOLAAN PASIEN..................................................................

BAB IV. EVALUASI KEGIATAN

A. HASIL ANALISIS JURNAL...............................................................


B. FAKTOR PENDUKUNG.....................................................................
C. FAKTOR PENGHAMBAT..................................................................

BAB V. PENUTUP

A. SIMPULAN...........................................................................................
B. SARAN..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN

A. JURNAL PENELITIAN........................................................................
B. FOTO KEGIATAN................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kanker ovarium merupakan salah satu penyebab utama kematian
wanita. Dalam kasus kanker jumlah serum albumin adalah indikator
prognostik bertahan hidup yang penting, sementara probabilitas global
pasien kanker ovarium dengan serum albumin lebih sama dengan > 3,6
g/dl. Dan < 3,5 g/dl untuk bertahan hidup 5 tahun masing-masing 23% dan
10%. Namun, di Indonesia ketahanan hidup pasien kanker ovarium
epitelial belum diteliti secara intensif.
Penelitian yang dilaporkan bertujuan untuk menentukan
probabilitas ketahanan hidup pasien-pasien kanker ovarium epitelial,
menurut tingkat serum albumin tertentu, dengan menggunakan rancangan
study KO-Hort Retrospektif dan analisis ketahanan hidup. 48 orang pasien
RS Kanker Darmais Jakarta diamati sejak pertama kali mereka didiagnosis
kanker ovarium epitelial sampai sembuh, meninggal atau tidak dapat
ditindaklanjuti lagi. Ditemukan bahwa selama tahun 1996-2004 secara
umum probabilitas pasien dengan bertahan hidup 5 tahun adalah 26,2%.
Secara spesifik, probabilitas pasien dengan serum albumin lebih dari 36
mg/dl dan kurang dari 36 mg/dl untuk bertahan hidup 5 tahun, masing-
masing 36,1% dan 15,7%. Jika di kontrol dengan stadium kanker kadar
asite dan hemoglobin risiko meninggal pasien karena kanker ovarium
epitelial dengan kadar serum albumin, kurang 3,6 mg/dl. Ternyata 2,077
kali lipat daripada pasien dengan serum albumin lebih dari 3,6 mg/dl.
Disimpulkan bahwa di Indonesia ketahanan hidup 5 tahun pasien-pasien
kanker ovarium epihanan hidup 5 tahun pasien-pasien kanker ovarium
epitelial lebih tinggi daripada tingkat global. (Indang Trihandini dan
Nurika, 2017)
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Gangguan
Reproduksi dengan Kanker Ovarium berdasarkan pendekatan
manajemen asuhan keperawatan.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menganalisa data pada gangguan reproduksi
dengan kanker ovarium.
b. Mahasiswa mampu mendiagnosa keperawatan pada gangguan
reproduksi dengan kanker ovarium.
c. Mahasiswa mampu mengintervensi keperawatan pada gangguan
reproduksi dengan kanker ovarium.
d. Mahasiswa mampu mengimplementasi keperawatan pada
gangguan reproduksi dengan kanker ovarium.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada
gangguan reproduksi dengan kanker ovarium.

C. MANFAAT
a. Bagi tenaga kesehatan
Metode terapi benson merupakan metode baru bagi tenaga
kesehatan dan dapat meningkatkan ketrampilan dalam menangani
kanker ovarium, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang maksimal sesuai dengan teori asuhan keperawatan gangguan
reproduksi dengan kanker ovarium.
b. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dengan adanya asuhan keperawatan gangguan


reproduksi ini, dapat memberikan masukan dalam sistem pendidikan,
terutama untuk materi perkuliahan dan memberikan gambaran serta
informasi bagi mahasiswa selanjutnya.
c. Bagi pasien

