memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajibannya.
NPWP diberikan kepada Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaralan subjektif dan objektif sebagaimana telah
diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
NPWP tidak berubah meskipun Wajib Pajak pindah tempat tinggal/tempat kedudukan atau mengalami pemindahan
tempat terdaftar.
Kantor Perwakilan Perusahaan Asing Wajib Pajak perwakilan dagang asing atau
kantor perwakilan perusahaan asing
(representative office/liaison office) di
Indonesia yang bukan Bentuk Usaha Tetap
(BUT)
Apabila Anda hendak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi, Anda
harus mengisi Formulir Pendaftaran [Unduh Formulir Pendaftaran - untuk pendaftaran secara
tertulis] dan melengkapi dokumen pendaftaran.
Ada empat kategori pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi, yaitu :
Setelah Anda menentukan kategori tersebut, berikut dokumen yang harus dilampirkan:
1. Karyawan
Apabila penghasilan Anda berasal dari pekerjaan sebagai karyawan, silahkan lampirkan dokumen berikut.
Kewarganegaraan Dokumen
Apabila penghasilan Anda berasal dari usaha dan/atau pekerjaan bebas, silahkan lampirkan dokumen berikut.
Kewarganegaraan Dokumen
bagi Warga Negara Indonesia 1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan
2. Memilih salah satu dari dokumen berikut
o surat pernyataan bermeterai dari Wajib Pajak yang
menyatakan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
dilakukan dan tempat atau lokasi kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas tersebut dilakukan, atau
o keterangan tertulis atau elektronik dari penyedia jasa
aplikasi online yang menyatakan bahwa Wajib Pajak
merupakan mitra usaha penyedia jasa aplikasi online.
Apabila penghasilan berasal dari usaha dan/atau pekerjaan bebas pada 1 (satu) atau lebih tempat kegiatan usaha
yang berbeda dengan tempat tinggal Wajib Pajak silahkan lampirkan dokumen berikut.
Pada dasarnya, pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak Warisan Belum Terbagi
menggunakan NPWP dari Wajib Pajak orang pribadi yang meninggalkan warisan tersebut.
Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi yang meninggalkan warisan belum memiliki NPWP, dan dari warisan
tersebut diterima atau diperoleh penghasilan, yang mendaftarkan diri adalah wakil dari Wajib Pajak Warisan
Belum Terbagi yaitu:
1. fotokopi dokumen yang menunjukkan identitas diri orang pribadi yang meninggalkan warisan,
2. fotokopi akta kematian, surat keterangan kematian, atau dokumen lain yang dipersamakan, dan
3. dokumen yang menunjukkan kedudukan sebagai wakil Wajib Pajak Warisan Belum Terbagi.
Surat Pemberitahuan yang selanjutnya disingkat SPT adalah surat yang Anda gunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang selanjutnya disebut SPT Tahunan PPh adalah SPT PPh untuk
suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak, yang meliputi SPT Tahunan Orang Pribadi dan SPT Tahunan Bada
Sebagai Wajib Pajak, Anda wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke
KPP, atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Untuk Anda, Wajib Pajak badan yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, wajib menyampaikan SPT PPh Wajib Pajak badan beserta
lampirannya dalam bahasa Indonesia kecuali lampiran berupa laporan keuangan, dan menggunakan satuan mata
uang Dollar Amerika Serikat.
Dalam hal SPT dianggap tidak disampaikan, Direktur Jenderal Pajak harus memberitahukan secara tertulis kepada
Wajib Pajak.
1. E-Filing
Untuk WP Badan yang pelaporan sebelumnya masa atau tahunan sudah menggunakan bentuk elektronik
a. KPP Madya
2. E-Form
Bisa disampaikan melalui laman djponline.pajak.go.id dengan memilih layanan e-FORM dan mengunggah laporan
keuangan dalam bentuk PDF.
Setelah terkirim, Bukti Penerimaan Elektronik akan masuk ke surel yang sudah didafta
Sejak 1 Januari 2013, ada 4 (empat) cara bagi Wajib Pajak (WP) untuk dapat menyampaian Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan, yaitu:
1. Secara Langsung
Penyampaian SPT Tahunan secara langsung dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:
1. melalui Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat WP terdaftar,
dalam hal SPT yang disampaikan adalah:
SPT Tahunan Lebih Bayar (LB);
SPT Tahunan Pembetulan;
SPT Tahunan yang disampaikan setelah batas waktu penyampaian SPT; dan/atau
SPT Tahunan dalam bentuk e-SPT.
