KELUARGA BERENCANA
Pembimbing:
oleh:
Intan Sari
406181035
2019
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035
Daftar Isi
BAB I ...................................................................................................................................................... 2
Pendahuluan ............................................................................................................................................ 5
BAB II..................................................................................................................................................... 7
Keluarga Berencana .............................................................................. Error! Bookmark not defined.
A. Definisi........................................................................................................................................ 7
B. Epidemiologi ............................................................................................................................... 7
C. Etiologi...................................................................................... Error! Bookmark not defined.
D. Patofisiologi/Patogenesis .......................................................... Error! Bookmark not defined.
E. Manifestasi/Gejala Klinis
F. Pemeriksaan Fisik
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Diagnosis................................................................................................................................... 12
I. Tatalaksana ............................................................................... Error! Bookmark not defined.
J. Prognosis ................................................................................................................................... 59
BAB III ................................................................................................................................................. 61
Kesimpulan ........................................................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 62
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya, Penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “KELUARGA BERENCANA” dengan baik
dan tepat waktu.
Adapun referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di RSUD Ciawi
periode 05 Agustus 2019 – 18 Oktober 2019 dan untuk menambah informasi bagi Penulis dan
pembaca tentang gemeli dan tatalaksananya.
Penulis sangat bersyukur atas terselesaikannya tugas ini. Pada kesempatan ini penulis ingin
berterimakasih kepada :
1. Direktur RSUD Ciawi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjalankan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUD Ciawi.
2. dr. Ajeng Normala, Sp.OG sebagai kepala SMF dan pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUD Ciawi.
3. dr. Jonas NB, Sp.OG sebagai pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan di RSUD Ciawi
4. dr. Freddy Dinata, Sp.OG sebagai pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan
Penyakit Kandungan di RSUD Ciawi.
5. dr. Budi Susetyo, Sp.OG, (K)KFM sebagai pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan
dan Penyakit Kandungan di RSUD Ciawi.
6. dr. Syamsu Rijal, Sp.OG sebagai pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan
Penyakit Kandungan di RSUD Ciawi.
7. Dokter, staf, bidan, dan perawat RSUD Ciawi.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, Penulis
mengucapkan terima kasih dan semoga case ini dapat memberikan manfaat.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Referat :
KELUARGA BERENCANA
Disusun oleh :
Intan Sari
406181035
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan
RSUD Ciawi
LEMBAR PENGESAHAN
Referat :
KELUARGA BERENCANA
Disusun oleh :
Intan Sari
406282035
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan
RSUD Ciawi
Mengetahui,
Kepala SMF
BAB I
Pendahuluan
Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama
diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Perwujudan nyata dalam partisipasi program
Keluarga Berencana adalah dengan menggunakan kontrasepsi.. Program keluarga berencana
memiliki makna yang sangat strategis, komprehensif dan fundamental dalam mewujudkan
manusia Indonesia yang sehat dan sejahtera. UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan bahwa keluarga
berencana adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi
untuk mewujudkankeluarga yang berkualitas..
Terdapat tiga indikator tambahan yang berkaitan dengan KB dalam Millenium
Development Goals (MDGs) 2015 target 5b (Akses Universal terhadap Kesehatan
Reproduksi) yang diharapkan akan memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan
kesehatan ibu. Indikator tersebut adalah Contraceptive Prevalence Rate (CPR), Age Specific
Fertility Rate (ASFR), dan unmet need. Target nasional indikator tersebut pada tahun 2015
adalah CPR sebesar 65%, ASFR usia 15-19 tahun sebesar 30/1000 perempuan usia 15-19
tahun dan unmet need 5%. (1)
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) tidak terlepas dari masih tingginya angka
kehamilan yang tidak diinginkan. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) tidak terlepas dari
masih tingginya angka kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy) yaitu
mencapai 16,8% yang berkaitan dengan tingginya angka aborsi. Aborsi sendiri memberikan
kontribusi terhadap kematian ibu sampai 13%. Di sisi lain masih banyak ditemukan
kehamilan yang tidak ideal (terlalu banyak, terlalu muda, terlalu tua, dan terlalu dekat jarak
kelahiran), yang sangat membahayakan bagi kesehatan ibu atau lebih dikenal sebagai “4
Terlalu (4 T). Program KB sejak tahun 1970-an telah menekan angka kelahiran per wanita
usia subur memiliki makna yang sangat strategis, komprehensif dan fundamental dalam
mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan sejahtera. UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang
BAB II
KELUARGA BERENCANA
2.1. Definisi
Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan
utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana.Menurut WHO (World Health
Organisation) KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri
untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di
antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami isteri, menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sel sperma tersebut. (1,2)
2.2. Epidemiologi3
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, setiap tahun lebih dari 600.000 wanita di
dunia meninggal akibat komplikasi kehamilan saat melahirkan. 99% kematian itu
terjadi di negara berkembang. Dalam jangka waktu yang sama, tak kurang dari 50 juta
aborsi akibat kehamilan tak diinginkan terjadi di muka bumi ini.
