Anda di halaman 1dari 63

REFERAT

KELUARGA BERENCANA

Pembimbing:

Dr. Jonas Nara Barimbing, Sp.OG

oleh:

Intan Sari

406181035

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

2019
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Daftar Isi
BAB I ...................................................................................................................................................... 2
Pendahuluan ............................................................................................................................................ 5
BAB II..................................................................................................................................................... 7
Keluarga Berencana .............................................................................. Error! Bookmark not defined.
A. Definisi........................................................................................................................................ 7
B. Epidemiologi ............................................................................................................................... 7
C. Etiologi...................................................................................... Error! Bookmark not defined.
D. Patofisiologi/Patogenesis .......................................................... Error! Bookmark not defined.
E. Manifestasi/Gejala Klinis
F. Pemeriksaan Fisik
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Diagnosis................................................................................................................................... 12
I. Tatalaksana ............................................................................... Error! Bookmark not defined.
J. Prognosis ................................................................................................................................... 59
BAB III ................................................................................................................................................. 61
Kesimpulan ........................................................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 62

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 1
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya, Penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “KELUARGA BERENCANA” dengan baik
dan tepat waktu.

Adapun referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di RSUD Ciawi
periode 05 Agustus 2019 – 18 Oktober 2019 dan untuk menambah informasi bagi Penulis dan
pembaca tentang gemeli dan tatalaksananya.

Penulis sangat bersyukur atas terselesaikannya tugas ini. Pada kesempatan ini penulis ingin
berterimakasih kepada :

1. Direktur RSUD Ciawi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjalankan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUD Ciawi.
2. dr. Ajeng Normala, Sp.OG sebagai kepala SMF dan pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUD Ciawi.
3. dr. Jonas NB, Sp.OG sebagai pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan di RSUD Ciawi
4. dr. Freddy Dinata, Sp.OG sebagai pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan
Penyakit Kandungan di RSUD Ciawi.
5. dr. Budi Susetyo, Sp.OG, (K)KFM sebagai pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan
dan Penyakit Kandungan di RSUD Ciawi.
6. dr. Syamsu Rijal, Sp.OG sebagai pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan
Penyakit Kandungan di RSUD Ciawi.
7. Dokter, staf, bidan, dan perawat RSUD Ciawi.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, Penulis
mengucapkan terima kasih dan semoga case ini dapat memberikan manfaat.

Ciawi, 14 Agustus 2019

Penulis

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 2
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

LEMBAR PENGESAHAN

Referat :

KELUARGA BERENCANA

Disusun oleh :

Intan Sari

406181035

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan

RSUD Ciawi

Ciawi, 14 Agustus 2019

dr. Jonas Nara Barimbing, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 3
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

LEMBAR PENGESAHAN

Referat :

KELUARGA BERENCANA

Disusun oleh :

Intan Sari

406282035

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan

RSUD Ciawi

Mengetahui,

Kepala SMF

dr. Ajeng Normala, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 4
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

BAB I

Pendahuluan

Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama
diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Perwujudan nyata dalam partisipasi program
Keluarga Berencana adalah dengan menggunakan kontrasepsi.. Program keluarga berencana
memiliki makna yang sangat strategis, komprehensif dan fundamental dalam mewujudkan
manusia Indonesia yang sehat dan sejahtera. UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan bahwa keluarga
berencana adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi
untuk mewujudkankeluarga yang berkualitas..
Terdapat tiga indikator tambahan yang berkaitan dengan KB dalam Millenium
Development Goals (MDGs) 2015 target 5b (Akses Universal terhadap Kesehatan
Reproduksi) yang diharapkan akan memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan
kesehatan ibu. Indikator tersebut adalah Contraceptive Prevalence Rate (CPR), Age Specific
Fertility Rate (ASFR), dan unmet need. Target nasional indikator tersebut pada tahun 2015
adalah CPR sebesar 65%, ASFR usia 15-19 tahun sebesar 30/1000 perempuan usia 15-19
tahun dan unmet need 5%. (1)
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) tidak terlepas dari masih tingginya angka
kehamilan yang tidak diinginkan. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) tidak terlepas dari
masih tingginya angka kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy) yaitu
mencapai 16,8% yang berkaitan dengan tingginya angka aborsi. Aborsi sendiri memberikan
kontribusi terhadap kematian ibu sampai 13%. Di sisi lain masih banyak ditemukan
kehamilan yang tidak ideal (terlalu banyak, terlalu muda, terlalu tua, dan terlalu dekat jarak
kelahiran), yang sangat membahayakan bagi kesehatan ibu atau lebih dikenal sebagai “4
Terlalu (4 T). Program KB sejak tahun 1970-an telah menekan angka kelahiran per wanita
usia subur memiliki makna yang sangat strategis, komprehensif dan fundamental dalam
mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan sejahtera. UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 5
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan bahwa keluarga


berencana adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan,
(Total Fertility Rate/ TFR) sebesar 50 % dari sekitar 5,6 anak menjadi sekitar 2,2 anak
per wanita usia subur saat ini. Selain itu program KB juga berperan besar untuk mencapai
pengurangan AKI melalui perencanaan keluarga dengan mengatur kehamilan yang aman,
sehat dan diinginkan. Banyaknya jenis kontrasepsi yang beredar dipasaran dan masyarakat
hanya mampu menyebut jenis alat atau obat kontrasepsi tersebut sedangkan informasi-
infomasi mengenai keuntungan, kekurangan, kontraindikasi maupun efek samping dari
kontrasepsi tersebut tidak mereka dapatkan, belum lagi adanya pandangan-pandangan atau
norma budaya lingkungan dan orang tua yang dapat membuat pengguna (akseptor) menjadi
ragu-ragu dalam menggunakan kontrasepsi tersebut. Untuk itu diperlukan suatu layanan
konseling agar dapat menjelaskan secara benar setiap kontrasepsi dengan jelas mengenai
keuntungan, kerugian, efek samping maupun kontraindikasinya. Penggunaan alat dan obat
kontrasepsi memang tidak dapat lepas dari efek samping dan risiko yang kadang-kadang
dapat merugikan kesehatan, namun demikian yang harus dipikirkan adalah benefit/
keuntungan dari penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut yang lebih besar dibanding tidak
menggunakan.(1)

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 6
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

BAB II

KELUARGA BERENCANA

2.1. Definisi

Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan
utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana.Menurut WHO (World Health
Organisation) KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri
untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di
antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami isteri, menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sel sperma tersebut. (1,2)

2.2. Epidemiologi3
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, setiap tahun lebih dari 600.000 wanita di
dunia meninggal akibat komplikasi kehamilan saat melahirkan. 99% kematian itu
terjadi di negara berkembang. Dalam jangka waktu yang sama, tak kurang dari 50 juta
aborsi akibat kehamilan tak diinginkan terjadi di muka bumi ini.
Saat ini diketahui jumah penduduk Indonesia sebesar 225,5 juta penduduk dengan
rata-rata petumbuhan penduduk sebesar 1,3%. Pemerintah merencanakan untuk
menurunkan laju pertumbuhan penduduk tersebut hingga 1,14% pada tahun 2009.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 7
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Gambar. Perbandingan Penggunaan Kontrasepsi di Indonesia dengan Negara Asean

Yyyuu
Gambar. Distribusi Pemilihan Metode KB pada Perempuan yang Pernah Kawin usia
14-49 Tahun berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun 2010

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 8
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Gambar. Distribusi Pemilihan Metode KB pada Perempuan yang Pernah Kawin Usia
15-49 Tahun dan Usia Melahirkan < 20 Tahun (Terlalu Muda) berdasarkan Provinsi
di Indonesia

Gambar. Distribusi Pemilihan Metode KB pada Perempuan yang Pernah Kawin Usia
15-49 Tahun dan Jarak Anak < 2 Tahun (Terlalu Dekat Melahirkan) berdasarkan
Provinsi di Indonesia

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 9
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Gambar. Distribusi Pemilihan Metode KB pada Perempuan yang Pernah Kawin Usia 15-49
Tahun dan Jarak Anak > 3 (Terlalu Banyak) berdasarkan Provinsi di Indonesia

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 10
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 11
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

2.3. Klasifikasi

Klasifikasi kontrasepsi berdasarkan metode kontrasepsi terbagi atas


Kontrasepsi Alami, Kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun
wanita, Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida, Kontrasepsi Hormonal
(oral, suntik dan implant), Kontrasepsi dengan AKDR dan Kontrasepsi Mantap
(tubektomi dan vasektomi). Berdasarkan PERMENKES RI Nomor 97 Tahun
2014 Pasal 23 metode kontrasepsi terbagi atas dua yaitu metode kontrasepsi
jangka pendek dan metode kontrasepsi jangka panjang. Metode kontrasepsi
jangka pendek berupa pil dan kondom yang dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan atau fasilitas lain. Sedangkan Metode kontrasepsi jangka panjang
meliputi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), Alat Kontrasepsi Bawah
Kulit atau implan, Metode Operasi Pria (MOP), dan Metode Operasi Wanita
(MOW) harus dilaksanakan sesuai standar di fasilitas pelayanan kesehatan.

