Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN SEMINAR MINI RISET LENGHT OF STAY

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Emergency


di IGD RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Oleh:
Ratna Juwita 170070301111104
Zahirotul Ilmi 135070201131091
Ni Putu Ika Purnamawati 170070301111058
Ni Luh Putu Saptya Widytmi 170070301111078
Luluk Wulandari 170070301111080
Zaifullah 170070301111054
Kadek Esidiana Uttari 170070301111013
Nevi Setyaning Tyas 170070301111042
Siska Puji Lestari 170070301111045
Hasnah Cholidah Sani 170070301111083
Yanisa’ Solikha 170070301111092

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
Abstrak

Kelompok Profesi Ners 2A.2018. Faktor-faktor yang mempengaruhi Lenght of Stay (LOS)
pasien di IGD RSUD Ngudy Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar.

Semakin tahun pengunjung IGD semakin meningkat, dengan demikian perlu adanya
penanganan yang tepat dan cepat dalam memberikan pelayanan di IGD. Pada Instalasi
gawat darurat total Lenght of Stay (LOS) di gunakan untuk melihat pasien yang datang dan
kinerja klinis dari tenaga kesehatan. Length of Stay (LOS) merupakan indikator pengukuran
terhadap proses pelayanan dan penanda kepadatan pasien. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui factor-faktor berhubungan dengan Lenght of Stay (LOS) pasien di
IGD RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar. Instrument penelitia nyang digunakan
adalah lembar observasi waktu LOS pasien di IGD. Penelitian ini menggunakan uji statistic
parametrik : uji statistic Pearson. Penelitian ini dilakukan selama 1minggu mulai tanggal 9
sampai 14 April 2018. Pengambilan data pada shift pagi dari 07.00-14.00 WIB, shift sore
dari 14.00-20.00 WIB dan shif malamt dari 20.00-07.00 WIB. Hasil penelitian di dapatkan
bahwa dari 100 responden didapatkan data bahwa respon time (p value 0,47), decision (p
value 0,97), door to doctor (p value 0,000), tindakan (p value 0,000), laboratorium(p value
0,000), radiologi (p value 0,000), konsul dokter (p value 0,000), Pendaftaran MRS dan
kelengkapan data (p value 0,011), billing (p value 0,012), farmasi (p value 0,016) transfer (p
value 0,000)

Kata kunci : Instalasi Gawat Darurat, Lenght of Stay (LOS)


I . Pendahuluan

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah suatu pelayanan yang di rancang


untuk menangani pasien yang membutuhkan perawatan akut dan mendesak.
Ketepatan waktu menjadi sebuah domain utama dalam kualitas pelayanan
perawatan gawat darurat. Tepat waktu untuk mengurangi waktu tunggu dan
terkadang ada penundaan yang berbahaya bagi keselamatan pasien.
Menurut survey yang di lakukan oleh Mentri kesehatan RI tahun 2014
di dapatkan data kunjungan pasien yang masuk IGD di Indonesia adalah
4.402.205 pasien (13,3%) hasil tersebut di dapatkan dari total seluruh kunjungan
di rumah sakit umum di Indonesia. Data kunjungan IGD di Provinsi Jawa Timur
berjumlah 8.201.606 pasien (Dinkes Prov Jatim, 2015). Dan data kunjungan di
IGD RSUD Wlingi Blitar rata-rata 50-60 perhari.
Semakin tahun pengunjung IGD semakin meningkat, dengan
demikian perlu adanya penanganan yang tepat dan cepat dalam memberikan
pelayanan di IGD. Pada Instalasi gawat darurat total Lenght of Stay (LOS) di
gunakan untuk melihat pasien yang datang dan kinerja klinis dari tenaga
kesehatan. Length of Stay (LOS) merupakan indikator pengukuran terhadap
proses pelayanan dan penanda kepadatan pasien. Pengukuran LOS setiap
pasien di ukur dari awal kedatangan pasien sampai dengan perpindahan pasien
ke unit lain yang di gunakan sebagai indikator kunci penilaian efisinsi
peningkatan kinerja operasional IGD. Pada penilitian di Iran telah berfokus pada
LOS dan menujukkan bahwa rata-rata LOS pasien yang di rawat di IGD LOS
maksimum yang di targetkan (LOS <6 jam) (Mohammad, S. 2017).
Manajemen awal dari IGD harus di dasarkan pada pencegahan
penumpukan pasien dan mengurangi banyaknya pasien yang ada di dalam IGD.
Pengelola sistem ruangan yang ada di IGD harus selalu mempertimbangkan
bahwa mengurangi lama tinggal seharusnya tidak mengarah pada kualitas yang
lebih rendah (Hatamabadi,H.2008). Dalam penelitian yang di lakukan di Irlandia
rata-rata LOS 4 jam, namun hanya 39% pasien memiliki rata-rata nilai LOS yang
lebih pendek dari 4 jam, sementara di Kanada, Amerika, dan Inggris masing-
masing 76%, 72%, 96% lebh pendek dari 4 jam. Rata-rata lama tinggal di gawat
darurat 246 menit. Di negara lain, LOS menurut hasil penelitian di dapatkan rata-
rata 155-220 menit. Hal ini bisa di kaitkan dengan perbedaan pengaturan
manjemen pelayanan IGD, sampel, intervensi yang di berikan, serta kualitas staf
dari pemberi pelayanan di IGD (Tallezi,H. 2014).
Masa tinggal di IGD yang lama di dapatkan karena ketidakefektifan
proses alur kerja dalam tiga tahapan dimana seorang pasien memasuki IGD ,
menerima pelayanan IGD, dan keluar dari IGD. Efek negatif yang nanti akan di
dapatkan ketika terjadi proses waku tunggu yang lama akan berpengaruh pada
ketepatan pemberian tindakan kepada pasien. Selain itu akan terjadi dampak
negatif juga dari sikap pasien maupun keluarga yang menerima pelayanan di
IGD (Gadner,R.2007).
Berdasarkan penelitian yang di lakukan Arinah (2016) mendapatkan
hasil bahwa waktu tunggu pasien yang lama di IGD akan memperburuk kondisi
pasien, sehingga akan memberikan dampak yang merugikan bagi pasien
maupun tenaga kesehatan yang ada di IGD. Oleh sebab itu pada penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui apa saja faktor berhubungan dengan
Lenght of Stay (LOS) pasien di IGD RSUD Ngudy Waluyo Wlingi Kabupaten
Blitar.

