Anda di halaman 1dari 20

HOME VISITE

Pembimbing :

dr. Iwan Sys Indrawanto, Sp.KJ

Disusun Oleh :

Adefani Tia Anggraini (201810401011057)

Fatih Anggoro Wibowo (201810401011082)

Indiana Maharani Wijaya (201810401011028)

Izmi Faridhah Afifah (201810401011082)

SMF KEDOKTERAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA DR RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
BAB 2 ISI.................................................................................................................6
2.1 Observasi Pasien............................................................................................6
2.2 Identitas Pasien..............................................................................................6
2.3 Anamnesis.................................................................................................7
Autoanamnesis (Tn.F)......................................................................................7
B. Heteroanamnesis (Ny. M Kakak pasien).................................................7
2.4 Genogram.....................................................................................................10
2.5 Pemeriksaan Fisik........................................................................................10
2.5.1 Status Internistik...................................................................................10
2.5.2 Status Neurologis..................................................................................11
2.5.3 Status Psikiatri Awal..............................................................................11
2.5.4 Status Psikiatri Saat Ini.........................................................................12
2.6 Resume.........................................................................................................13
2.7 Diagnosis Multiaksial..................................................................................14
2.8 Observasi Keluarga......................................................................................14
2.8.1 Identitas Anggota Keluarga...................................................................14
2.9 Observasi Lingkungan.................................................................................15
2.9.1 Gambaran lingkungan Tempat Tinggal.................................................15
2.9.2 Gambar Tempat Tinggal........................................................................15
2.10 Gambaran Status Sosial.............................................................................16
2.11 Cara Penerimaan Keluarga terhadap Pasien...............................................16
2.12 Denah Rumah pasien.................................................................................17
2.13 Faktor Penghambat dan Pendukung Kesembuhan.....................................18
2.13.1 Faktor penghambat..............................................................................18
2.13.2 Faktor pendukung...............................................................................18
2.14 Terapi..........................................................................................................18

1
2.15 Intervensi....................................................................................................18
2.16 Prognosis....................................................................................................19
LAMPIRAN...........................................................................................................20

2
BAB I

PENDAHULUAN

Diperkirakan bahwa 2-3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita

gangguan jiwa berat. Bila separuh dari mereka itu memerlukan perawatan di

rumah sakit dan jika Indonesia berpenduduk 2013.460.000 orang maka di negara

kita ada 203.460 orang dengan gangguan jiwa berat yang memerlukan perawatan

di rumah sakit. Dalam rangka meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan jiwa,

maka diperlukan hubungan kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dengan

anggota keluarga penderita gangguan jiwa. Dukungan dari pihak keluarga

merupakan hal terpenting yang dibutuhkan oleh pasien. Keluarga berperan

penting dalam menentukan cara, asuhan dan perawatan yang diperlukan oleh

pasien untuk menghadapi masalah gangguan jiwa dan mencegah kekambuhan.

Kedokteran keluarga sendiri berkembang secara pesat sebagai bagian dari

pelayanan kesehatan primer. Pada Januari 1995, WHO dan WONCA telah

merumuskan action plan yang tertulis dalam “Making Medical Practice and

Education Move Relevant to People’s Needs: The Role of Family Doctor”. Di

Indonesia, melalui Permenkes No. 916 Tahun 1997 tentang Pelayanan Dokter

Umum yang diarahkan menjadi pelayanan dokter keluarga. Bahkan, ilmu

kedokteran keluarga yang nantinya bisa menghasilkan dokter-dokter keluarga

3
dimasukkan ke dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia (KIPDI) II

tahun 1993, yang merupakan bagian dari ilmu kedokteran komunitas. Dengan

adanya prinsip utama pelayanan dokter keluarga secara holistik tersebut, perlulah

diketahui berbagai latar belakang pasien yang menjadi tanggungannya, serta dapat

selalu menjaga kesinambungan pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh

pasien tersebut. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kedokteran yang seperti ini,

banyak upaya yang dapat dilakukan. Salah satu di antaranya yang dipandang

mempunyai peranan amat penting adalah melakukan kunjungan rumah (home

visit) serta melakukan perawatan pasien di rumah (home care) terhadap keluarga

yang membutuhkan.

