Anda di halaman 1dari 21

A.

TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Dengue Haemoragic Fever (DHF)
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat
pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang
tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty(Resti, 2014)

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut


yang dapat menyebabkan kematian dan disebabkan oleh 4 serotipe virus
dari genus flavivirus, virus RNA dari keluarga falviviridae
(soedarto,2014)

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan
beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya
dengan cepat menyebar secara efidemik. (PADILA, 2012)

Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa


DHF merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, biasanya menyerang
anak di bawah usia 15 tahun dan dapat menimbulkan kematian.

2. Klasifikasi Dengue Haemoragic Fever (DHF)

Menurut WHO Dengue Haemoragic Fever (DHF)

dibagi dalam 4 derajat yaitu:


a. Derajat I(Ringan) : Demam disertai gejala klinik tidak khas dan satu-
satunya manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet positif,
trombositopenia, himokonsentrasi.
b. Derajat II (Sedang): Derajat I disertai dengan perdarahan spontan
pada kulit atau tempat lain.

1
c. Derajat III(Berat) : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh
nadi cepat dan lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau
hipotensi disertai dengan kulit dingin dan gelisah.
d. Derajat IV(DIC) : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan
tekanan darah tidak terukur

3. Etiologi
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari
Dengue Haemoragic Fever adalah melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti. Virus Dengue mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN
1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang ditularkan melalui nyamuk
Aedes Aegypti.
Nyamuk ini biasanya hidup dikawasan tropis
dan berkembang biak pada sumber air yang tergenang. Keempatnya dit
emukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak.
Infeksi salah satu serotip akan menimbulkan antibodi yang
terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang,sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe yanglain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi oleh3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe
virusdengue dapat ditemukandiberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo
dkk. 2010)Virus Dengue berbentuk batang, bersifattermoragil , sensitif
terhadapinaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu
700C. Keempat tipetersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan
tipe DEN 3 yang paling banyakditemukan (Hendarwanto 2010).

4. Pathofisiologi
Virus dongue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali member
gejala DF. Pasien akan mengalami gejala viremia, sakit kepala, mual,
nyei otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorokkan, timbulnya

2
ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pasa RES seperti pembesaran
kelenjar getah bening, hati dan limfa. Reaksi yang berbeda Nampak bila
seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang
berlainan. Berdasarkan hal itu timbullah the secondary heterologous
infection atau sequential infection of hypothesis. Re- infeksi akan
menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga menimbulkan
konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang
tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah
mengakibatkan hal sebagai berikut:
a. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen,
yang berakibat dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a
menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah
dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu
keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.
b. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami
metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan
metamorphosis akan dimusnahkan oleh system retikuloendotelial
dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan
agregasi, trombosit akan melepaskan vasokoaktif (histamine dan
serotonin) yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan
melepaskan trombosit factor III yang merangsang koagulasi
intravascular.
c. Terjadinya aktivasi factor hegamen (factor XII) dengan akibat kahir
terjadinya pembentukan plasmin yang berperan dalam pembentukan
anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation
product. Disamping itu aktivasi akan merangsang system kinin yang
berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah.

3
5. Pathway/Bagan

Nyamuk Mengandung virus


Degue

Menggigit Manusia
Masuk kepembulu darah
Virus masuk aliran otak memalui aliran darah
Darah sehingga mempengaruhi
Mekanisme tubuh hipotalamus
untuk melawan virus
CCVCCV Viremia

Komplemen antigen Suhu tubuh


Penigkatan asam Antibodi meninngkat meningkat
lambung

Pelepasan peptida
Mual, muntah
Pembebasan
Histamin
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari Peningkatan Plasma banyak
Permeabilitas
kebutuhan tubuh mengumpul pada
Diding pembulu darah
jaringan interstital tubuh
Kebocoran Plasma

Pendarahan Oedema
Hb turun
ekstraseluler

Menekan syaraf C
Nutrisi dan O2
kejaringan menurun Resti syok
hipovolemik
Gangguan rasa
nyaman nyeri
Tubuh lemas

Intoleransi aktivitas

(Sumber: NANDA NIC- NOC,2015)

4
6. Prosedur Diagnostik
1. Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari
hemoglobin, PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya
tropositopenia (100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak
20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa
konvaselen.
b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis
pasti pada DHF dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji
serologi hemaglutnasi (Brasier dkk 2012).
c. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga
d. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %
e. Protein rendah
f. Natrium rendah (hiponatremi)
g. SGOT/SGPT bisa meningkat
h. Asidosis metabolic
i. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012) Sumsum
tulang pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi
hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke
10 sudah kembali normal untuk semua system
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya
posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam
mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.