I. Metode Penelitian
Rancangan penelitian desain observasional analitik, pendekatan cohort
study prospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang datang
di IGD RSU Ngudi Waluyo, Wlingi. Sampel semua pasien yang datang di IGD
pada periode waktu 9 sampai 14 April 2018. dengan Kriteria inklusi :Pasien yang
datang di IGD dan mendapatkan perawatan di IGD dan pasien yang akan
mendapatkan perawatan di rumah rawat (MRS). Teknik pengambilan sampel
Nonprobability Sampling : Consecutive Sampling.
Lokasi IGD RSU Ngudi Waluyo, Wlingi. Waktu peneltian selama 1 minggu (7
hari) mulai tanggal 9 sampai 14 April 2018. pengambilan data pada shift pagi dari
07.00-14.00 WIB, shift sore dari 14.00-20.00 WIB dan shif malamt dari 20.00-
07.00 WIB.
Instrument penelitian lembar observasi waktu LOS pasien di IGD. Penelitian
ini menggunakan uji statistic parametrik : uji statistic Pearson. program SPSS
20.0 Windows
II. Hasil Penelitian

Tabel 1 rata-rata Length of Stay pasien non trauma di IGD RSUD Ngudi
Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar

Komponen Rata-rata (menit) Min Max


Respon time 1.38 0 5
Decision 2 0 20
Door to doctor 10.91 3 28
Tindakan 34.08 7 150
Laboratorium 100.62 17 190
Radiologi 4.81 0 50
Konsul dokter 79.04 0 400
Pendaftaran MRS dan 15.31 5 60
kelengkapan data

Billing 8.23 0 25
Farmasi 13.46 0 65
Transfer 33.81 5 180
Length of Stay 272.78 52 630

Berdasarkan tabel 1, dari 78 responden didapatkan data bahwa


pemeriksaan laboratorium memiliki rata-rata waktu terlama dalam LOS yaitu
selama 100.62 menit dan konsul dokter selama 79.04 menit. Rata-rata length of
stay pasien non trauma di IGD yaitu selama 272.78 menit (4 jam 37,78 menit).

Tabel 2 rata-rata Length of Stay pasien trauma di IGD RSUD Ngudi Waluyo
Wlingi Kabupaten Blitar

Komponen Rata-rata (menit) Min Max


Respon time 1.77 1 5
Decision 1.59 0 5
Door to doctor 5.64 1 20
Tindakan 17.5 0 150
Laboratorium 94.14 0 180
Radiologi 10 0 35
Konsul dokter 42.5 0 170
Pendaftaran MRS dan 28.32 5 185
kelengkapan data
Billing 8.77 0 30
Farmasi 8.05 0 25
Transfer 20.91 3 65
Length of Stay 240.5 60 480
Berdasarkan tabel 2, dari 22 responden didapatkan data pemeriksaan
laboratorium memiliki rata-rata waktu terlama dalam LOS yaitu selama 94.14
menit dan konsul dokter selama 42.5 menit. Rata-rata length of stay pasien
trauma di IGD yaitu selama 240.5 menit (4 jam 5 menit).

