Chapter II PDF
Chapter II PDF
BAB II
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada
mayat tersebut dan diberi label yg memuat identitas mayat diberi cap jabatan
yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Pemeriksaan oleh kedokteran forensic atau yang ahli tentang itu terhadap
korban yang luka, korban yang meninggal atau melakukan bedah mayat untuk
14
Waluyadi, Op.Cit. hlm. 11.
diberikan pada saat terjadi tindak pidana akan diterangkan harus diberikan secara
3. Pemeriksaan mayat;
Pasal 133 KUHAP dihubungkan dengan penjelasan pasal 186 KUHAP, jenis dan
tata cara pemberian keterangan ahli adalah sebagai alat bukti yang sah dapat
menyebut secara tegas untuk hal apa pemeriksaan ahli itu dilakukan, misalnya
15
Ibid, hlm 27.
16
Koesparmono Irsan, Panduan Memahami Hukum Pembuktian dalam Hukum Perdata dan
Hukum Pidana, Gramata Publishing , 2016, Bekasi, hlm. 245.
(1) Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
Pasal 133 sampai dengan pasal 135 KUHAP, pada tingkat pemeriksaan
oleh penyidik dalam penyidikan, maka kata-kata “dokter”, peranan dokter (dokter
bukan ahli kedokteran kehakiman) masih penting dan perlu serta dibutuhkan
17
R. Soeparmono, op.cit., hlm.65
Pasal 133 ayat (2) KUHAP sangat penting bagi pengadilan, artinya
keterangan ahli akan sangat membantu bagi terbukti atau tidaknya suatu perkara,
dianggap sebagai hasil alat bukti yang sah dan ini hanya mungkin bilamana
misalnya, terhadap bedah mayat forensic dilakukan secara lengkap luar dan dalam
dan prospek bagi masa depan dengan laboratorium yang lengkap dan modern,
Pasal ini mengartikan jika suatu kematian Nampak disebabkan oleh kekerasan,
suatu bedah mayat forensic selalu harus dilakukan, kecuali jika ada bukti yang
keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut
keterangan. Pasal 120 KUHAP dihubungkan dengan pasal 133 KUHAP jo.
penjelasan pasal 135 KUHAP jo. Pasal 1 butir 28 KUHAP, akan Nampak sebagai
bagi dokter bukan ahli kedokteran kehakiman karena dituangkan secara tertulis
dalam bentuk laporan yang dilakukan dengan mengingat sumpah jabatan atau
pekerjaan tersebut.19
18
Ibid., hlm 71
19
IR. Soeparmono, Keterangan Ahli dan Visum et Repertum dalam Aspek Hukum Acara
Pidana, Mandar Maju, 2016, Jakarta, hlm 60.
mayat dari semua jenis tempat dan cara penguburan. Pedoman pelaksanaan
KUHAP pada hlm. 43 dijelaskan perihal bantuan dokter bedah mayat, yaitu:
kehakiman atau keterangan kepada dokter yang bukan dokter ahli kedokteran
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana
ataupun bila diperlukan penggalian maya dari semua jenis tempat dan cara
penguburan;
Mayat yang dikirimkan diberi label yang memuat identitasnya, dilak dan
diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain mayat;
c. Jika bedah mayat yang akan diminta atau memerlukan penggalian mayat,
dilakukan apabila:
1. Dalam dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga, atau
hanya khusus dipergunakan pada keterangan yang diberikan hanya oleh ahli
kedokteran kehakiman saja, pada tahap tingkat pemeriksaan penyidik. Pasal 134
ayat (3) KUHAP yang mengatur tentang mayat (jenazah) dan keperluan bedah
mayat (otopsi) menentukan, apabila dalam dua hari tidak ada tanggapan dari
keluarga (korban) atau pihak yang perlu diberitahu atau tidak ditemukan, penyidik
segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3)
KUHAP.
(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli
(2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji dimuka penyidik
baiknya kecuali bila disebabkan karena harkat dan martabat, pekerjaan atau
secara lisan di persidangan, berdasarkan fungsi dan tugas serta kewenangan yang
dimiliki masing-masing ahli itu, disebabkan alasan karena keahliannya itu, dapat
meliputi:20
20
Ibid. 64
3. Ahli lainnya (pengertian umum) yaitu keterangan yang diberikan setiap orang
demi keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka
keahliannya.
