Anda di halaman 1dari 7

SINTESIS METIL AMINA FASA CAIR DARI AMONIAK

DAN METANOL
M Nasikin dan Irwan M*)

Abstrak
Secara umum terdapat tiga jenis amina, yaitu monometil amina (MMA), dimetil amina
(DMA) dan trimetil amina (TMA). Pada kondisi reaksi setimbang, TMA diperoleh dengan
selektivitas tertinggi, tetapi produk ini kurang diharapkan karena nilai ekonomisnya rendah
dan membentuk azeotrop dengan MMA dan DMA. Pada penelitian ini sintesis metil amina
dari amoniak dan metanol dilakukan dengan menggunakan katalis garam heteropoli KxH3-
xPW12O40, (NH4 )3PW12O40, dan Al2O3 dengan fasa cair. Katalis garam heteropoli adalah
shape selective catalyst pada reaksi fasa gas, pada reaksi fasa cair katalis tersebut juga dapat
menekan laju pembentukkan TMA. Sebagai reaktor digunakan autoclave dengan suhu reaksi
60 dan 80 °C, serta tekanan 16 bar.
Hasil karakterisasi dengan metode BET menunjukkan luas permukaan katalis KxH3-
xPW12O40 semakin meningkat dengan semakin tingginya harga x. Seluruh katalis aktif pada
reaksi dan aktivitas katalis semakin meningkat dengan semakin besarnya luas permukaan
kecuali untuk katalis Al2O3. Aktivitas katalis berturut-turut ialah K2.5H0.5PW12O40 >
(NH4)3PW12O40 > Al2O3 > K2H1PW12O40 > K1H2PW12O40 > K0H3PW12O40. Seluruh katalis
mampu menekan selektivitas TMA hingga 100%, dan diperoleh selektivitas DMA yang tinggi
(98%). Tidak terbentuknya TMA pada reaksi tidak hanya akibat ukuran pori katalis lebih
besar dari TMA, namun juga karena perbedaan kebasaan setiap produk. Tingginya
selektivitas DMA disebabkan kebasaan DMA yang tinggi sehingga teradsorpsi sangat kuat
dipermukaan katalis dan menghentikan reaksi lanjut DMA manjadi TMA. Pada katalis KxH3-
+
xPW12O40 penambahan mmol H /mmol metanol dari 2.5 mejadi 5 meningkatkan konversi
metanol dari 45 menjadi 47 %, sedangkan peningkatan suhu dari 60 °C menjadi 80°C
meningkatkan konversi metanol dari 36% menjadi 46%.

Kata Kunci : metil amina, methanol, amoniak, reaksi fasa cair

Sintesis metil amina tersebut memenuhi enam


Pendahuluan reaksi kesetimbangan bimolekular sebagai
Metil amina merupakan senyawa organik berikut[1] :
yang berupa gas tidak berwarna pada suhu  Reaksi konsekutif
ruang[1], senyawa ini diperoleh dari hasil CH3OH + NH3 ⇒ CH3 NH2 +
penggantian atom hidrogen dari amoniak dengan H2O + 5.358 kkal/mol (1.1)
gugus lain (metil Secara umum terdapat tiga jenis CH3OH + CH3NH2 ⇒ (CH3)2NH +
amina, yaitu primer, sekunder, dan tersier, yang H2O + 9.598 kkal/mol (1.2)
secara berurutan menunjukkan gugus metil yang CH3OH + (CH3)2NH ⇒ (CH3)3N +
terdapat pada senyawanya. Ketiga tipe tersebut H2O + 14.098 kkal/mol (1.3)
ialah CH3NH2 (MMA), (CH3)2NH (DMA) dan  Reaksi diproporsionasi
(CH3)3N (TMA). NH3 + (CH3)3N ⇒ CH3NH2 +
Kebutuhan pasar pada produk metil amina (CH3)2NH - 8.74 kkal/mol (1.4)
terutama DMA terus meningkat dari tahun ke NH3 + (CH3)2NH ⇒ CH3NH2
tahun, persentase kebutuhan pasar dunia untuk - 4.24 kkal/mol (1.5)
produk metil amina ialah 24% MMA, 57% DMA, CH3NH2 + (CH3)3N ⇒ 2 (CH3)2NH
19% TMA[1]. Peningkatan kebutuhan metil amina
- 4.50 kkal/mol (1.6)
terutama DMA, disebabkan dimetil amina (DMA)
merupakan salah satu produk penting yang Sintesis tersebut menghasilkan produk
digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan fiber MMA, DMA, dan TMA, yang secara
akrilik[2]. termodinamika pada kesetimbangan diperoleh
Metil amina secara komersial disintesis produk TMA dengan selektifitas yang tinggi.
dengan mereaksikan amoniak dan metanol dalam Namun TMA merupakan produk yang paling
fasa gas dengan menggunakan katalis-katalis tidak diinginkan, karena selain cenderung
asam seperti silika-alumina, alumina, dan zeolit[3]. membentuk azeotrop apabila bercampur dengan