Kontrasepsi Alami

 Senggama terputus (coitus interuptus)

Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal
oleh manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang banyak
dilakukan sampai sekarang. Senggama terputus ialah penarikan penis
dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan,
bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian
besar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1 detik sebelum
ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk
menarik keluar penis dari vagina.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 12
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat


maupun persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk
mensukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari
pihak pria dan bisa mengurangi kenikmatan/kepuasan dalam
berhubungan seksual. Selanjutnya penggunaan cara ini dapat
menimbulkan neurasteni. Efektivitas bergantung pada kesediaan
pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya
(angka kegagalan 4-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun). Dan
efektivitasnya akan jauh menurun jika sperma dalam 24 jam sejak
ejakulasi masih melekat pada penis. Kegagalan dengan cara ini dapat
disebabkan oleh:

 Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejeculatory


fluid) yang dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang
berulang (repeated coitus);

 Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina;

 Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan


kehamilan.

 Pembilasan pascasenggama (postcoital douche)

Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan


larutan obat (cuka atau obat lain) segera setelah koitus merupakan cara
yang telah lama sekali dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya
ialah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina.
Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek spermasida serta
menjaga asiditas vagina. Cara ini mengurangi kemampuan terjadinya
konsepsi hanya dalam batas-batas tertentu karena sebelum pembilasan
dapat dilakukan, spermatozoa dalam jumlah besar telah memasuki
servik uteri.
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 13
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

 Perpanjangan masa menyusui anak (Prolonged lactation)

Sepanjang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk


menjadi hamil lebih kecil apabila mereka menyusui anaknya segera
setelah melahirkan. Menyusui secara eksklusif merupakan suatu
metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama ibu belum
mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan.
Efektivitasnya dapat mencapai 98 %1. Hal ini dapat efektif bila ibu
menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per
laktasi; ibu belum mendapat haid, dan atau dalam 6 bulan pasca
persalinan. Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan
prolaktin menekan adanya ovulasi. Tetapi ovulasi pada suatu saat akan
terjadi dan dapat mendahului haid pertama sehingga apabila hanya
mengandalkan pemberian ASI saja dapat memberikan resiko kehamilan
untuk itu dapat dipertimbangan pemakaian kontrasepsi lain.

Tabel. Waktu yang Dianjurkan Wanita Menyusui Untuk Memulai Kontraspsi

Persalinan 3 minggu 6 minggu 6 bulan


Metode Amenorea √ √ √
Laktasi (MAL)
AKDR √ √ √
Sterilisasi √ √
Kondom/spermasida √ √ √ √
Kontrasepsi √ √
Progestin
KB Alamiah √ √
Kontrasepsi √
kombinasi

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 14
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

 Pantang berkala (rhythm method)

Cara ini awalnya diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan
Hermann Knaus dari Jerman, pada saat yang sama, kira-kira tahun1931.
Oleh karena itu cara ini sering juga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka
bertitik tolak dari hasil penyelidikan bahwa seorang wanita hanya dapat
hamil selama beberapa hari saja dalam tiap daur haidnya. Masa subur
yang disebut ”Fase Ovulasi” mulai 48 jam sebelum ovulasi dan
berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu, wanita
tersebut berada dalam masa tidak subur. Kesulitan cara ini ialah bahwa
waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk ditentukan; ovulasi umumnya
terjadi 14 ± 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Pada
wanita dengan haid yang tidak teratur, akan tetapi variasi yang tidak
jauh berbeda, dapat diterapkan masa subur dengan perhitungan : “Daur
haid terpendek dikurangi 18 hari dan daur haid terpanjang dikurangi 11
hari”. Masa aman ialah sebelum daur haid terpendek yang telah
dikurangi.

Kontrasepsi Secara Mekanis

PRIA

 Kondom

Penggunaan kondom mempunyai tujuan perlindungan terhadap


penyakit kelamin yang telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Kini
paling umum dipakai ialah kondom dari karet; kondom ini tebalnya
kira-kira 0,05 mm. Kini telah tersedia berbagai ukuran dengan
bermacam-macam warna.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 15
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Pada waktu sekarang kondom telah dipergunakan secara luas di seluruh


dunia dalam program keluarga berencana. Prinsip kerja kondom ialah
sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus, dan mencegah
tumpahnya sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah silindris
dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang
buntu berfungsi sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya
kira-kira 31-36,5 mm dan panjang lebih kurang 19 mm. Kondom
dilapisi dengan pelicin yang mempunyai sifat spermatisid.

Keuntungan kondom, selain untuk tujuan kontrasepsi juga dapat


memberi perlindungan terhadap penyakit kelamin5. Kekurangannya
ialah ada kalanya pasangan yang mempergunakannya merasakan
selaput karet tersebut sebagai penghalang dalam kenikmatan sewaktu
melakukan koitus. Sebab-sebab kegagalan memakai kondom ialah
bocor atau koyaknya alat itu atau tumpahnya sperma yang disebabkan
oleh tidak dikeluarkannya penis segera setelah terjadi ejakulasi. Efek
sampingan kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan
untuk membuat karet. Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu
kondom dan dari ketelitian dalam penggunaannya. Mengenai
pemakaian kondom perlu diperhatikan hal-hal berikut :

 Jangan melakukan koitus sebelum kondom terpasang dengan baik.

 Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam ereksi. Pada


pria yang tidak bersunat, prepusium harus ditarik terlebih dahulu.

 Tinggalkan sebagian kecil dari ujung kondom untuk menampung


sperma. Pada kondom yang mempunyai kantong kecil di ujungnya,
keluarkanlah udara terlebih dahulu sebelum kondom dipasang.

 Pergunakanlah bahan pelicin secukupnya pada permukaan kondom


untuk mencegah terjadinya robekan.
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 16
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

 Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan


ereksi dan tahanlah kondom pada tempatnya ketika penis
dikeluarkan dari vagina, supaya sperma tidak tumpah.

WANITA

 Pessarium

Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan kontrasepsi. Secara


umum pessarium dapat dibagi atas dua golongan, yakni diafragma vaginal
dan cervical cap.

a. Diafragma vaginal

Pada tahun 1881 Mensinga dan Flensburg (Belanda) telah menciptakan


untuk pertama kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan.
Dewasa ini diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk
mangkuk dengan per elastis pada pinggirnya. Per ini ada yang terbuat
dari logam tipis yang tidak dapat berkarat, ada pula yang dari kawat
halus yang tergulung sebagai spiral dan mempunyai sifat seperti per.
Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga
jangan sampai sperma masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat
khasiat diafragma, obat spermatisida dimasukkan ke dalam mangkuk
dan dioleskan pada pinggirnya. Diafragma vaginal sering dianjurkan
pemakaiannya dalam hal-hal seperti keadaan dimana tidak tersedia
cara yang lebih baik, jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi,
sehingga tidak dibutuhkan perlindungan yang terus-menerus, jika
pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara
waktu oleh karena sesuatu sebab.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 17
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Diafragma paling cocok untuk dipakai pada wanita dengan dasar


panggul yang tidak longgar dan dengan tonus dinding vagina yang
baik. Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat
dibenarkan, misalnya pada sistokel yang berat, prolapsus uteri, fistula
vagina, hiperantefleksio atau hiperretrofleksio uterus. Umumnya
diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek sampingan. Efek
sampingan mungkin disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obat
spermatisida yang dipergunakan, atau oleh karena terjadi
perkembangbiakan bakteri yang berlebihan dalam vagina jika
diafragma dibiarkan terlalu lama terpasang di situ. Efektivitas nya
sedang (bila digunakan dengan spermasida angka kegagalan 6-18
kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)1.

Kekurangan khasiat diafragma vaginal ialah diperlukan motivasi


yang cukup kuat, umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar
dan tidak untuk dipergunakan secara massal, pemakaian yang tidak
teratur dapat menimbulkan kegagalan, tingkat kegagalan lebih tinggi
daripada pil atau AKDR. Sedangkan keuntungan cara ini ialah hampir
tidak ada efek sampingan, dengan motivasi yang baik dan pemakaian
yang betul, hasilnya cukup memuaskan, dapat dipakai sebagai
pengganti pil atau AKDR pada wanita-wanita yang tidak boleh
mempergunakan pil atau AKDR oleh karena suatu sebab.

 Cervical cap

Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk
mangkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal.
Ukurannya ialah dari diameter 22 mm sampai 33 mm; jadi lebih kecil
daripada diafragma vaginal. Cap ini dipasang pada porsio servisis uteri
seperti memasang topi. Dewasa ini alat ini jarang dipakai untuk
kontrasepsi.
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 18
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Kontrasepsi Dengan Obat-Obat Spermatisida

Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2 komponen, yaitu zat
kimiawi yang mampu mematikan spermatosoon, dan vehikulum yang nonaktif dan
yang dipergunakan untuk membuat tablet atau cream/jelly. Makin erat hubungan
antara zat kimia dan sperma, makin tinggi efektivitas obat. Oleh sebab itu, obat yang
paling baik ialah yang dapat membuat busa setelah dimasukkan ke dalam vagina,
sehingga kelak busanya dapat mengelilingi serviks uteri dan menutup ostium uteri
eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat spermatisida umumnya digunakan bersama-
sama dengan cara lain (diafragma vaginal), atau apabila ada kontraindikasi terhadap
cara lain. Efek sampingan jarang terjadi dan umumnya berupa reaksi alergi.

Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain dalam


bentuk :

 Suppositorium

Lorofin suppositoria, Rendel pessaries. Suppositorium dimasukkan


sejauh mungkin ke dalam vagina sebelum koitus. Obat ini baru mulai
aktif setelah 5 menit. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1
jam.

 Jelly atau cream.

Perseptin vaginal jelly, Orthogynol vaginal jelly, Delfen vaginal


cream. Jelly lebih encer daripada cream. Obat ini disemprotkan ke
dalam vagina dengan menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang
lebih 20 menit sampai 1 jam.

 Tablet busa

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 19
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Sampoon, Volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet terlebih


dahulu dicelupkan ke dalam air, kemudian dimasukkan ke dalam
vagina sejauh mungkin. Lama kerjanya 30-60 menit. C-film, yang
merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam air. Dalam
vagina obat ini merupakan gel dengan tingkat dispersi yang tinggi dan
menyebar pada porsio uteri dan vagina. Obat mulai efektif setelah 30
menit.

Efektivitas KB spermatisid ini kurang (3 – 21 kehamilan per 100 perempuan


per tahun pertama)1.

Kontrasepsi Hormonal

Saat diperkenalkan pada tahun 1960, kontrasepsi hormonal menjadi sebuah


perubahan drastis dari metode-metode tradisional sebelumnya. Kontrasepsi ini
tersedia dalam berbagai bentuk, oral, injeksi, dan implant. Kontrasepsi oral
adalah kombinasi estrogen dan progestin atau hanya progestin – mini pil.
Kontrasepsi injeksi atau implant hanya mengandung progestin atau kombinasi
estrogen dan progestin. Pada tahun 1995, 10,4 juta wanita di AS menggunakan
kontrasepsi oral untuk mengendalikan kesuburannya.

 Kontrasepsi Estrogen Plus Progestin (Kombinasi)

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 20
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron dapat diberikan per oral,


suntikan IM, atau dalam bentuk koyo. Kontrasepsi oral paling sering
digunakan dan sering terdiri dari kombinasi suatu zat estrogen dan bahan
prosgestasional yang diminum tiap hari selama 3 minggu dan berhenti
selama 1minggu, agar terjadi perdarahan lucut (with drawal bleeding) dari
uterus. Efektivitasnya tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi),
bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun
pertama penggunaan)1.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 21
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Mekanisme kerja kontrasepsi kombinasi ini dengan cara efek kontraseptif


obat-obat yang mengandung steroid bersifat multiple, tetapi efek yang
terpenting adalah mencegah terjadinya ovulasi dengan menekan
gonadotropin releasing factors dari hypothalamus. Yang mana hal ini dapat
menghambat sekresi follicle stimulating hormone dan lutenizing hormone
dari hipofisis. Estrogen saja dalam dosis yang memadai akan menghambat
ovulasi dengan menekan gonadotropin. Estrogen ini juga mungkin akan
menghambat implantasi dengan mengubah pematangan endometrium.
Estrogen mempercepat transportasi ovum; namun, progestin menyebabkan
perlambatan. Karena itu, peran keduanya dalam mengubah motilitas tuba
dan uterus masih belum jelas. Progestin menyebabkan terbentuknya mucus
servik yang kental, sedikit, selular, dan menghambat jalannya sperma.
Kapasitasi sperma juga mungkin terhambat. Seperti estrogen, progestin
menyebabkan endometrium menjadi kurang memungkin kan untuk
implantasi blastokista. Akhirnya progestin juga dapat menghambat ovulasi
dengan menekan gonadotropin. Efek gabungan dari estrogen dan progestin
dalam kaitannya dengan kontrasepsi adalah supresi ovulasi yang sangat
efektif, blockade penetrasi sperma oleh mucus serviks, dan penghambatan
implantasi di endometrium apabila dua mekanisme pertama gagal.
Kontrasepsi oral kombonasi estrogen plus progestin, apabila diminum
setiap hari selama 3 dari 4 minggu, menghasilkan proteksi terhadap
kehamilan yang hampir absolute.

Interaksi obat Kontrasepsi oral dapat mengganggu kerja beberapa obat


(tabel 2-1 dan 1-2). Sebaliknya, sebagian obat menurunkan efektifitas
kontrasepsi oral kombinasi antara lain : barbiturat, karbamazepin,
felbamat, griseofulvin, ketokonazol/itrakonazol, fenitoin, primidon,
rifampisin, topiramat, sehingga untuk itu dapat dipakai kontrasepsi
tambahan atau dosisnya lebih ditingkatkan.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 22
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Obat yang berinteraksi Efek merugikan


Asetaminofen dan aspirin Mungkin mengurangi efek analgetik
Obat penenang golongan benzodiazepin Mungkin menurunkan atau meningkatkan
efektivitas obat penenang dan fungsi
psikomotor
Metildopa Menurunkan efek hipotensif
Antikoagulan oral Menurunkan efek antikoagulan
Hipoglikemik oral Mungkin mengurangi efek hipoglikemik
Tabel 2-1. Obat yang efektivitasnya menurun oleh kontrasepsi oral kombonasi3

Obat yang berinteraksi Efek yang merugikan


Alkohol Efek mungkin meningkat
Aminlfilin Efek meningkat
Antidepresan Efek mungkin meningkat
Benzodiazepine Efektifitas zat penenang dan fungsi
psikomotor mungkin meningkat atau
menurun
Beta bloker Efek penghambat mungkin meningkat
Kafein Efek meningkat
Kortikosteroid Toksisitas mungkin meningkat
Teofilin Efek meningkat
Tabel 2-2 Obat yang efektivitasnya ditingkatkan oleh kontrasepsi oral 3

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 23
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Keamanan Secara umum, kontrasepsi oral yang jika dipantau


pemberianya dengan benar terbukti relatif aman bagi sebagian besar wanita.
Kemungkinan efek samping dari pil KB yang selama ini terlalu banyak dan
terlalu lama mendapat perhatian efek merugikan pada para pemakai mungkin
hanya terjadi akibat rasa cemas karena publisitas yang terus
menerus.Sayangnya, dokter serta masyarakat awam sering kebingungan karena
laporan yang banyak dan sering bertentangan tersebut.

Efek yang menguntungkanPil kombinasi estrogen plus progestin adalah


bentuk kontrasepsi reversibel paling efektif yang tersedia. Dilaporkan angka
kegagalan 0,32 per 100 wanita-tahun atau kurang. Efek menguntungkan
lainnya yang dilaporkan adalah kepadatan tulang meningkat; pengeluaran darah
menstruasi dan anemia berkurang; angka kehamilan ektopik lebih rendah
sampai 90%; dismenorea yang berkaitan dengan endometriosis berkurang; kista
ovarium fungsional sampai 80% dan salpingitis berkurang; keluhan
premenstruasi berkurang; angka kanker endometrium dan ovarium berkurang
sampai 40%; berbagai penyakit payudara jinak berkurang sampai 40%;
perbaikan hirsutisme; perbaikan akne; pencegahan aterogenesis; insiden dan
keparahan penyakit radang panggul berkurang; dan perbaikan rematoid
artritis.3,5

Kemungkinan efek yang merugikan

Efek metabolik

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 24
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

 Lipoprotein dan lemak  Kontrasepsi oral kombinasi meningkatkan kadar


trigliserida dan kolesterol total. Estrogen menurunkan konsentrasi
kolesterol LDL dan meningkatkan HDL, sedangkan sebagian progestin
menyebabkan hal yang sebaliknya. Hal ini penting untuk mengetahui pada
proses pembentukan penyakit pembuluh arteri.

 Metabolisme karbohidrat  Kontrasepsi oral dapat menurunkan toleransi


glukosa pada sejumlah pemakai dengan persentase yang signifikan. Hal ini
tampaknya terjadi sebagai akibat langsung dosis estrogen yang digunakan.
Progestin biasanya meningkatkan sekresi insulin dan menciptakan
resistensi insulin. Karena efek ini, steroid kontrasepsi dapat
mengintensifkan diabetes yang sudah ada atau mungkin ternyata cukup
diabetogenik sehingga mampu memicu munculnya diabetes secara klinis
pada wanita yang rentan. Tapi efek ini seperti pada kehamilan, efek
diabetogeniknya sering reversibel apabila kontrasepsi oralnya dihentikan.

 Metabolisme protein  Estrogen akan meningkatkan pembentukan


berbagai globulin oleh hati. Meningkatnya pembentukan angiotensinogen
tampaknya berkaitan dengan dosis, dan konversinya oleh renin menjadi
angiotensin I dicurigai menimbulkan hipertensi. Fibrinogen dan mungkin
faktor II, VII, IX, X, XII, XIII, akan meningkat sejalan dengan dosis
estrogen, dan insiden kedua bentuk trombosis ini berkaitan dengan dosis
estrogen.