Karena pengetahuan tentang latar belakang pasien serta terwujudnya

pelayanan kedokteran menyeluruh dinilai merupakan kunci pokok keberhasilan

pelayanan dokter keluarga, maka telah merupakan kewajiban pula bagi setiap

dokter untuk dapat memahami serta terampil melakukan kunjungan dan perawatan

pasien di rumah tersebut.

Oleh karena kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu langkah

pembelajaran untuk melakukan home visit bagi pasien. Salah satu kasus yang

kami pilih yaitu kasus Tn. F yang berumur 58 tahun dengan diagnosis Episode

depresi berat tanpa gejala psikotik. Kami datang ke rumahnya pada hari Senin,

pukul 19.00 - 20.30. Kami memilih kasus Tn. F, karena pasien telah cukup lama

berobat setelah sebelumnya sempat MRS di RSJ Radjiman Wedyodiningrat,

pasien belum sembuh secara sempurna namun keluarga pasien sangat perhatian

dan memberikan dukungan moral pada pasien. Kami ingin menggali lebih dalam

4
faktor-faktor yang dapat mendukung perbaikan klinis pada Tn. F dengan

melakukan home visite.

5
BAB 2

ISI

2.1 Observasi Pasien

Tn. F berusia 58 tahun berdomisili di Pasuruan, Jawa Timur. Saat

ini pasien sedang menjalani program pengobatan rawat jalan dari RSJ

Radjiman Wediodiningrat Lawang.

Pada tanggal 26 Desember 2019 pukul 17.30-19.30 WIB

dilakukan kunjungan oleh Dokter Muda ke tempat tinggal pasien di sebuah

rumah di Pauruan Kemudian di lakukan anamnesis pada pasien dan

keluarga pasien, sehingga didapatkan data mengenai status pasien sebagai

berikut :

2.2 Identitas Pasien

 Nama : Tn. F

 Umur : 58 tahun

 Jenis Kelamin : Laki - laki

 Tempat / Tgl. Lahir : Pandaan, 5 Maret 1961

 Status Marital : Menikah

 Pendidikan Terakhir : S1 Ekonomi

 Pekerjaan Terakhir : Wirausaha

 Agama : Islam

 Alamat pasien saat ini : Babat, Randupitu, Kec.Gempol, Kab.Pasuruan

6
 Tanggal Pemeriksaan : 26 Desember 2019

2.3 Anamnesis

Autoanamnesis (Tn.F)

Ketika pasien ditanya mengenai identitasnya, pasien dapat menjawab

sesuai dengan pertanyaan. Pasien mengetahui tempat dan tanggal lahir nya. Pasien

juga mengetahui saat ini siang atau malam, sedang berada dimana, serta

mengetahui bersama dengan siapa pasien saat ini tinggal. Ekspresi wajah datar,

tidak tampak bingung. Kontak mata dengan pemeriksa ada, tetapi sesekali

menunduk. Respon pasien saat menjawab cukup lamban dan pengucapan kalimat

tidak terlalu jelas.

Pasien saat ditanya mengenai keluhannya, ia menjawab dada nya terasa

panas, saat ditanya lebih detail tentang keluhannya, pasien tidak menjawab.

Kemudian pasien ditanya mengenai perasaannya saat ini, apakah marah, senang,

sedih atau takut, pasien hanya terdiam. Pasien ditanya mengapa tidak mau

menjawab pertanyaan pemeriksa, pasien hanya menjawab “aras-arasen”.

B. Heteroanamnesis (Ny. M Kakak pasien)

1. Rincian keluhan utama :


- Pasien sering tidur dan malas melakukan aktivitas, hal tersebut

dirasa oleh keluarga sudah berlangsung sekitar 10 bulan yang

lalu. 7 bulan sebelumnya pasien sempat dibawa ke RSJ Lawang

oleh kelurga (adik pasien) kareana pasien tidak mau bicara salama

berhari-hari, tidak mau makan hanya mengurung diri dikamarnya

serta pasien sempat menanyakan “untuk apa aku hidup”. Sekitar

7
satu tahun yang lalu pasien mengalami kebangkrutan dan istrinya

meninggalkan pasien untuk menikah siri dengan orang lain. Sejak

saat itu kularga merasa mulai ada yang berbeda dengan sikap

pasien. Pasien beberapa kali bercerita kepada Ny.M mengapa

hidupnya mejadi seperti ini, karena dulu menurut Ny.M hidup

pasien serba berkecukupan. Saat hari ketiga dirawat di RSJ

lawang pasien terkena serangan stroke infark .Setelah 10 hari

pasien dirawat di RSJ Lawang pasien kini tinggal bersama dengan

Ny. M selaku kakak dan kakak ipar pasien. Kegiatan pasien

dirumah Ny. M lebih banyak tidur dan hanya bicara jika diajak

bicara saja.
- Kemauan makan pasien juga dirasa berkurang karena pasien

hendak makan jika dirusuh saja. Untuk mandi pasien harus

dimandikan oleh kakaknya.