*)
Departemen Gas dan Petrokimia
Program Studi Teknik Kimia – FTUI
Depok 16424, E-mail:mnasikin@che.ui.edu
kedua produk lainnya sehingga meningkatkan Metode Penelitian
biaya pemisahan, kebutuhan pasar akan produk Penelitian dilakukan dalam lima lima tahap,
TMA relatif rendah dibandingkan MMA dan yaitu :
DMA. Oleh karena itu pada sintesis perlu  Preparasi katalis KxH3-xPW12O40.
dilakukan upaya untuk menekan selektifitas  Karakterisasi BET katalis utama KxH3-
produk TMA dan meningkatkan selektifitas dua xPW12O40 dan katalis pembanding lainnya.
produk lainnya (MMA dan DMA).  Uji aktivitas katalis KxH3-xPW12O40
Umumnya melalui reaksi re-konversi yakni  Uji aktivitas katalis-katalis pembanding
mereaksikan TMA dengan amoniak, selektifitas  Karakterisasi FTIR katalis K2H1PW12O40
TMA dapat diturunkan, namun metode ini kurang
Preparasi Katalis KxH3-xPW12O40 untuk nilai
efisien karena membutuhkan energi yang cukup
x = 0, 1, 2, dan 2.5 dan (NH4)3PW12O40 dilakukan
besar sehingga kurang ekonomis. Karena itu
dengan menggunakan metode pertukaran ion
diperlukan suatu studi untuk menentukan jenis
sesuai reaksi berikut :
katalis yang mampu memberikan produk MMA
dan DMA dengan selektifitas yang tinggi dan
mampu menekan selektifitas TMA sekecil ½ x K2CO3 + H3PW12O40.25 H2O ⇒ KxH3-
mungkin. xPW12O40.25H2 O + ½ x H2CO3
Berbagai katalis telah dicoba oleh beberapa
peneliti untuk dapat menekan selektifitas TMA, Langkah-langkah preparasi ialah sebagai
salah satunya ialah modernite zeolit yang berikut :
dimodifikasi ukuran porinya. Penggunaan zeolit 1. Menimbang reaktan H3PW12O40 dan K2CO3
tersebut mampu menekan terbentuknya TMA masing-masing sebanyak 2.467 gr dan 0.005
namun kestabilannya masih memerlukan gr.
perbaikan.[4] 2. Melarutkan reaktan H3PW12O40 dan K2CO3
Asam Heteropoli (H3PW12O40) dan garam masing-masing dalam aquadest sampai
alkalinya dilaporkan memiliki aktifitas yang baik jenuh
dalam reaksi sintesis metil amina dari amoniak 3. Menitrasi larutan H3PW12O40 dengan larutan
dan metanol pada fasa gas dan menghasilkan K2CO3, disertai pengadukan dengan
produk MMA dan DMA yang tinggi dan mampu menggunakan strirer. Selama titrasi akan
menekan selektifitas TMA. (NH4)3PW12O40 pada terbentuk larutan suspensi berwarna putih.
suhu yang tinggi mampu mencapai selektifitas 4. Larutan putih keruh yang terbentuk
produk MMA dan DMA sampai 100%, hal ini kemudian diuapkan sampai kering dengan
dimungkinkan karena kekuatan adsorbsi TMA menggunakan boiling-water bath (T=
yang jauh lebih kuat terhadap (NH4)3PW12O40 100°C) disertai pengadukan. Serbuk
dibandingkan dengan DMA dan MMA[5]. Garam kemudian dimasukan dalam oven (T=100°C
Cs2.95H0.05PW12O40 dilaporkan memiliki ± 2 jam)
selektifitas MMA dan DMA yang tinggi, dimana 5. Padatan kemudian ditumbuk/digerus hingga
TMA tidak terbentuk sampai konversi metanol berbentuk serbuk halus, kemudian disimpan
yang signifikan[6]. Senyawa heteropoli juga didalam desikator
dilaporkan memiliki aktifitas pada reaksi fasa cair 6. Langkah 1 sampai dengan langkah 7
untuk mengkonversi alkohol[7]. Sementara itu, diulangi untuk harga x yang berbeda.