 Penyakit hati  Kolestasis dan ikterus kolestatik merupakan penyulit yang


jarang terjadi pada pemakai kontrasepsi oral; gejala dan tanda akan hilang
apabila obat dihentikan. Tampaknya kontrasepsi oral mempercepat
terjadinya penyakit kandung empedu pada wanita yang rentan, tapi secara
keseluruhan tidak terjadi peningkatan resiko jangka panjang. Dan tidak ada
alasan untuk menghentikan kontrasepsi oral pada wanita yang telah pulih
dari hepatitis virus.
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 25
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

 Neoplasia  Kemungkinan kontrasepsi hormonal sebagai penyebab


kanker tampaknya kecil. Sebenarnya, pada penelitian-penelitian justru
diperlihatkan adanya efek protektif terhadap kanker ovarium dan
endometrium.

 Hiperplasia dan kanker hati  Pemakaian kontrasepsi estrogen plus


progestin dilaporkan secara tidak langsung dikaitkan dengan kejadian
hiperplasia nodularis fokal hepatika dan pembentukan tumor yang jinak,
tetapi tidak selalu. Keterkaitan ini dijumpai pada wanita yang
menggunakan formulasi berisi estrogen dosis tinggi (biasanya mestranol)
untuk jangka panjang. Pemakaian kontrasepsi oral kombinasi dosis rendah
yang lebih baru tampaknya dapat mengurangi insiden terjadinya kelainan
yang tidak lazim ini.

 Kanker payudara  Masih belum jelas apakah kontrasepsi oral berperanan


dalam ternbentuknya kanker payudara. Pada sebuah studi terbesar, tidak
terbukti adanya peningkatan resiko kanker payudara diantara pemakai
kontrasepsi oral (Cancer and Steroid Hormone Study,1986). Gabrick
dkk.(2000) melaporkan peningkatan resiko pada wanita dengan riwayat
keluaga yang kuat, tetapi resiko ini berkaitan dengan preparat-preparat
yang lama yang dosis estrogennya tinggi.

Efek Gizi

Penyimpangan kadar beberapa zat gizi, yang serupa dengan yang dijumpai
pada kehamilan normal, dilaporkan terjadi pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral.

 Defisiensi piridoksin

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 26
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Perubahan-perubahan biokimiawi yang menunjukkan defisiensi vitamin B6


(piridoksin) yang mana hal ini juga terjadi saat kehamilan normal. Hal ini
terjadi karena estrogen memicu enzim-enzim dihati sehingga menyebabkan
meningkatnya metabolisme triptofan yang menggambarkan terjadinya
defisiensi piridoksin.

Efek kardiovaskular

Terdapat sejumlah resiko kardiovaskular yang jarang tetapi bermakna pad


pemakaian kontrasepsi hormonal.

 Tromboembolisme

Mishell (2000) menganalisis bahwa resiko tromboembolisme vena


diperkirakan meningkat 3-4 kali lipat pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral. Sekitar 1 per 10000 wanita-tahun, sehingga insiden pada
pemakai kontrasepsi oral yang sebesar 1,0 sampai 3,0 per 10000 wanita-
tahun adalah kecil. Faktor-faktor klinis yang meningkatkan resiko
trombosis dan emboli vena adalah hipertensi, kegemukan, diabetes,
merokok, dan gaya hidup yang tidak banyak aktivitas fisik (Hatche
dkk.,1998).

 Stroke dan Trombosis arteri

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemakaian kontrasepsi oral


tersebut pada wanita yang sehat yang tidak merokok tidak menyebabkan
peningkatan resiko stroke trombotik atau hemorhagik (Mishell,2000;
Pettiti dkk, 1996; Schwartz dkk.,1998; WHO collaborative Study,1996).
Yang utama, wanita dengan hipertensi, yang merokok, atau memiliki nyeri
kepala migren mengalami peningkatan resiko stroke hemorhagik atau
trombotik (Mishell,2000; Schwartz dkk.,1998).

 Hipertensi

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 27
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Ini timbul sebagai respons terhadap estrogen, terbukti meningkat kadar


angiotensinogen (substrat renin) plasma sampai mendekati kadar pada
kehamilan normal. Tekanan darah akan normal kembali saat kontrasepsi
dihentikan. Terjadinya hipertensi pada kehamilan bukan merupakan
halangan bagi pemakaian kontrasepsi oral setelahnya.

 Infark miokardium

Infark miokardium terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral


dan juga merokok, karena merokok merupakan faktor resiko independen.
Ad 2 patokan penting dalam kaitannya dengan merokok dan kontrasepsi
oral adalah lebih dari 15 batang rokok per hari bagi orang berusia lebih
dari 35 tahun yang sedang atau pernah merokok.

Efek Reproduksi

 Amenorea pasca pil

Setelah kontrasepsi kombinasi dihentikan 3 bulan biasanya ovualasi akan


segera pulih dan kembali seperti semula5.

 Laktasi

Pemakaian hormon kontrasepsi oral pada ibu menyusui akan mengurangi


jumlah ASI. Hanya sedikit hormon yang diekskresikan ke dalam ASI.
Karena hampir tidak memberikan efek pada laktasi dan merupakan
kontrasepsi yang baik.

Efek lain

 Mukorea

 Kloasma

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 28
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

 Mioma uteri; kemungkinan besar tidak bertambah besar pada pemakaian


kontrasepsi oral

 Pertambahan berat badan; tidak semua wanita yang menggunakan ini akan
mengalami peningkatan berat badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya
retensi cairan, tetapi umumnya akibat pola makan yang berubah sebab ibu
merasa tenang dan tidak takut hamil lagi setelah menggunakan alat
kontrasepsi5 .

 Depresi; karena kontrasepsi oralyang mengandung estrogen 50 μg atau


lebih

Kontrasepsi progestasional

o Progestin oral

Disebut juga mini pil adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 μg
atau kurang yang diminum setiap hari. Pil ini tidak terlalu populer oleh
karena insiden perdarahan ireguler dan angka kehamilannya jauh lebih
tinggi. Pilihan yang baik bagi ibu yang menyusui, mulai diminum pada
minggu ke 6 setelah melahirkan1,5. Pil ini mengganggu kesuburan tapi
tidak selalu menghambat penetrasi ovulasi. Kemungkinan sebabnya adalah
terbentuknya mukus serviks yang menghambat penetrasi sperma dan
perubahan pematangan endometrium sehingga dapat menolak implantasi
blastokista.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 29
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Keuntungan peningkatan penyakit kardiovaskular dan keganasan belum


terbukti, lebih kecil kemungkinannya menyebabkan peninggian tekanan
darah atau nyeri kepala, tidak berefek pada metabolisme karbohidrat dan
diperkirakan lebih jarang menyebabkan depresi, dismenorea, dan gejala
premenstruasi. Kekurangan Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya
insiden kehamilan ektopik apabila kontrasepsi gagal, perdarahan uterus
yang tidak jelas, kista ovarium fungsional menjadi sering, dan pil ini harus
diminum paa waktu yang sama atau hampir sama tiap harinya, yang jika
terlambat sekalipun hanya 3 jam untuk 2 hari berikutnya harus digunakan
kontrasepsi lain sebagai tambahan.

Kontraindikasi Terutama pada wanita berumur, dengan perdarahan


uterus yang tidak jelas, riwayat kehamilan ektopik atau kista ovarium
fungsional.

o Kontrasepsi progestin suntik

Keunggulan suntikan progestin adalah efektivitas kontrasepsi yang setara


dengan atau lebih baik daripada kontrasepsi oral kombinasi, efek bertahan
lama dengan hanya 4 – 6 kali penyuntikan setahun, dan gangguan laktasi
yang minimal. Depo medroksiprogesteron asetat (Depo provera) dan
Noretindron etantat (Norgest) telah banyak dipakai secara luas diseluruh
dunia, mekanisme kerja kedua obat tampaknya multipel, termasuk inhibisi
ovulasi, peningkatan kekentalan mukus serviks, dan pembentukan
endometrium yang kurang ramah bagi implantasi ovum.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 30
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Kelebihan dan kekurangannya serupa dengan progestin oral.


