Anda di halaman 1dari 9

CASE

EKLAMSIA POST PARTUM PADA P1A0 PARTUS ATERM DGN SC AI PEB + SEPSIS
+ HIPOALBUMIN

1.1 IDENTITAS MAHASISWA


Nama : Ricky
NIM : 406181047
Periode : 5 Agustus – 13 Oktober 2019
Pembimbing : dr. Ajeng Normala, Sp. OG
Topik : Eklamsia Post Partum

1.2 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. DW
No. RM : 70.43.38
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 09/05/1999
Usia : 21 tahun
Alamat : Kp. Sukaresmi
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Status Perkawinan : Menikah

1.3 IDENTITAS SUAMI


Nama : Tn. S
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan
Suku : Sunda

1.4 ANAMNESA
1.4.1 KELUHAN UTAMA
Kejang seluruh tubuh sejak 3 jam SMRS
1.4.2 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluarga pasien mengatakan pasien telah mengalami kejang sejak pukul 05.00 subuh,
pasien mengalami kejang sejak pukul 05.00 terus menerus sampai sekarang, kejang
seperti kelojotan pada seluruh tubuh disertai dengan pasien tidak sadar, menurut
keluarga pasien sebelum kejang pasien memiliki keluhan kepala pusing yang membuat
pasien sulit untuk melakukan aktifitas, gejala seperti mual muntah disangkal, pingsan
disangkal, nyeri perut disangkal, demam disangkal.

1.4.3 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien tidak pernah memiliki keluhan serupa, riwayat epilepsi disangkal, pada
kehamilan sebelumnya memiiki penyakit preeklamsi.

1.4.4 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada anggota keluarga yang mengali keluhan serupa, riwayat epilepsi disangkal,
Ibu pasien pada saat mengandung anak ke 2 sempat memiliki penyakit preeklamsi.

1.4.5 RIWAYAT OPERASI DAN PENGOBATAN


Riwayat operasi sesar 10 hari lalu karena preekalmsi

1.4.6 RIWAYAT HAID


Menarche saat pasien berusia 12 tahun, siklus tertur 28 hari, dengan durasi haid 7 hari.

1.4.7 RIWAYAT KB
Pasien tidak pernah menggunakan KB

1.4.8 RIWAYAT PERSALINAN


Anak pertama lahir secara SC, BBL 3000 gr berusia 10 hari, laki laki, hidup

1.4.9 RIWAYAT ALERGI


Disangkal

1.5 PEMERIKSAAN FISIK


1.5.1 STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak Sakit Berat
Kesadaran : E 1 V 1 M 2 total 4
Tekanan Darah : 180/100 mmHg
Nadi : 140 x / menit
Pernafasan : 32 x / menit
Suhu : 38.8
SpO2 : 80%
Berat Badan : 55 kg
Tinggi Badan : 155 cm

1.5.2 STATUS LOKALIS


Kepala : Refelek cahaya +/+, Pupil isokor
Leher : kaku kuduk +, stridor +
Jantung : Bj 1 -2 reg, murmur - , gallop -
Paru paru : SNV +/+, ronkhi +/+, whezing -/-
Abdomen : Supel, BU +, bekas operasi SC +
Ekstremitas : Akaral hangat, CRT < 2 detik, edema +
Saraf : babinski grup -, bruzinski 1 – 4 -, reflek fisiologi +,
refleks patologis -

1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 27 agustus 2019
Hemoglobin 12.0 g/dl
Hematokrit 37.4 %
Leukosit 25.2 /uL
Trombosit 464 /uL
GDS 105 mg/dl
Albumin 2.50
Ph 7.45
pCO2 38
pO2 168
HCO3 27
Sat. O2 99.6
BE 2.5
HbsAg Non reaktif

CT-SCAN Kepala
Kesan: CT-Scan Kepala pada saat ini tidak tampak hemorrhage, infark, dan SOL di parenkim
otak