KxH3-xPW12O40 memiliki luas permukaan yang 7. Untuk preparasi katalis garam
setara dengan CsxH3-xPW12O40 sehingga perlu (NH4)3PW12O40 sebanyak 3 gr langkah 1-6
dilakukan uji aktifitas KxH3-xPW12O40 pada reaksi diulangi untuk reaktan H3PW12O40 dan
sintesis metil amina dalam fasa cair. (NH4)2CO3 sebanyak 2.948 gr dan 0.1474 gr.
Pada penelitian ini akan diuji aktifitas
dan selektifitas katalis KxH3-xPW12O40 pada Pengujian reaksi sintesis metil amina fasa
sintesis metil amina fasa cair dari amoniak dan cair dengan menggunakan amoniak dan metanol
metanol. KxH3-xPW12O40 dipreparasi dengan sebagai reaktannya dilakukan untuk menguji
variasi harga x 0 sampai 2.5, dengan mengganti aktivitas katalis utama garam heteropoli KxH3-
ion H+ dari H3PW12O40 dengan ion K+ dengan xPW12O40. Reaksi dilakukan didalam unit reaktor
metode pertukaran ion. Penggantian sebagian ion autoclave, sedangkan produk reaksi dianalisa
H+ dengan K+ akan memperbesar luas permukaan menggunakan Gas Chromatograph (GC)
sehingga meningkatkan reaksi permukaan, selain Prosedur uji aktivitas untuk katalis KxH3-
itu selektifitas TMA diharapkan menurun karena xPW12O40 dapat diuraikan sebagai berikut :
tingkat kebasaan dari DMA yang tinggi dibanding 1. Masukan metanol dan larutan amoniak 25%
TMA dan MMA, sehingga keasamaan katalis kedalam reaktor batch (autoclave)sebanyak
akan cenderung menghasilkan produk dengan masing-masing 3 ml dan 16.67 ml.
tingkat kebasaan tertinggi yakni DMA.
2. Timbang katalis garam heteropoli KxH3-
xPW12 O40 kemudian masukan kedalam Hasil Penelitian dan Pembahasan
reaktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
3. Isi reaktor dengan udara tekan 16 bar (± 2 katalis garam heteropoli KxH3-xPW12O40,
menit). (NH4)3PW12O40, dan Al2O3 adalah katalis yang
4. Atur temperatur hotplate sebesar 150 °C, aktif pada reaksi sintesis metil amina fasa cair
sehingga temperatur didalam reaktor 80 °C. dari amoniak dan metanol. Yield produk yang
5. Lakukan reaksi selama 8 jam dengan dihasilkan sangat ditentukan oleh kemampuan
interval pengambilan sampel tiap 2 jam. adsorpsi katalis terhadap reaktan (amoniak dan
6. Ambil sampel pada jam ke-2, 4, 6, dan 8 metanol) dan kondisi operasinya .
sebanyak ± 2 ml kedalam tabung reaksi lalu
tutup dengan wraping plastic. Luas Permukaan Katalis
7. Sampel kemudian di sentrifuge selama ± 3 Dari karakterisasi BET, diperoleh data luas
menit untuk mengendapkan padatan. permukaan dan ukuran pori seperti terlihat pada
8. Ambil sampel dengan menggunakan syring Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa kandungan
liquid sebanyak 1 mikroliter lalu injeksikan ion kalium didalam katalis heteropoli
ke injektor pada gas kromatograf (GC). meningkatkan luas permukaan secara signifikan.
Hal ini karena garam heteropoli memiliki struktur
berpori yang berpengaruh terhadap luas
permukaan.
Tabel 1. Luas Permukaan Katalis (Metode BET)
Katalis Luas Area (m2/g) Diameter pori (Å)
K0H3PW12O40 8.107 7.556
K1H2PW12O40 26.43 9.219
K2H1PW12O40 77.54 9.568
K2.5H0.5PW12O40 94.47 9.456
(NH4)3PW12O40 53.54 9.773
Al2O3 187 7.412