2. Melalui Pojok pajak/mobil pajak/dropbox dimana saja
Yang dapat disampaikan melalui Pojok pajak/mobil pajak/dropbox dimana saja adalah untuk SPT
Tahunan selain SPT Tahunan LB, SPT Tahunan pembetulan, atau SPT Tahunan yang
disampaikan setelah batas waktu penyampaian SPT, dan SPT Tahunan dalam bentuk e-SPT.
Penyampaian SPT secara langsung ini dilakukan tidak dalam amplop atau kemasan lainnya.
Dalam hal SPT disampaikan dalam amplop atau kemasan lainnya, maka Petugas Penerima SPT
akan membuka amplop atau kemasan lainnya tersebut.
2. Melalui Pos dengan bukti pengiriman Surat ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Tempat WP
terdaftar
Penyampaian SPT Tahunan melalui pos dilakukan dalam amplop tertutup yang telah dilekati lembar
informasi amplop SPT Tahunan (format terlampir di lampiran 1 Peraturan Dirjen Pajak nomor PER-
26/PJ/2012) yang berisi data sebagai berikut:
o Nama Wajib Pajak;
o NPWP;
o Tahun Pajak;
o Status SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar);
o Jenis SPT (SPT Tahunan/SPT Tahunan Pembetulan ke-…);
o Perubahan Data (Ada/Tidak Ada);
o Nomor Telepon;
o Pernyataan; dan
o Tanda tangan WP.
3. Melalui Perusahaan Jasa Ekspedisi atau kurir dengan bukti pengiriman surat ke KPP tempat WP
terdaftar
Penyampaian SPT Tahunan melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dilakukan dalam amplop
tertutup yang telah dilekati lembar informasi amplop SPT Tahunan (format terlampir di lampiran 1
Peraturan Dirjen Pajak nomor PER-26/PJ/2012) yang berisi data sebagai berikut:
o Nama Wajib Pajak;
o NPWP;
o Tahun Pajak;
o Status SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar);
o Jenis SPT (SPT Tahunan/SPT Tahunan Pembetulan ke-…);
o Perubahan Data (Ada/Tidak Ada);
o Nomor Telepon;
o Pernyataan; dan
o Tanda tangan WP.
4. e-Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau Penyedia Jasa ASP
(Application Service Provider)
0. Penyampaian e-Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) dapat
dilakukan untuk WP Orang Pribadi (OP) yang menggunakan Formulir SPT Tahunan 1770 S dan
Formulir SPT Tahunan 1770 SS. (selengkapnya tata cara penyampaian SPT Tahunan secara e-
Filing melalui Website DJP dapat dilihat disini)
1. Penyampaian SPT (Tahunan dan Masa) dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan Secara
elektronik (e-Filing) melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Pajak selengkapnya dapat dilihat disini.
1. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi (OP)
a. Batas waktu penyampaian SPT-nya adalah paling lama 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak
Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan adalah WP OP yang dalam
satu tahun Pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto tidak melebihi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
b. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh harus dibayar lunas
sebelum SPT PPh disampaikan.
Batas Pembayaran
(Paling Lambat ...) Batas Pelaporan
No. Jenis Pajak
(Pasal 2 PMK Undang Undang di bidang
242/PMK.03/2014) Perpajakan
1 PPh pasal 4(2) setor sendiri tgl 15 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
2 PPh pasal 4(2) pemotongan tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
3 PPh pasal 15 setor sendiri tgl 15 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
4 PPh pasal 15 pemotongan tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
5 PPh pasal 21 tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
6 PPh pasal 23/26 tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
7 PPh pasal 25 tgl 15 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
PPh pasal 22 impor setor sendiri (dilunasi saat penyelesaian
8
bersamaan dg bea masuk, PPN, PPnBM) dokumen PIB
PPh pasal 22 impor yang pemungutan hari kerja terakhir minggu
9 1hari kerja berikutnya
oleh BC berikutnya
hari yang sama dg
PPh pasal 22 pemungutan oleh
10 pembayaran atas 14 hari setelah masa pajak berakhir
bendaharawan
penyerahan barang
11 PPh pasal 22 migas tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
PPh pasal 22 pemungutan oleh WP badan
12 tgl 10 bulan berikutnya tgl 20 bulan berikutnya
tertentu
akhir bulan berikutnya
setelah masa pajak akhir bulan berikutnya setelah masa
13 PPN & PPnBM
berakhir & sebelum SPT pajak berakhir
masa PPN disampaikan
tgl 15 bulan berikutnya
akhir bulan berikutnya setelah masa
14 PPN atas kegiatan membangun sendiri setelah Masa Pajak
pajak berakhir
berakhir
PPN atas pemanfaatan BKP tidak tgl 15 bulan berikutnya
akhir bulan berikutnya setelah Masa
15 berwujud dan/atau JKP dari Luar Daerah setelah saat terutangnya
Pajak berakhir
Pabean pajak
PPN & PPnBM Pemungutan akhir bulan berikutnya setelah masa
16 tgl 7 bulan berikutnya
Bendaharawan pajak berakhir
harus disetor pada hari
yang sama dengan
PPN dan/ atau PPnBM pemungutan oleh
pelaksanaan pembayaran
17 Pejabat Penandatanganan Surat Perintah
kepada PKP Rekanan
Membayar sebagai Pemungut PPN
Pemerintah melalui
KPPN
tgl 15 bulan berikutnya
PPN & PPnBM Pemungutan selain akhir bulan berikutnya setelah masa
18 setelah Masa Pajak
bendaharawan pajak berakhir
berakhir
PPh 25 WP kriteria tertentu yang dapat
harus dibayar paling
melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 20 hari setelah berakhirnya Masa
19 lama pada akhir Masa
satu SPT Masa. (Pasal 3 ayat (3B) UU Pajak terakhir
Pajak terakhir.