Tabel 3 rata-rata Length of Stay pasien di IGD RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Kabupaten Blitar
Komponen Rata-rata (menit) Min Max
Respon time 1.47 0 5
Decision 1.92 0 20
Door to doctor 11.12 3 28
Tindakan 34.68 7 150
Laboratorium 99.99 0 190
Radiologi 6.45 0 50
Konsul dokter 72.75 0 400
Pendaftaran MRS dan 15.12 5 60
kelengkapan data
Billing 8.54 0 30
Farmasi 12.83 0 65
Transfer 33.47 5 180
Length of Stay 265.68 52 630

Berdasarkan tabel 3, dari 100 responden didapatkan data bahwa


pemeriksaan laboratorium memiliki rata-rata waktu terlama dalam LOS yaitu
selama yaitu selama 99.99 menit dan konsul dokter selama 72.75 menit. Rata-
rata length of stay pasien di IGD yaitu selama 265.68 menit (4 jam 25.68 menit)

Tabel 4 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Length of Stay pasien di


IGD RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar

Komponen Sig. (2-tailed)


Respon time .047
Decision .907
Door to doctor .000
Tindakan .000
Laboratorium .000
Radiologi .000
Konsul dokter .000
Pendaftaran MRS dan .011
kelengkapan data
Billing .012
Farmasi .016
Transfer .000
Berdasarkan data tabel 4, dari 100 responden didapatkan data bahwa
faktor yang tidak berhubungan dengan length of stay adalah decision dengan
nilai p value > 0,05 yaitu sebesar 0.907.
III. Pembahasan
1. Gambaran Length of Stay (LOS) Pasien di IGD RSUD Ngudi Waluyo
Wlingi

Penelitian ini menemukan bahwa waktu LOS pasien IGD di RSUD


Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar sudah baik, dari 100 pasien rata-rata
length of stay pasien di IGD yaitu selama 265.68 menit (4 jam 25.68 menit)
sedangkan waktu LOS normal yaitu (<6 jam). Hal ini sesuai dengan Canadian
Association of Emergency Physician (CAEP) merekomendasikan target nasional
yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak negatif dari overcrowding
yakni pada median 8 - 12 jam (Affleck et al.,2013). Di Indonesia, standar
pelayanan IGD diatur dalam Kepmenkes No.856 tahun 2009 tentang Standar
Pelayanan Minimal bahwa pelayanan IGD dilakukan selama 24 jam penuh, 7
hari terhadap kasus gawat darurat, resusitasi dan stabilisasi (life saving). Waktu
tunggu pasien saat kedatangan pasien < 5 menit. Pada kondisi kepadatan
pasien manajemen IGD dapat menerapkan lama rawat < 6-8 jam (Depkes,
2011).
Dalam penelitian ini ditemukan waktu tunggu hasil laboratorium dan
konsul dokter yang paling mempengaruhi LOS IGD RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan RS Al Noor Mekkah yaitu
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi LOS diantaranya waktu
laboratorium (81,81%), observasi pasien (64%), pasien trauma (47,81%), waktu
respon dokter untuk keputusan akhir pasien (43,23%), waktu konsultasi
(21,91%), management perawatan kritis level IV (21,24%) (Bukhari H et al.,
2014).
Penelitian lainnya menemukan bahwa LOS juga dipengaruhi oleh
kelengkapan administrasi dimana pasien tidak dapat dipulangkan atau
dipindahkan keruang perawatan jika administrasi pasien belum lengkap, waktu
kedatangan, waktu konsultasi, waktu pemeriksaan laboratorium, waktu
pemeriksaan radiologi, tingkat kegawatan pasien (P3) (Pitang Y et al., 2016).
Pasien dengan pemeriksaan diagnostik yang waktu Length of stay (LOS) >6 jam
berhubungan dengan adannya overcrowding (ramainya pasien) di IGD
(Henneman, LP et al., 2010). Pengaruh faktor-faktor mempengaruhi LOS yang
berbeda-beda di tiap penelitian di berbagai IGD Rumah Sakit, hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor seperti alur pelayanan, kondisi rumah sakit, tenaga
kesehatan di IGD atau unit lain yang berkaitan dengan IGD (unit farmasi, unit
radiologi, unit laboratorium). Tipe rumah sakit, dimana tipe rumah sakit
menandakan perbedaan dalam pelayanan. Pelayanan ini ditunjang oleh
ketersediaan alat di IGD. Semakin tinggi tipe rumah sakit pelayanan yang
diberikan semakin kompleks.
Solusi yang digunakan untuk mengatasi waktu LOS di IGD yang
memanjang tentunya dilihat dari faktor-faktor yang terbukti mempengaruhi LOS
IGD, kemudian dari faktor-faktor itu bisa dievalusi baik kinerja dan pelayananya
untuk diperbaiki jika tidak sesuai atau terdapat masalah didalamnya. Seperti
dalam penelitian ini yang mempengaruhi LOS IGD adalah waktu tunggu hasil
laboratorium dan konsul dokter spesialis, maka strategi yang dapat
dipertimbangkan adalah yakni perencanaan jangka panjang oleh manajemen
IGD dan staf laboratorium terhadap strategi Point Of Care Test (POCT), Staff
laboratorium, pusat laboratorium di tempatkan dalam IGD, staf analis berasal
dari laboratorium yang melakukan semua proses pengambilan darah,
pemeriksaan sampai mendapatkan hasil kemudian diserahkan kepada dokter
sebagai penunjang diagnosa dan terapi pasien serta keputusan tindak lanjut
perawatan pasien.