Pengaruh Waktu Reaksi Terhadap Produk


dengan Katalis KxH3-xPW12O40
Gambar 1 menunjukkan aktivitas masing- Peningkatan luas permukaan menyebabkan
masing katalis KxH3-xPW12O40. Dari Gambar 2 kenaikan konversi metanol yang setara dengan
terlihat bahwa laju reaksi sintesis metil amina peningkatan aktivitas.
relatif cepat, sehingga setelah jam ke-4 seluruh Struktur katalis KxH3-xPW12O40 yang rigid
reaksi telah mencapai kesetimbangan. Dari membuat reaksi hanya terjadi di permukaan
Gambar 1 juga terlihat hubungan antara katalis sehingga luas permukaan katalis menjadi
peningkatan kandungan kation ion K+ (harga x) faktor yang signifikan terhadap konversi yang
pada katalis terhadap aktivitas katalis. Semakin dihasilkan. Berdasarkan aktivitasnya, katalis
banyak kandungan ion K+ maka konversi metanol KxH3-xPW12O40 dapat diperbandingkan sebagai
akan semakin meningkat. Seperti telah dijelaskan berikut :
sebelumnya, luas permukaaan katalis meningkat
dengan bertambahnya harga x (ion K+).

K2.5H0.5PW12O40 > K2H1PW12O40 > K1H2PW12O40 > K0 H3PW12O40

Semakin tidak aktif

50
45
nversi Metanol (%)

40
35
30
25
20
15
Gambar 1. Pengaruh waktu reaksi terhadap konversi Metanol dengan katalis KxH3-xPW12O40
( T= 80 °C, mmol H+/ mmol MeOH = 5)

50 0.3
45
0.25
40

Yield MMA (%)


Yield DMA (%)

35
0.2
30
25 0.15
20
0.1
15
10
0.05
5
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
waktu reaksi (jam)
DMA-K2.5PW (T=80) DMA-K2.5PW (T=60)
MMA-K2.5PW (T=80) MMA-K2.5PW (H/M=2.5)

Gambar 2. Pengaruh waktu reaksi terhadap Yield MMA dan DMA dengan katalis KxH3-xPW12O40
( T= 80 °C, mmol H+/ mmol MeOH = 5)