5
4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan
karena tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa
sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan pleura
pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat menentukan
diagnosa penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan
melihat ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan pankreas

5. Diagnosis Serologis

a. Uji Hemaglutinasi (Uji HI)


Tes ini adalah gold standart pada pemeriksaan serologis, sifatnya
sensitif namun tidak spesifik. Artinya tidak dapat menunjukkan tipe
virus yang menginfeksi. Antibodi HI bertahan dalam tubuh lama sekali
(<48 tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada studi serologi
epidemiologi. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x
lipat dari titer serum akut atau tinggi (>1280) baik pada serum akut atau
konvalesen dianggap sebagai pesumtif (+) atau diduga keras positif
infeksi dengue yang baru terjadi (Vasanwala dkk. 2012).
b. Uji komplemen Fiksasi (uji CF)
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit
dan butuh tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi
bertahan beberapa tahun saja (sekitar 2-3 tahun).
c. Uji Neutralisasi Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue.
Dan biasanya memakai cara Plaque Reduction Neutralization Test
(PNRT) (Vasanwala dkk. 2012)
d. IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
Banyak sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi virus
dengue karena IgM sudah timbul kemudian akan diikuti IgG. Bila IgM
negatif maka uji harus diulang. Apabila sakit ke-6 IgM masih negatif

6
maka dilaporkan sebagai negatif. IgM dapat bertahan dalam darah
sampai 2-3 bulan setelah adanya infeksi (Vasanwala dkk. 2012)
e. Identifikasi Virus
Cara diagnostik baru dengan reverse transcriptase polymerase chain
reaction (RTPCR) sifatnya sangat sensitif dan spesifik terhadap
serotype tertentu, hasil cepat dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini
dapat mendeteksi virus RNA dari specimen yang berasal dari darah,
jaringan tubuh manusia, dan nyamuk (Vasanwala dkk. 2012).

7. Komplikasi Dengue Haemoragic Fever (DHF)

Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF)


menurut (Resti, 2014) diantaranya :
a. Perdarahan luas.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah
terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian
atas hingga menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinal
biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
b. Syok atau renjatan.
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab,
dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar
mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan
prognosis yang buruk.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.

7
8. Penatalaksanaan Medis

1. Medis

a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien


dehidrasi dan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter
dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik.
Jika terjadi kejang diberikan antikonvulsan. Luminal diberikan
dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun
75 mg. Jika kejang lebih dari 15 menit belum berhenti luminal
diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien
DHF tanpa renjatan apabila pasien terus menerus muntah, tidak
dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi
dan hematokrit yang cenderung meningkat .
b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai
pengganti cairan hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang
diberikan biasanya RL, jika pemberian cairan tersebut tidak ada
respon diberikan plasma atau plasma ekspander banyaknya 20 – 30
mL/kg BB. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus harus
diguyur. Apabila syok telah teratasi, nadi sudah jelas teraba,
amplitude nadi sudah cukup besar, maka tetesan infus dikurangi
menjadi 10 mL/kg BB/jam (Ngastiyah 2005)
c. Cairan (Rekomendasi WHO, 2007)

1). Kristaloid

- Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan


Ringer Laktat (D5/RL).
- Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan
Ringer Asetat (D5/RA).

8
- Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam
larutan Faali (d5/GF).
2). Koloid

3). Dextran 40
4). Plasma
2. Keperawatan

a) Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan
trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam dan
kompres hangat.
b) Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang
pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan
infus tetap tidak lancar maka jika 2 tempat akan membantu memperlancar.
Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan plasma darah dan yang lain
cairan biasa.
c) Derajat III dan IV
- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL)
dengan cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.
- Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.
- Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
- Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan
secepatnya baik obat – obatan maupun darah yang diperlukan.
- Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan
gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu pengeluaran
darah dari lambung. NGT bisa dicabut apabila perdarahan telah
berhenti. Jika kesadaran telah membaik sudah boleh diberikan makanan
cair.