Mampu meredakan nyeri, memberikan informasi dan


pengetahuan tentang gangguan reproduksi dengan kanker ovarium.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN NYERI
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Nyeri timbul sebagai bentuk respon sensori setelah menerima rangsangan
nyeri. Nyeri dapat disebabkan karena adanya kerusakan jaringan dalam
tubuh sebagai akibat dari adanya cedera, kecelakaan, maupun tindakan
medis seperti operasi (Ratnasari, 2013).
Nyeri merupakan masalah yang besar bagi kesehatan dunia,
dimana diperkirakan 1 dari 5 orang dewasa menderita nyeri dan 1 dari 10
orang dewasa didiagnosa dengan nyeri kronis tiap tahunnya. Empat
penyebab utama nyeri adalah kanker, osteo dan reumatoid artritis, operasi
dan trauma, serta masalah spinal (Goldberg & McGee, 2011)
Penggunaan yang tepat dari analgesik saja atau dengan
kombinasinya merupakan kunci untuk menurunkan intensitas nyeri.
Sayangnya, tidak semua nyeri dapat diintervensi dengan analgetik sistemik
bahkan beberapa penelitian menunjukkan stigma yang kurang baik
ditujukan pada penggunaan obat-obat penurun rasa nyeri (Brown, 2014).
Ketakutan akan terjadinya adiksi, toleransi, depresi pernapasan,
dan ketergantungan menyebabkan klien menghentikan penggunaan
analgesia. Tramadol yang merupakan opioid sintetis memiliki efek
samping mual, muntah, konstipasi, dan konfusi pada lansia. Obat
antiinflamasi non-steroid (NSAID) dapat menyebabkan dispepsia,
perdarahan lambung, ulkus peptikum, perdarahan abnormal, kerusakan
saluran cerna, dan nefritis ginjal akut (Kneale & Davis, 2011). Sehingga
penatalaksanaan non-farmakologis dapat diterapkan sebagai pengganti
intervensi atau kombinasi dalam menurunkan intensitas nyeri.
B. FISIOLOGI NYERI
Nyeri merupakan sensasi dan emosi yang tidak menyenangkan,
keadaan yang memperlihatkan ketidaknyamanan secara subjektif atau
individual menyakitkan tubuh dan kapan pun individu adalah nyata.
Reseptor nyeri terletak pada semua saraf bebas yang terletak pada kulit,
tulang, persendian, dinding arteri, membaran mengililingi otak dan usus.
(Solehati dan Kokasih, 2015)
Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa
intesitas tinggi maupun rendah seperti perennggangan dan suhu serta oleh
lesi jaringan. Sel yang mengalami nekrotik akan merilis K + dan protein
intraseluler . Peningkatan kadar K + ekstraseluler akan menyebabkan
depolarisasi nociceptor, sedangkan protein pada beberapa keadaan akan
menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan peradangan /
inflamasi. Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien,
prostaglandin E2, dan histamin yang akan merangasng nosiseptor sehingga
rangsangan berbahaya dan tidak berbahaya dapat menyebabkan nyeri
(hiperalgesia atau allodynia). Selain itu lesi juga mengaktifkan faktor
pembekuan darah sehingga bradikinin dan serotonin akan terstimulasi dan
merangsang nosiseptor. Jika terjadi oklusi pembuluh darah maka akan
terjadi iskemia yang akan menyebabkan akumulasi K + ekstraseluler dan
H + yang selanjutnya mengaktifkan nosiseptor. Histamin, bradikinin, dan
prostaglandin E2 memiliki efek vasodilator dan meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema lokal, tekanan
jaringan meningkat dan juga terjadi Perangsangan nosisepto. Bila
nosiseptor terangsang maka mereka melepaskan substansi peptida P (SP)
dan kalsitonin gen terkait peptida (CGRP), yang akan merangsang proses
inflamasi dan juga menghasilkan vasodilatasi dan meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah. Vasokonstriksi (oleh serotonin), diikuti
oleh vasodilatasi, mungkin juga bertanggung jawab untuk serangan
migrain . Peransangan nosiseptor inilah yang menyebabkan nyeri.
(Silbernagl & Lang, 2000)
C. MEKANISME INTERVENSI BENSON TERHADAP NYERI
Nosiseptor (reseptor nyeri) akan aktif bila di rangsang oleh
rangsangan kimia, mekanis dan suhu.bila sel-sel tersebut mengalami
kerusakan maka zat-zat tersebut akan keluar, merangsang reseptor nyeri
sedangkan pada mekanik umumnya spasme otot dan kontraksi otot.
Spasme otot akan menyebabkan penakanan pada pembuluh darah sehingga
terjadi iskemia pada jaringan. Sedangkan pada kontraksi otot terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan nutrisi dan suplai nutrisi, sehingga
jaringan kekurangan nutrisi dan oksitosin yang mengakibatkan terjadinya
mekanisme anaerob dan menghasilkan zat besi sisa, yaitu asam laktat yang
berlebihan kemudian asam laktat tersebut merangsang serabut rasa nyeri,
salah satu penatalksanaan yang dapat dilakukan untuk meringankan atau
menghilangkan rasa nyeri adalah terapi benson. (Solehati dan Kokasih,
2015)
Terapi Benson merupakan teknik relaksasi pernafasan dengan
melibatkan keyakinan yang mengakibatkan penurunan terhadap konsumsi
oksigen oleh tubuh dan otot-otot tubuh menjadi rileks sehingga
menimbulkan perasaan tenang dan nyaman. Apabila O2 dalam otak
tercukupi maka manusia dalam kondisi seimbang. Kondisi ini, akan
menimbulkan keadaan rileks secara umum pada manusia. Perasaan rileks
akan diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan konticothropin
relaxing factor (CRF). CRF akan merangsang kelenjar dibawah otak untuk
meningkatkan produksi propiot melanokortin (POMC) sehingga produksi
enkepalin oleh medula adrenal meningkat, kelenjar dibawah otak juga
menghasilkan β Endorpin sebagai neurotransmiter. (Yusliana, 2015)