Pada penelitian ini, sintesis metil amina dari TMA, maka tidak terbentuknya TMA pada
amoniak dan metanol menghasilkan dua produk, reaksi fasa cair dapat diperkirakan akibat
yakni MMA dan DMA, sedang produk ketiga tertahannya pembentukan “intermediate
yakni TMA tidak terbentuk, seperti terlihat pada TMA” .
Gambar 2 (a) dan (b). 2. Tingkat kebasaan produk berpengaruh pada
Tidak terbentuknya TMA pada reaksi selektivitas karena senyawa heteropoli dan
menunjukkan bahwa katalis-katalis tersebut garamnya bersifat asam, sehingga akan lebih
merupakan selective catalyst dengan kuat mengadsorb senyawa yang bersifat lebih
menghasilkan produk MMA dan DMA. Tidak basa. Pada reaksi ini, produk yang terbentuk
terbentuknya TMA karena: akan berubah dengan cepat kearah
1. TMA memiliki ukuran diameter molekul yang terbentuknya produk yang paling basa yakni
terbesar dibandingkan MMA dan DMA. Pada DMA (tingkat kebasaan metil amina :
saat reaktan masuk ke pori-pori katalis KPW DMA>TMA>MMA). Produk lanjutannya
yang rigid, reaksi hanya terjadi pada (TMA), yang bersifat kurang basa, menjadi
permukaan pori katalis dan menghasilkan tidak selektif untuk dibentuk. Akibat dari
produk metil amina. Namun hanya MMA dan kuatnya gaya adsorbsi DMA terhadap katalis
DMA saja yang dapat didesorpsi sebagai heteropoli yang bersifat asam tersebut
produk, karena TMA akan terperangkap menyebabkan katalis tidak mampu menyerap
didalam katalis akibat ukuran molekulnya reaktan untuk menghasilkan produk TMA
yang besar. Mengingat ukuran pori katalis sebagaimana teori reaksi konsekutif. Hal ini
KxH3-xPW12O40 lebih besar dari diameter
yang menyebabkan tidak diperolehnya TMA Pada penelitian ini diperoleh DMA dengan
pada reaksi (MMA ⇒ DMA ⇒ TMA). selektifitas yang sangat dominan (lebih dari 98%),
Dari Gambar 2 (b), yield DMA pada katalis hal ini berarti KxH3-xPW12O40 sangat aktif dan
KxH3-xPW12O40 mengalami kenaikan seiring selektif membentuk produk DMA. Tingginya
peningkatan konversi metanol sampai reaksi selektifitas produk DMA karena :
berjalan ± 4 jam, setelah waktu reaksi tersebut 1. Faktor kebasaan DMA yang sangat kuat
yield DMA menjadi konstan. Yield DMA seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
menjadi konstan setelah 4 jam reaksi diperkirakan 2. MMA akan mengalami reaksi konsekutif
karena pengaruh kebasaan produk DMA yang seperti pada reaksi (1.2), untuk menghasilkan
tinggi sehingga reaksi terhenti pada tahapan DMA. Hal inilah yang menyebabkan MMA
reaksi (1.2). diperoleh dengan tingkat yield yang sangat
rendah. Fenomena ini dapat dilihat pada
0.16
Gambar 3 (a).
0.14 50

0.12 45
Yield MMA %

40
0.1
35

Yield DMA (%)


0.08
30
0.06 25

0.04 20
15
0.02
10
0 5
0 2 4 6 8 10
0
w a k t u r e a k s I ( jam )
0 2 4 6 8 10
K1HPW K2HPW H3PW K2.5HPW w a k t u r e a k s I (j a m)
K0H3PW K1HPW K2PW K2.5PW

[a] [b]

Gambar 3. a. Pengaruh waktu reaksi terhadap yield MMA (KxH3-xPW12O40)


b. Pengaruh waktu reaksi terhadap yield DMA (KxH3-xPW12O40)
maka aktivitas katalis akan semakin tinggi yang
ditunjukkan dengan lebih tingginya yield DMA.
Dari Gambar 3 (a) terlihat bahwa untuk Hal ini disebabkan secara kinetika kimia laju
seluruh katalis KxH3-xPW12O40 diperoleh yield reaksi akan semakin cepat dengan semakin
MMA yang sangat rendah dan terus menurun tingginya temperatur reaksi.
selama waktu reaksi. Pada Gambar 3 (a) terlihat Dari Gambar 4. terlihat bahwa pada
setelah jam ke dua terjadi penurunan yield MMA temperatur reaksi yang lebih rendah diperoleh
yang diikuti kenaikan yield DMA, seperti terlihat yield MMA yang lebih tinggi. Hal ini
pada Gambar 3 (b). mengindikasikan bahwa DMA akan lebih sulit
terbentuk pada temperatur yang lebih rendah,
Pengaruh Temperatur Reaksi Terhadap Aktivitas karena reaksi disproporsionasi MMA menjadi
Katalis DMA (Reaksi 1.6) berlangsung secara
Gambar 3. menunjukkan pengaruh endotermis. Apabila temperatur reaksi lebih
temperatur reaksi terhadap yield MMA dan DMA rendah, maka kalor yang dibutuhkan pada reaksi
pada katalis K2.5H0.5PW12O40. Dari Gambar 4 disproporsionasi akan berkurang, sehingga lebih
terlihat bahwa semakin tinggi temperatur reaksi sedikit MMA yang terkonversi menjadi DMA.
Pengaruh Waktu Reaksi Terhadap Mol Produk
dengan Katalis Al2O3 dan (NH4)3PW12O40.