9
9. Asuhan Kebidanan Dengue Haemoragic Fever (DHF)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh
perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat berguna untuk
menentukan masalah keperawatan yang muncul pada pasien.
a. Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator
terjadinya DHF
b. Riwayat kesehatan
· Keluhan utama
· Riwayat kesehatan sekarang
· Riwayat kesehatan dahulu
· Riwayat kesehatan keluarga
c. Aktivitas
· Aktivitas/istirahat
· Sirkulasi
· Integritas ego
· Eliminasi
· Makanan/cairan
· Hygiene
· Nyeri/kenyamanan
· Perdarahan
d. Pemeriksaan fisik
· Sistem pernapasan
· Sistem cardivaskular
· Sistem neurologi
· Sistem perkemihan
· Sistem pencernaan

10
· Sistem integument
e. Pemeriksaan penunjang
· Pemeriksaan laboratorium
· Pemeriksaan serologi
2. Diagnosa Keperawatan
a.Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
b.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif.
c.Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
d.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia , mual dan muntah.
e.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
f.Resiko syok berhubungan dengan hipovilemik
g.Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
h.Defisiensi pengetahuan berhubungan degan kurang familier dengan
sumber informasi.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan Kriteria hasil
(NOC)

11
1. Hipertermi Setelah dilakukan Fever Treatment . Tanda-tanda vital
berhubungan tindakan · Observasi tanda- merupakan acuan
dengan proses keperawatan tanda vital tiap 3 untuk mengetahui
infeksi virus. selama ... x 24 jam. keadaan umum
jam, pasien akan : · Beri kompres pasien.
·Menunjukkan hangat pada bagian ·Kompres hangat
suhu tubuh dalam lipatan tubuh ( dapat
rentang normal. Paha dan aksila ). mengembalikan suhu
· TTV normal. · Monitor intake normal
dan output memperlancar
· Berikan obat anti sirkulasi.
piretik. · Untuk mengetahui
Temperature adanya
Regulation ketidakseimbangan
· Beri banyak cairan tubuh.
minum ( ± 1-1,5 · Dapat menurunkan
liter/hari) sedikit demam
tapi sering · Peningkatan suhu
· Ganti pakaian tubuh akan
klien dengan menyebabkan
bahan tipis penguapan tubuh
menyerap keringat. meningkat sehingga
perlu diimbangi
dengan asupan cairan
yang banyak.
· Pakaian yang tipis
menyerap keringat
dan membantu
mengurangi
penguapan tubuh
akibat dari

12
peningkatan suhu
dan dapat terjadi
2. Kekurangan Setelah dilakukan Fluid konduksi.
volume cairan tindakan Managemen . Mengetahui dengan
berhubungan keperawatan · Kaji keadaan cepat penyimpangan
dengan selama ... x 24 umum klien dan dari keadaan
kehilangan jam, pasien akan : tanda-tanda vital. normalnya.
volume cairan · Menunjukkan · Kaji input dan -Mengetahui balance
aktif. keseimbangan output cairan. cairan dan elektrolit
elektrolit dan · Observasi adanya dalam
asam basa tanda-tanda syok tubuh/homeostatis. -
· Menunjukkan · Anjurkan klien Agar dapat segera
keseimbangan untuk banyak dilakukan tindakan
cairan minum. jika terjadi syok.
·Turgor kulit baik · Kolaborasi · Asupan cairan
·Tanda-tanda dengan dokter sangat diperlukan
vital dalam batas dalam pemberian untuk menambah
normal. cairan IV. volume cairan tubuh
· Pemberian cairan
I.V sangat penting
bagi klien yang
mengalami deficit
volume cairan untuk
memenuhi kebutuhan
cairan klien.

3. Nyeri akut Setelah dilakukan Pain management . Mengetahui nyeri


berhubungan tindakan · Lakukan yang dialami pasien
dengan proses keperawatan pengkajian nyeri sehingga perawat
patologis selama ... x 24 secara dapat menentukan
penyakit. jam, pasien akan : kompherensif. cara mengatasinya.