Endorpine muncul dengan cara memisahkan diri dari DNA yaitu


substansi yang mengatur kehidupan sel dan memberikan perintah sel,
untuk tumbuh atau berhenti tumbuh. Pada permukaan sel terutama sel
saraf terdapat area yang menerima endorpine. Ketika endorpine terpisah
dari DNA, endorpine membuat kehidupan dalam situasi normal. Menjadi
tidak terasa menyakitkan. Endorpin mempengaruhi inklus nyeri dengan
cara menekan pelepasan neurotransmiter di presinaf atau menghambat
implus nyeri di post sinap. Sehingga, rangsangan nyeri tidak dapat
mencapai kesadaran dan sensori nyeri tidak dialami. (Solihati dan
Kokasih, 2015)
D. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
1. Usahakan situasi ruangan atau lingkungan relatif tenang
2. Ambil posisi tidur yang terlentang atau bisa duduk pada
kursi, yang dirasakan paling nyaman
3. Pejamkan mata dengan pelan tidak perlu dipaksakan
sehingga tidak ada ketegangan oto sekitar mata
4. Kendurkan otot-otot serileks mungkin, mulai dari kaki,
betis,paha, perut dan lanjutkan kesemua otot tumbuh.
Lemaskan kepala, leher dan pundak dengan memutar
kepala dan mengangkat pundak perlahan-lahan, tangan
dan lengan, diulurkan, kemudian kendorkan dan biarkan
terkulai wajar di sisi badan. Usahakan agar tetap rileks.
5. Mulai lah bernafas yang lambat dan wajar, dan ucapkan
dalam hati frase atau kata sesuai keyakinan anda. Sebagai
contoh anda menggunakan frasa Ya Allah. Pada saat
mengambil nafas seraya dengan mengucapkan Allah
dalam hati. Sambil terus melakukan no 5 ini lemaskan
seluruh tubuh disertai dengan sikap pasrah pada Allah.
Sikap ini menggambarkan sikap pasif yang diperlukan
dalam relaksasi, dari sikap pasif akan muncul efek
relaksasi yaitu ketenangan. Atau kalimat yang diucapkan
dapat diubah dan disesuaikan dengan keyakinan klien.
6. Teruskan selama 15 menit, anda diperbolehkan membuka
mata untuk melihat waktu tetapi jangan menggunakan
alaram. Bila sudah selesai tetap berbaring dengan tenang
beberapa menit, mula-mula mata terpejam dan sesudah
itu mata dibuka.
7. Latihan ini dilakukan satu hari sekali.
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. WAKTU
Hari : Kamis
Tanggal : 5 September 2019
B. SASARAN
Ny.T Post Histerektomi Dengan Indikasi CA Ovarium Stadium II C
C. TEMPAT
Ruang Mawar RSUD Kabupaten Temanggung
D. PENGELOLAAN PASIEN
1. Pengkajian fokus
a. Data umum klien
Nama : Ny. T
Umur : 36 tahun
Suku/bangsa : Jawa / WNI
Agama : Islam
Status perkawinan : kawin
Pekerjaan : petani
Pendidikan terakhir : SD
Alamat : Purwosari RT 07/02, Sukorejo
Data penanggung jawab
Nama : Tn. M
Umur : 43 tahun
Alamat : Purwosari RT 07/02, Sukorejo
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Kuli bangunan
Hubungan dengan klien : Suami
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama
klien mengatakan nyeri di bagian perut bawah
P : luka post op
Q: ditusuk-tusuk
R: perut bagian bawah
S : Skala 5
T : Hilang Timbul
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh nyeri perut sejak 4 bulan yang lalu, hilang
timbul disertai mual dan tidak menstruasi.
3. Riwayat Kesehatan Dulu
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat di Rumah
Sakit.
4. Riwayat kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki penyakit
yang sama dengan klien, dan keluarga tidak memiliki penyakit
yang menurun.
c. Riwayat Reproduksi
Menrache : 12 tahun
Siklus menstruasi : 30 hari lama : 7-8 hari
Masalah menstruasi : tidak ada
d. Riwayat KB
Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan KB
e. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg
N : 85x/menit
Suhu : 36.9°C
RR : 23x/menit
2. Kesadaran : compos mentis
3. Kepala : bentuk simetris, rambut lurus hitam agak kotor, tidak
ada lesi, tidak ada benjolan
4. Dada : I: gerakan dada simetris, tidak ada lesi
P : terangkat bersamaan
P : sonor
A : vesikuler
5. Perut :
I : kebersihan: bersih, ada luka post op pengangkatan rahim
A: bising usus terdengar 20x permenit
P : tidak bisa dilakukan karena ada nyeri tekan
P: -
6. Perineum dan genetalia :
a. vagina : integritas kulit baik, edema tidak ada, hematoma
tidak ada
b. hemoroid: derajat-, lokasi-, berapa lama-
7. Ekskremitas atas : lengkap tidak ada kelainan, tangan kiri
terpasang infus
Bawah : lengkap tidak ada kelainan, tidak ada varises
5 5
5 5