50 0.25
45

% Mol & Yield DMA


40 0.2

Yield MMA (%)


35
30 0.15
25
20 0.1
15
10 0.05
5
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
waktu (jam)
Konv-(NH4)PW Konv-Al2O3 DMA-NH4PW
DMA-Al2O3 MMA-NH4PW MMA-Al2O3

Gambar 4. Profil hasil reaksi katalis (NH4)3PW12O40 dan Al2O3

Pada penelitian ini sebagai katalis pembanding sesuai dengan fenomena yang terjadi pada
digunakan (NH4)3PW12O40 (NH4PW) dan Al2O3. penggunaan katalis utama KxH3-xPW12O40 seperti
Alumina (Al2O3) dikenal memiliki luas telah dijelaskan sebelumnya. Fenomena tidak
permukaan yang relatif besar, hal ini ditunjukkan terbentuknya TMA dengan katalis NH4PW ini
oleh hasil analisis dengan metode BET yang juga dilaporkan oleh Nasikin et. al. dalam reaksi
memperoleh luas permukaan sebesar 187 m2/g. fasa gas[8].
Katalis ini merupakan tipe katalis konvensional, Dari hasil analisa data diperoleh tingkat
dimana reaksi hanya terjadi di permukaan saja. yield MMA pada kedua katalis sangat kecil dan
Aktifitas kedua katalis pada reaksi sintesis metil terus menurun seiring dengan waktu. Rendahnya
amina fasa cair dari amoniak dan metanol dapat yield MMA terutama pada NH4PW dikarenakan
dilihat pada Gambar 4. NH4PW lebih aktif dari alumina.
Seperti terlihat pada Gambar 4, kedua katalis
pembanding yang digunakan memberikan profil Perbandingan Aktifitas KxH3-xPW12O40,
hasil yang hampir sama dengan profil hasil reaksi (NH4)3PW12O40, dan Al2O3.
katalis utama KxH3-xPW12O40. NH4PW memiliki Profil konversi metanol pada sintesis metil
konversi metanol maksimum 46%, dan 45% amina fasa cair dengan menggunakan katalis
untuk alumina. Hasil ini menunjukkan kedua KxH3-xPW12O40 dan katalis pembanding
katalis aktif dalam reaksi, dan keduanya (NH4)3PW12O40 dan Al2 O3 dengan kondisi operasi
memberikan produk yang sama yakni MMA dan T= 80 °C dan P =16 bar dapat dilihat pada
DMA sedang TMA tidak terbentuk. Gambar 5.Gambar 5 menampilkan profil aktifitas
Metode BET menunjukkan bahwa luas dari masing-masing katalis yang digunakan pada
permukaan Al2O3 jauh lebih besar dari katalis penelitian ini, dimana aktifitas katalis ditunjukkan
NH4PW (lihat Tabel 1), namun kedua katalis dengan konversi dari reaktan (metanol).
memiliki aktivitas yang relatif sama. Hal ini Dengan kondisi operasi yang sama maka
dikarenakan pada NH4PW terjadi reaksi didalam untuk seluruh katalis berdasarkan aktivitasnya
bulk katalisnya. Pada reaksi dengan NH4PW dan dapat dituliskan sebagai berikut :
Al2O3 tidak dihasilkan produk TMA, hal ini

K2.5H0.5PW12O40>NH4PW12O40>Al2O3>K2H1PW12O40>K1H2PW12O40>H3PW12O40

Katalis Semakin Tidak Aktif


50
45

Konversi metanol (%)


40
35
30
25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
waktu reaksi (jam)
K1H2PW K2H1PW K2.5HPW
K0H3PW (NH4)3PW Al2O3