KUP)
Pembayaran masa selain PPh 25 WP harus dibayar paling
kriteria tertentu yang dapat melaporkan lama sesuai dengan batas 20 hari setelah berakhirnya Masa
20
beberapa Masa Pajak dalam satu SPT waktu untuk masing- Pajak terakhir.
Masa. (Pasal 3 ayat (3B) UU KUP) masing jenis pajak.
1. Jika tanggal jatuh tempo pembayaran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari
sabtu atau hari libur nasional, maka pembayaran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
2. Jika tanggal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau
hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
3. Hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan
umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan
oleh Pemerintah.
4. Batas waktu pembayaran, penyetoran, atau pelaporan pajak untuk SPT masa
adalah :
b. Ketentuan terkait SPT Masa PPh Pasal 25 :
3. Sanksi bunga:
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan
8 (2 dan Per bulan, dari jumlah pajak yang
1. Pembetulan SPT Masa dan Tahunan 2%
2a) kurang dibayar
9 (2a Per bulan, dari jumlah pajak
2. Keterlambatan pembayaran pajak masa dan tahunan 2%
dan 2b) terutang
Per bulan, dari jumlah kurang
3. 13 (2) Kekurangan pembayaran pajak dalam SKPKB 2%
dibayar, max 24 bulan
SKPKB diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun karena
Dari jumlah paak yang tidak mau
4. 13 (5) adanya tindak pidana perpajakan maupun tindak pidana 48%
atau kurang dibayar.
lainnya
Per bulan, dari jumlah pajak tidak/
5. 14 (3) a. PPh tahun berjalan tidak/kurang bayar 2%
kurang dibayr, max 24 bulan
Per bulan, dari jumlah pajak tidak/
b. SPT kurang bayar 2%
kurang dibayr, max 24 bulan
PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan Per bulan, dari jumlah pajak tidak/
14 (5) 2%
pengembalian Pajak Masukan kurang dibayr, max 24 bulan
SKPKBT diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun karena
Dari jumlah pajak yang tidak atau
6. 15 (4) adanya tindak pidana perpajakan maupun tindak pidana 48%
kurang dibayar
lainnya
SKPKB/T, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding Per bulan, atas jumlah pajak yang
7. 19 (1) 2%
yang menyebabkan kurang bayar terlambat dibayar tidak atau kurang dibayar
Per bulan, bagian dari bulan
8. 19 (2) Mengangsur atau menunda 2%
dihitung penuh 1 bulan
Atas kekurangan pembayaran
9. 19 (3) Kekurangan pajak akibat penundaan SPT 2%
pajak
4. Sanksi kenaikan:
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan
Dari pajak yang kurang
1. 8 (5) Pengungkapan ketidak benaran SPT sebelum terbitnya SKP 50%
dibayar
Apabila: SPT tidak disampaikan sebagaimana disebut dalam surat
13
2. teguran, PPN/PPnBM yang tidak seharusnya dikompensasikan
(3)
atau tidak tarif 0%, tidak terpenuhinya Pasal 28 dan 29
Dari PPh yang tidak/
a. PPh yang tidak atau kurang dibayar 50%
kurang dibayar
Dari PPh yang tidak/
b. tidak/kurang dipotong/ dipungut/ disetorkan 100%
kurang dipotong/ dipungut
Dari PPN/ PPnBM yang
c. PPN/PPnBM tidak atau kurang dibayar 100%
tidak atau kurang dibayar
15 Dari jumlah kekurangan
3. Kekurangan pajak pada SKPKBT 100%
(2) pajak tersebut