Homan Sign = Reflek bagus (+)

f. Pola Fungsional Gordon


1. Pola manajemen dan persepsi kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan sangat penting baginya, bila sakit
pasien akan langsung memeriksakan diri ke tenaga kesehatan.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menu nasi, lauk
dan sayur 1 porsi dihabiskan. Minum cukup 7-8 gelas perhari.
3. Pola eliminasi
Pasien mengatakan belum BAB selama 4 hari dirumah sakit.
Pasien terpasang selang DC sejak tanggal 2 September, BAK
berwarna kuning, kurang lebih 500 ml-600 ml per hari, bau
pesing.
4. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan sulit untuk beristirahat. Pasien akan
terbangun bila nyeri terasa. Pasien tidur 4-5 jam perhari.
5. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas 0 1 2 3 4 Keterangan
Makan ˅ 0 : Mandiri
minum 1 : dibantu alat
Toileting ˅ 2 : dibantu orang
Pakaian ˅ 3 : dibantu alat dan
Mobilisasi ˅ orang
Berpindah ˅ 4 : ketergantungan
total

6. Pola peran dan hubungan


Pasien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan
keluarga serta orang orang disekitarnya
7. Pola persepsi kognitif dan sensori
Klien mengatakan tidak memiliki gangguan penglihatan dan
pendengaran. Klien mengatakan nyeri pada perut bagian
bawah.
P : luka post op
Q: ditusuk-tusuk
R: perut bagian bawah
S : Skala 5
T : Hilang Timbul
8. Pola persepsi diri/konsep diri
Klien mengatakan ingin segera sembuh
9. Pola seksual dan reproduksi
Pasien mengatakan tidak ada kelainan pada alat reproduksinya.
Pasien berjenis kelamin perempuan.
10. Pola mekanisme koping
Penerimaan terhadap penyakitnya: klien mengatakan sudah
menerima penyakitnya dengan lapang dada dan menerima
tindakan yang dilakukan kepadaanya.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien mengatakan percaya bahwa sakit yang diderita
merupakan cobaan dari Allah, dan segala penyakit pasti ada
obatnya.
12. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 2 September 2019
pukul 09.02
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN
PEMERIKSAAN
URIN
Tes kehamilan Negatif
Urin lengkap
makroskopis
Warna Kuning
Kekeruhan Agak
kuning
pH 6,5 4.8-7.8
berat jenis 1,025 1.003-1.030
glukosa Negatif Negatif
protein Negatif Negatif
keton Negatif Negatif
bilirubin POS (1+) Negatif
urobilinogen Positif Negatif-Trace
tes benzidine Negatif
nitrit Negatif Negatif
lekosit Negatif
Mikroskopis
Epithel 2-3
Lekosit 1-2 /Ipb 0-6
Eritrosit 0-1 /Ipb 0-1
Silinder Negatif
Bakteri POS (1+)
bakteri
Kristal Negatif
Lain-lain Negatif
Albumin L 3.33 g/dL 3.40-4.80