2. Hubungan Response Time dengan Length of Stay Pasien di IGD RSUD


Ngudi Waluyo Wlingi

Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan


secara statistik (p = 0,47). Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa Length of
Stay (LOS) kasus trauma di IGD Ngudi Waluyo lebih singkat 35 menit
dibandingkan Length of Stay (LOS) kasus non trauma. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan waktu tanggap kedua kasus. lama waktu tanggap adalah selisih
antara waktu pasien tiba di IGD dengan waktu akan dilakukan tindakan
penanganan pertama oleh perawat. Pada penelitian didapatkan bahwa waktu
tanggap kasus trauma sebesar 9 menit sedangkan 14,9 menit untuk kasus non
trauma. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta bahwa rata-rata waktu untuk penanganan pada
setiap jenis kasusnya antara lain 3,90 menit untuk kasus trauma dan 4,91 menit
untuk kasus non trauma (Dahliana, 2015).
Keterlambatan waktu tanggap tersebut dipengaruhi oleh banyak hal
salah
satunya adalah kondisi kegawatdaruratan setiap pasien dan jenis
kasus yang berbeda. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Mahyawati
(2015) tentang klasifikasi kegawatan dengan kategori darurat tidak gawat atau
jalur kuning memiliki waktu tanggap dalam kategori lambat dan kategori cepat
terbanyak terdapat pada klasifikasi gawat darurat atau jalur merah. Hal itu
menunjukan jika pasien dalam kondisi gawat darurat yang memiliki waktu
tanggap lebih cepat dibanding klasifikasi yang lain. Atau kondisi pasien yang
mengalami resiko lebih besar memiliki waktu tanggap yang cepat.
Dalam penelitian yang dilakukan Dahliana (2015) ini waktu tanggap
kategori lambat banyak terjadi pada pasien dengan jenis kasus non trauma yang
kebanyakan masuk dalam klasifikasi kegawatan tidak gawat tidak darurat atau
jalur hijau, karena pasien dengan kondisi tersebut biasanya tidak membutuhkan
penanganan dengan segera. Dalam Musliha (2010), pasien dalam kategori jalur
hijau adalah pasien dengan kondisi tidak mengancam nyawa dan tidak perlu
mendapatkan penanganan dengan segera. Tidak seperti penyakit progresif,
trauma adalah suatu kejadian akut. Dalam beberapa detik, kondisi pasien
trauma dapat bergeser dari keseimbangan relatif menjadi stres fisiologis yang
berat. Derajat stres tergantung pada faktor-faktor misalnya keparahan cedera
yang dialami, efektivitas usaha resusitasi, usia dan patofisiologi yang sudah ada
sebelumnya.
3. Hubungan Door To Doctor dengan Length Of Stay Pasien Di IGD RSUD
Ngudi Waluyo Wlingi

Hasil analisis bivariat didapatkan ada hubungan yang bermakna


secara statistik (p = 0,000) antara door to doctor dengan LOS pasien di IGD
Ngudi Waluyo. Hasil ini sesuai dikemukakan oleh Boyle et al., (2012) bahwa
keterlambatan “door to doctor time” didefenisikan sebagai waktu tunggu pasien
emergency >30 menit untuk kontak pertama dengan dokter. Dalam penelitian ini
dijelaskan bahwa “door to doctor time” termasuk komponen throughput factor
dalam model framework acute care yang dikenalkan oleh Asplin, et al (2006).
Dalam sebuah analisa waktu tunggu pasien di IGD dengan cara mengukur
interval waktu dari setiap proses didapatkan 51- 63% dari total pasien yang
berkunjung. Salah satu komponen yang paling banyak menimbulkan waktu
tunggu memanjang adalah menunggu pemeriksaan dari dokter