Kekurangannya mencakup amenorea berkepanjangan, perdarahan uterus
selama dan setelah pemakaian, dan anovulasi yang lama setalah
penghentian kontrasepsi. Pemulihan kesuburan akan lambat namun tidak
terhambat, pada pemakaian jangka panjang trigliserida dan kolesterol HDL
menurun tetapi kolesterol LDL tidak meningkat, hanya terjadi sedikit
modifikasi metabolisme glukosa, insiden anemia defisiensi besi menurun.
Disamping itu terjadi juga peningkatan berat badan yang nyata. Pada
pemakaian Depo medroksiprogesteron jangka panjang terdapat
kemungkinan penurunan kepadatan mineral tulang, namun akan pulih
setelah terapi dihentikan.Depo medroksiprogesteron disuntikan dalam-
dalam di kuadran luar atas bokong tanpa dipijat untuk memastikan agar
obat dilepaskan secara perlahan-lahan. Dosis lazim adalah 150 mg setiap 90
hari3 .Noetindron etantat disuntikan dengan cara yang sama dalam dosis
200mg, tetapi penyuntikan obat ini harus diulang setiap 60 hari.

o Implan progestin (sistem Norplant)

Sistem norplant menyalurkan levonorgestrel dalam wadah silastik yang


diimplantasikan dijaringan subdermal. Setiap wadah memiliki panjang
34mm, garis tengah 2,4mm, dan mengandung 36 mg levonorgestrel. Dosis
kombinasi sebesar 216 mg menghasilkan pembebasan ke dalam plasma
sekitar 85 μg/hari untuk 6 sampai 8 hari pertama dan menghasilkan
kontrasepsi yang efektif. Inin merupakan salah satu metode yang paling
efektif yang tersedia. Dan yang paling utama, bahwa setelah penghentian
pemakaian fertilitas akan segera pulih dengan segera.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 31
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Keunggulan dan kekurangan hampir identik dengan progestin oral,


kecuali efek pada metabolisme karbohidrat. Dilaporkan bahwa setelah
pemakaian 6 bulan, kadar glukosa dan insulin mengalami perubahan bahkan
pada wanita nondiebetik. Pada wanita normal perubahan ini tidak
bermakna, tetapi akan sangat mengkhawtirkan pada orang yang berpotensi
untuk diabetik. Pada pemakaian sistem norplant tampaknya tidak terjadi
pengurangan kepadatan tulang. Karena memerlukan tindakan bedah ringan,
terdapat juga masalah yang berkaitan dengan infeksi lokal. Dan apabila
tidak dimasukkan sesuai petunjuk, maka pengeluarnnya akan menjadi lebih
sulit.

o Injeksi Medroksiprogesteron asetat/ Estradiol Sipionat

Obat kontrasepsi baru yang disuntikan setiap bulan. Obat ini mengandung
25mg Medroksiprogesteron asetat plus 5 mg estradiol sipionat yang
dipasarkan dengan nama Lunelle atau Cyclo-Provera. Mekanisme kerja
obat ini dengan menghambat ovulasi dan menekan proliferasi endometrium.
Kadar estrasdiol mencapai puncak pada 3 sampai 4 hari pascainjeksi dengan
nilai yang setara dengan lonjakan praovulasi dalam siklus menstruasi
ovulatorik normal. Kadar estradiol menetap setinggi ini selama sekitar 10-
14 hari, dan penurunannya menyebabkan perdarahan lucut 10 sampai 20
hari pasca penyuntikan.

Frekuensi penyuntikan merupakan masalah yang nyata. Timbulnya


perdarahan yang tidak teratur, namun setelah 3 bulan pemakaian,
ketidakteraturan perdarahan tampaknya menjadi lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan injeksi depomedroksiprogesteron asetat. Pulihnya
kesuburan setelah penghentian berlangsung cepat, dengan hampir 83%
wanita menjadi hamil dalam 12 bulan setelah penghentian. Angka
pemulihan kesuburan jauh lebih cepat daripada penghentian dengan
suntikan Depomedroksiprogesteron asetat.
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 32
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Tabel 3. kontraindikasi dan peringatan tentang pemakaian Kontrasepsi ora


kombinasi3
Kontrasepsi oral jangan digunakan pada wanita yang mengalami salah satu keadaan dibawah
ini :
 Gangguan tromboflebitis atau tromboembolus
 Riwayat tromboflebitis vena dalam atau gangguan tromboembolus
 Penyakit sereborvaskular atau arteria koroner
 Diketahui atau dicurigai mempunyai karsinoma payudara
 Karsinoma endometrium atau diketahui atau dicurigai mempunyai neoplasma dependen
estrogen
 Perdarahan genital abnormal yang tidak diketahui penyebabnya
 Ikterus kolestatik pada kehamilan atau riwayat ikterus setelah menggunakan pil
 Adenoma atau karsinoma hati
 Diketahi atau dicurigai hamil
Peringatan :
Merokok meningkatkan resiko efek samping kardiovaskular yang serius akibat pemakaian kontrasepsi
oral. Resiko meningkat seiring usia dan merokok dalam jumlah besar (15 batang atau lebih per hari)
dan sering mencolok pada wanita berusia 35 tahun atau lebih. Wanita yang menggunakan kontrasepsi
oral harus benar-benar diingatkan untuk tidak merokok.

Kontrasepsi Dalam Rahim

o AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

Memasukkan benda-benda atau alat ke dalam uterus untuk tujuan mencegah


kehamilan, yang telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Awalnya
penggembala-penggembala unta bangsa Arab dan Turki berabad lamanya
melakukan cara ini dengan memasukkan batu kecil yang bulat dan licin
kedalam alat genital unta mereka, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
kehamilan dalam perjalanan jauh2 . Sejak itu banyak tulisan-tulisan ilmiah
yang meneliti tentang efektivitasnya pada manusia, yang mana pada
awalnya banyak mendapat pertentangan oleh karena dianggap sebagai
sumber infeksi pada panggul (salpingitis, endometritis, parametritis, dll).
Tapi sejak mulai diketemukannya antibiotik yang dapat mengurangi resiko
infeksi, maka penerimaan AKDR semakin meningkat.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 33
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti, tetapi pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya
AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium
yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan
blastokista dan sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai
AKDR sering kali dijumpai sel-sel makrofag (fagosit) yang mengandung
spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga sering timbulnya kontraksi
uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini
disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam uterus pada wanita
tersebut. Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan,
juga oleh karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR
mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam
yang paling efektif ialah ion logam tembaga (Cu)2,3; pengaruh AKDR
bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logam makin lama makin
berkurang. Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 – 0.8 kehamilan/100
perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170
kehamilan).

Jenis-jenis AKDR Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis


AKDR, tapi yang paling banyak digunakan dalam program KB di Indonesia
ialah AKDR jenis copper T dan spiral (Lippes loop). Bentuk yang beredar
dipasaran adalah spiral (Lippes loop), huruf T (Tcu380A, Tcu200C, dan
NovaT), tulang ikan (MLCu350 dan 375), dan batang (Gynefix). Unsur
tambahan adalah tembaga (cuprum), atau hormon (Levonorgestrel).

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 34
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Keuntungan AKDR dibanding dengan cara kontrasepsi yang lain karena


umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian
satu kali motivasi, Tidak menimbulkan efek sistemik, Alat itu ekonomis dan
cocok untuk penggunaan secara massal, Efektivitas cukup tinggi,
Reversibel, Tidak ada pengaruh terhadap ASI, Efek samping AKDR,
Perdarahan, Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama
pada bulan-bulan pertama pemakaian, Rasa nyeri dan kejang di perut.
Komplikasi AKDR :

o Infeksi

AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina,


umumnya tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang
digunakan disucihamakan. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin
disebabkan oleh sudah adanya infeksi yang subakut atau menahun pada
traktus genitalis sebelum pemasangan AKDR.

o Perforasi

Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun


bisa terjadi pula kemudian. Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang
tertutup, harus segera dikeluarkan segera karena ditakutkan akan
terjadinya ileus, begitu pula dengan yang mengandung logam.
Pengeluaran dapat dilakukan dengan laparotomi jika dengan
laparoskopi gagal, atau setelah terjadi ileus. Jika AKDR yang
menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear, dan tidak
mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.

o Kehamilan

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 35
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat
pada bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan
dinding rahim. Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika
ditemukan kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya masih
kelihatan, sebaiknya dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya
abortus setelah dikeluarkan lebih rendah dari pada dibiarkan terus.
Tetapi jka benangnya tidak kelihatan, sebaiknya dibiarkan saja berada
dalam uterus.

Kontraindikasi pemasangan AKDR dibagi atas 2 golongan, yaitu


kontraindikasi yang relatif dan kontraindikasi mutlak. Yang termasuk
kontraindikasi relatif ialah Mioma uteri dengan adanya perubahan
bentuk rongga uterus, Insufisiensi serviks uteri, Uterus dengan parut
pada dindingnya (seperti pada bekas SC, enukleasi mioma, dsb),
Kelainan jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri. Yang
termasuk kontraindikasi mutlak ialah Kehamilan, Adanya infeksi yang
aktif pada traktus genitalis (Penyakit Menular Seksual), Adanya tumor
ganas pada traktus genitalis, Adanya metrorhagia yang belum
disembuhkan, Pasangan yang tidak lestari/harmonis.

Pemasangan AKDR dapat dipasang dalam keadaan :

o Sewaktu haid sedang berlangsung Pemasangan dapat dilakukan


pada hari pertama atau pada hari terakhir haid. Keuntungannya :
pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu sedang terbuka dan
lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang timbul
akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinan
pemasangan pada uterus yang sedang hamil tidak ada.

o Sewaktu postpartum

Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:


KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 36
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

a Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang


melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.

b Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga


bulan setelah partus atau abortus.

c Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah


masa tiga bulan setelah partus atau abortus; atau pada saat tidak
ada hubungan sama sekali dengan partus atau abortus.

Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu


setelah bersalin, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai 6-8
minggu postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR dilakukan
antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya
perforasi atau ekspulsi lebih besar.

 Sewaktu postabortum

Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena


dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal.
Tetapi, septic abortion merupakan kontraindikasi

 Beberapa hari setelah haid terakhir

Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk


bersenggama sebelum AKDR dipasang. Sebelum dipasang,
sebaiknya diperlihatkan ke akseptor bentuk AKDR yang
dipasang dan bagaimana letaknya setelah terpasang. Dan
dijelaskan pula kemugkinan efek samping yang dapat terjadi
seperti perdarahan, rasa sakit , AKDR yang keluar sendiri.

gambar 1.1. Teknik pemasangan AKDR

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 37
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 38
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Pada umumnya tehnik pemasangan adalah sama pada setiap jenis AKDR, tapi disini
diterangkan mengenai cara pemasangan jenis lippes loop karena yang paling banyak
digunakan di Indonesia. Tekniknya berupa (gambar 1.1) yaitu dimulai dari Setelah
kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja ginekologi dalam
posisi litotomi. Bersihkan daerah vulva dan vagina secara a dan antisepsis dengan
betadine, Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar
uterus. Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan
larutan antiseptik. Lalu dengan tenakulum dijepit bibir depan porsio uteri, dan
dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah dan panjangnya kanalis
servikalis serta kavum uteri. AKDR dimasukkan ke dalam uterus dengan tehnik tanpa
sentuh, lalu dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai uterus, Tahan pendorong
(plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga AKDR bebas Setelah
selubung keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, dan tenakulum juga
dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2½ - 3 cm keluar dari ostium uteri, dan
akhirnya spekulum diangkat.

Pemeriksaan setelah pemasangan AKDR dilakukan 1 minggu sesudahnya;


pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan. Cooper T-380A
perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilepaskan lebih awal apabila
diinginkan. Cara Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan cara menarik
benang AKDR yang keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan
pinset, atau dengan cunam. Kadang-kadang benang tidak tampak dari ostium uteri
eksternum. Tidak terlihatnya benang oleh karena Akseptor menjadi hamil, Perforasi
usus, Ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor, Perubahan letak AKDR sehingga
benang tertarik ke dalam rongga uterus, seperti adanya mioma uterus.

Kontrasepsi Mantap

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 39
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita sedangkan
vasektomi ialah pada kedua vas deferens pria,yang mengakibatkan yang bersangkutan
tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.1 Metoda dengan cara
operasi tersebut diatas telah dikenal sejak zaman dahulu. Hippocrates menyebut
bahwa tindakan itu dilakukan terhadap orang dengan penyakit jiwa. Dahulu vasektomi
dilakukan sebagai hukuman misalnya pada mereka yang melakukan perkosaan.
Sekarang tindakan tubektomi dan vasektomi dilakukan secara sukarela dalam rangka
keluarga berencana.

Tubektomi

Tubektomi adalah suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian saluran telur


wanita untuk mencegah proses fertilisasi.3 Tindakan tersebut dapat dilakukan
setelah persalinan atau pada masa interval. Setelah dilakukan tubektomi, fertilitas
dari pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk
melakukan tubektomi pascapersalinan ialah tidak lebih dari 48 jam sesudah
melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai dari subumbilikus dan rendahnya
resiko infeksi. Bila masa 48 jam pascapersalinan telah terlampaui maka pilihan
untuk tetap memilih tubektomi, dilakukan 6-8 minggu persalinan atau pada masa
interval.

Keuntungan tubektomi ialah Motivasi hanya satu kali saja tidak diperlukan
motivasi yang berulang-ulang, Efektivitas hampir 100%, Tidak mempengaruhi
libido seksualis, Kegagalan dari pihak pasien tidak ada. Sedangkan Kerugiannya
ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel, walaupun ada
kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang masih
menginginkan anak lagi dengan operasi Rekanalisasi. Beberapa Indikasi
dilakukannya tubektomi yaitu Penghentian fertilitas atas indikasi medik dan
Kontrasepsi permanen. Sedangkan Syarat-syarat tubektomi terbagi atas Syarat
sukarela, Syarat bahagia dan Syarat medik.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 40
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba


falopii terdiri atas : pembedahan transabdominal seperti laparotomi, mini
laparotomi (gambar 2.1), laparoskopi; pembedahan transvaginal seperti kolpotomi
posterior, kuldoskopi; dan pembedahan transservikal (transuterin) seperti
penutupan lumen tuba histeroskopik.

Gambar. Tindakan Mini Laparotomy

Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba dengan
berbagai macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving, cara
Uchida, cara Kroener, cara Aldridge. Pada cara Madlener tuba tidak dipotong.
Disamping cara-cara tersebut, penutupan tuba dapat pula dilakukan dengan
jalan kauterisasi tuba, penutupan tuba dengan clips, Falope ring, Yoon ring, dll.

 Cara Madlener
Bagian tengah tuba diangkat dengan cunam pean, sehingga terbentuk suatu
lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan
cunam kuat-kuat dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak
diserap. Tidak dilakukan pemotongan tuba.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 41
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Gambar 2.2a. cara Madlener

 Cara Pomeroy
Cara ini paling banyak dilakukan. Dilakukan dengan mengangkat bagian tengah dari
tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan
benang yang dapat diserap, tuba diatas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat
diserap, maka ujung- ujung tuba akhirnya terpisah satu dengan yang lain.

gambar 2.2b. cara Pomeroy

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 42
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

 Cara Irving

Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap, ujung
proksimal dari tuba ditanamkan kedalam miometrium, sedangkan ujung distal
ditanamkan ke dalam ligamentum latum.

gambar 2.2c. cara Irving

 Cara Aldridge

Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal
bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 43
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

 Cara Uchida

Tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (mini laparotomi) di
atas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampula tuba dilakukan suntikan
dengan larutan Adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba. Akibatnya,
mesosalping di daerah tersebut menggembung.lalu dibuat sayatan kecil di
daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira
4-5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung
tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya dibawah serosa,
sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada diluar serosa. Luka sayatan
dijahit dengan kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.

Gambar 2.2d. cara Uchida

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 44
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

 Cara Kroener

Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan
benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping dibawah fimbria. Jahitan ini
diikat 2x, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah
proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong. Teknik ini
banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain sangat kecil kemungkinan
kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19%.

gambar 2.2e. cara Kroener

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 45
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Vasektomi

Pada tahun-tahun terakhir ini vasektomi makin banyak dilakukan dibeberapa negara
seperti India, Pakistan, Korea, AS, dll, untuk menekan laju pertambahan penduduk. Di
Indonesia, vasektomi tidak termasuk dalam program keluarga berencana nasional2.
Dan masih banyak pria di Indonesia menganggap vasektomi tersebut identik dengan
dikebiri dan dapat menimbulkan impotensi5. ”Vasektomi, selain aman dari kegagalan
dengan tingkat keberhasilan 79 persen, menurut Kasmiyati, juga mampu menaikkan
libido seks”5. Ini berarti, vasektomi sama sekali tak menimbulkan impotensi atau
ketidak jantanan5.

Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami isteri tidak menghendaki


kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada
dirinya.Kontraindikasi, sebenarnya tidak ada, kecuali bila ada kelainan lokal yang
dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, jadi sebaiknya harus disembuhkan
dahulu. Sedangkan Keuntungan vasektomi adalah Tidak menimbulkan kelainan fisik
maupun mental, Tidak mengganggu libido seksualitas, serta Operasi yang hanya
berlangsung sebentar sekitar 10 - 15 menit.

Teknik vasektomi terdiri atas Mula-mula kulit skrotum di daerah operasi


dilakukan a dan antiseptik, kemudian dilakukan anestesi lokal dengan xilokain.
Anestesi dilakukan di kulit skrotum dan jaringan sekitarnya di bagian atas, dan pada
jaringan disekitar vas deferens. Vas dicari dan setelah ditentukan lokasinya, dipegang
sedekat mungkin dibawah kulit skrotum. Dilakukan sayatan pada kulit skrotum
sepanjang 0,5-1 cm di diekat tempat vas deferens. Setelah terlihat, dijepit dan
dikeluarkan dari sayatan (harus yakin itu benar vas deferens), vas dipotong sepanjang
1-2 cm dan kedua ujungnya diikat. Setelah kulit dijahit, tindakan diulang pada bagian
sebelahnya. Sehabis operasi, peserta vasektomi baru boleh melakukan hubungan intim
dengan pasangannya setelah enam hari. Itupun harus wajib menggunakan kondom
selama 12 kali hubungan demi pengamanan5.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 46
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Komplikasi vasektomi : infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit, terjadinya


hematom oleh karena perdarahan kapiler, epididimitis, terbentuknya granuloma.
Kegagalan dapat terjadi karena: terjadi rekanalisasi spontan, gagal mengenal dan
memotong vas deferens, tidak diketahi adanya anomali vas deferens, koitus dilakukan
sebelum kantong seminalnya betul-betul kosong.