13
· Dapat · Kaji faktor-faktor ·Dengan mengetahui
mengontrol nyeri yang faktor-faktor tersebut
· Mengetahui mempengaruhi maka perawat dapat
tingkat nyeri reaksi pasien melakukan intervensi
·Ekspresi wajah terhadap nyeri. yang sesuai dengan
rileks. · Berikan posisi masalah klien.
yang nyaman dan ·Posisi yang nyaman
ciptakan suasana dan situasi yang
ruangan yang tenang dapat
tenang. membuat perasaan
· Berikan suasana yang nyaman pada
gembira bagi pasien.
pasien ·Dengan suasana
Analgetic gembira pasien dapat
administration sedikit mengalihkan
·Berikan analgesik perhatiannya
sesuai tipe dan terhadap nyeri.
beratnya nyeri . · Obat analgesik
dapat menekankan
rasa nyeri.

4. Ketidakseimban Setelah dilakukan Nutrition . Memudahkan untuk


gan nutrisi tindakan management intervensi
kurang dari keperawatan · Kaji keadaan selanjutnya
kebutuhan tubuh selama ... x 24 umum klien · Merangsang nafsu
berhubungan jam, pasien akan: · Beri makanan makan klien
dengan -Menunjukkan sesuai kebutuhan sehingga klien mau
anoreksia , mual kebutuhan nutrisi tubuh klien. makan.
dan muntah. terpenuhi. · Anjurkan orang · Makanan dalam
tua klien untuk porsi kecil tapi sering
memudahkan organ

14
·Memperlihatkan memberi makanan pencernaan dalam
adanya selera sedikit tapi sering. metabolisme.
makan ·Anjurkan orang · Makanan dengan
tua klien memberi komposisi TKTP
makanan TKTP berfungsi membantu
dalam bentuk mempercepat proses
lunak penyembuhan.
· Berat badan
Nutrition merupakan salah satu
Monitoring indicator pemenuhan
· Timbang berat nutrisi berhasil.
badan klien tiap · Untuk mengetahui
hari. status nutrisi pasien.
· Monitor mual
dan muntah pasien.

5. Intoleransi Setelah dilakukan Activity Therapy . Mengetahui tingkat


aktivitas tindakan · Kaji hal-hal yang ketergantungan klien
berhubungan keperawatan mampu dilakukan dalam memenuhi
dengan selama ... x 24 klien. kebutuhannya.
ketidakseimbang jam, pasien akan : · Bantu klien ·Bantuan sangat
an antara suplai -Dapat memenuhi diperlukan klien pada
dan kebutuhan berpartisipasi kebutuhan saat kondisinya
oksigen. dalam aktivitas aktivitasnya sesuai lemah dalam
fisik dengan tingkat pemenuhan
· Dapat keterbatasan klien kebutuhan sehari-
melakukan · Beri penjelasan hari tanpa mengalami
aktivitas sehari- tentang hal-hal ketergantungan pada
hari yang dapat orang lain.
· TTV normal membantu dan

15
meningkatkan - Dengan penjelasan,
kekuatan fisik pasien termotivasi
klien. untuk kooperatif
- Libatkan selama perawatan
keluarga dalam terutama terhadap
pemenuhan ADL tindakan yang dapat
klien meningkatkan
· Jelaskan pada kekuatan fisiknya.
keluarga dan klien · Keluarga
tentang pentingnya merupakan orang
bedrest ditempat terdekat dengan klien
tidur. · Untuk mencegah
terjadinya keadaan
yang lebih parah

6. Resiko syok Setelah dilakukan Syok prevention . Memantau kondisi


berhubungan tindakan ·Monitor keadaan klien selama masa
dengan keperawatan umum klien. perawatan terutama
hipovolemik selama ... x 24 · Observasi tanda- saat terjadi
jam, pasien akan : tanda vital perdarahan sehingga
·TTV dalam batas ·Monitor input dan tanda pra syok, syok
normal output pasien dapat ditangani.
·Natrium serum, · Anjurkan pada · Tanda vital dalam
kalium serum, pasien/ keluarga batas normal
kalsium serum, untuk segera menandakan keadaan
magnesium serum melapor jika ada umum klien baik
dalam batas tanda--tanda · Mengetahui balance
normal. perdarahan. cairan dan elektrolit
·Hematokrit Syok managemen dalam
dalam batas ·Keterlibatan
normal keluarga untuk

16
· Cek hemoglobin, segera melaporkan
hematokrit, jika terjadi
trombosit perdarahan terhadap
· Monitor gas pasien sangat
darah dan membantu tim
oksigenasi perawatan untuk
segera melakukan
tindakan yang tepat
· Untuk acuan
melakukan tindak
lanjut terhadap
perdarahan.
· Untuk mengetahui
adanya asodosis
metabolik.

