Anda di halaman 1dari 39

ANALISIS KADAR MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb)

DI PULAU RAMBUT KEPULAUAN SERIBU

Oleh :
Almira Nurdevina Putri 41204720116008
Darmaini Hardiyanti 41204720116026
Rahmatul Kartini Erza 41204720116077
Rashiniva Handoko Putri 41204720116079
Ratna Komala Dewi 41204720116080

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
BOGOR
2020

1
DAFTAR ISI

Daftar isi................................................................................................................. i

I. Pendahuluan.............................................................................................. 1
1.1 Latar belakang............................................................................... 2
1.2 Maksud dan tujuan........................................................................ 2
1.3 Waktu dan tempat......................................................................... 2
II. Tinjauan Pustaka....................................................................................... 3
2.1 Logam berat.................................................................................. 3
2.1.1 Logam Pb.......................................................................... 4
2.1.2 Logam Hg.......................................................................... 4
2.2 Parameter lingkungan fisika dan kimia......................................... 5
2.2.1 Suhu................................................................................... 5
2.2.2 pH...................................................................................... 5
2.2.3 Salinitas............................................................................. 6
2.2.4 Kecerahan......................................................................... 7
2.2.5 DO..................................................................................... 7
2.2.6 Arus.................................................................................... 8
2.3 AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) ............................. 9
2.3.1 Penyaringan....................................................................... 9
2.3.2 Preparasi sampel................................................................ 9
2.3.3 Pengukuran logam berat.................................................. 10
III. Metode..................................................................................................... 12
3.1 Alat dan bahan............................................................................. 12
3.2 Skema kerja................................................................................. 13
IV. Pembahasan............................................................................................. 17
4.1 Analisis prosedur........................................................................ 17
4.1.1 Prosedur pengambilan sampel....................................... 17
4.1.2 Penyaringan dan preparasi sampel................................ 18
4.1.3 AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) .............. 19
4.2 Analisa hasil................................. ............................................ 26
4.2.1 Lapang................................. ........................................ 26

ii
4.2.2 AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) ............... 27
V. Penutup.................................................................................................... 29
5.1 kesimpulan.................................................................................. 29
5.2 Saran.......................................................................................... 30
Daftar Pustaka...................................................................................................... 30
Lampiran............................................................................................................ 34
Lampiran kegiatan pengambilan sampel............................................................ 36

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan PP No. 19/1999, pencemaran laut diartikan sebagai masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku
mutu atau fungsinya (Pramudianto, 1999 dalam Kuncowati, 2010).
Pencemaran pada kawasan pesisir pantai dapat terjadi baik secara alami
maupun yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti eksplorasi – eksploitasi,
industri, pertanian, maupun perhubungan. Erosi pada daerah pesisir, deposit
mineral, kebakaran hutan, dan aktivitas vulkanik merupakan penyebab alami
hadirnya bahan pencemar lingkungan. Perbagai bentuk substansi yang masuk ke
dalam lingkungan perairan tersebut dapat memberikan pengaruh negatif terhadap
faktor biotik ekosistem yaitu perubahan struktur komunitas, kematian massal,
resistensi terhadap susbtansi kimia oleh organisme serta perubahan kualitas
produktivitas perairan tersebut (Rompas 1990 dalam Tilaar, 2014).
Pencemaran di laut juga dapat berupa plastik yang tidak terurai. Jumlah
limbah ini semakin lama semakin besar, dan hingga sekarang belum diketahui
pasti dampak lingkungannya secara jangka panjang, selain dampak estetikanya
yang sudah jelas merugikan. Pencemaran laut yang lainnya terjadi pula dari
buangan zat kimia limbah pabrik yang dibuang ke sungai dan mengalir ke laut.
Pembuangan tailing atau ampas sisa kegiatan penambangan ke laut juga
menyebabkan pencemaran, karena tailing yang seharusnya mengendap di dasar
laut dapat terbawa ke permukaan laut dengan adanya pembalikan arus dari bawah
laut. Karena tailing tersebut mengandung logam berat yang berbahaya seperti
mercuri, maka dampak lingkungan yang merugikan akan bersifat akumulatif di
seluruh rantai makanan (Santosa, 2013).
Pencemaran adalah perubahan sifat fisika, kimia, dan biologi yang tidak
dikehendaki pada tanah, udara, dan air. Perubahan tersebut dapat menimbulkan
bahaya bagi kehidupan manusia atau organisme lainnya. Pencemaran terjadi
apabila terdapat ganguan dalam daur materi yaitu apabila laju produksi suatu zat

1
melebihi laju pembuangan atau penggunaan zat tersebut. Pencemaran merupakan
penambahan bermacam-macam bahan sebagai aktivitas manusia ke dalam
lingkungan yang biasanya memberikan pengaruh berbahaya terhadap
lingkungannya. Organisme yang mengalami dampak secara langsung dari
pengaruh limbah atau pencemaran terhadap badan air adalah organisme yang
tergolong dalam kelompok akuatik. Apabila suatu limbah yang berupa bahan
pencemar masuk kesuatu lokasi maka akan terjadi perubahan pada lokasi serta
lingkungan yang berupa faktor kimia dan fisika. Kondisi alam sebenarnya dalam
keseimbangan yang beraturan, membentuk mata rantai yang berhubungan satu
sama lainnya, sehingga apabila salah satu komponennya terganggu maka akan
berpengaruh pada komponen yang lainnya (Fitriyah, 2007).

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari praktikum Pencemaran Laut ini adalah untuk mengetahui tingkat
kadar kandungan logam berat (Pb dan Hg) yang dapat dijadikan tolak ukur status
pencemaran lingkungan pada perairan berdasarkan ilmu teknologi.
Tujuan dari praktikum Pencemaran Laut ini adalah untuk memberikan
keterampilan dan kemampuan dalam proses pengukuran kadar logam berat suatu
perairan yang merupakan indikator pencemaran lingkungan perairan.

1.3 Waktu dan Tempat


Pengambilan sampel dilakukan oleh Mahasiswa Kehutanan Universitas Nusa
Bangsa yang mengikuti mata kuliah Pencemaran Lingkungan di Pulau Rambut,
Kepulauan Seribu.
Praktikum Pencemaran Lingkungan untuk analisis laboratorium selanjutnya
dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 3 Januari 2020 yang bertempat di
Laboratorium SIG Bogor.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Logam Berat
2.1.1. Logam Berat Pb
Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian utama dalam segi
kesehatan. Hal tersebut karena dampaknya pada sejumlah besar orang akibat
keracunan makanan atau udara yang terkontaminasi Pb memiliki sifat toksik
berbahaya. Kegiatan atau aktivitas di laut yang berpotensi mencemari lingkungan
pesisir dan laut antara lain: perkapalan, dumping di laut, pertambangan, eksplorasi
dan eksploitasi minyak, budidaya laut, dan perikanan . Timbal (Pb) juga salah satu
logam berat yang mempunyai daya toksitas yang tinggi terhadap manusia karena
dapat merusak perkembangan otak pada anak-anak, menyebabkan penyumbatan
sel-sel darah merah, anemia dan mempengaruhi anggota tubuh lainnya. Timbal
dapat diakumulasi langsung dari air dan dari sedimen oleh organisme laut (Ika, et,
al., 2012).
Logam berat timbal sangat beracun, mempunyai sifat bioakumulatif dalam
tubuh organisme air, dan akan terus diakumulasi hingga organisme tersebut tidak
mampu lagi mentolerir kandungan logam berat timbal dalam tubuhnya. Karena
sifat bioakumulatif logam berat timbal, maka bisa terjadi konsentrasi logam
tersebut dalam bentuk terlarut dalam air adalah rendah, dalam sedimen semakin
meningkat akibat proses-proses fisika, kimia dan biologi perairan, dan dalam
tubuh hewan air meningkat sampai beberapa kali lipat. Logam berat secara
langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan manusia seperti Timbal
(Pb) dapat mengakibatkan penghambataan sistem pembentukan hemoglobin (Hb)
sehingga menyebabkan anemia, terganggunya sistem syaraf pusat dan tepi, sistem
ginjal, sistem reproduksi, idiot pada anak - anak, sawan (epilepsi), cacat rangka
dan merusak sel - sel somatik. Walaupun jumlah Timbal (Pb) yang diserap oleh
tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya. Hal ini
disebabkan senyawa – senyawa Timbal (Pb) dapat memberikan efek racun
terhadap banyak organ yang terdapat dalam tubuh (Palar, 2004).

-3-
2.1.2 Logam Berat Hg

Merkuri (Hg) Merkuri merupakan salah satu logam berat yang paling
berbahaya. Merkuri dengan nomor atom 80 dikenal juga sebagai “air raksa”,
mempunyai simbol kimia Hg, yang merupakan singkatan dari bahasa Yunani
“Hydrargyricum” yang berarti cairan perak.
Merkuri (Hg) merupakan salah satu dari jenis logam berat yang memiliki
efek toksik paling berbahaya bersama dengan timbal (Pb) dan kadmium (Cd),
(McLusky & Elliott 2004). Merkuri dianggap sebagai logam berbahaya karena
sebagai ion atau dalam bentuk senyawa tertentu mudah diserap ke dalam tubuh.
Di dalam tubuh, merkuri dapat menghambat fungsi dari berbagai enzim bahkan
dapat menimbulkan kerusakan sel. Kehadiran logam berat Hg di lingkungan dapat
terjadi melalui aktivitas gunung berapi, pelapukan batuan, dan sebagai akibat dari
aktivitas manusia. Namun, pencemaran merkuri di perairan laut lebih banyak
disebabkan oleh faktor manusia dibanding faktor alami.
Karena meskipun kehadiran merkuri dapat terjadi secara alami tetapi
kadarnya sangat kecil. Mayoritas merkuri yang ada di lingkungan berasal dari
kegiatan antropogenik, seperti kegiatan: pertambangan, pembakaran bahan bakar
fosil, pabrik pengolahan kertas, emisi smelter, dan sebagainya.
Merkuri dapat berada dalam 3 bentuk, yaitu: metal (logam), senyawa-
senyawa anorganik, dan senyawa organik. Merkuri dan turunannya sangat
beracun, sehingga kehadirannya di lingkungan perairan dapat sangat merugikan.
Pengaruh pencemaran merkuri terhadap ekologi bersifat jangka panjang, yaitu
meliputi kerusakan struktur komunitas, gen, jaringan makanan, tingkah laku, dan
fisiologi hewan air. Di lingkungan, merkuri yang terdapat dalam limbah di
perairan umum diubah oleh aktifitas mikro organisme menjadi komponen methyl
merkuri (senyawa organik) oleh mikroorganisme. Merkuri yang diakumulasi
dalam tubuh hewan air akan merusak sistem enzimatik, yang berakibat dapat
menimbulkan penurunan kemampuan adaptasi bagi hewan yang bersangkutan
terhadap lingkungan yang tercemar tersebut.
Manusia dapat terpapar oleh merkuri melalui proses penghidupan uap
merkuri secara langsung maupun melalui proses rantai makanan jika memakan
asupan seperti ikan dan biota perairan yang sudah tercemar merkuri. Paparan

-4-
merkuri dalam tubuh manusia dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius,
meskipun hanya dalam konsentrasi yang rendah. Keracunan oleh merkuri
nonorganik dapat mengakibatkan terganggunya fungsi ginjal dan hati. Merkuri
organik dari jenis methyl mercury dapat memasuki plasenta dan merusak janin
pada wanita hamil sehingga menyebabkan cacat bawaan, kerusakan DNA dan
kromosom, mengganggu saluran darah ke otak serta menyebabkan kerusakan
otak.
2.2 Parameter Lingkngan Fisika dan Kimia
2.2.1 Suhu
Suhu merupakan besaran fisika yang menyatakan banyaknya panas yang
terkandung dalam suatu benda secara alamiah. Pebedaan sebaran temperature
pada laut terbuka sebagian besar dipengaruhi oleh faktor alam, antara lain
perbedaan panas radiasi penguapan, serta adanya sirkulasi air laut. Pengaruh
kegiatan manusia atau antropogenik secara khusus terjadi pada sebagian kecil
badan air laut. Suhu di laut adalah salah satu faktor yang amat penting bagi
kehidupan organisme dilautan. Parameter suhu sangat mempengaruhi aktivitas
metabolism maupun perkembangbiaakan dari biota-biota perairan. Oleh karena itu
banyak macam hewan dijumpai di berbagai tempat di dunia ( Hutabarat, 2001).
Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya panas yang
terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama panas dalam air laut
26
adalah matahari. Setiap detik matahari memancarkan panas sebanyak 10 kalori
dan setiap tempat di bumi yang tegak lurus ke matahari akan menerima panas
sebanyak 0,033 kalori perdetik. Suhu air laut terutama di lapisan permukaan
sangat tergantung pada jumlah panas yang diterimanya dari matahari. Daerah-
daerah yang paling banyak menerima panas dari matahari adalah daerah-daerah
yang terletak pada lintang 0°. Oleh karena itu suhu air laut yang tertinggi akan
ditemukan di daerah sekitar equator (Hutagalung, 1988).
2.2.2 pH
Derajat keasaman atau Ph merupakan nilai yang menunjukkan aktivitas ion
hidrogen dalam air. Nilai pH suatu perairan dapat mencerminkan keseimbangan
antara asam dan basa dalam perairan tersebut. Derajat keasaman sangat atau pH
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup biota laut, misalnya

-5-
ikan. Kisaran nilai pH disuatu perairan berbeda- beda pada setiap wilayah. Pada
kisaran nilai pH air laut berkisar antara 7,5-8,4 dan akan semakin rendah ke
wilayah pantai karena daerah terpengaruhi oleh air tawar (Affan, 2012).
Derajat keasaman suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia
yang cukup penting dalam memantau kestabilan perairan. Perubahan nilai pH
suatu perairan terhadap organisme akuatik mempunyai batasan tertentu dengan
nilai pH yang bervariasi, tergantung pada suhu air laut, konsentrasi oksigen
terlarut dan adanya anion dan kation. Pada umumnya, nilai pH dalam suatu
perairan berkisar antara 4-9, sedangan di daerah bakau, niali pH dapat menjadi
lebih rendah disebabkan kandungan bahan organik yang tinggi (Simanjuntak,
2009).
2.2.3 Salinitas
Salinitas adalah tingkat tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan kadar garam tanah. Kandungan
garam pada sebagaian besar danau, sungai dan saluran air alami sangat kecil
sehingga air tersebut dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam
sebenarnya pada air ini secara definisi kurang dari 0,05 ppt. jika lebih dari itu
dikategorikan sebagai air payau. Salinitas pada umumnya stabil, namun ada
beberapa daerah yang mengalami fluktuasi (Darmadi, 2010).
Salinitas disamping suhu, adalah merupakan faktor abiotik yang sangat
menentukan penyebaran biota laut. Perairan dengan salinitas lebih rendah atau
lebih tinggi dari pada pergoyangan normal air laut merupakan faktor penghambat
(limiting factor) untuk penyebaran biota laut tertentu. pergoyangan air laut normal
secara global berkisar antara 33 %o sampai dengan 37 ‰ dengan nilai tengah
sekitar 35 %o. Walaupun demikian terdapat kodisi ekstrim alami, seperti di Laut
Merah pada saat tertentu salinitas air laut dapat mencapai 40 ‰ ataupun seperti
contoh di Laut Baltik, terutama di sekitar Teluk Bothnia salinitas air laut dapat
mencapai titik terendah yaitu sekitar 2 %c. Perairan muara sungai dan estuaria
biasanya mempunyai salinitas lebih rendah dari air laut normal dan disebut
sebagai perairan payau (brackish water) (Aziz, 1994).

-6-
2.2.4 Kecerahan
Kecerahan merupakan tingkat dimana cahaya menembus lapisan perairan.
Pengukuran kecerahan menggunakan alat yang disebut seschi disc. Kecerahan
menunjukkan kemampuan penetrasi cahaya yang masuk dalam perairan. Tingkat
penetrasi cahaya sangat di pengaruhi oleh partikel tersuspensi dan terlarut dalam
air sehingga mengurangi laju fotosintesis organisme perairan. Kecerahan juga
dpengaruhi oleh faktor yang sangat penting yaitu adanya sinar cahya matahari
(Wijaya, 2009).
Kecerahan/kekeruhan merupakan ukuran transparansi suatu perairan, yang
ditentukan secara visual dengan menggunakan sechi disk. Kecerahan/ kekeruhan
menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya
yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam badan air.
Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi
dan terlarut, maupun bahan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme
lain. Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi
nilai padatan tersuspensi suatu perairan akan menaikkan kekeruhan perairan
tersebut, akan tetapi tidak selalu berkorelasi dengan padatan terlarut total
(Santoso, 2008).
2.2.5 DO
Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor pembatas bagi kehidupan
organisme. Perubahan konsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan efek
langsung yang berakibat pada kematian organisme perairan. Sedangkan pengaruh
tidak langsung adalah meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang berada
dalam perairan. Hal tersebut karena oksigem terlarut digunakan untuk proses
metabolisme dalam tubuh dan perkembangbiakan organisme. Kelarutan oksigen
di dalam air dipengaruhi suhu, salinitas, dan tekanan udara. Peningkatan suhu dan
salinitas menyebabkan penurunan oksigen begitu juga sebaliknya. Kenaikan DO
menyebabkan penurunan suhu dan salinitas ( Affan, 2012).
Oksigen yang dikenal dengan nama zat asam merupakan unsur yang sangat
berperan dalam proses kehidupan dan penghidupan yang normal di dunia ini.
Tanpa oksigen proses respirasi dari organisme tidak akan berjalan. sehingga
tentunya akan diikuti oleh kematian. Begitu pula bahan bakar tidak akan terbakar,

-7-
logam tidak akan berkarat dan yang penting lagi zat-zat organik tidak akan terurai
atau mengalami pembusukan tanpa adanya oksigen. Sumber terpenting oksigen
adalah atmosfir dan hasil samping proses fotosintesa tumbuhan air. Penambahan
kandungan oksigen dalam air laut hanya berlangsung pada lapisan-lapisan air
permukaan melalui absorpsi atau proses diffusi dari atmosfir dan proses
fotosintesa (Azkab dan Muchtar, 1998).
2.2.6 Arus
Arus laut adalah gerakan massa air dari suatu tempat (posisi) ke tempat yang
lain. Arus laut terjadi dimana saja di laut. Pada hakekatnya, energi yang
menggerakkan massa air laut tersebut berasal dari matahari. Adanya perbedaan
pemanasan matahari terhadap permukaan bumi menimbulkan pula perbedaan
energi yang diterima permukaan bumi. Perbedaan ini menimbulkan fenomena
arus laut dan angin yang menjadi mekanisme untuk menye-imbangkan energi di
seluruh muka bumi. Kedua fenomena ini juga saling berkaitan erat satu dengan
yang lain. Angin merupakan salah satu gaya utama yang menyebabkan timbulnya
arus laut selain gaya yang timbul akibat dari tidak samanya pemanasan dan
pendinginan air laut (Azis, 2006).
Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh
lautan di dunia. Pergerakan air ini merupakan hasil dari beberapa proses yang
terdiri dari adanya aksi angin di atas permukaan laut dan terjadinya perbedaan
kerapatan air laut yang disebabkan oleh pemanasan matahari. Arus dapat pula
dihasilkan dari aktifitas pasang surut dan pergerakan ombak di pantai.Gerakan air
di permukaan laut terutama disebabkan oleh adanya angin yang bertiup di atasnya.
Akibatnya arus yang mengalir di permukaan lautan merupakan hasil kerja
gabungan dari mereka ini. Faktor-faktor tersebut adalah bentuk topografi dasar
lautan, pulau-pulau yang ada di sekitarnya, dan gaya coriolis.( Lanur dan Suwarni,
2011).

-8-
2.3 AAS( Atomic Absorption Spectrophotometer)

2.3.1 Penyaringan

Salah satu proses pengolahan air secara fisik adalah dengan filtrasi,
dimana terjadi pemisahan antara padatan/koloid dengan cairan. Pada proses ini,
digunakan media filtrasi yang sangat beragam untuk mendukung. Kelancaran
proses pengolahan air bersih. Secara umum filtrasi adalah proses yang
digunakan pada pengolahan air bersih untuk memisahkan bahan pengotor
(partikulat) yang terdapat dalam air. Pada prosesnya air merembes dan melewati
media filter sehingga akan terakumulasi pada permukaan filter dan terkumpul
sepanjang kedalaman media yang dilewatinya. Filter juga mempunyai
kemampuan untuk memisahkan partikulat semua ukuran termasuk
didalamnya algae, virus, dan koloid-koloid tanah (Selintung, 2012).
Proses filtrasi bertujuan memisahkan padatan dari campuran fasa cair
dengan kekuatan pendorong (driving force) perbedaan tekanan sehingga
mendorong fasa cair melewati lapisan pada medium filter. Pada proses filtrasi,
pemisahan padatan akan tertahan pada medium penyaring. Sedangkan fasa cair
yang melewati medium filter berupa limbah atau hasil sampingnya. Prosedur
filtrasi sederhana dapat diterapkan langsung pada benda padat yang bentuknya
tetap. Sebaliknya, diperlukan perlakuan-perlakuan khusus sebelum dan sesudah
proses filtrasi jika padatan yang akan dipisahkan berupa cairan yang mudah
terdeformasi atau berukuran kecil dan relatifsulit diambil dari suspensi cair.
Filtrasi sering diterapkan pada proses-proses biologis seperti memisahkan ekstrak
juice atau memisahkan mikroorganisme dari medium fermentasinya. Pada proses-
proses pemisahan yang sulit, proses filtrasi konvesional harus didukung dengan
teknologi lain agar filtrasi lebih praktis, cepat, dan kualitas tidak
terdegradasi(ITB, 2015).
2.3.2 Preparasi Sampel
Preparasi sampel merupakan tahapan dari pengawetan sampel air laut.
Sampel air laut dan kerang yang telah diperoleh, diawetkan dengan pengawet
yang sesuai dengan parameter yang akan dianalisis. Tujuan pengawetan ini
dimaksudkan agar sampel uji tidak mengalami perubahan sampai pada saat

-9-
dianalisis. Sampel yang akan dianalisis bisa mengalami perubahan. Sampel dapat
mengalami perubahan disebabkan terjadinya reaksi kimia, reaksi biologis serta
reaksi analit dengan botol sampling. Adapun preparasi sampel untuk analisa
logam berat, perlakuan terhadap sampel air laut dan kerang yakni sampel air yang
telah disaring, simpan dalam botol polyethylene (PE). Kemudian segera diawetkan
dengan HCl atau HNO3 sampai pH air sampel sekitar 1.5 (Nugroho, 2009).
Preparasi sampel merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk
mengawetkan sampel yang akan digunakan saat penelitian. Sebelum preparasi
sampel, sampel diambil berdasarkan tiap titik pegambilan sampel yang telah
ditetapkan. Pada tiap masing-masing titik lokasi pengambilan sampel, diambil
sampel air laut sebanyak 1 liter. Setelah pengambilan sampel, sampel yang telah
diambil kemudian diawetkan dengan menggunakan asam nitrat 65 %. Untuk 1
liter sampel, ditambahkan sebanyak 2 mL asam nitrat pekat (Arifin et al., 2012).
2.3.3 Pengukuran Logam Berat
Menurut Maslukah (2006), pengukuran logam berat dapat menggunakan
AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry). AAS mempunyai ketelitian 0,001
dan batas deteksi minimal 0,001 ppm. Dalam pengukuran dengan AAS ini,
masing-masing dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Mengendapnya logam
berat bersama-sama dengan padatan tersuspensi akan mempengaruhi kualitas
sedimen di dasar perairan serta perairan di sekitarnya. Kadar normal dan
maksimum logam berat dalam air laut sebagai berikut:

Tabel 1. Baku Mutu Logam Berat

No Logam berat satuan Baku mutu (mg/L)


perairan Biota laut
1. Timbal (Pb) mg/L <0,005 0,008
2. Merkuri (Hg) mg/L <0,003 0,001
Sumber: Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup tahun 2004

Menurut Badan Standardisasi Nasional (2011), rumus perhitungan


konsentrasi Pb atau Hg adalah sebagai berikut:

- 10 -
( )

Dimana:
D adalah konsentrasi contoh ⁄ dari hasil pembacaan AAS

E adalah konsentrasi blanko contoh ⁄ dari hasil pembacaan AAS


Fp adalah faktor pengenceran
V adalah volume akhir larutan contoh yang disiapkan (ml), harus diubah ke dalam
satuan liter
W adalah berat contoh (g)

- 11 -
III. METODE

3.1 Alat dan Fungsi


Tabel 2. Alat Dan Fungsi
Alat Fungsi
Water sampler Tempat menaruh sampel
Cool box Untuk tempat sampel dan menjaga sampel dari
suhu yang tinggi
Ember Tempat meletakkan botol polietilen ketika
preservasi
Thermometer Alat pengukur suhu
Salinometer Alat pengukur salinitas
DO meter Alat pengukur kadar oksigen terlarut
Secchi disc Alat pengukur kecerahan
pH meter Alat pengukur pH
Botol polietilen (500 ml) Tempat larutan atau sampel air laut
Gunting Untuk menggunting kertas saring Whatman
GPS Untuk mengetahui titik koordinat saat
pengambilan sampel air laut
Cawan petri Untuk tempat merendam kertas saring
Whatman dengan larutan HCl
Pinset Untuk mengambil kertas saring Whatman yang
sudah di rendam dalam larutan HCl
AAS (Atomic Suspension Alat untuk analisis penentuan unsur-unsur
Spektrofotometri) logam dan metalloid
Kertas label Untuk labelling atau memberi tanda
Kamera Untuk dokumentasi

3.2 Bahan dan Fungsi


Tabel 3. Bahan Dan Fungsi
Bahan Fungsi
Sampel air laut Larutan atau sampel yang akan diuji

- 12 -
Bahan Fungsi
Aquades Mensterilkan alat
Larutan HNO3 Sebagai larutan preservasi, pengawet sampel
dan pengikat unsur logam
Larutan HCl Untuk menghilangkan unsur logam berat yang
ada pada kertas saring Whatman
Kertas saring Whatman Untuk penyaring larutan atau sampel air laut
Sabun Untuk membersihkan alat (water sampler)

3.3 Skema Kerja


3.3.1 Pengambilan Sampel
a. Persiapan Sampel

Disiapkan Water sampler


- Dicuci menggunakan sabun
- Dikeringkan water sampler
- Dimasukkan aquades
- Ditutup water sampler dan dikocok
- Dibuang aquades
- Dimasukkan alcohol 70 %
- Ditutup water sampler dandikocok
- Dibuang alcohol 70%
- Dikeringkan dan di labelling
Hasil

- 13 -
b. Pengambilan Sampel Air Laut

Disiapkan alat dan bahan


- Dimasukkan water sampler 15 cm keperairan dalam keadaan
tertutup
- Dibuka water sampler secara perlahan didalam perairan sehingga
sampel air masuk kedalam water sampler hingga penuh
- Ditutup water sampler di dalam perairan agar tidakterkontaminasi
udara
- Disimpan water sampler yang berisisampel air kedalam cool box
untuk menstabilkan molekul sampel air agar tidak berubah

Hasil

3.3.2 Preservasi Sampel

a. Penyaringan

Disiapkan Alat dan Bahan

- Disiapkan kertas saring whatman


- Direndam kertas saring dengan HCl selama satu jam
- Diangkat kertas saring menggunakan pinset
- Dibilas beberapa kali dengan aquades
- Dilipat kertas saring hingga berbentuk corong
Hasil

- 14 -
b. Pengawetan Sampel

Disiapkan Alat dan Bahan

- Diisi botol polietilen menggunakan aquades


- Ditutup dan dikocok
- Dibuang air dalam botol polietilen
- Diisi botol polietilen dengan sampel air yang telah disaring sesuai
prosedur penyaringan
- Ditetesi HNO3 sebanyak 2 ml atau hingga pH air < 2
- Diukur menggunakan pH meter
- Ditutup
- Diberi label
- Dimasukkan ke dalam cool box
- Diberi es batu

Hasil-

3.3.3 AAS
Disiapkan alat dan bahan
- Tekan tombol Power yang digunakan untuk menghidupkan blower
- Putar Tuas pada tabung berlawan jarum jam agar longgar,
kemudian baut yang berada dibawah compressor dikencangkan,
Putar knop untuk memberi supply oksigen kemudian sambungkan
kabel pada listrik.
- Tekan tombol power yang ada pada AAS
- Tunggu beberapa saat sampai muncul starting method server
- Pada Start Up pilih flame, lalu tekan ok
- Pada menu lamp pilih install lamps, kemudian akan muncul daftar
logam yang akan dianalisis. Pilih logam berat yang akan diteliti
- Isi satuan pada wavelength, pilih ok
- Kemudian isi pada slit, pilih ok
- Selanjutnya pindah ke menu flame. Pastikan interlocks berwarna
hijau

- 15 -
- Kemudian ke menu parameter, pilih spektometer yang ada dipojok
kanan pada layar, terdapat menu intergration time, replicates dan
read delay (tidak perlu diubah), pada menu sample handling pilih
manual data display
- Kemudian klik calibration dan pada calibration equaption pilih
linear trought zero. Lalu tulis standart konsentrasi yang telah
diketahui pada sampel
- Memulai analisa pilih menu flame tekan tombol on/off untuk
menghidupkan/menyalakan api
- Masukkan selang kedalam blanko, lalu klik menu analyze, tekan
tombol analyze blank, tunggu hingga proses selesai. Proses ini
membutuhkan sedikit waktu
- Bilas selang dengan larutan pembilas, masukkan selang kestandar
1. Tekan tombol analyze standard tunggu hingga proses selesai,
lalu ulangi untuk standard berikutnya. Kemudian pilih analyze
sample untuk menganalisa sampel yang belum diketahui
konsentrasinya.
- Setelah blanko dan standard selesai dianalisa, tekan display
calibration maka akan muncul kurva kalibrasi
- Setelah alat digunakan, maka matikan alat dengan cara, klik menu
flame, klik bleed gases tunggu hingga selesai prosesnya
- Pada menu lamps pilih install lamps kemudian hilangkan centang
pada daftar logam berat yang diujitadi
- Tekan tombol power pada AAS untuk mematikan
- Tutup tabung gas etilen dan copot konektor listrik kompresor, lalu
buka derat kompresor yang di bawah, dan biarkan terbuang
anginnya
Hasil

- 16 -
IV. PEMBAHASAN

4.1 Analisis Prosedur


4.1.1 Prosedur pengambilan sampel air

Untuk mengetahui kualitas air pada suatu wilayah, sampel adalah hal yang
paling menentukan dalam hal ini. Perlu adanya perlakuan khusus untuk proses
pengambilan sampel, karena jika tidak sampel yang kita ambil tidak dapat
mewakili kondisi lingkungan di wilayah tersebut atau gagal, .Dalam pengambilan
sampel air diperlukan suatu teknik pengambilan yang benar, sehingga data yang
didapat juga akurat. Dalam hal ini pengambilan sampel ditujukan untuk penelitian
kandungan logam berat dalam perairan di wilayah pelabuhan Mayangan
Probolinggo, diindikasikan logam berat pada wilayah ini cukup banyak sepeti Pb
dan Hg karena sebagai salah satu tempat dan aktivitas kegiatan pelabuhan dimana
banyak kapal yang berlalu lalang.
Pencemaran akibat kegiatan industri dapat menyebabkan kerugian besar,
karena umumnya buangan/limbah mengandung zat beracun antara lain raksa (Hg),
kadmium (Cd), krom (Cr), timbal (Pb), tembaga (Cu), yang sering digunakan
dalam proses produksi suatu industri baik sebagai bahan baku, katalisator ataupun
bahan utama. Logam–logam ini akan membentuk senyawa organik dan anorganik
yang berperan dalam merusak kehidupan makhluk hidup yang ada di dalam
perairan. Logam berat masuk ke dalam tubuh organisme laut sebagian besar
melalui rantai makanan fitoplankton merupakan awal dari rantai makanan yang
akan dimangsa oleh zooplankton, zooplankton dimangsa oleh ikan-ikan kecil,
ikan kecil dimangsa oleh ikan-ikan besar dan akhirnya ikan dikonsumsi oleh
manusia. Proses ini berlangsung secara terus-menerus maka jumlah dari logam
yang terkonsumsi juga semakin banyak dan termasuk terakumulasi dalam tubuh
manusia. Logam berat jika sudah terserap ke dalam tubuh maka tidak dapat
dihancurkan, bersifat toksik dan mengganggu kehidupan mikroorganisme. Pada
manusia logam berat dapat menimbulkan efek kesehatan tergantung pada bagian
mana logam berat tersebut terikat di dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan
bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh
terputus. Logam berat dapat juga sebagai penyebab alergi, karsinogen bagi

- 17 -
manusia dan dalam konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan kematian
(Arifin,2012).
Wilayah perairan ini cukup ramai dengan jumlah penduduk di sekitar
perairan pantai semakin padat dengan segala aktivitasnya, pelabuhan, perikanan
dan pariwisata juga semakin meningkat. Demikian juga limbah industri domestik
serta buangan-buangan lainnya juga masuk ke perairan ini. Kondisi semacam ini
dapat mengakibatkan perubahan kualitas perairan ke arah yang tidak kita
inginkan. Bagian penting dari gambaran oseanografi suatu perairan laut adalah
deskripsi dari penyebaran atau distribusi spasial maupun temporal dari parameter
suhu, salinitas dan oksigen. Pengamatan suhu, salinitas dan oksigen terlarut
merupakan parameter yang tak dapat dipisahkan dalam hampir setiap pene-litian
di laut. Hal ini karena berbagai aspek distribusi parameter seperti reaksi kimia dan
proses biologi merupakan fungsi dari suhu, sehingga suhu ini menjadi suatu
variabel yang menentukan (Patty,2013).
4.1.2 Penyaringan dan Preservasi sampel air laut

Sampel yang telah disimpan dan siap untuk dianalisis terlebih dahulu harus
dilakukan penyaringan, hal tersebut dilakukan untuk memisahkan zat padat
terlarut dan zat padat tersuspensi. Penyaringan menggunakan kertas saring
Whatman. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah rendan kertas saring
dengan HCl selama satu minggu, untuk membersihkan dari kotoran atau pun
logam berat Yang menempel, kemudian dibilan beberapa kali dengan aquades,
langkah terahkir dengan menyaring sampel dengan kertas saring.
Preservasi sampel air laut atau pengawetan sampel merupakan hal penting.
Hal tersebut ditujukan untuk menahan sampel dari perubahan senyawa, seperti
hilang, mengendap, atau adsorbsi. Cara preservasi adalah dengan memberikan
asam nitrat HNO3 kedalam botol polietilen yang berisi sampel kemudian ditutup
rapat.
Menurut Anwar Hadi (2005), secara umum berikut ini hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam mengawetkan sample :
1. Sample lingkungan harus diawetkan di lapangan sesaat setelah pengambilan
2. Setelah ditambahi bahan pengawet, sample lingkungan harus diaduk secara
merata dan harus dicek pH nya. Apabila pH belum memenuhi persyaratan,

- 18 -
penambahan pengawet dilakukan hingga tercapai pH yang diminta.
Pengecekan PH dan penambahan pengawet harus didokumentasikan.
3. Jumlah penambahan bahan pengawet ke dalam sample harus sama dengan
jumlah penambahan ke dalam sample blanko (blank sample) yang digunakan
sebagai pengendalian mutu lapangan.
4. Penambahan asam kuat sebagai pengawet harus dilakukan di area terbuka.
Apabila terjadi reaksi tidak biasa, hal itu harus direkam dalam catatan
lapangan.
5. Hindari percikan atau tumpahan asam. Jika mengenai anggota badan, sesegera
mungkin bilas dengan air, siram dengan larutan soda kue (NaHCO3 5%), dan
netralkan dengan larutan amonia (NHN4OH 5%).
6. Bahan pengawet harus ditambahkan dengan menggunakan pipet atau botol
tetes ke tiap wadah sample.
7. Pengawet harus merupakan bahan kimia yang mempunyai kemurnian tinggi
(reagent grade atau higher grade chemical).
8. Semua bahan pengawet harus disimpan di laboratorium dan dipisahkan
menurut karakteristik kimianya. Asam harus disimpan dalam lemari asam,
sedangkan pelarut harus disimpan dalam lemari pelarut.
9. Semua bahan pengawet yang dibawa ke lokasi pengambilan sample harus
disimpan dalam wadah plastic atau teflon yang bersih. Hindarilah kebocoran
atau tumpahan dan pisahkan semuaitu dari wadah sample untuk menghindari
kontaminasi.
4.1.3 Spektrometri Serapan Atom (AAS)
Spektrometri Serapan Atom (AAS) adalah alat yang digunakan untuk
menghitung kuantitas atom logam dalam suatu larutan yang berdasarkan
penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam. Adapun
langkah langkahnya adalah tekan tombol “Power” yang digunakan untuk
menghidupkan blower

- 19 -
Gambar 1 Blower Pada AAS
Langkah selanjutnya putar tuas pada tabung berlawan jarum jam agar longgar,
kemudian baut yang berada dibawah kompressor dikencangkan, Putar knop untuk
memberi supply oksigen kemudian sambungkan kabel pada listrik.