2. Analisa Data
Tanggal/jam No.Dx DATA PROBLEM ETIOLOGI
5/9/2019 1 DS : klien nyeri akut Agens cidera
10.00 mengatakan fisik
nyeri (tindakan
P : luka post pembedahan)
op (SDKI, 172)
Q: ditusuk-
tusuk
R: perut
bagian
bawah
S : Skala 5
T : Hilang
Timbul
DO : klien
tampak meringis
kesakitan ketika
terasa nyeri

3. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik (tindakan
pembedahan)
4. Rencana Keperawatan
Tanggal No.D Tujuan & Intervensi Rasional
/jam x Kriteria Hasil
5/9/2019 1 Setelah 1. Kaji nyeri 1. Membantu
10.10 dilakukan secara memilih
tindakan komprehe intervensi
keperawatan nsif yang tepat
selama 2X24 (PQRST)
jam, diharapkan
nyeri teratasi
dengan kriteria 2. Berikan 2. Untuk
hasil : teknik mengurangi
1. Nyeri non rasa nyeri
berkuran farmakolo yang
g skala 5 gis teknik dialami
menjadi benson
skala 3 untuk
2. Klien menguran
Rileks gi nyeri
3. Jelaskan 3. Untuk
penyebab, mengetahui
periode penyebab,
dan periode dan
pemicu pemicu
nyeri nyeri.

4. Kolaboras 4. Menurunka
i dengan n rasa nyeri
tim medis yang
dalam dirasakan
pemberia klien
n obat
anti nyeri

5. Implementasi
Tanggal/ No.D Implementasi Respon
Jam x
5/9/2019 1 1. Mengkaji nyeri DS : klien mengatakan nyeri pada
10.20 secara bagian perut bawah
komprehensif. P : luka post op
Q: ditusuk-tusuk
R: perut bagian bawah
S : Skala 5
T : Hilang Timbul
DO : klien tampak masih menahan
nyeri

10.25 2. memberikan DS : klien mengatakan setelah di


teknik non ajarkan teknik nonfarmakologis
farmakologis teknik benson nyerinya sedikit
teknik benson berkurang menjadi skala 4
untuk DO: klien mampu melakukan
mengurangi teknik benson secara mandiri
nyeri
10.45 3. menjelaskan DS: klien mengatakan mau diberi
penyebab, penjelasan tentang penyebab,
periode dan periode, dengan pemicu nyeri.
pemicu nyeri DO: klien terlihat memperhatikan
ketika diberi penjelasan.

13.00 4. Berkolaborasi DS: klien mengatakan nyeri sedikit


dengan tim berkurang setelah diberikan obat
medis dalam DO: tidak ada reaksi alergi obat
pemberian obat
anti nyeri

1. Catatan Perkembangan
Tanggal/ No. Catatan Perkembangan
Jam Dx
5/9/2019 1 S:Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 5 ke skala 4.
17.00 P:luka post op
Q:seperti di tusuk-tusuk
R:daerah perut bagian bawah
S:skala 4
T:hilang timbul
O:TD : 110/80
N : 88x/menit
Suhu : 36.8°C
RR : 24x/menit
- Pasien tampak masih menahan nyeri.
A: masalah nyeri akut belumteratasi
P: lanjutkan intervensi
- Kaji nyeri
- Berikan teknik benson untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian anti nyeri.

Tindakan keperawatan
Tanggal/ No. Implementasi Respon
Jam Dx
6/9/2019 1 1. Mengkaji nyeri secara DS : klien mengatakan nyeri
11.00 komprehensif. pada bagian perut bawah
P : luka post op
Q: ditusuk-tusuk
R: perut bagian bawah
S : Skala 4
T : Hilang Timbul
DO : klien tampak masih
menahan nyeri

12.30 2. Berikan teknik non DS : klien mengatakan setelah


farmakologis teknik di ajarkan teknik
benson untuk nonfarmakologis teknik benson
mengurangi nyeri nyerinya sedikit berkurang
nyeri berkurang menjadi skala
2
DO: klien mampu melakukan
teknik benson secara mandiri
13.30 3. Berkolaborasi dengan DS: klien mengatakan nyeri
tim medis dalam sedikit berkurang setelah
pemberian obat anti diberikan obat
nyeri. Asam mefenamat DO: tidak ada reaksi alergi
tab 500 mg obat