Setiap saksi atau ahli yang dipanggil secara sah untuk menghadap ke
persidangan, maka ia wajib untuk hadir. Saksi yang tidak hadir meskipun telah
dipanggil dengan sah dan hakim ketua siding mempunyai cukup alasan untuk
menyangka, bahwa saksi itu tidak mau hadir, maka hakim ketua siding dapat
21
Ibid, hlm.101
Ada dua kelompok ahli, kalau ditinjau dari sudut pandang alat bukti da
pembuktian, yaitu:
2. Ahli pada umumnya, yakni orang yang memiliki keahlian khusus dalam
bidang tertentu.22
Pasal ini merupakan penegasan kembali ketentuan pasal 120 KUHAP tentang
keahliannya.
sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan saksi ahli dan
dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan”.
hakim kepada saksi ahli apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa
atau penasihat hukum terhadap hasil keterangan ahli tersebut23. Majelis hakim
menganggap perlu untuk menentukan keaslian suatu intan yang menjadi pokok
perkaranya, maka majelis hakim dapat meminta keterangan dari seseorang yang
22
Koesparmono Irsan dan Armansyah, Op.Cit, hlm. 204.
23
I Ketut Murtika, Op.Cit. hlm. 66.
khusus (ahli) intan. Terdakwa atau penasihat hukumnya berkeberatan dengan hasil
Sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”.
mati karena menjadi korban kejahatan atau setidak-tidaknya patut diduga sebagai
akibat kejahatan, maka keberadaan mayat yang menjadi barang bukti yang akan
matinya orang sementara alat bukti yang lain yaitu seseorang yang melihat
sendiri, mendengar sendiri atau dialami sendiri maka saksi diam (physical
“Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-
24
Soeparmon, Op.Cit. hlm.66
25
Waluyadi, Op.Cit,, hlm.53.
yang harus dipenuhinya, diancam dalam perkara pidana dengan penjara paling
apabila diminta26. Pasal 224 KUHPidana menegaskan bahwa apabila saksi, ahli,
atau juru bahasa dengan sengaja tidak hadir, maka dapat dipidana, dengan kata
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya”.
Ketentuan pasal ini adalah menjamin tegaknya kebenaran, keadilan dan kepastian
hukum bagi seseorang. Dunia ilmu yang dikenal dengan system/stelsel “negatief
wettelijk” dalam hukum pembuktian pada acara pidana. Pasal ini diperlukan oleh
c. Keyakinan;
26
Ibid. hlm. 11.
27
R. Soeparmono, Op.Cit. hlm. 115
pembuktian guna menentukan nilai kekuatan pembuktian yang dapat atau tiddak
kekuatan pembuktian, tidak mutlak harus bersumber dari saksi korban, apabila
dan alat-alat bukti lain yang memenuhi syarat-syarat formal dan materiel di luar
saksi korban, sehingga sama sekali tidak mengurangi tercapainya batas minimal
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa.
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan .
(dokter), termasuk alat bukti suart, sedangkan alat bukti keterangan ahli, ialah apa
yang ahli nyatakan di siding pengadilan.; yang dapat juga sudah diberikan pada
waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam
suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu ahli
keterangan ahli yang dibuat oleh dokter, sesuai dengan kesepakatan yang dibuat
antara IKAHI dengan IDI, dalam tahun 186 di Jakarta, yaitu untuk membedakan
memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang
Menurut Sudikno Mertokusumo, alat bukti urat adalah segala sesuatu yang
memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau
baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri
menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana atau siapa pelakunya. Kasus
kematian tidak wajar, atau yang diduga karena tindak pidana, ketiga alat bukti ini
yang menuliskan langsung yaitu pada staatblad Lembaran Negara tahu 1973 No.
350.
28
Abdul Mun’im Idries, Pedoman Praktis Ilmu Kedokteran Forensik bagi Praktisi Hukum,
Sagung Seto, Jakarta, hlm. 9.
29
Andi Sofyan dan Abd. Asis, Op.cit. hlm.264.
Pasal 1
Visa reperta seorang dokter, yang dibuat baik atas sumpah jabatan yang diucapkan
merupakan alat bukti yang sah dalam perkara-perkara pidana, selama visa reperta
tersebut berisikan keterangan mengenai hal-hal yang dilihat dan ditemui oleh
Pasal 2
Pada dokter yang tidak pernah mengucakan sumpah jabatan baik di Negeri
“saya bersumpah (berjanji), bahwa saya sebagai dokter akan memuat pernyataan-
2. Visum et Repertum mempunyai daya bukti yang sah/alat bukti yang sah dalam
perkara pidana.