- Selama ini pasie masih rutin kontrol ke poli sub spesialis di RSJ

Lawang dan kakaknya selalu bersedia mengantar dan mendukung

kesembuhan pasien.
2. Gejala lain yang menyertai keluhan utama :
- Pasien lebih banyak tidur
- Nafsu makan menurun
- Pasien tampak sedih
- Tidak bersemangat dalam melakukan apapun
3. Gejala prodormal
- Sering melamun
- Tampak sedih, dan menarik diri dari lingkungan
4. Peristiwa terkait keluhan utama
- Bisnisnya bangkrut dan ditinggal oleh istrinya

5. Riwayat penyakit dahulu


- Tidak pernah mengalami penyakit fisik serius.
- Hipertensi
- Pasien terkena stroke 6 bulan yang lalu
6. Riwayat kehamilan, persalinan, dan perkembangan anak
- Dalam batas normal

8
7. Riwayat sosial dan riwayat pekerjaan
- Riwayat social : pasien kini cendurung tidak berinteraksi dengan

keluarga maupun tetangga, jika pasien tidak diajak berbicara

terlebih dahulu pasien tidak akan memulai pembicaraan


- Riwayat pekerjaan: kini pasien sudah tidak bekerja lagi setelah

bisnisnya bangkrut satu tahun yang lalu.


8. Faktor kepribadian premorbid
- Ciri kpribadian tertutup dan jarang bercerita jika ada masalah
9. Faktor keturunan
- Tidak ada
10. Faktor organik

- Hipertensi
- Post stroke

11. Faktor pencetus


- Masalah dengan primary support group (keluarga)
- Masalah pekerjaan

2.4 Genogram

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien

2.5 Pemeriksaan Fisik

2.5.1 Status Internistik

Vital Sign
- Tekanan Darah 145/88 mmHg

9
- Nadi 92 x/menit
- RR 20 x/menit
- Suhu 36,8 °C
Gizi
- BB: 65 kg
- TB: 157 cm

Kesadaran : compos mentis

Kepala/Leher : a/i/c/d -/-/-/-

Pembesaran KGB (-)

Pembesaran tIroid (-)

Thorax : Pulmo: simetris, vesicular (+), rhonki (-),

wheezing (-)

Cor : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Nyeri tekan epigastrium (-), meteorismus (-),

timpani, BU (+) N

Ekstremitas : akral hangat kering merah, edema (-), CRT<2 dtk

2.5.2 Status Neurologis

GCS :456
Meningeal sign: (-)
Pupil : PBI 3 mm / 3 mm, reflek cahaya + / +
Nervus kranialis : dbn
Motorik : dbn
Sensorik : dbn

R. Fisiologis : BPR +2/+2 TPR +2/+2

KPR +2/+2 APR +2/+2

R. Patologis : Babinski -/- Hoffman -/-


Chaddock -/- Trommer -/-

10
2.5.3 Status Psikiatri Awal

Kesan umum : Pasien laki-laki roman wajah sesuai usia,

berpakaian cukup rapi, tidak berbau, cukup kooperatif,


Kontak : Verbal (+), lancar, relevan, kontak mata (+)
Kesadaran : Normal
Orientasi : Waktu (+), tempat (+), orang (+)
Daya ingat : Segera (+), Pendek (+), Panjang (+)
Persepsi : Halusinasi (-)
Proses berpikir: Bentuk : Realistik
Arus : Koheren
Isi : Adekuat
Afek / mood : depresif
Kemauan : ADL : menurun, sosial : menurun,

pekerjaan : menurun
Psikomotor : Normal
Insight : Derajat 4

2.5.4 Status Psikiatri Saat Ini

Kesan umum : Pasien laki-laki, pakaian rapi, tidak berbau,

roman wajah sesuai usia, kooperatif, komunikatif


Kontak : verbal (+) lambat, relevan, kontak mata (+)
Kesadaran : Normal
Orientasi : Waktu (+), tempat (+), orang (+)
Daya ingat : Segera (+), Pendek (+), Panjang (+)
Persepsi : Halusinasi (-), ilusi (-)
Proses berpikir : Bentuk : Realistik
Arus : Koheren
Isi : Adekuat
Afek / emosi : depresi
Kemauan : ADL : Menurun
Sosial: Menurun
Pekerjaan: Menurun
Psikomotor : Normal
Insight : Derajat 4

