Penyelesaian perselisihan dilakukan oleh mediator yang berada di setiap kantor instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Kabupaten/Kota.
Dalam waktu selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah menerima pelimpahan penyelesaian
perselisihan mediator harus sudah mengadakan penelitian tentang duduknya perkara dan segera
mengadakan sidang mediasi.
A. Dalam Hal Tercapai kesepakatan maka :
1. Dibuat Perjanjian Bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan disaksikan oleh
mediator serta didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di
wilayah hukum pihak-pihak mengadakan Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta
bukti pendaftaran.
2. Apabila Perjanjian Bersama tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak maka pihak yang
dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah Perjanjian Bersama didaftar untuk
mendapatkan penetapan eksekusi. (Penetapan adalah suatu tindakan hukum yang berkaitan
dengan perkara yang diajukan padanya sebelum hakim tersebut memeriksa dan memutus
perkara pokok.)
3. Bila Pemohon Eksekusi berdomisili diluar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran
Perjanjian Bersama maka Pemohon Eksekusi dapat mengajukan permohonan pada
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah domisili Pemohon
untuk diteruskan pada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang
berkompeten melaksanakan eksekusi.
Para pihak atau salah satu pihak dapat melanjutkan penyelesaian ke Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadian Negeri setempat dengan mengajukan gugatan.
1. Bila para pihak menyetujui maka dalam waktu selambat-lambatnya 3 hari kerja mediator
harus sudah selesai membantu para pihak membuat Perjanjian Bersama untuk kemudian
didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah hukum
pihak-pihak untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran.
Apabila Perjanjian Bersama tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak maka pihak yang
dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah Perjanjian Bersama didaftar untuk
mendapatkan penetapan eksekusi. (Penetapan adalah suatu tindakan hukum yang berkaitan
dengan perkara yang diajukan padanya sebelum hakim tersebut memeriksa dan memutus
perkara pokok.)
Penyelesaian perselisihan melalui konsiliasi dilakukan oleh konsiliator yang terdaftar pada
kantor instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan Kabupaten/Kota.
Penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan PHK atau perselisihan antar SP/SB
hanya dalam satu perusahaan melalui konsiliasi dilakukan oleh konsiliator yang wilayah
kerjanya meliputi tempat buruh bekerja setelah para pihak mengajukan permintaan secara
tertulis kepada konsiliator yang ditunjuk dan disepakati oleh para pihak.
Dalam waktu selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah menerima permintaan penyelesaian,
konsiliator harus sudah mengadakan penelitian tentang duduknya perkara dan selambat-
lambatnya pada hari kerja kedelapan harus sudah dilakukan sidang konsiliasi pertama.
A. Dalam hal Tercapai kesepakatan maka :
1. Dibuat Perjanjian Bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan disaksikan oleh
konsiliator dan didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di
wilayah hukum pihak-pihak mengadakan Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta
bukti pendaftaran.
2. Apabila Perjanjian Bersama tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak maka pihak yang
dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah Perjanjian Bersama didaftar untuk
mendapatkan penetapan eksekusi.
3. Bila Pemohon Eksekusi berdomisili diluar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran
Perjanjian Bersama maka Pemohon Eksekusi dapat mengajukan permohonan pada
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah domisili Pemohon
untuk diteruskan pada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang
berkompeten melaksanakan eksekusi.
1. Konsiliator mengeluarkan anjuran tertulis dan dalam waktu selambat-lambatnya 10 hari kerja sejak
sidang konsiliasi pertama harus sudah disampaikan kepada para pihak.
2. Para pihak harus sudah memberikan jawaban secara tertulis yang isinya menyetujui atau menolak
anjuran tertulis selambat-lambatnya 10 hari kerja sejak menerima anjuran tertulis.
3. Bila tidak mengajukan pendapat dianggap menolak maka salah satu pihak atau para pihak dapat
melanjutkan penyelesaian perselisihan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
setempat dengan mengajukan gugatan.