Gambar 5. Pengaruh waktu reaksi terhadap konversi metanol pada katalis


Aktivitas katalis kecuali pada Al2O3 selektivitas DMA lebih besar dari 98%. Hal
sebanding dengan luas permukaan katalis (Tabel ini disebabkan dua faktor, yaitu faktor
1). Hal ini menunjukkan luas permukaan kebasaan dan ukuran pori, dimana pada
merupakan faktor utama yang menentukan reaksi fasa cair, “intermediate TMA”
aktivitas katalis. Sedangkan untuk Al2O3 memiliki ukuran molekul yang lebih besar
rendahnya aktivitas katalis meskipun luas dari diameter pori katalis
permukaannya besar dikarenakan pada katalis 6. Selektifitas yang tinggi terhadap DMA pada
Al2O3 memiliki kekuatan asam yang lebih rendah seluruh katalis disebabkan oleh faktor
dibandingkan dengan senyawa heteropoli. kebasaan, dimana produk yang paling basa
Nasikin et. al, juga melaporkan bahwa alumina (DMA) akan terbentuk dengan lebih
merupakan katalis asam yang relatif kurang kuat dominan.
jika dibandingkan dengan garam heteropoli 7. Aktivitas katalis senyawa heteropoli lebih
sehingga aktivitasnya pada reaksi alkilasi menjadi besar dari aktivitas alumina meskipun
lebih rendah [9]. memiliki luas permukaan yang lebih kecil.
Pada penelitian ini seluruh katalis yang Karena untuk katalis-katalis heteropoli
digunakan pada reaksi sintesis metil amina fasa dengan luas permukaan yang kecil reaksi
cair dari amoniak dan metanol tidak terjadi pada bulk katalis.
menghasilkan TMA dikarenakan faktor kebasaan
dan perbedaan ukuran pori. Daftar Pustaka
[1] Ulman (1989), Encyclopedia of Industrial
Kesimpulan Chemistry, vol. A16
1. Luas permukaan dan aktivitas katalis KxH3- [2] Riegel’s (1983), Handbook of Industrial
xPW12O40 meningkat dengan bertambahnya Chemistry, hal. 1110 – 1111
harga x (kation K+). [3] Encyclopedia of Chemical Reaction
2. Katalis KxH3-xPW12O40, (NH4)3PW12O40 dan Process,(1977) vol 3, hal 148
Al2O3 aktif dalam sintesis metil amina fasa [4] Segawa, (1991), Journal of Catalysis, vol 131,
cair dari metanol dan amoniak pada T = 80 1991.
°C dan P = 16 bar. [5] M. Nasikin, R. Nakamura, H. Niiyama, (1993)
3. Aktifitas katalis berdasarkan tingkat konversi Chemistry Letter, vol 2, hal 209
metanol yang dihasilkannya secara berturut [6] M. Nasikin, R. Nakamura, H. Niiyama, (1998)
ialah : K2.5H0.5PW12O40 > (NH4)3PW12O40 > Japan Petroleum Institut, vol 41
Al2O3 > K2H1PW12O40 > K1H2PW12O40 > [7] Yonose, (1978), Chemtech, vol 8, 1978.
K0H3PW12O40. [8] Shanon )1999), Journal of Catalysis, vol 115.
4. Pada seluruh katalis yield produk MMA akan [9] M. Nasikin,(1997) Study on the synthesis of
semakin berkurang dengan bertambahnya metil amines from amonia and metanol over
waktu reaksi, yang diakibatkan oleh H3PW12O40 and its salts, Doctoral thesis,
terkonversinya MMA menjadi DMA secara Tokyo Institut of Technology
konsekutif dan disproporsionasi. [10]Misono, M. (1987) “Heterogeneous Catalysis
5. Seluruh katalis yang digunakan mampu by Heteropoly Compound of Molybdenum
menekan yield pembentukan produk TMA and Tungsten”, Catal. Rev-SCL Eng, 29
hingga 100 % pada fasa cair dengan (2&3), 269 – 321

Anda mungkin juga menyukai