2.6 Resume

Pasien laki-laki, roman wajah sesuai usia, berpenampilan rapi, tidak

berbau, pasien tenang, kooperatif. Pasien dapat menyebutkan identitas

lengkapnya dengan baik. Sejak sakit pasien tinggal bertiga dengan kakak

11
perempuan dan kakak iparnya. Sebelumnya pasien tinggal dengan istri dan

dua anaknya.

Kurang lebih satu tahun yang lalu, pasien mengalami kebangkrutan

pada bisnisnya. Hal ini membuat istrinya marah dan meninggalkan pasien

untuk menikah siri dengan orang lain. Sejak saat itu pasien menjadi lebih

mudah lelah dan sempat bercerita pada kakaknya “Mengapa hidupnya

menjadi seperti ini?”. Sepuluh bulan sebelumnya pasien menjadi jarang

keluar rumah dan sedikit berbicara, tiga bulan kemudian (7 bulan

sebelumnya) adik pasien membawa pasien ke Rumah Sakit Jiwa karena

pasien mengurung diri di kamar dan tidak mau melakukan apa-apa. Selama

rawat inap 10 hari di RSJ, pada hari ke tiga pasien terkena serangan stroke

infark, pada akhirnya setelah dirawat 7 hari karena strokenya, pasien

diperbolehkan pulang. Pasien kemudian tinggal dengan kakaknya karena

anak dan istrinya sudah tidak mau tinggal dirumahnya. Selama tinggal

dengan kakaknya pasien lebih banyak tidur dan hanya bicara jika diajak

bicara.

Keseharian pasien sepeti makan harus disuruh terlebih dahulu jika

tidak maka pasien tidak akan makan. Untuk mandi pasien harus dimandikan

oleh kakaknya. Pasien masih rutin kontrol ke poli sub spesialis di RSJ

Lawang dan kakaknya selalu bersedia mengantar dan mendukung

kesembuhan pasien.

2.7 Diagnosis Multiaksial

Axis I : F32.11 Episode Depresif Sedang dengan Gejala Somatik


Axis II : Ciri kepribadian schizoid

12
Axis III : Hipertensi, post stroke
Axis IV : Masalah primary group support, pekerjaan.
Axis V : GAF Scale awal: 40 - 31
GAF Scale saat ini : 70 – 61

2.8 Observasi Keluarga

2.8.1 Identitas Anggota Keluarga

No. Nama Sex Usia Pendidikan Status Pekerjaan Keterangan


1. Tn. B L 64 th SMA Menikah Pensiunan Suami
2. Ny. N P 62 th SMA Menikah IRT Istri
3. Tn. F L 58 th S1 Duda Wirausaha Anak kedua
4. Ny. D L 40th S1 Menikah Wirausaha Anak ketiga

2.9 Observasi Lingkungan

2.9.1 Gambaran lingkungan Tempat Tinggal

Kami berkunjung ke rumah pasien pada tanggal 26 Desember 2019

pukul 17.30 – 19.30 WIB dengan mengendarai motor pribadi. Lokasi rumah

pasien berada di Pasuruan, Jawa Timur. Perjalanan dari RSJ Lawang ke

tempat tinggal pasien dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam

perjalanan, kondisi jalan sudah beraspal dan tempat tinggal pasien berada di

dalam gang yang tidak cukup lebar. Di dalam gang tersebut hanya dapat

dilewati oleh 1 mobil saja dan untuk tanahnya sudah dipaving di daerah

tersebut.

Suasana tempat tinggal pasien tidak begitu luas, rumah pasien terdiri

dari satu lantai, terdapat pohon didepan rumah pasien dan beberapa tanaman

disamping rumah pasien. Pada sisi kanan rumah pasien dibatasi oleh tembok

jalan raya tol, sedangkan sisi kiri rumah pasien adalah rumah tetangga.