4. Bila para pihak menyetujui anjuran tertulis maka selambat-lambatnya 3 hari kerja sejak anjuran
disetujui, konsiliator harus sudah selesai membantu para pihak membuat Perjanjian Bersama untuk
kemudian didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah hukum
pihak-pihak untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran.
5. Apabila Perjanjian Bersama tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak maka pihak yang dirugikan
dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
Negeri di wilayah Perjanjian Bersama didaftar untuk mendapatkan penetapan eksekusi.
6. Bila Pemohon Eksekusi berdomisili diluar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Perjanjian
Bersama maka Pemohon Eksekusi dapat mengajukan permohonan pada Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah domisili Pemohon untuk diteruskan pada Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang berkompeten melaksanakan eksekusi.
Penyelesaian melalui Arbitrase (Pasal 29 – Pasal 54)
Dan Bila :
1. Arbiter/majelis arbiter wajib membuat Akta Perdamaian yang ditandatangani oleh para
pihak dan arbiter/majelis arbiter dan didaftarkan di Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri di wilayah arbiter mengadakan perdamaian untuk mendapatkan akta
bukti pendaftaran.
2. Apabila Akta Perdamaian tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak maka pihak yang
dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah Akta Perdamaian didaftar untuk
mendapatkan penetapan eksekusi.
3. Bila Pemohon Eksekusi berdomisili diluar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran Akta
Perdamaian maka Pemohon Eksekusi dapat mengajukan permohonan pada Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah domisili Pemohon untuk
diteruskan pada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang
berkompeten melaksanakan eksekusi.
B. Perdamaian Gagal
Bila gagal maka arbiter atau majelis arbiter meneruskan sidang arbitrase.
Dalam sidang arbitrase, para pihak yang berselisih dapat diwakili oleh kuasanya dengan
surat kuasa khusus.
Dalam persidangan arbitrase para pihak diberi kesempatan untuk menjelaskan secara
tertulis maupun lisan pendirian masing-masing serta mengajukan bukti yang dianggap
perlu untuk menguatkan pendiriannya.
Dalam persidangan, arbiter/majelis arbiter berhak meminta kepada para pihak untuk
mengajukan penjelasan tambahan secara tertulis, dokumen atau bukti lainnya yang
dianggap perlu maupun memanggil seorang/lebih saksi atau saksi ahli.
Apabila pada hari sidang para pihak/kuasanya tidak hadir tanpa alasan yang sah walaupun
telah dipanggil secara patut maka arbiter/majelis arbiter dapat membatalkan perjanjian
penunjukkan arbiter dan tugasnya dianggap selesai.
Apabila pada hari sidang pertama dan sidang-sidang selanjutnya salah satu pihak/kuasanya
tidak hadir walaupun telah dipanggil secara patut, arbiter/majelis arbiter dapat memeriksa
perkara dan menjatuhkan putusannya tanpa kehadiran salah satu pihak/kuasanya.
Putusan arbitrase mempunyai kekuatan hukum yang mengikat para pihak dan merupakan
putusan yang bersifat akhir dan tetap serta selambat-lambatnya 14 hari kerja harus sudah
dilaksanakan dan didaftarkan di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
di wilayah arbiter menetapkan putusan.
Dalam hal putusan arbitrase tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak yang
dirugikan dapat mengajukan permohonan fiat eksekusi di Pengadilan Hubungan Industrial
pada Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan pihak terhadap
siapa putusan itu harus dijalankan, agar putusan diperintahkan untuk dijalankan (selambat-
lambatnya 30 hari kerja).
Terhadap putusan arbitrase, salah satu pihak dapat mengajukan permohonan pembatalan
kepada Mahkamah Agung dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari kerjasejak
ditetapkannya putusan arbiter apabila putusn diduga mengandung unsur-unsur :
o Surat/dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan dijatuhkan
diakui atau dinyatakan palsu.
o Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang
disembuhkan oleh pihak lawan.
o Putusan diambil dari tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam
pemeriksaan perselisihan.
o Putusan melampaui kekuasaan arbiter hubungan industrial .
o Putusan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
o Perselisihan Hubungan Industrial yang sedang atau telah diselesaikan melalui
arbitrase tidak dapat diajukan ke Pengadilan Hubungan Industrial.
A. Pemeriksaan dengan acara biasa (pasal 89 ayat (1), 93, 94, dan 96).
- Dalam waktu selambat-lambatnya 7 hari kerja sejak Penetapan Majelis Hakim, maka Ketua
Majelis Hakim harus sudah melakukan sidang pertama.
- Dalam hal salah satu pihak atau para pihak tidak dapat menghadiri sidang tanpa alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan, Ketua Majelis Hakim menetapkan hari sidang berikutnya
(selambat-lambatnya 7 hari kerja sejak tanggal penundaan dan diberikan sebanyak-banyaknya 2
kali penundaan).
- Apabila Penggugat atau Kuasa Hukumnya setelah dipanggil tidak datang menghadap di
Pengadilan pada sidang penundaan terakhir maka gugatannya dianggap gugur, akan tetapi
Penggugat berhak mengajukan gugatannya sekali lagi.
- Apabila Tergugat atau Kuasa Hukumnya setelah dipanggil secara patut tidak datang
menghadap di Pengadilan pada sidang penundaan terakhir maka Majelis Hakim dapat memeriksa
dan memutus perselisihan tanpa dihadiri Tergugat dengan Putusan Verstek.
- Apabila dalam Persidangan Pertama atau Persidangan Kedua, nyata-nyata Pengusaha terbukti
tidak melaksanakan kewajibannya sesuai pasal 155 UU 13/2003 maka Hakim Ketua Sidang harus
sudah menjatuhkan Putusan Sela berupa perintah kepada pengusaha untuk membayar upah beserta
hak-hak lainnya yang biasa diterima buruh.
- Dalam hal selama pemeriksaan sengketa masih berlangsung dan Putusan Sela tidak juga
dilaksanakan oleh Pengusaha, Hakim Ketua Sidang memerintahkan Sita Jaminan dalam sebuah
Penetapan Pengadilan Hubungan Industrial.
- Putusan Sela dan Penetapan tidak dapat diajukan perlawanan dan/atau tidak dapat digunakan
upaya hukum
Sita Jaminan adalah Sita yang diletakkan/dibebankan kepada barang-barang bergerak (misalnya:
mobil) dan barang-barang tidak bergerak (misalnya: tanah) milik Pengusaha sebagai ganti
pembayaran seluruh upah buruh.
Alasan peletakan sita jaminan adalah untuk menghindari usaha penggelapan atau penyingkiran
aset-aset pengusaha/perusahaan dari pihak pengusaha sehingga ada pelunasan atas upah dan hak-
hak lain yang biasa diterima oleh buruh.
Penetapan adalah suatu perintah dari Hakim yang menetapkan misalnya pengusaha diharuskan
membayar upah dan hak-hak lainnya yang biasa diterima buruh.
Upaya hukum adalah suatu upaya/usaha dari pihak-pihak yang tidak dapat menerima suatu
Putusan Hakim kepada institusi yang ada diatasnya misalnya mengajukan Banding kepada
Pengadilan Tinggi atas Putusan Hakim pada Pengadilan Tingkat I (Pengadilan Negeri).
Pemeriksaan dengan acara cepat (pasal 98 dan pasal 99).
- Apabila terdapat kepentingan para pihak dan/atau salah satu pihak yang cukup mendesak maka
para pihak dan/atau salah satu pihak dapat memohon kepada Pengadilan Hubungan Industrial
supaya pemeriksaan sengketa dipercepat (dalam waktu 7 hari kerja).
- Apabila dikabulkan atau tidak dikabulkan maka tidak digunakan upaya hukum.
- Apabila dikabulkan maka tenggang waktu untuk jawaban/tanggapan dan pembuktian kedua
belah pihak masing-masing ditentukan tidak lebih dari 14 hari kerja.