Saat ini diketahui jumah penduduk Indonesia sebesar 225,5 juta penduduk dengan
rata-rata petumbuhan penduduk sebesar 1,3%. Pemerintah merencanakan untuk
menurunkan laju pertumbuhan penduduk tersebut hingga 1,14% pada tahun 2009.
Yyyuu
Gambar. Distribusi Pemilihan Metode KB pada Perempuan yang Pernah Kawin usia
14-49 Tahun berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun 2010
Gambar. Distribusi Pemilihan Metode KB pada Perempuan yang Pernah Kawin Usia
15-49 Tahun dan Usia Melahirkan < 20 Tahun (Terlalu Muda) berdasarkan Provinsi
di Indonesia
Gambar. Distribusi Pemilihan Metode KB pada Perempuan yang Pernah Kawin Usia
15-49 Tahun dan Jarak Anak < 2 Tahun (Terlalu Dekat Melahirkan) berdasarkan
Provinsi di Indonesia
Gambar. Distribusi Pemilihan Metode KB pada Perempuan yang Pernah Kawin Usia 15-49
Tahun dan Jarak Anak > 3 (Terlalu Banyak) berdasarkan Provinsi di Indonesia
2.3. Klasifikasi
Kontrasepsi Alami
Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal
oleh manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang banyak
dilakukan sampai sekarang. Senggama terputus ialah penarikan penis
dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan,
bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian
besar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1 detik sebelum
ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk
menarik keluar penis dari vagina.
Cara ini awalnya diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan
Hermann Knaus dari Jerman, pada saat yang sama, kira-kira tahun1931.
Oleh karena itu cara ini sering juga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka
bertitik tolak dari hasil penyelidikan bahwa seorang wanita hanya dapat
hamil selama beberapa hari saja dalam tiap daur haidnya. Masa subur
yang disebut ”Fase Ovulasi” mulai 48 jam sebelum ovulasi dan
berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu, wanita
tersebut berada dalam masa tidak subur. Kesulitan cara ini ialah bahwa
waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk ditentukan; ovulasi umumnya
terjadi 14 ± 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Pada
wanita dengan haid yang tidak teratur, akan tetapi variasi yang tidak
jauh berbeda, dapat diterapkan masa subur dengan perhitungan : “Daur
haid terpendek dikurangi 18 hari dan daur haid terpanjang dikurangi 11
hari”. Masa aman ialah sebelum daur haid terpendek yang telah
dikurangi.
PRIA
Kondom
WANITA
Pessarium
a. Diafragma vaginal
Cervical cap
Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk
mangkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal.
Ukurannya ialah dari diameter 22 mm sampai 33 mm; jadi lebih kecil
daripada diafragma vaginal. Cap ini dipasang pada porsio servisis uteri
seperti memasang topi. Dewasa ini alat ini jarang dipakai untuk
kontrasepsi.
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI & GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 05 AGUSTUS 2019 – 18 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Page 18
[KELUARGA BERENCANA] Intan Sari 406181035
Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2 komponen, yaitu zat
kimiawi yang mampu mematikan spermatosoon, dan vehikulum yang nonaktif dan
yang dipergunakan untuk membuat tablet atau cream/jelly. Makin erat hubungan
antara zat kimia dan sperma, makin tinggi efektivitas obat. Oleh sebab itu, obat yang
paling baik ialah yang dapat membuat busa setelah dimasukkan ke dalam vagina,
sehingga kelak busanya dapat mengelilingi serviks uteri dan menutup ostium uteri
eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat spermatisida umumnya digunakan bersama-
sama dengan cara lain (diafragma vaginal), atau apabila ada kontraindikasi terhadap
cara lain. Efek sampingan jarang terjadi dan umumnya berupa reaksi alergi.
