Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei,
yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa
dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis.
Penyakit Scabies sering disebut kutu badan. Penyakit ini juga mudah menular dari
manusia ke manusia , dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Scabies mudah menyebar
baik secara langsung melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak
langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah digunakan
penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau Sarcoptesnya.
Scabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti sela-sela jari, siku,
selangkangan. Scabies identik dengan penyakit anak pondok. penyebabnya adalah kondisi
kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan
terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung.
Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal
bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh
pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang scabies, karena apabila
dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit
scabies.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Defenisi Skabies?
2. Bagaimana Epidemologi Skabies?
3. Apa Klasifikasi Skabies?
4. Bagaimana Etiologi Skabies?
5. Bagaimana Patofisiologi Skabies?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Skabies?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Skabies?
8. Bagaiamana Pencegahan Skabies
9. Bagaimana Komplikasi Skabies?
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Sinonim atau nama lain skabies adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal
agogo. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan hasil produknya (Handoko dkk, 2005).
Skabies terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, di semua geografi daerah,
semua kelompok usia, ras dan kelas sosial. Namun menjadi masalah utama pada daerah
yang padat dengan gangguan sosial, sanitasi yang buruk, dan negara dengan keadaan
perekonomian yang kurang. Skabies ditularkan melalui kontak fisik langsung (skin-to-
skin) maupun tak langsung (pakaian, tempat tidur, yang dipakai bersama) (Handoko dkk,
2005).
Gejala utama adalah pruritus intensif yang memburuk di malam hari atau kondisi
dimana suhu tubuh meningkat. Lesi kulit yang khas berupa terowongan, papul, ekskoriasi
dan kadang-kadang vesikel. Tungau penyebab skabies merupakan parasit obligat yang
seluruh siklus hidupnya berlangsung di tubuh manusia. Tungau tersebut tidak dapat
terbang atau meloncat namun merayap dengan kecepatan 2.5 cm per menit pada kulit yang
hangat (Chosidow, 2006)
B. Epidemiologi
Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Daerah
endemic skabies adalah di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika, Mesir, Amerika
Tengah, Amerika Selatan, Amerika Utara, Australia, Kepulauan Karibia, India, dan Asia
Tenggara.
Diperkirakan bahwa terdapat lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia terjangkit
tungau scabies (Chosidow , 2006). Studi epidemiologi memperlihatkan bahwa prevalensi
skabies cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja dan tidak dipengaruhi oleh jenis
kelamin, ras, dan umur. Faktor primer yang berkontribusi adalah kemiskinan dan kondisi
hidup di daerah yang padat.
C. Klasifikasi
a. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit
jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
b. Skabies incognito
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga
gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa
terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa,
distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
c. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan
aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada
nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin
dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi
pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
d. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda
dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan
genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa
inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8
minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
e. Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya
kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang
dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita
skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah
tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat
defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau
dapat berkembangbiak dengan mudah.
f. Skabies pada bayi dan anak
Lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh
kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa
impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka.
g. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat
tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
D. Etiologi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei adalah parasit manusia obligat yang
termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, superfamili Sarcoptes.
Bentuknya lonjong, bagian chepal depan kecil dan bagian belakang torakoabdominal
dengan penonjolan seperti rambut yang keluar dari dasar kaki (Burns, 2004).ss
Tungau skabies mempunyai empat kaki dan diameternya berukuran 0,3 mm. Sehingga
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Tungau ini tidak dapat terbang atau melompat
dan hanya dapat hidup selama 30 hari di lapisan epidermis (Mitolin et al, 2008). Skabies
betina dewasa berukuran sekitar 0,4 mm dengan luas 0,3 mm , dan jantan dewasa lebih
kecil 0,2 mm panjang dengan luas 0,15 mm. Tubuhnya berwarna putih susu dan ditandai
dengan garis melintang yang bergelombang dan pada permukaan punggung terdapat bulu
dan dentikel (Burns, 2004).