2.4. Diagnosis

a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Penunjang
d. Metode KB yang diinginkan
Pemilihan metode KB yang diinginkan ibu biasanya tergantung dari tujuan dan
kesepakatan dengan suami untuk memilih metodenya. Pemilihan metode
kontrasepsi rasional berdasarkan tujuan terbagi atas tiga fase yaitu fase mencegah
kehamilan, fase menjarangkan kehamilan dan fase tidak hamil lagi.

Gambar. Pemilihan Metode Kontrasepsi rasional

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 47
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

2.5. Tatalaksana

Pelaksanaan KB di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Gambar. Alur Pelayanan KB di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 48
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Penjelasan :

1. Calon klien atau klien KB datang ke jaringan Puskemas dan jejaring


pelayanan kesehatan mendaftar ke petugas dengan menunjukkan kartu
kepesertaan BPJS (jika sudah menjadi peserta JKN) dan mendapat K/I/KB.

2. Dokter dan atau Bidan memberikan konseling kepada klien untuk memilih
pelayanan KB yang dikehendaki

3. Apabila Dokter dan atau Bidan menemukan kontraindikasi pelayanan KB


yang dikehendaki klien pada saat penapisan maka perlu konseling pemilihan
metode lain yang sesuai atau dirujuk ke FKRTL dengan membuat surat
rujukan.

4. Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi


khusus untuk pelayanan suntik, IUD, implan perlu persetujuan secara tertulis
dengan menandatangani formulir informed consent, apabila klien tidak setuju
perlu diberikan konseling ulang.

5. Setelah pelayanan KB, bidan memantau hasil pelayanan KB dan


memberikan nasehat pasca pelayanan kepada klien KB sebelum klien pulang
dan kontrol kembali dengan membawa KI/KB atau kartu kunjungan.
Hasil pelayanan KB di Puskesmas dan jaringannya dicatat dengan
menggunakan format pencatatan dan pelaporan pelayanan KB, yaitu:

a. Register Kohort KB

Register ini digunakan untuk mencatat PUS yang menjadi klien KB pada
wilayah puskesmas tersebut dan hasil pelayanan kontrasepsi pada
peserta baru dan lama setiap hari pelayanan. Dalam register ini berisi
data tentang hasil pelayanan, keluhan komplikasi, efek samping,
kegagalan KB dan ganti cara.

b. Register pelayanan KB (R/I/KB)

c. Register alokon (R/II/KB)

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 49
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

d. Pendataan PUS (R/I/KS dan R/I/PUS)

e. Buku KIA, digunakan untuk mencatat pelayanan KB Pasca persalinan


dalam amanat persalinan.

Formulir ini digunakan untuk mendata PUS yang berguna untuk menentukan
sasaran KB, yaitu: PUS 4T, PUS peserta BPJS.

a. Kartu Peserta KB (K/I/KB dan K/IV/KB)

b. Kartu pendataan tenaga dan sarana (K/0/KB)

c. Formulir pelaporan dari BPM atau DPM

Untuk pelaporan pelayanan KB menggunakan format:

a. Laporan pelayanan KB yang merupakan Rekapitulasi Kohort

b. Laporan PWS KIA

c. Rekapitulasi laporan bulanan F/II/KB

d. Rekapitulasi pendataan tenaga dan sarana fasilitas kesehatan pelayanan


KB

e. Rekapitulasi laporan bulanan alokon dan BHP

Laporan pelayanan KB Puskesmas meliputi pelayanan yang dilaksanakan


oleh fasilitas pelayanan KB, baik pada unit pelayanan kesehatan pemerintah
(Puskesmas, RS Pemerintah, unit pelayanan kesehatan milik TNI/POLRI),
maupun pada fasilitas pelayanan kesehatan swasta (Bidan Praktek Mandiri,
Dokter Praktek Mandiri, RS Swasta, Klinik KB, Rumah Bersalin, dan
Praktek Bersama) yang berada diwilayah kerjanya dengan berkoordinasi
kepada PPLKB/PLKB untuk dianalisis dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kab/kota dan BKKBD/ SKPD KB kab/ kota.
Analisis data dapat dilakukan dengan:

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 50
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

a. membandingkan data cakupan dengan target/toleransi dan data


sebelumnya, kemudian dilihat desa dengan cakupan di bawah rata-
rata dan atau di bawah target serta dipelajari data terkait lainnya
(tenaga, ketersediaanalokon, dll) sehingga diketahui permasalahan
dan rencana tindak lanjut

b. membandingkan jumlah kasus komplikasi, kegagalan dengan


toleransi dan data sebelumnya, kemudian dilihat dengan toleransi di
atas rata-rata dan atau di atas target serta dipelajari data terkait
lainnya sehingga diketahui permasalahan dan rencana tindak lanjut.

Gambar. Alur Pelayanan KB di Jaringan Puskesmas dan Jejaring


Fasilitas Pelayanan Kesehatan

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 51
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Pelaksanaan KB di Tingkat Rumah Sakit

Pelayanan KB di RS dapat dilaksanakan di ruang poli kebidanan, poli PKBRS,


kamar bersalin dan kamar operasi. Untuk terlaksananya pelayanan KB yang
optimal di RS perlu dipastikan ketersediaan sumber daya meliputi tenaga
pelayanan KB sarana dan prasarana, alokon dan BHP. Untuk sarana dan
prasarana, alokon dan BHP dikelola RS secara umum seperti pengelolaan di
Puskesmas. Bedanya di RS pengelolaan alokon satu pintu untuk memfasilitasi
Poli Kebidanan, PKBRS, Kamar bersalin dan Kamar Operasi. Pencatatan dan
pelaporan pelayanan KB di RS mengikuti Sistim Informasi Rumah Sakit
(SIRS) yang terdiri dari pencatatan dalam rekam medik, formulir RL 3,
formulir RL 4a, Formulir RL4b serta menggunakan format pencatatan dan
pelaporan pelayanan KB yang digunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota. Rumah Sakit juga melaksanakan penyuluhan program KB sebagai salah
satu pelaksanaan KIE di PKBRS.

Pelaksanaan di Tingkat Manajemen Pelayanan KB

1. Pelaksanaan di Tingkat Kabupaten/Kota

Ruang lingkup rujukan meliputi rujukan kesehatan (rujukan tenaga ahli atau
sarana /logistik) dan rujukan medis/kasus (rujukan ilmu pengetahuan dan
teknologi). Sistem rujukan pelayanan KB mengikuti tata rujukan yang
berlaku vertikal dan horizontal menurut alur rujukan timbal balik.
Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan hanya dapat diberikan atas
rujukan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan atau pelayanan kesehatan
rujukan tingkat lanjutan lainnya. Bidan hanya dapat melakukan rujukan ke
dokter pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama. Ketentuan tersebut
dikecualikan pada keadaaan gawat darurat, kekhususan permasalahan
kesehatan klien.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 52
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

a. Rujukan Vertikal

Rujukan vertikal merupakan rujukan antara pelayanan KB yang berbeda


tingkatan, dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan
pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya (timbal balik). Rujukan
vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan
pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila:

 Klien membutuhkan pelayanan KB spesialistik atau subspesialistik.

 Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan KB sesuai dengan


kebutuhan klien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan.

Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke


tingkatan pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila :

 Pelayanan KB dapat ditangani oleh tingkatan Faskes yang lebih


rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya

 Klien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh


tingkatan Faskes yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan,
efisiensi dan pelayanan jangka panjang, dan/atau

 Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai


dengan kebutuhan klien karena keterbatasan sarana, prasarana,
peralatan dan/atau ketenagaan

b. Rujukan Horisontal

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 53
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Rujukan horisontal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan dalam


satu tingkatan, dilakukan apabila perujuk tidak dapat memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan klien karena keterbatasan
fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau
menetap.Rujukan horisontal dapat berlangsung baik di antara FKTP,
maupun di antara FKRTL.

Pelaksanaan pelayanan rujukan didasarkan kriteria sebagai berikut :


 Pelayanan KB belum/tidak tersedia pada Faskes tersebut.
 Komplikasi yang tidak bisa ditangani oleh Faskes tersebut.
 Kasus-kasus yang membutuhkan penanganan dengan sarana/teknologi
yang lebih canggih/memadai.