Depan rumah pasien tidak terlalu luas namun masih dapat dilewati mobil. Di

daerah rumah pasien dikelilingi rumah tetangga dan beberapa pepohonan.

13
Lingkungan tempat tinggal pasien cukup bersih.

2.9.2 Gambar Tempat Tinggal

Rumah pasien memiliki luas bangunan ±300 m3 sedangkan luas

tanah ±500 m3. Rumah pasien memiliki 1 lantai. Halaman rumah pasien

cukup luas, dapat dimasuki mobil dan beberapa sepeda motor. Lantai

halaman depan terbuat dari keramik. Rumah pasien terbuat dari semen yang

dicat berwarna orange. Pada bagian depan terdapat pagar berwarna putih,

yang membatasi halaman depan dengan jalanan didepan rumah pasien.

Lantai rumah terbuat dari ubin berwarna putih. Ruangan paling depan adalah

ruang tamu.

Rumah pasien memiliki 3 ruang kamar tidur, 1 kamar mandi dan 1

dapur. Ruang tidur Tn.F terlihat setelah ruang tamu. Dapur berada di bagian

belakang, dan letaknya berada di sebelah kamar mandi. Kamar mandi terdiri

dari closet jongkok dan bak yang terbuat dari semen. Kamar mandi terlihat

tidak cukup bersih.

2.10 Gambaran Status Sosial

Pasien merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara. Keseharian pasien

hanya beraktivitas di rumah dan bila terdapat lowongan kerja, pasien

menghadiri lamaran kerja.

2.11 Cara Penerimaan Keluarga terhadap Pasien

Kelurga mendukung kondisi pasien, keluarga selalu memberikan

semangat dan kepercayaan kepada pasien untuk sembuh.

14
2.12 Denah Rumah pasien

Dapur Kamar
Mandi

Kamar
Ruang
Tidur tengah
(kamar tidur
Tn. F)
Kamar
Tidur

R. Tamu

Halaman rumah

15
2.13 Faktor Penghambat dan Pendukung Kesembuhan

2.13.1 Faktor penghambat

Pasien kurang berinteraksi

2.13.2 Faktor pendukung

a. Dukungan dari keluarga secara terus-menerus untuk kesembuhan

pasien

b. Kakak pasien yang tetap sabar membantu aktivitas sehari-hari pasien

c. Ekonomi keluarga cukup

2.14 Terapi

Fluoxetin 20 mg 1-0-0

Amlodipin 5 mg 0-0-1

Aspirin 80 mg 1-0-0

2.15 Intervensi

Pada home visite ini kami memberikan beberapa intervensi pada pasien

dan keluarga. Beberapa intervensi yang kami sarankan sebagai berikut

2.15.1 Pasien

a. Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita oleh pasien

yaitu pasien menderita gangguan afektif depresif, akan diberikan

terapi obat minum sebanyak 3 macam obat yaitu obat anti depresi

(fluoxetine), antihipertensi (amlodipine), dan antiplatelet (aspirin)

b. Memberi motivasi pada pasien untuk kontrol dan minum obat secara

teratur agar keluhan dan gejala yang dialami dapat berkurang.

16
2.15.2 Keluarga

a. Keluarga berperan aktif sebagai pengawas langsung minum obat dan

memberitahukan kegunaan obat dan efek yang dapat ditimbulkan

bila obat tidak diminum secara teratur.

b. Memberi motivasi dan dukungan penuh kepada pasien agar patuh

dalam minum obat dan tidak merasa dikucilkan oleh lingkungan

sekitar.

2.16 Prognosis

Premorbid : Ciri kepribadian skizoid (Buruk)

Onset : Kronis (Buruk)

Jenis : Gangguan afektif depresif (Baik)

Usia : 58 tahun (Buruk)

Pengobatan : Rutin (Baik)

Pencetus : Diketahui (Baik)

Pekerjaan : Tidak bekerja (Buruk)

Pendidikan terakhir: S1 (Baik)

Status pernikahan : Menikah (Buruk)

Faktor keturunan : Tidak ada (Baik)

Dukungan keluarga: Baik (Baik)

Sosial/Ekonomi : Menengah (Baik)

Faktor organik : Ada (Buruk)

Kesimpulan : Dubia ad bonam

17
LAMPIRAN

18
19

Anda mungkin juga menyukai