Rongten Thorax
Kesan: BP dd Tb paru

1.7 DIAGNOSIS KERJA


P1A0 post SC 10 hari + status conflusion dgn susp eklamsia dd meningoensefalitis

1.8 PENATALAKSAAN AWAL


- NRM 10 tpm – 15 tom
- Diazepam 4 amp dalam D5% dalam 500 cc
- Diazepam 1 amp diencerkan dalam 10 cc bolus lambat
- Omeprazole 2 x 40 mg IV
- PCT
- Pemasangan OPA, NGT, kateter
- Rencana intubasi
- NGT dekompresi
- Konsul dr Ajeng, Sp.OG à citikolin iv 3 x 500 mg, manitol 3 x 150 mg, konsul neurologi

1.9 FOLLOW UP

27 Agustus 2019 28 Agustus 2019 29 Agustus 2019


S Kejang (-), demam (-), Kejang (-), Pusing (-), Kejang (-), Pusing (-),
pasien tidak sadarkan diri pangan kabur (-) pangan kabur (-)
O KU: Tampak Sakit Berat KU: Tampak Sakit Berat KU: Tampak Sakit Berat
Kesadaran: DPO Kesadaran: DPO Kesadaran: CM
TD: 134/89mmHg TD: 160/100 mmHg TD: 150/100 mmHg
Nadi: 91 x/menit Nadi: 98 x/menit Nadi: 99 x/menit
Pernafasan: 14 x/menit Pernafasan: 22 x/menit Pernafasan: 20 x/menit
Suhu: 36,8 Suhu: 36,5 Suhu: 36,8
A Eklasmsi post partum pada Eklasmsi post partum pada Eklasmsi post partum pada
P1A1 post partus dengan P1A1 post partus dengan P1A1 post partus dengan
SC ai PEB + hipoalbumin SC ai PEB + hipoalbumin SC ai PEB + hipoalbumin +
+ sepsis + sepsis sepsis
P NGT Meropenem 3 x 1 gr Rencana pindah ke HCU
Ceftriaxon 2x1 g Balance cairan VK
Dexametason 3 x 1 amp Amlodipin 1x 10 mg Meropenem 3 x 1 gr
Manitol 4 x 125 mg Metocloperamid 2 x 1 Balance cairan
PCT 3 x 1 g Omz 2 x 40 mg Amlodipin 1x 10 mg
PCT 3 x 1 g Metocloperamid 2 x 1
Manitol 4 x 125 cc Omz 2 x 40 mg
Phenitoin 3 x 100 mg PCT 3 x 1 g
Citicolin 2 x 500 mg Manitol 4 x 125 cc
Tranfusi albumin 25% Phenitoin 3 x 100 mg
Citicolin 2 x 500 mg
Tranfusi albumin 25%

Hasil Pemeriksaan laboratorium tanggal 29 Agustus 2019


Hemoglobin 11.1 g/dl
Hematokrit 35.7 %
Leukosit 12.3 /uL
Trombosit 367 /uL
GDS 102 mg/dl
Albumin 3.31
Ph 7.43
pCO2 40
pO2 192
HCO3 26
Sat. O2 99.6
BE 1.7
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 28 Agustus 2019
Natrium 139 mmol/L
Kalium 3.3mmol/L
Clorida 107 mmol/L

1.10 RESUME
Telah diperiksa seorang perumpuan berusai 21 tahun dengan keluhan kejang sejak 3 jam
SMRS, kejang dirasakasn terus menerus dan tidak berhenti, sebelum kejang pasien mengeluh
adanya pusing yang mengganggu aktifitasnya. Pasien memiliki riwayat operasi SC atas
indikasi Preeklamsi berat yang terjadi 10 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
hipertensi emergency dengan takikardai dan takipneu, Pemeriksaan Penunjang didapatkan
leukositosis, hipoalbumin disertai dengan hipoklorida dan hipokalemia, pada pemeriksaan CT-
scan kepala dalam batas normal namun Rongten Thorax didapatkan adanya BP dd TB paru.