Suppositorium
Tablet busa
Kontrasepsi Hormonal
Efek metabolik
Efek Gizi
Penyimpangan kadar beberapa zat gizi, yang serupa dengan yang dijumpai
pada kehamilan normal, dilaporkan terjadi pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral.
Defisiensi piridoksin
Efek kardiovaskular
Tromboembolisme
Hipertensi
Infark miokardium
Efek Reproduksi
Laktasi
Efek lain
Mukorea
Kloasma
Pertambahan berat badan; tidak semua wanita yang menggunakan ini akan
mengalami peningkatan berat badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya
retensi cairan, tetapi umumnya akibat pola makan yang berubah sebab ibu
merasa tenang dan tidak takut hamil lagi setelah menggunakan alat
kontrasepsi5 .
Kontrasepsi progestasional
o Progestin oral
Disebut juga mini pil adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 μg
atau kurang yang diminum setiap hari. Pil ini tidak terlalu populer oleh
karena insiden perdarahan ireguler dan angka kehamilannya jauh lebih
tinggi. Pilihan yang baik bagi ibu yang menyusui, mulai diminum pada
minggu ke 6 setelah melahirkan1,5. Pil ini mengganggu kesuburan tapi
tidak selalu menghambat penetrasi ovulasi. Kemungkinan sebabnya adalah
terbentuknya mukus serviks yang menghambat penetrasi sperma dan
perubahan pematangan endometrium sehingga dapat menolak implantasi
blastokista.
Obat kontrasepsi baru yang disuntikan setiap bulan. Obat ini mengandung
25mg Medroksiprogesteron asetat plus 5 mg estradiol sipionat yang
dipasarkan dengan nama Lunelle atau Cyclo-Provera. Mekanisme kerja
obat ini dengan menghambat ovulasi dan menekan proliferasi endometrium.
Kadar estrasdiol mencapai puncak pada 3 sampai 4 hari pascainjeksi dengan
nilai yang setara dengan lonjakan praovulasi dalam siklus menstruasi
ovulatorik normal. Kadar estradiol menetap setinggi ini selama sekitar 10-
14 hari, dan penurunannya menyebabkan perdarahan lucut 10 sampai 20
hari pasca penyuntikan.
Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti, tetapi pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya
AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium
yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan
blastokista dan sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai
AKDR sering kali dijumpai sel-sel makrofag (fagosit) yang mengandung
spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga sering timbulnya kontraksi
uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini
disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam uterus pada wanita
tersebut. Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan,
juga oleh karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR
mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam
yang paling efektif ialah ion logam tembaga (Cu)2,3; pengaruh AKDR
bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logam makin lama makin
berkurang. Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 – 0.8 kehamilan/100
perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170
kehamilan).
o Infeksi
o Perforasi
o Kehamilan
Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat
pada bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan
dinding rahim. Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika
ditemukan kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya masih
kelihatan, sebaiknya dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya
abortus setelah dikeluarkan lebih rendah dari pada dibiarkan terus.
Tetapi jka benangnya tidak kelihatan, sebaiknya dibiarkan saja berada
dalam uterus.
o Sewaktu postpartum
Sewaktu postabortum
Pada umumnya tehnik pemasangan adalah sama pada setiap jenis AKDR, tapi disini
diterangkan mengenai cara pemasangan jenis lippes loop karena yang paling banyak
digunakan di Indonesia. Tekniknya berupa (gambar 1.1) yaitu dimulai dari Setelah
kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja ginekologi dalam
posisi litotomi. Bersihkan daerah vulva dan vagina secara a dan antisepsis dengan
betadine, Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar
uterus. Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan
larutan antiseptik. Lalu dengan tenakulum dijepit bibir depan porsio uteri, dan
dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah dan panjangnya kanalis
servikalis serta kavum uteri. AKDR dimasukkan ke dalam uterus dengan tehnik tanpa
sentuh, lalu dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai uterus, Tahan pendorong
(plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga AKDR bebas Setelah
selubung keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, dan tenakulum juga
dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2½ - 3 cm keluar dari ostium uteri, dan
akhirnya spekulum diangkat.
Kontrasepsi Mantap
Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita sedangkan
vasektomi ialah pada kedua vas deferens pria,yang mengakibatkan yang bersangkutan
tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.1 Metoda dengan cara
operasi tersebut diatas telah dikenal sejak zaman dahulu. Hippocrates menyebut
bahwa tindakan itu dilakukan terhadap orang dengan penyakit jiwa. Dahulu vasektomi
dilakukan sebagai hukuman misalnya pada mereka yang melakukan perkosaan.