4. Hubungan Kecepatan Pemeriksaan Laboratorium dengan Length Of


Stay Pasien Di IGD RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi length
of stay pasien non trauma dan trauma di IGD adalah pemeriksaan laboratorium
yaitu selama 100.62 dan 94.14 menit Pemeriksaan laboratorium pada pasien
non trauma didapatkan rata-rata selama 100.62 menit dan 94.14 menit untuk
kasus trauma, hal ini dikarenakan hampir semua pasien yang masuk IGD
dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan laboratorium untuk
pasien non trauma didapatkan rata- rata selama 100.62 menit lebih memanjang
di bandingkan non trauma dikarenakan untuk pemeriksaan laboratorium non
trauma menggunakan pemeriksaan darah lengkap dan juga kimia darah,
sedangkan untuk pasien trauma yang tanpa operasi hanya menggunakan darah
lengkap.
Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan p value sebesar 0,000
yang artinya kecepatan pemeriksaan laboratorium berpengaruh terhadap length
of stay pasien di IGD Ngudi Waluyo. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gill et
al (2012) yang menyatakan bahwa pemeriksaan laboratorium dilakukan pada >
50 % pasien yang berkunjung ke IGD dan dirawat di rumah sakit termasuk yang
di pulangkan dengan target waktu <60 menit (Hawkins, 2012). Sedangkan hasil
penelitian Jalili et al (2012) mengatakan bahwa pemeriksaan hemoglobin 170
menit, PTT 19.5 menit dan potassium 225 menit didapatkan ada hubungan yang
positif antara TAT (waktu order dokter untuk pemeriksaan darah sampai hasil
tiba di IGD) dengan LOS pasien di IGD. Hal ini disebabkan karena spesimen
yang telah diambil di IGD tidak segera dikirimkan ke bagian laboratorium, ini
untuk IGD yang belum terintegrasi dengan teknologi yang menghubungkan IGD
dengan laboratorium. Dalam pengiriman spesimen masih dilakukan oleh petugas
IGD, sehingga ketika pasien yang datang ke IGD tidak seimbang dengan jumlah
petugas IGD, maka spesimen akan terlambat diantar ke bagian laboratorium
karena petugas sibuk dalam menangani pasien yang datang ke IGD.
Keseluruhan proses pemeriksaan Lab dan konsultasi bervariasi pada
setiap pasien namun berhubungan dengan waktu yang memanjang dan LOS.
Berdasarkan penelitian oleh Mulyono (2014) bahwa rata-rata waktu mesin dalam
melakukan pemeriksaan hanya sebentar yaitu 24,19 menit, yang membuat lama
waktu pemeriksaan laboratorium sampai hasil diterima oleh dokter adalah jeda
waktu yang terjadi yaitu sekitar 76,94 menit. Jeda waktu ini dapat disebabkan
karena petugas laboratorium yang mengobrol dengan sesama laboran dan
menerima telepon dari bangsal lain. Hal ini dapat mengganggu kualitas
pemeriksaan dan konsentrasi sehingga rawan terjadi kesalahan dalam
pengukuran, pencatatan, maupun interpretasi hasil. Sedangkan penelitian
Ariyanti (2011) Masalah lain yang ditemukan dalam pemeriksaan laboratorium
yaitu masalah teknis dan human error, seperti kecepatan, ketepatan hasil
pemeriksaan, dan kewenangan pengambilan sampel pemeriksaan, dapat
menghambat tercapainya hasil pemeriksaan yang efektif, efisien, dan berkualitas
(Ariyanti, 2011). Ketersediaan reagensia yang habis dapat mengakibatkan
pemeriksaan terhambat tiga sampai 24 jam lamanya, karena petugas harus
mengajukan permintaan reagensia ke bagian farmasi untuk kemudian baru
diadakan pengadaan reagensia (Munabari, 2005).
5. Hubungan Kecepatan Pemeriksaan Radiologi dengan Length Of Stay
Pasien Di IGD RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Berdasarkan data diperoleh bahwa rata-rata kecepatan pemeriksaan


radiologi 10 menit dan maksimum selama 35 menit. Adanya peningkatan LOS
pasien lebih dari 8 jam kemungkinana disebabkan oleh beberapa faktor dimana
staff medis atau perawat harus menjelaskan prosedur kepada pasien dan
keluarga tentang tindakan yang akan dijalani, persiapan berkas-berkas pasien
untuk perawatan menunggu giliran untuk pemeriksaan dan pembacaan hasil
diagnostik CT scan, foto rontgent yang berhubungan dengan perawatan pasien
di ruangan (Fatimah, 2016).