3. Visum et Repertum berisi laporan tertulis tentang apa yang dilihat, ditemukan
alat bukti yang sah sepanjang Visum et Repertum tersebut memuat keterangan
tentang apa yang dilihat oleh dokter pada benda yang diperiksanya.30 Pendapat
seorang ahli tidak selalu sama dengan ahli lainnya walaupun pendapat-pendapat
ahli tersebut didasarkan pada data pemeriksaan yang sama. Hakim kadang kala
menolak bagian pendapat dan kesimpulan dari seorang ahli yang ditulis dalam
Visum et Repertum. Hakim tidak menolak bagian yang memuat keterangan segala
apa yang dilihat dan didapat seorang dokter dalam melaksanakan tugasnya yakni
sebab kematian, meski sudah ada Visum et Repertum, selalu ada kemungkinan
praktek kedokteran RI nomor 29 thn 2004 mengatur tentang hak dan kewajiban
dokter:
30
I Ketut Murtika dan Djoko Prakoso, Op.Cit., hlm. 125.
31
I Ketut Murtika, Djoko Prakoso, dikutip dari Handoko Tjondroputranto, Kedudukan
dan Peranan Ahli Lain dalam Rangka Pembuatan Visum et Repertum, Lembaga Kriminologi UI,
hlm.25.
prosedur operasional.
keluarganya
2) Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian
atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
Ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
Apabila hak dan kewajiban tidak di penuhi maka akibat hukumnya adalah:
organisasi profesi.
praktik kedokteran.
surat tanda registrasi atau surat izin praktek, dan kewajiban mengikuti
kedokteran gigi.
seperti hukum bedah mayat menurut pandangan hukum Islam. Di dalam nash
mayat, sebab bedah mayat seperti di zaman sekarang ini belum dikenal di masa
lalu. Yang ditemukan hanya dalil-dalil dari Sunnah Nabawiah yang berbicara
tentang larangan merusak tulang mayat. Selain itu terdapat perbedaan pendapat di
antara para ulama tentang hukum membedah perut mayat. Hanya saja masalahnya
tidak sama persis dengan kasus otopsi. Pembedah perut mayat dilakukan bila
mayat itu menelan harta atau didalamnya ada janin yang diyakini masih hidup.
berbagai hal tentang pengobatan dan ilmu kesehatan serta ilmu kedokteran guna
metode membedah atau meneliti bagian dalam tubuh manusia tersebut. Dalam
praktek yang dilakukan oleh para ahli kedokteran dan mahasiswa kedokteran tidak
cukup dengan teori-teori yang terdapat di dalam buku-buku saja, akan tetapi
tubuh manusia, salah satu cara yang telah ditempuh dalam ilmu kedokteran adalah
otopsi sebagai salah satu ilmu yang dalam ilmu kedokteran sangat penting dalam
mengetahui struktur anatomi tubuh manusia dan cara mengatasi berbagai macam
penyakit yang terdapat dalam tubuh manusia dan sebagai alat bukti sebab
pengadilan sebagai alat bukti. Oleh karena itu penggunaan mayat manusia untuk
hal yang sangat penting karena sebagai alat peraga yang cocok sehingga
Al-qur’an
dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah.
menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.”
b. Apabila dua mafsadah bertentangan, maka perhatikan mana yang lebih besar
c. Apabila kewajiban tidak bisa dilaksanakan karena dengan adanya suatu hal,
Bagian ini akan dilakukan pembahasan tentang status hukum bedah mayat
dalam perspektif Hukum Islam. Beberapa hal pokok hukum agama Islam tentang
mayat :
“Seseorang yang sedang hamil dan kemudian ia meninggal dunia, maka perutnya
tidak perlu dibedah, kecuali sudah diyakini benar, bahwa janin yang ada
“Seorang hamil, kemudia dia meninggal dunia dan ternyata janinnya masih hidup,
“Seorang yang meninggal dunia dan didalam perutnya ada barang berharga, maka
mayat itu harus dibedah, baik barang itu milik sendiri maupun milik orang lain.
Tetapi tidak perlu (tidak boleh dibedah), kalau hanya untuk mengeluarkan
“Seandainya diperkirakan janin masih hidup, maka perutnya wajib dibedah untuk
mausia;
II. Membatasi kemubahan itu sekedar darurat saja menurut kadar yang tidak
32
R. Soeparmono, Keterangan Ahli dan Visum et Repertum dalam Aspek Hukum Acara
Pidana, CV Mandar Maju, 2016, Bandung, hlm. 86.