Catatan Perkembangan
Tanggal/ No. Catatan Perkembangan
Jam Dx
6/9/2019 1 S:Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
14.00 berkurang dari skala 4 ke skala 2.
P:luka post op
Q:seperti ditusuk-tusuk
R:perut bagian bawah
S:skala 2
T:hilang timbul
O:TD : 120/90 mmHg
N : 86x/menit
Suhu : 36.5°C
RR : 22x/menit
- Pasien tampak sudah tidak menahan nyeri
- Pasien tampak menahan nyeri saat bergerak terlalu banyak.
A:masalah nyeri akut teratasi
P:hentikan intervensi
BAB IV

EVALUASI KEGIATAN

A. PEMBAHASAN HASIL ANALISIS JURNAL


Dari jurnal Mulyadi (2017) dengan judul ‘Pengaruh Teknik
Relaksasi Benson. Terhadap skala nyeri pada pasien post operasi di RSUP
Prof.Dr.R.D. Kandau Dan RS TK.III R.W.Mongisidi Telling Manado’
hasil yang di peroleh setelah dilakukan teknik relaksasi benson, skala nyeri
pada setiap responden yaitu sebagian besar berada pada tingkat nyeri
ringan 1-3 dengan jumlah 9 responden (56.2%). Hal ini, menunjukkan
terjadinya penurunan skala nyeri yang dipertegas oleh hasil nilai tengah
(median) yang sebelumnya 6,50 menjadi 3 dan nilai rata-rata (mean) yang
sebelumnya 6,25 menjadi 3,25 serta interpretasi yang berubah dari nyeri
sedang menjadi nyeri ringan.
Oleh karena itu kami mencoba menerapkan penanganan nyeri
dengan teknik relaksasi benson. Teknik relaksasi benson ini kami coba
terapkan pada pasien post operatif histerektomi. Dalam hal ini kami
mengerucutkan analisa kami dalam bentuk PICOT P(pasien), I(intervensi),
C(control), O(outcomes), T(time).
P: teknik benson dilaksanakan kepada pasien yang mengeluh nyeri
I: Dilakukan teknik benson kepada pasien post operatif
C: Klien mengatakan kenyamanannya saat belajar menggunakan teknik
benson
O: Hasil dari pelaksanakan teknik benson berhasil menurunkan skala
nyeri dari 5 menjadi 2
T: waktu pelaksanakan selama 20 menit dan terjadi penurunan skala nyeri
Dapat diambil kesimpulan bahwa keluhan nyeri yang diselesaikan dengan
teknik farmakologis dapat diselesaikan atau dikurangi dengan teknik non
farmakologis dalam hal ini teknik relaksasi benson.
Berdasarkan hasil observasi kelompok kami, teknik relaksasi
benson ini sangat efisien untuk diaplikasikan dalam penanganan nyeri.
Nyeri dapat berkurang dengan melakukan teknik relaksasi benson. Teknik
relaksasi ini pun juga sangat mudah dilakukan dan juga sangat menghemat
biaya karena dapat dilakukan sendiri dan tanpa biaya.

B. FAKTOR PENDUKUNG
1. Pengembangan penanganan masalah keperawatan yang terkini
2. Keluarga klien yang sangat kooperatif ikut dalam pelaksanakan

C. FAKTOR PENGHAMBAT
1. Waktu yang kurang tepat
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Terapi benson bisa mengurangi nyeri. Teknik relaksasi benson
sendiri merupakan teknik non farmakologis yang lebih efisien dan efektif
untuk dilakukan pada klien yang memiliki keluhan nyeri karena mudah
dilakukan dan dapat dilakukan sendiri oleh klien tersebut. Hal ini cukup
memecahkan masalah pada klien yang memiliki keluhan nyeri karena
dapat dilakukan dengan mudah.

B. SARAN
Demi lengkapnya isi dan pembahasan mengenai laporan ini maka
kami sebagai penulis mengharapkan saran dari pembaca dan pendengar
demi kelengkapan isinya. Untuk itu kami memohonkan saran yang bersifat
membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Enggal. 2016. Narrative Review: Terapi Komplementer Alternatif


Akupresur Dalam Menurunkan Tingkat Nyeri. NurseLine Journal Vol. 1
No. 2 Nopember 2016 p-ISSN 2540-7937 e-ISSN 2541-464X

Mulyadi,dkk.2017. Pengaruh Teknik Relaksasi Benson. Terhadap skala nyeri


pada pasien post operasi di RSUP Prof.Dr.R.D. Kandau Dan RS TK.III
R.W.Mongisidi Telling Manado. e-Journal Keperawatan (e-Kp) volume 5
Nomor 1.
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai