Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan meninggal dunia berhak mendapatkan manfaat berupa
uang tunai. Manfaat jaminan kecelakaan kerja yang berupa uang tunai diberikan sekaligus kepada ahli
waris pekerja yang meninggal dunia. Mengenai besaran jumlahnya tidak diatur secara rinci.
Berkaitan dengan pertanyaan Anda, mengenai besaran uang duka/ santunan kematian sebagai
manfaat uang tunai yang diterima oleh pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan meninggal dunia
adalah sebesar:
1. Santunan kematian sebesar = 60% x 80 x Upah sebulan, paling sedikit sebesar Jaminan Kematian.
2. Biaya pemakaman Rp 3 juta
3. Santunan berkala dibayar sekaligus= 24 x Rp 200 ribu = Rp 4,8 juta
4. Jika pekerja tersebut memiliki anak, maka diberikan bantuan beasiswa kepada anaknya yang masih
sekolah sebesar Rp 12 juta untuk setiap pekerja.
Selain itu, berdasarkan Pasal 166 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(“UU Ketenagakerjaan”) dalam hal hubungan kerja berakhir karena pekerja/buruh meninggal dunia,
kepada ahli warisnya diberikan sejumlah uang yang besar perhitungannya sama dengan perhitungan
dua kali uang pesangon yang ditetapkan berdasarkan masa kerja.
Dalam hal ini, karena pekerja pabrik tersebut telah bekerja lebih dari tujuh tahun tetapi kurang dari
delapan tahun maka pekerja pabrik tersebut berhak mendapatkan dua kali delapan bulan upah.
Selain dua kali uang pesangon, ahli waris juga berhak memperoleh satu kali uang penghargaan masa
kerja, yakni sebesar tiga bulan upah dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.
Pada dasarnya, setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, wajib menjadi Peserta program Jaminan Sosial.[2]
Pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai
peserta kepada BPJS, sesuai dengan program jaminan sosial yang diikuti dan pekerja
berhak untuk mendaftarkan diri sebagai peserta program jaminan sosial atas
tanggungan pemberi kerja apabila pemberi kerja telah nyata-nyata tidak mendaftarkan
pekerjanya pada BPJS.[3]
Yang dimaksud dengan pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima
gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.[4] Ini berarti baik UU BPJS ataupun UU
SJSN tidak membedakan antara pekerja tetap (dengan Perjanjian Kerja Waktu Tidak
Tertentu) ataupun pekerja kontrak (dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu).
2.
3.
4.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau
sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.[5]
Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan meninggal dunia maka berhak
mendapatkan manfaat berupa uang tunai.[6] Manfaat jaminan kecelakaan kerja yang
berupa uang tunai diberikan sekaligus kepada ahli waris pekerja yang meninggal
dunia.[7] Mengenai besaran jumlahnya tidak diatur secara rinci.
Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya manfaat uang tunai, hak ahli waris,
kompensasi, dan pelayanan medis sebagaimana dijelaskan sebelumnya, diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Pemerintah.[8]
Dalam hal Pemberi Kerja selain penyelenggara negara nyata-nyata lalai tidak
mendaftarkan Pekerjanya, Pekerja berhak mendaftarkan dirinya sendiri dalam
program jaminan sosial kepada BPJS Ketenagakerjaan sesuai program yang
diwajibkan dalam penahapan kepesertaan.[10]
Yang dimaksud dengan JKK adalah manfaat berupa uang tunai dan/atau pelayanan
kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami kecelakaan kerja atau
penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.[11]
Peserta yang mengalami Kecelakaan Kerja atau penyakit akibat kerja berhak atas
manfaat JKK.[12] Manfaat JKK berupa:[13]
a.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
perawatan intensif;
8.
9.
penunjang diagnostik;
10.
11.
pengobatan;
12.
13.
pelayanan khusus;
14.
15.
16.
17.
jasa dokter/medis;
18.
19.
operasi;
20.
21.
22.
23.
rehabilitasi medik.
24.
c.
d.
1.
2.
3.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Perlu diketahui bahwa hak atas manfaat JKK dalam hal Pekerja meninggal dunia
diberikan kepada ali warisnya, meliputi:[14]
a.
c.
dalam hal janda, duda, atau anak tidak ada, maka manfaat JKK diberikan
sesuai urutan sebagai berikut:
d.
1.
2.
3.
saudara kandung;
4.
5.
mertua;
6.
7.
8.
9.
bila tidak ada wasiat, biaya pemakaman dibayarkan kepada pihak lain
yang mengurus pemakaman, sedangkan santunan kematian diserahkan
ke Dana Jaminan Sosial.[15]
10.
a.
b.
c.
bukti pembayaran upah selama pekerja tidak mampu bekerja atau santunan
sementara tidak mampu bekerja.
d.
Besaran Uang yang Diterima oleh Ahli Waris Pekerja yang Meninggal Dunia
Selain itu, Pasal 166 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (“UU Ketenagakerjaan) mengatur dalam hubungan kerja berakhir
karena pekerja/buruh meninggal dunia, kepada ahli warisnya diberikan sejumlah uang
yang besar perhitungannya sama dengan perhitungan dua kali uang pesangon yang
ditetapkan berdasarkan masa kerja.
Dalam hal ini, karena pekerja pabrik tersebut telah bekerja lebih dari tujuh tahun tetapi
kurang dari delapan tahun, maka pekerja pabrik tersebut berhak mendapatkan dua
kali delapan bulan upah.[18]
Selain dua kali uang pesangon, ahli waris juga berhak memperoleh satu kali uang
penghargaan masa kerja, yakni sebesar tiga bulan upah[19] dan uang penggantian
hak yang seharusnya diterima. Uang penggantian hak tersebut meliputi:[20]
b. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ketempat dimana
pekerja/buruh diterima bekerja;
c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang pesangon
dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat;
d. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan dan perjanjian kerja
bersama.
4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta
Penerima Upah.