6. Hubungan Kecepatan Konsul Dokter Spesialis dengan Length Of Stay


Pasien Di IGD RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Konsultasi sebagai salah satu parameter pengambilan keputusan


disposisi pasien yang dirawat di IGD (Brick et al., 2014). Waktu konsultasi
(Consultation time) diukur dengan menghitung interval waktu dari pertama kali
dokter IGD melakukan konsultasi sampai waktu keputusan disposisi pasien.
Berdasarkan data rata-rata kecepatan konsul dokter pada pasien non trauma
dan trauma selama 79.04 dan 42.5 menit. Rata-rata length of stay pasien non
trauma di IGD yaitu selama 272.78 menit (4 jam 37,78 menit) untuk kasus non
trauma dan 240.5 menit (4 jam 5 menit) untuk kasus trauma. Hasil ini lebih lama
dari rekomendasi Depkes yaitu untuk konsultasi dengan dokter spesialis adalah
dalam waktu 15-30 menit (Depkes, 2008). Berdasarkan hasil penelitian,
konsultasi untuk pasien non trauma lebih lama dibandingkan trauma karena
dokter PPDS non trauma dapat dihubungi via messanger/Whatsapp sehingga
harus menunggu balasan, dokter PPDS ini juga berganti setiap bulan sehingga
membutuhkan penyesuaian dan masing-masing memiliki karakter yang berbeda,
sedangkan untuk PPDS pasien trauma dapat dihubungi On call sehingga dapat
mempercepat prose konsultasi dan biasanya dokter akan langsung visitasi.
Hasil uji bivariat terhadap kecepatan konsultasi dengan LOS pasien di
IGD Ngudi Waluyo bermakna secara statististik (p = 0,000). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Fatimah (2013) didapatkan hasil bahwa konsultasi
dokter spesialis berhubungan dengan LOS yang memanjang di IGD. Hasil
analisis univariat terhadap konsultasi spesialis menunjukan rata-rata waktu
konsultasi spesialis yang paling lama yakni 64,7450 menit. Paling cepat 4,00
menit dan paling lama 1140 menit. Hasil ini lebih lama dari rekomendasi
Depkes (2008) yakni dalam waktu 15 - 30 menit. Konsultasi sebagai salah satu
parameter pengambilan keputusan disposisi pasien yang dirawat di IGD (Brick et
al., 2014). Waktu konsultasi (Consultation time) diukur dengan menghitung
interval waktu dari pertama kali dokter IGD melakukan konsultasi sampai waktu
keputusan disposisi pasien.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Brick et al., (2014)
menyebutkan delay konsultasi berhubungan dengan LOS yang memanjang di
IGD. Hasil yang didapatkan dari 1180 pasien yang berkunjung, 170 (20%)
pasien mengalami delay konsultasi. Alasan utama delay adalah “busy service”
sebanyak 47 pasien (27,6%), 92 orang membutuhkan konsultasi tambahan dan
13 (14%) pasien mengalami delay pada proses konsultasi. Umumnya pasien
yang mengalami delay konsultasi pada pasien level I,II karena kondisi sakit yang
berat sehingga membutuhkan pemeriksaan yang banyak dan multiple konsultasi.
Sedangkan median LOS memanjang pada pasien yang dirawat dari pada yang
dipulangkan artinya ada hubungan yang signifikan antara delay konsultasi
dengan peningkatan LOS di IGD.

7. Hubungan Kecepatan Transfer dengan Length of Stay Pasien di IGD


RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Hasil uji bivariat didapatkan ada hubungan yang signifikan secara


statistik (p=0,000) antara faktor kecepatan transfer pasien ke ruangan dengan
LOS pasien di IGD Ngudi Waluyo artinya semakin lama waktu transfer pasien ke
ruangan semakin memanjang LOS pasien yang dirawat di IGD. Keterlambatan
memindahkan pasien ke ruangan umumnya terjadi pada pasien yang akan
dirawat. Jika pasien harus dipindahkan namun fasilitas tempat tidur terbatas di
ruang rawat inap terjadi boarding di IGD. Boarding berhubungan dengan LOS
jika pasien sudah > 2 jam atau lebih diputuskan untuk dirawat namun pasien
masih belum ditransfer. Dampak yang sangat mungkin adalah bertambah
buruknya pasien terutama pasien dalam kondisi kritis dan dapat menyebabkan
kematian (Singer et al., 2011).
Dampak boarding dan peningkatan kunjungan pasien baru
mengakibatkan akses blok yang berdampak pada peningkatan kebutuhan
perawatan. Perawat dan dokter dituntut memberikan pelayanan di area
treatment dan ruang observasi secara bersamaan, berpotensi menimbulkan
delay care akibat waktu tunggu yang lama. Hal ini memperberat kondisi pasien
terutama pasien kritis,sehingga beresiko menimbulkan kematian dan
peningkatkan LOS pasien mencapai 2-3 hari perawatan di IGD. Dampak
penumpukan pasien di IGD/akses blok berpotensi menimbulkan keterlambatan
tindakan yang mengakibatkan lama rawat di IGD memanjang (Noorani et al.,
2014)