Sekarang tindakan tubektomi dan vasektomi dilakukan secara sukarela dalam rangka
keluarga berencana.
Tubektomi
Keuntungan tubektomi ialah Motivasi hanya satu kali saja tidak diperlukan
motivasi yang berulang-ulang, Efektivitas hampir 100%, Tidak mempengaruhi
libido seksualis, Kegagalan dari pihak pasien tidak ada. Sedangkan Kerugiannya
ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel, walaupun ada
kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang masih
menginginkan anak lagi dengan operasi Rekanalisasi. Beberapa Indikasi
dilakukannya tubektomi yaitu Penghentian fertilitas atas indikasi medik dan
Kontrasepsi permanen. Sedangkan Syarat-syarat tubektomi terbagi atas Syarat
sukarela, Syarat bahagia dan Syarat medik.
Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba dengan
berbagai macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving, cara
Uchida, cara Kroener, cara Aldridge. Pada cara Madlener tuba tidak dipotong.
Disamping cara-cara tersebut, penutupan tuba dapat pula dilakukan dengan
jalan kauterisasi tuba, penutupan tuba dengan clips, Falope ring, Yoon ring, dll.
Cara Madlener
Bagian tengah tuba diangkat dengan cunam pean, sehingga terbentuk suatu
lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan
cunam kuat-kuat dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak
diserap. Tidak dilakukan pemotongan tuba.
Cara Pomeroy
Cara ini paling banyak dilakukan. Dilakukan dengan mengangkat bagian tengah dari
tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan
benang yang dapat diserap, tuba diatas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat
diserap, maka ujung- ujung tuba akhirnya terpisah satu dengan yang lain.
Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap, ujung
proksimal dari tuba ditanamkan kedalam miometrium, sedangkan ujung distal
ditanamkan ke dalam ligamentum latum.
Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal
bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.
Cara Uchida
Tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (mini laparotomi) di
atas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampula tuba dilakukan suntikan
dengan larutan Adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba. Akibatnya,
mesosalping di daerah tersebut menggembung.lalu dibuat sayatan kecil di
daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira
4-5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung
tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya dibawah serosa,
sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada diluar serosa. Luka sayatan
dijahit dengan kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.
Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan
benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping dibawah fimbria. Jahitan ini
diikat 2x, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah
proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong. Teknik ini
banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain sangat kecil kemungkinan
kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19%.
Vasektomi
Pada tahun-tahun terakhir ini vasektomi makin banyak dilakukan dibeberapa negara
seperti India, Pakistan, Korea, AS, dll, untuk menekan laju pertambahan penduduk. Di
Indonesia, vasektomi tidak termasuk dalam program keluarga berencana nasional2.
Dan masih banyak pria di Indonesia menganggap vasektomi tersebut identik dengan
dikebiri dan dapat menimbulkan impotensi5. ”Vasektomi, selain aman dari kegagalan
dengan tingkat keberhasilan 79 persen, menurut Kasmiyati, juga mampu menaikkan
libido seks”5. Ini berarti, vasektomi sama sekali tak menimbulkan impotensi atau
ketidak jantanan5.
2.4. Diagnosis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Penunjang
d. Metode KB yang diinginkan
Pemilihan metode KB yang diinginkan ibu biasanya tergantung dari tujuan dan
kesepakatan dengan suami untuk memilih metodenya. Pemilihan metode
kontrasepsi rasional berdasarkan tujuan terbagi atas tiga fase yaitu fase mencegah
kehamilan, fase menjarangkan kehamilan dan fase tidak hamil lagi.
2.5. Tatalaksana
Penjelasan :
2. Dokter dan atau Bidan memberikan konseling kepada klien untuk memilih
pelayanan KB yang dikehendaki
a. Register Kohort KB
Register ini digunakan untuk mencatat PUS yang menjadi klien KB pada
wilayah puskesmas tersebut dan hasil pelayanan kontrasepsi pada
peserta baru dan lama setiap hari pelayanan. Dalam register ini berisi
data tentang hasil pelayanan, keluhan komplikasi, efek samping,
kegagalan KB dan ganti cara.
Formulir ini digunakan untuk mendata PUS yang berguna untuk menentukan
sasaran KB, yaitu: PUS 4T, PUS peserta BPJS.