2.1 PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
ANALISA KASUS

Pada kasus ini, Ny. DW 21 tahun dengan diagnosa Eklasmsi post partum pada P1A1 post partus
dengan SC ai PEB + hipoalbumin + sepsis yang merupakan diagnosa pasien yang ditegakan
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

- Anamnesis
o Berdasarkan anamnesa didapatkan pasien seorang perumpuan berusia 21 tahun
P1 A0 riwayat sc 10 hari yang lalu a/I PEB datang dengan keluhan utama kejang
berulang selama kira kira 3 jam yang didahului oleh pusing yang hebat.
§ Berdasarkan dari tinjauan pustaka bahwa berdasarkan dari epidemiologi
bahwa pada wanita yang masih berusia muda, nulipara memiliki resiko
lebih tinggi untuk terjadi PEB yang pada akhirnya menjadi ekalmasi,
karena berdasarkan data didapatkan bahwa tingginya angka kejadia
pada wanita hamil yang mengalami PEB adalah wanita yang hamil pada
usia muda, pada kehamilan pertam, kehamilan kembar, obesitas, riwayat
ekalmsia pada kehamilan sebelumnya.
§ Pada pasien ini sebelum terjadinya kejang, memiliki keluhan pusing
yang merupakan gejala dari peningkatan TIK yang dapat disebabkan
oleh adanya edema otak yang terjadi karena adanya PEB yang
menyebabkan gangguan perfusi otak sehingga terjadinya kejang pada
pasien ini.
- Pemeriksaan Fisik
o Pada pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan GCS 4 E1 V1 M2, tampak sakit
berat, Hipertensi emergensi ( 180/110 mmHg), disertai dengan takikardi
(140x/m), takipneu (32x/m) dan febris (38.8). Pada pemeriksaan fisik
didapatkan kaku kuduk +, dan edema pada tungkai bawah
§ Pada tanda tanda vital pada pasien didapatkan hipertensi yang
menunjukan bahwa masih terdapat tanda tanda hipertensi pasca
persalinan yang menurut tinjauan pustaka bahwa hipertensi pasca
persalinan itu akan berlangsung selama 6 minggu pasca persalinan yang
dimana hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka
§ Pasien mengalami kejang yang menyebabkan kesadaran turun, sehingga
apabila pasien yang pasca kejang atau eklamsi akan membuat tanda
tanda vital akan meningkat seperti pada pernafasan, dan nadi.
§ Pada pasien ini memiliki gejala demam yang disertai dengan penurunan
kesadaran yang membuat penulis mengarah ke arah sepsis atau
meningoensefalitis
• Pada pasien ini memiliki skor quick sofa 2 dari 3 yaitu
penurunan kesadaran dan takipneu yang menunjukan tanda awal
dari pasien sepsis
• Pada pasien ini juga memenuhi kriteria dari trias meningitis yaitu
kaku kuduk +, demam dan penurunan kesadaran
• Sehingga pada pasien ini diperlukan pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan analisa LCS dan tes darah lengkap untuk
mengetahui apakah pasien ini sepsis atau meningitis?
- Pemeriksaan Penunjang
o Pada pemeriksaan penunjang pada pasien ini didapatkan adanya leukositosis
(25.2), hipoalbumin (2.5), hipokalemi (3.3), dan hipoklorida (108)
§ Leukositosis pada pasien ini merupakan tanda dari adanya infeksi yang
mengarah ke arah sepsis.
§ Hipoalbumin pada pasien ini dapat terjadi karena adanya dari
patofisilogi dari PEB yang terjadi arena kerusakan vaskular sehingga
menyebabkan kebocoran vaskular yang menyebabkan albumin keluar
dari pembuluh darah atau terjadinya kerusakan pada endotel pada
glomerulus sehingga terjadi kerusakan pada sistem reabsorsi yang
menyebabkan terbuangnya protein yang menyebabkan kadar albumin
pada pasien ini menurun
o Pada pasien ini juga di lakukan pemeriksaan CT-scan kepala untuk menentukan
apakah adanya edema cerebri, infark cerebri yang dapat mencetuskan terjadinya
kejang pada pasien ini, dikarenkan terjadinya kejang pada pasien PEB itu terjadi
karena adanya gangguan aliran darah pada otak yang menyebabkan terjadinya
infark, atau gangguan autoregulasi pada otak yang dapat menyebabkan
terjadinya edeme otak.
- Tatalaksana
o Tatalaksana awal pada pasien ini berupa pemberian diazepam 4 amp dalam d5%
+ diazepam 1 amp dalam 10 cc bolus lambat
§ Pada teori didapatkan bahwa tatalaksana awal pada terapi eklamsia
diberikan MgSO4 terlebih dahulu setelah itu baru dapat diberikan obat
anti kejang lainya

Anda mungkin juga menyukai