7. Ansietas Setelah dilakukan Anxiety . Mengetahui


berhubungan tindakan Reduction kecemasan orang tua
dengan keperawatan · Kaji tingkat klien dan
perubahan status selama ... x 24 kecemasan memudahkan
kesehatan. jam, pasien akan : · Jelaskan menentukan
· Mampu prosedur intervensi
mengidentifikasi pengobatan selanjutnya.
dan perawatan. ·Untuk menambah
mengungkapkan · Beri kesempatan pengetahuan dan
gejala cemas pada orang tua informasi kepada
· TTV normal untuk bertanya klien yang dapat
· Menunjukkan tentang kondisi mengurangi
teknik untuk pasien. kecemasan orang tua.
mengontrol · Beri penjelasan ·Untuk memperoleh
cemas tiap prosedur/ informasi yang lebih

17
tindakan yang banyak dan
akan dilakukan meningkatkan
terhadap pasien pengetahuan dan
dan manfaatnya mengurangi stress.
bagi pasien ·Memberikan
· Beri dorongan penjelasan tentang
spiritual. proses penyakit,
menjelaskan tentang
kemungkinan
pemberian perawatan
intensif jika memang
diperlukan oleh
pasien untuk
mendapatkan
perawatan yang lebih
optimal
· Memberi
ketenangan kepada
klien dengan
berserah diri kepada
Tuhan Yang Maha
Esa.

8. Defisiensi Setelah dilakukan Teaching: Disease . Sebagai data fdasar


pengetahuan tindakan Proses pemberian informasi
berhubungan keperawatan · Kaji tingkat selanjutnya.
degan kurang selama ... x 24 pengetahuan · Untuk memberikan
familier dengan jam, pasien akan : klien/keluarga penjelasan sesuai
sumber · Pasien dan tentang penyakit dengan tingkat
informasi. keluarga DHF pendidikan klien/
menyatakan

18
pemahaman · Kaji latar keluarga sehingga
tentang penyakit , belakang dapat dipahami.
kondisi , pendidikan klien/ · agar informasi
prognosisdan keluarga. dapat diterima
program ·Jelaskan tentang dengan mudah dan
pengobatan proses penyakit, tepat sehingga tidak
·Mampu diet, perawatan terjadi
melaksanakan dan obat-obatan kesalahpahaman.
yang dijelaskan pada klien dengan · Dengan mengetahui
secara benar bahasa dan kata- prosedur / tindakan
kata yang mudah yang akan dilakukan
dimengerti. dan manfaatnya,
· Jelaskan semua klien akan kooperatif
prosedur yang dan kecemasannya
akan dilakukan menurun.
dan manfaatnya · Mengurangi
pada klien. kecemasan dan
· Berikan memotivasi klien
kesempatan pada untuk kooperatif.
klien/ keluarga
untuk menanyakan
hal-hal yang ingin
diketahui
sehubungan
dengan penyakit
yang diderita klien.

19
4. Implementasi
Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari
pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan,
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan sebagai


pengukuran dari keberhasilan rencana tindakan keperawatan. Hasil
evaluasi dapat berupa

a. Tujuan tercapai Jika pasien menunjukkan perubahan sesuai


dengan standar yang telah ditetapkan
b. Tujuan tercapai sebagian Jika pasien menunjukkan perubahan
sebagian dari standart yang telah ditetapkan
c. Tujuan tidak tercapai Pasien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru

20
B. DAFTAR PUSTAKA

Judith, M. W., & Nancy, R. A. (2012). Diagnosa Keperawatan Nanda NIC


NOC. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin, H. K., & Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA
NIC-NOC. Jakarta: Medi Action Publishing.

PADILA. (2012). Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta: Nuha Medika.

Resti. (2014, September). Asuhan Keperawatan DHF. Retrieved Desember 27,


2015, from Tersemangat: http://www.tersemangat.com/2014/09/laporan-
pendahuluan-dengue-hemoragic.html

21

Anda mungkin juga menyukai