Ruang lingkup rujukan meliputi rujukan kesehatan (rujukan tenaga ahli atau
sarana /logistik) dan rujukan medis/kasus (rujukan ilmu pengetahuan dan
teknologi). Sistem rujukan pelayanan KB mengikuti tata rujukan yang
berlaku vertikal dan horizontal menurut alur rujukan timbal balik.
Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan hanya dapat diberikan atas
rujukan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan atau pelayanan kesehatan
rujukan tingkat lanjutan lainnya. Bidan hanya dapat melakukan rujukan ke
dokter pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama. Ketentuan tersebut
dikecualikan pada keadaaan gawat darurat, kekhususan permasalahan
kesehatan klien.
a. Rujukan Vertikal
b. Rujukan Horisontal
Penjelasan :
1. Calon klien atau klien KB datang ke IGD atau Poli Kebidanan/KB mendaftar
ke petugas dengan menunjukkan surat pengantar rujukan, kartu kepesertaan BPJS
Kesehatan (jika sudah menjadi peserta JKN) dan mendapat K/IV/KB.
2. Dokter atau Bidan Poli Kebidanan/ KB atau Rawat Inap memberikan konseling
kepada klien untuk memilih pelayanan KB sesuai kelaikan medis
3. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang untuk menghindarkan
kontraindikasi tindakan sebelum klien menyepakati informed consent yang telah
dipahami.
4. Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi
khusus untuk pelayanan suntik, IUD, implan, vasektomi dan tubektomi, perlu
persetujuan secara tertulis dengan menandatangani formulir informed consent,
apabila klien tidak setuju perlu diberikan konseling ulang
5. Setelah pelayanan KB, dokter atau bidan memantau hasil pelayanan KB dan
memberikan nasehat pasca pelayanan kepada klien KB sebelum klien pulang dan
kontrol kembali.
6. FKRTL memberikan rujuk balik pelayanan KB yang telah ditindaklanjuti untuk
dipantau oleh Faskes perujuk. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan di kabupaten/kota melaksanakan upaya
peningkatan kualitas dan akses pelayanan KB, di samping melakukan
rekapitulasi laporan pelayanan KB dari Puskesmas di wilayahnya. Hasil
rekapitulasi dijadikan dasar untuk melakukan perencanaan upaya peningkatan
pelayanan KB selanjutnya, serta dilaporkan ke tingkat provinsi.
Analisis data dapat dilakukan dengan:
membandingkan data cakupan dengan target/toleransi dan data sebelumnya,
kemudian dilihat Puskemas dengan cakupan di bawah rata-rata dan atau di
bawah target serta dipelajari data terkait lainnya (tenaga, ketersediaan
alokon, dll) sehingga diketahui permasalahan dan rencana tindak lanjut
membandingkan jumlah kasus komplikasi, kegagalan dan efek samping
dengan toleransi dan data sebelumnya, kemudian dilihat metode kontrasepsi
dan Puskesmas yang memberikan kontribusi terbesar kemudian dipelajari
2.6. KIE
2.7. Prognosis1,3
.
Selain itu, adanya anomali kromosom dengan deteksi awal dari hidrops fetalis non
imun juga berhubungan dengan hasil yang buruk. Pada beberapa kasus berakhir
dengan aborsi spontan, kematian janin intrauterin, dan terminasi kehamilan.
Terapi pada janin yang mengalami hidrops fetalis non imun dengan struktur dan
kariotip yang normal, memiliki prognosis yang baik.
Dua penelitian terakhir menilai mengenai kemampuan bertahan hidup janin postnatal.
Beberapa faktor yang berhubungan dengan kematian berupa mudanya usia kehamilan,
nilai APGAR yang rendah saat 5 menit pertama, tingkat kebutuhan alat bantu
bertahan hidup 24 jam pertama ( tingginya kebutuhan oksigen dan tingginya frekuensi
ventilasi). Kelahiran <34 minggu dan rendahnya kadar albumin serum merupakan dua
faktor buruknya prognosis kemampuan bertahan hidup janin.
BAB III
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY. Hydrops Fetalis. William
Obstetrics 24ed.Mc Graw Hill. 2014.
4. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. Masalah Janin dan Bayi Baru Lahir. Dalam: Ilmu
Kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011.
5. Young NS. Brown KE. Parvovirus B 19. The New England Journal of Medicine.
Available from: http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra030840
https://www.bkkbn.go.id/po-content/uploads/Final.JK.Edisi.Ketiga.2017.Min.pdf
http://www.searo.who.int/indonesia/topics/selected_practice_recommendations_for_contraceptiv
e_use.pdf