8. Faktor Yang Paling Berpengaruh terhadap Length Of Stay Pasien Di IGD


Ngudi Waluyo

Berdasarkan hasil rata-rata data diperoleh faktor yang paling


berpengaruh terhadap LOS pasien di IGD RSUD Ngudi Waluyo adalah
kecepatan laboratorium dan konsul dokter spesialis dengan p value 0,000.
adanya hubungan yang dignifikan ini kemungkinan karena jumlah dokter
spesialis dengan sub – sub spesialis yang masih kurang sehingga proses
konsultasi dilakukan oleh dokter jaga dengan konsultan spesalis melalui telpon
atau on call. Proses ini kadang delay karena dokter spesialis tersebut masih
melakukan visite di ruang perawatan dan alasan lain yang tidak didentifikasi
peneliti. Keterlambatan umumnya pada pasien dengan multiple komplikasi dan
membutuhkan banyak pemeriksaan diagnostic (Fatimah, 2013). Penelitian
serupa dilakukan oleh Van der et al (2016) yang menyebutkan bahwa konsultasi
dokter spesialis oleh dokter IGD dilakukan sesuai dengan kelayakan dan alasan
yang tepat paling banyak pada pasien yang dirawat dan pasien yang akan follow
up ke rumah sakit lain.
Jenis pemeriksaan pasien yang melakukan pemeriksaan laboratroium
darah lengkap yang memerlukan waktu lama. Jenis pemeriksaan ini sesuai
dengan kondisi jenis triage pasien, dimana semakin emergensi jenis triage
pasien maka jenis pemeriksaan laboratorium yang dilakukan juga semakin
kompleks. Ketidaksesuaian waktu tunggu hasil laboratorium akan berdampak
pada buruknya pelayanan laboratorium, yang menyebabkan keterlambatan
dalam pengambilan diagnosa dan penanganan pasien. Hal ini bisa mengurangi
optimalnya pelayanan pasien, terutama di unit emergensi yang terdapat banyak
pasien (overcrowding) di sana. (Lorne L et al., 2005). Untuk mengurangi
ketidaksesuaian itu terdapat sistem atau metode baru yang telah dibuktikan
efektif digunakan untuk mengurangi turnaround time hasil laboratorium yaitu
menggunakan point of care testing (POCT) satellite laboratory. Dalam penelitian
ini menemukan berkurangnya Turnaround time untuk tiap tes laboratorium yang
menggunakan POCT. Sebelum menggunakan POCT urinalisis 40 menit, tes
kehamilan 78 menit, glukosa darah 10 menit, cardiac marker 110 menit dan
setelah menggukan POCT urinalisis 4 menit, tes kehamilan 5 menit, glukosa 6
menit, cardiac marker 17 menit. Hal ini berdampak pada kepuasan tenaga medis
dan perawat. Kepuasan pasien juga meningkat pemeriksaan laboratorium
selama menggunakan POCT dibanding sebelum menggunakan POCT
(Lewandrowski LH et al., 2003). Metode ini bisa dianjurkan untuk digunakan di
unit Laboratorium.

IV. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisa


faktor yang berhubungan dengan Length of stay (LOS) pasien di IGD RSUD
Wlingi, maka dapat diambil kesimpulan :

1. Dari 100 responden di IGD RSUD Wlingi didapatkan data bahwa faktor yang
mempengaruhi length of stay pasien di IGD adalah pemeriksaan laboratorium
yaitu selama 99.99 menit dan konsul dokter selama 72.75 menit. Rata-rata
length of stay pasien di IGD yaitu selama 265.68 menit (4 jam 25.68 menit).
2. Dari 78 responden Non Trauma di IGD RSUD Wlingi didapatkan data bahwa
faktor yang mempengaruhi length of stay pasien non trauma di IGD adalah
pemeriksaan laboratorium yaitu selama 100.62 menit dan konsul dokter
selama 79.04 menit. Rata-rata length of stay pasien non trauma di IGD yaitu
selama 272.78 menit (4 jam 37,78 menit).
3. Dari 22 responden Trauma di IGD RSUD Wlingi didapatkan data bahwa
faktor yang mempengaruhi length of stay pasien trauma di IGD adalah
pemeriksaan laboratorium yaitu selama 94.14 menit dan konsul dokter
selama 42.5 menit. Rata-rata length of stay pasien trauma di IGD yaitu
selama 240.5 menit (4 jam 5 menit).
4. Dari 100 responden didapatkan data bahwa faktor yang tidak berhubungan
dengan length of stay adalah decision dengan nilai p value > 0,05 yaitu
sebesar 0.907.

Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan melakukan observasi dalam jangka


waktu yang lebih lama.
2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan membedakan Length of stay (LOS)
pasien berdasarkan Triase pasien ditempatkan, dikarenakan waktu tunggu
pasien setiap Triase bisa berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA

Affleck, A., Parks, P., Drummond, A., Rowe, B. H., & Ovens, H. J. 2013. Emergency
department overcrowding and access block. Cjem, 15 (06): 359-370.
Asplin, B. R. 2006. Measuring crowding: time for a paradigm shift. Academic Emergency
Medicine, 13 ( 4): 459-461.
Boyle, A., Beniuk, K., Higginson, I., & Atkinson, P. 2012. Emergency department crowding:
time for interventions and policy evaluations. Emergency medicine international, 2012.
Brick, C., Lowes, J., Lovstrom, L., Kokotilo, A., Villa-Roel, C., Lee, P., ... & Rowe, B. H.
2014. The impact of consultation on length of stay in tertiary care emergency
departments. Emergency Medicine Journal, 31 (2): 134-138
Dahliana, Nur. 2015. Waktu Tanggap Perawat Pada Penanganan Pasien Trauma dan Non
Trauma Di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. (online),
http://digilib.unisayogya.ac.id, /diakses 21 April 2018
Depkes RI, K.K., 2011. Standar Pelayanan Keperawatan GAwat Darurat di Rumah
Sakit.Jakarta: Perpustakaan Depkes RI
Fatimah M, Titin A, Dewi K. Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Tindakan dengan
Length of Stay. 2016.
Patients Admission di IGD RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang
Gill, D., Galvin, S., Ponsford, M., Bruce, D., Reicher, J., Preston, L., & Stoneham, S. 2012.
Laboratory sample turnaround times: do they cause delays in the ED?. Journal of
evaluation in clinical practice, 18 (1): 121-127.
Hawkins, R. C. 2007. Laboratory turnaround time. Clinical Biochemist Reviews, 28 (4): 179.
Jalili, M., Shalileh, K., Mojtahed, A., Mojtahed, M., & Moradi-Lakeh, M. 2012. Identifying
causes of laboratory turnaround time delay in the emergency department. Archives of
Iranian medicine, 15 (12): 759.
Lewandrowski. Clinical chemistery : Laboratory management and clinical correlations,
Lippincott William and wilkins, Philadelphia, USA. 2002
Mahyawati. 2015. Hubungan Kegawatdaruratan Pasien dengan Waktu Tanggap Perawat di
IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta: Stikes Aisyiyah.
Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Nuha Medika.
Noorani, M.M., Khaliq, M.F., Shoaib, M., Sheikh, A., Moazzum, W. and Ali, S.A., 2014. Time
intervals and associated factors of emergency treatment: first insight into Pakistani
system. International archives of medicine, 7 (1): p.1.
Pitang, Y., Widjajanto, E., & Ningsih, D. K. (2016). pengaruh peran perawat sebagai care
giver terhadap length of stay (los) di igd rsud dr. tc hillerrs maumere dengan
pelaksanaan triage sebagai variabel moderasi. Jurnal Ilmu Keperawatan, 4(2), 240-255.
Singer, A. J., Thode Jr, H. C., Viccellio, P., & Pines, J. M. 2011. The association between
length of emergency department boarding and mortality. Academic Emergency
Medicine, 18 (12): 1324-1329.
Dinkes prov jatim. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014. Jawa Timur:
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. https://
doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.
Kementrian Kesehatan RI, 1-48. https:// doi.org/10.1002/cplu.201490022

Mohammad,S. 2017. Determinants of Prolonged Lenght of Stay in the Emergency


Departement : a Cross sectional Study. Shahid Beheshti University of Medical
Sciences, : 2017;5(1):e53

Hatamabadi H, Mohammasali A. Reasons for long-stay admission in a typical overcrowded


emergency of a teaching hospital in Tehran capital city. Pajoohandeh Journal. 2008;
13 (1) :71-5 URL http://pajoohande.sbmu.ac.ir/browse.php?a_code=A-102-
103&slc_lang=en&sid=1

Gardner RL, Sarkar U, Maselli JH. Gonzales R. Factors associated with longer ED lengths of
stay. Am J Emerg Med 2007;25:643-50

Talleshi, Z et al. 2014. The effect of new emergency program on patient lenght of stay in a
teaching hospital emergency departemen of Tehran. Journal departement of nursing,
Nigerian Medical journal : 2014 ;vol 55

Anda mungkin juga menyukai