Gambar 1. Sarcoptes scabiei


Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di
atas kulit, tungau jantan akan mati. Tapi kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari
dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan
sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai 40-50 telur yang
dihasilkankan oleh setiap tungau betina selama rentang umur 4-6 minggu dan selama itu
tungau betina tidak meninggalkan terowongan. Setelah itu, larva berkaki enam akan
muncul dari telur setelah 3-4 hari dan keluar dari terowongan dengan memotong atapnya.
Larva kemudian menggali terowongan pendek (moulting pockets) di mana mereka
berubah menjadi nimfa. Setelah itu berkembang menjadi tungau jantan dan betina dewasa.
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara
8 – 12 hari (Brook, 1995).
Tungau skabies lebih suka memilih area tertentu untuk membuat terowongannya dan
menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus. Biasanya, pada satu individu
terdapat kurang dari 20 tungau di tubuhnya, kecuali pada Norwegian scabies dimana
individu bisa didiami lebih dari sejuta tungau. Orang tua dengan infeksi virus
immunodefisiensi dan pasien dengan pengobatan immunosuppresan mempunyai risiko
tinggi untuk menderita Norwegian scabies.
E. Manifestasi Klinis
a. Pruritus nktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
yang lembab dan panas.
b. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh anggota
keluarga.
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada
ujung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan
stratum komeum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus,
bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian
telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan
orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini. Pada pasien yang selalu menjaga hgiene, lesi yang
timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit
berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis.
F. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga
terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal
yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan
dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang
terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
G. Pemeriksaan Penunjang
Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan. Tetapi penderita
sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan. Pada
umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari empat cardinal sign.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan tungau dan produknya yaitu :
1. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH 10% lalu
dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat
atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup
dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop.
2. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan kedalam
terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya kemudian
dikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung jarum sebagai 16
parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi memerlukan
keahlian tinggi.
3. Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)
Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi dengan tinta
hitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit. Setelah
tinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut akan kelihatan lebih gelap
dibandingkan kulit di sekitarnya karena akumulasi tinta didalam terowongan. Tes
dinyatakan positif bila terbetuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis
menyerupai bentuk zigzag.
4. Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy)
Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala secara mikroskopik.
Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk kemudian dibuat
irisan tipis, dan dilakukan irisan superficial secara menggunakan pisau dan berhati-hati
dalam melakukannya agar tidak berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di atas kaca
objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian diperiksa dibawah
mikroskop.
5. Biopsi irisan dengan pewarnaan HE
6. Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli.
Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet dari lampu Wood,
tetrasiklin tersebut akan memberikan fluoresensi kuning keemasan pada kanalikuli.
Dari berbagai macam pemeriksaan tersebut, pemeriksaan kerokan kulit merupakan
cara yang paling mudah dan hasilnya cukup memuaskan. Agar pemeriksaan berhasil, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni:
1. Kerokan harus dilakukan pada lesi yang utuh (papula, kanalikuli) dan tidak dilakukan pada
tempat dengan lesi yang tidak spesifik.
2. Sebaiknya lesi yang akan dikerok diolesi terlebih dahulu dengan minyak mineral agar
tungau dan produknya tidak larut, sehingga dapat menemukan tungau dalam keadaan
hidup dan utuh.
3. Kerokan dilakukan pada lesi di daerah predileksi.
4. Oleh karena tungau terdapat dalam stratum korneum maka kerokan harus dilakukan di
superficial dan menghindari terjadinya perdarahan. Namun karena sulitnya menemukan
tungau maka diagnosis scabies harus dipertimbangkan pada setiap penderita yang datang
dengan keluhan gatal yang menetap.
H. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektivitas yang
bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara lain umur pasien,
biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan factor kegagalan terapi yang pernah diberikan
sebelumnya.
Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh permukaan tubuh
kecuali area wajah dan kulit kepala, dan lebih difokuskan di daerah sela-sela jari, inguinal,
genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang telinga. Pada pasien anak dan
scabies berkrusta, area wajah dan kulit kepala juga harus dioleskan skabisid topikal.
Pasien harus diinformasikan bahwa walaupun telah diberikan terapi skabisidal yang
adekuat, ruam dan rasa gatal di kulit dapat tetap menetap hingga 4 minggu. Jika tidak
diberikan penjelasan, pasien akan beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan tidak
berhasil dan kemudian akan menggunakan obat anti scabies secara berlebihan. 20
Steroid topikal, anti histamin maupun steroid sistemik jangka pendek dapat diberikan
untuk menghilangkan ruam dan gatal pada pasien yang tidak membaik setelah pemberian
terapi skabisid yang lengkap.
I. Pencegahan
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang yang kontak
langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid. Terapi
pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran scabies karena seseorang
mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang masih dalam periode inkubasi
asimptomatik.
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal, handuk dan
pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan dengan
udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet dan kain
pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (vacuum cleaner).
J. Komplikasi
Infeksi sekunder pada pasien skabies merupakan akibat dari infeksi bakteri atau
karena garukan. Keduanya mendominasi gambaran klinik yang ada. Erosi merupakan
tanda yang paling sering muncul pada lesi sekunder. Infeksi sekunder dapat ditandai
dengan munculnya pustul, supurasi, dan ulkus. Selain itu dapat muncul eritema, skuama,
dan semua tanda inflamasi lain pada ekzem sebagai respon imun tubuh yang kuat terhadap
iritasi. Nodul-nodul muncul pada daerah yang tertutup seperti bokong, skrotum, inguinal,
penis, dan axilla. Infeksi sekunder lokal sebagian besar disebabkan oleh Staphylococcus
aureus dan biasanya mempunyai respon yang bagus terhadap topikal atau antibiotic oral,
tergantung tingkat pyodermanya. Selain itu, limfangitis dan septiksemia dapat juga terjadi
terutama pada skabies Norwegian, post-streptococcal glomerulonephritis bisa terjadi
karena skabies-induced pyodermas yang disebabkan oleh Streptococcus pyogens.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Scabies sering disebut kutu badan. Penyakit ini juga mudah menular dari
manusia ke manusia , dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Skabies adalah penyakit
kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian
hominis. Gejala utama adalah pruritus intensif yang memburuk di malam hari atau kondisi
dimana suhu tubuh meningkat. Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki
tingkat efektivitas yang bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang
antara lain umur pasien, biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan factor kegagalan terapi
yang pernah diberikan sebelumnya.
B. Saran
Agar kita tidak tertular penyakit skabies ini hindari kontak langsung dengan orang-
orang penderita skabies dan lakukan terapi pencegahan untuk mencegah penyebaran
skabies.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin MD. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.1. Makassar: Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin ; 2003. 5-10

Harahap. M, 2000. Ilmu penyakit kulit. Hipokrates. Jakarta

Handoko RP, Djuanda A, Hamzah M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.4. Jakarta: FKUI;
2005. 119-22

Anda mungkin juga menyukai