Dalam melaksanakan rujukan harus diberikan :


Konseling tentang kondisi klien yang menyebabkan perlu dirujuk

 Konseling tentang kondisi yang diharapkan/ diperoleh di tempat


rujukan

 Informasi tentang Faskes tempat rujukan dituju

 Pengantar tertulis kepada Faskes yang dituju mengenai kondisi klien


saat ini dan riwayat sebelumnya serta upaya/tindakan yang telah
diberikan

 Bila perlu, berikan upaya stabilisasi klien selama di perjalanan

 Klien didampingi perawat/bidan/ PLKB/ Kader selama menuju


tempat rujukan sesuai kondisi klien.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 54
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Gambar. Alur Pelayanan KB di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 55
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Penjelasan :

1. Calon klien atau klien KB datang ke IGD atau Poli Kebidanan/KB mendaftar
ke petugas dengan menunjukkan surat pengantar rujukan, kartu kepesertaan BPJS
Kesehatan (jika sudah menjadi peserta JKN) dan mendapat K/IV/KB.
2. Dokter atau Bidan Poli Kebidanan/ KB atau Rawat Inap memberikan konseling
kepada klien untuk memilih pelayanan KB sesuai kelaikan medis
3. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang untuk menghindarkan
kontraindikasi tindakan sebelum klien menyepakati informed consent yang telah
dipahami.
4. Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi
khusus untuk pelayanan suntik, IUD, implan, vasektomi dan tubektomi, perlu
persetujuan secara tertulis dengan menandatangani formulir informed consent,
apabila klien tidak setuju perlu diberikan konseling ulang
5. Setelah pelayanan KB, dokter atau bidan memantau hasil pelayanan KB dan
memberikan nasehat pasca pelayanan kepada klien KB sebelum klien pulang dan
kontrol kembali.
6. FKRTL memberikan rujuk balik pelayanan KB yang telah ditindaklanjuti untuk
dipantau oleh Faskes perujuk. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan di kabupaten/kota melaksanakan upaya
peningkatan kualitas dan akses pelayanan KB, di samping melakukan
rekapitulasi laporan pelayanan KB dari Puskesmas di wilayahnya. Hasil
rekapitulasi dijadikan dasar untuk melakukan perencanaan upaya peningkatan
pelayanan KB selanjutnya, serta dilaporkan ke tingkat provinsi.
Analisis data dapat dilakukan dengan:
 membandingkan data cakupan dengan target/toleransi dan data sebelumnya,
kemudian dilihat Puskemas dengan cakupan di bawah rata-rata dan atau di
bawah target serta dipelajari data terkait lainnya (tenaga, ketersediaan
alokon, dll) sehingga diketahui permasalahan dan rencana tindak lanjut
 membandingkan jumlah kasus komplikasi, kegagalan dan efek samping
dengan toleransi dan data sebelumnya, kemudian dilihat metode kontrasepsi
dan Puskesmas yang memberikan kontribusi terbesar kemudian dipelajari

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 56
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

data terkait lainnya sehingga diketahui permasalahan dan rencana tindak


lanjut.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan KB, Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota sebagai bagian dari tim jaga mutu kabupaten/kota bekerjasama
dengan SKPD kabupaten/kota dan organisasi profesi terkait. Koordinasi dengan
BKKBD/ SKPD KB dilakukan dalam :

 pendistribusian alokon: Dinas Kesehatan harus mengetahui ketersediaan


alokon di faskes yang ada di wilayahnya sehingga perlu memantau
pedistribusian alokon
 Pengembangan SDM: diawali dari perencanaan kebutuhan dan
pengembangan SDM lalu menentukan sasaran nakes dan fasyankes yang
akan dilatih
 Sinkronisasi data, dll

Pelaksanaan di Tingkat Provinsi

Dinas Kesehatan dan BKKBN Provinsi melaksanakan upaya peningkatan pelayanan


program KB di wilayah kerjanya dengan dukungan dana dari APBD dan APBN
(Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan DAK). Dinas Kesehatan Provinsi dan
perwakilan BKKBN Provinsi melakukan rekapitulasi laporan pelayanan KB dari
kabupaten/kota untuk dilakukan analisis situasi yang dapat dimanfaatkan dalam
mendesain upaya peningkatan pelayanan KB selanjutnya, serta dilaporkan ke tingkat
pusat. Analisis data dapat dilakukan dengan:

a. Persentase cakupan pelayanan KB menurut metode kontrasepsi:


 Membandingkan persentase cakupan setiap kabupaten/kota dengan ratarata di
tingkat provinsi
 Kabupaten/kota dengan persentase cakupan di atas rata-rata perlu dipelajari
faktor-faktor pendukung keberhasilannya, seperti: cakupan program terkait,
upaya KIE, cara mengatasi masalah dan hal-hal lainnya, untuk selanjutnya
dapat dimanfaatkan sebagai model bagi kabupaten/kota lainnya.
b. Jumlah kasus komplikasi kontrasepsi:

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 57
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

 Membandingkan jumlah kasus dengan angka toleransi, yaitu 3,5% untuk


semua metode kontrasepsi
 Meninjau metode kontrasepsi yang memberikan kontribusi terbesar
 Meninjau kabupaten/kota yang memberikan kontribusi terbesar untuk
menentukan penyebab terjadinya komplikasi.
c. Jumlah kasus kegagalan kontrasepsi:
 Membandingkan jumlah kasus dengan angka toleransi, yaitu sebesar 0,2%
untuk semua metode kontrasepsi
 Meninjau metode kontrasepsi yang memberikan kontribusi terbesar
 Meninjau kabupaten/kota yang memberikan kontribusi terbesar untuk
menentukan penyebab terjadinya kegagalan
d. Jumlah kasus efek samping kontraspesi:
 Membandingkan jumlah kasus dengan angka toleransi, yaitu sebesar
12,5% untuk semua metode kontrasepsi (apakah sudah sesuai)
 Meninjau metode kontrasepsi yang memberikan kontribusi terbesar
Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan KB, Dinas Kesehatan
Provinsi sebagai bagian dari tim jaga mutu provinsi bekerjasama dengan
BKKBN Provinsi, SKPD dan organisasi profesi terkait. Koordinasi dilakukan
dalam pendistribusian alokon, pengembangan SDM, sinkronisasi data, dan
lainnya. Koordinasi pengembangan SDM dilakukan dengan menentukan
sasaran tenaga kesehatan dan atau fasyankes dari Kab/kota yang akan dilatih.
Penentuan juga didasari atas riwayat pelatihan sebelumnya, kebutuhan
keterampilan yang belum dipenuhi dan kepentingan segera untuk dipenuhi.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 58
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

2.6. KIE

 Pengetahuan Ibu Tentang KB

Gambar. Pengetahuan Mengenai Cara KB Modern Berdasarkan Usia

Gambar. Pengetahuan Mengenai Cara KB Modern Berdasarkan Tempat


Tinggal

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 59
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

Gambar. Pengetahuan Mengenai Cara KB Modern Berdasarkan Pendidikan

2.7. Prognosis1,3
.

Setelah diagnosis hidrops fetalis ditegakkan dan kehamilan tetap dilanjutkan,.

Selain itu, adanya anomali kromosom dengan deteksi awal dari hidrops fetalis non
imun juga berhubungan dengan hasil yang buruk. Pada beberapa kasus berakhir
dengan aborsi spontan, kematian janin intrauterin, dan terminasi kehamilan.

Terapi pada janin yang mengalami hidrops fetalis non imun dengan struktur dan
kariotip yang normal, memiliki prognosis yang baik.

Dua penelitian terakhir menilai mengenai kemampuan bertahan hidup janin postnatal.
Beberapa faktor yang berhubungan dengan kematian berupa mudanya usia kehamilan,
nilai APGAR yang rendah saat 5 menit pertama, tingkat kebutuhan alat bantu
bertahan hidup 24 jam pertama ( tingginya kebutuhan oksigen dan tingginya frekuensi
ventilasi). Kelahiran <34 minggu dan rendahnya kadar albumin serum merupakan dua
faktor buruknya prognosis kemampuan bertahan hidup janin.

Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa prognosis penyakit bergantung dari


etiologinya.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 60
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

BAB III

Kesimpulan

Hidrops fetalis merupakan penyakit yang masih membutuhkan penelitian lebih


lanjut mengenai penegakan diagnosis serta tatalaksananya, mengingat berbagai
macam etiologinya. Pemeriksaan lebih akurat dan lebih baik dibutuhkan untuk
memastikan etiologi sehingga memudahkan dalam penatalaksanaannya serta untuk
kehamilan selanjutnya. Prognosis dari penyakit ini juga bervariasi berdasarkan
etiologi yang mendasari.

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 61
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035

DAFTAR PUSTAKA

1. Desilet V. Investigation and Management of Non-Immune Hydrops Foetalis. SOGC.


2014. Available from : http://sogc.org/wp-content/uploads/2013/09/October2013-
CPG297-ENG-Online_Final.pdf.

2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY. Hydrops Fetalis. William
Obstetrics 24ed.Mc Graw Hill. 2014.

3. Hamdan AH. Pediatric Hydrops Foetalis. Medscape. 2014. Available from :


http://emedicine.medscape.com/article/974571-overview

4. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. Masalah Janin dan Bayi Baru Lahir. Dalam: Ilmu
Kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011.

5. Young NS. Brown KE. Parvovirus B 19. The New England Journal of Medicine.
Available from: http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra030840

6. Medical Advisory Board. Hydrops Fetalis. Available from:


http://www.perinatology.com/conditions/Hydrops.htm

https://www.bkkbn.go.id/po-content/uploads/Final.JK.Edisi.Ketiga.2017.Min.pdf

http://www.searo.who.int/indonesia/topics/selected_practice_recommendations_for_contraceptiv
e_use.pdf

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 62

Anda mungkin juga menyukai