Gambar 2. Kompressor
Tekan tombol power yang ada pada AAS

Gambar 3 Tombol Power pada AAS

Tunggu beberapa saat sampai muncul starting method server

- 20 -
Gambar 4 Display AAS

Gambar 5 Starting Methode Server

Pada Start up pilih flame, lalu tekan ok

Gambar 6 Menu Flame

Pada menu lamp pilih install lamps, kemudian akan muncul logam berat yang
akan di analisis.

- 21 -
Gambar 7 Menu Lamps

Pilih Logam berat yang akan diteliti Isi satuan pada wave lenght, pilih ok

Gambar 8 Wave Lenght

Kemudian isi pada slit, pilih ok, Selanjutnya pindah ke menu flame Pastikan
interlocks berwarna hijau

Gambar 9 Slit Yang Harus Diisi

- 22 -
Gambar 10 Interlocks Pada Menu Flame

Kemudian Ke menu parameter pilih spectrometer yang ada di pojok kanan


pada layar,terdapat menu integration time, replicates dan read delay (tidak perlu
dirubah), pada menu sample handling pilih manual data display, klik calibration
dan pada calibration equaption pilih linear trought zero. Lalu tulis standart
konsentrasi yang telah diketahui pada sampel

Gambar 11 Menu Parameter

Gambar 12 Menu Calibration

Memulai analisa pilih menu flame tekan tombol on/off untuk


menghidupkan/menyalakan api, Masukkan selang ke dalam blanko, lalu klik

- 23 -
menu analyze, tekan tombol analyze blank, tunggu hingga proses selesai. Proses
ini membutuhkan sedikit waktu.

Gambar 13 Menu Flame Untuk Memulai Analisa

Gambar 14 Menu Analyze


Bilas selang dengan larutan pembilas, masukkan selang ke standar 1. Tekan
tombol analyze standard tunggu hingga proses selesai, lalu ulangi untuk standard
berikutnya. Kemudian pilih analyze sample untuk menganalisa sampel yang
belum diketahui konsentrasinya.

Gambar 15 Tombol Analyze


Setelah blanko dan standard selesai dianalisa, tekan display calibration maka akan
muncul kurva kalibrasi

- 24 -
Gambar 16 Kurva Calibration
Setelah alat digunakan, maka matikan alat dengan cara, klik menu flame, klik
bleed gases tunggu hingga selesai prosesnya, Pada menu lamps pilih install lamps
kemudian hilangkan centang pada daftar logam berat yang diuji tadi

Gambar 17 Menu Lamps Pada Bleed Gasses

Gambar 18 Centang Pada Menu Lamps


Tekan tombol power pada AAS untuk mematikan, Tutup tabung gas etilen dan
copot konektor listrik kompresor, lalu buka derat kompresor yang di bawah, dan
biarkan terbuang anginnya.

- 25 -
Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang
pengukurannya berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap
oleh spesi atom atau molekul analit. Salah satu bagian dari spektrometri ialah
Spektrometri Serapan Atom (SSA), merupakan metode analisis unsur secara
kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. al. 2000.
dalam Anshori, 2005 ).

4.2 Analisis Hasil

4.2.1 Lapang

Seperti yang telah diketahui, bahwa pengambilan sample dilakukan di


Pulau Seribu dan dihitung beberapa parameter kimia dan fisika diantaranya adalah
salinitas, pH, DO, suhu, kecerahan.
Menurut Permen RI no.82 (2001), Standar kualitas air adalah baku mutu
yang ditetapkan berdasarkan sifat-sifat fisik, kimia, radioaktif maupun
bakteriologis yang menunjukkan persyaratan kualitas air tersebut. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, air menurut kegunaannya digolongkan
menjadi :
Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, Peternakan, air untuk
mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas III : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

- 26 -
4.2.2 AAS

Hasil pengukuran dengan AAS di peroleh dari hasil pengambilan sampel


yang dilakukan di Pulau Rambut, Kepulauan Seribu. Hasil pengukuran logam
berat diukur di Laboratorium Jasa…………. Indikator yang di ukur hanya logam
berat Timbal (Pb) dan Raksa (Hg) karena alasan biaya dan waktu. Sampel yang
di uji yaitu berupa sampel air laut di dua tempat dan kerang. Berikut adalah hasil
dari pengukuran :

Tabel 4. Hasil Pengukuran AAS


Heavy Metal Air Laut Air Laut Kerang (mg/Kg)
Dermaga (mg/L)
(mg/L)
Pb 0,03 0,16 2,04
Hg Nd Nd 0,26
*Nd = Not detected
Menurut Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun
(2004) , baku mutu air laut untuk biota laut pada parameter Timbal (Pb) yaitu
2,04 mg/Kg. Pada logam berat Timbal (Pb) didapatkan hasil bahwa itu tentu saja
sudah melebihi baku mutu dari peraturan yang sudah di tentukan. Begitu juga
pada air laut dermaga dan air laut yang ,melebihi batas. Pada baku mutu telah
ditentukan batas maksimal Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No.51
tahun 2004 yaitu Pb sebesar 0,005 untuk air laut, dan 0,008 untuk biota laut. Hal
tersebut menandakan air laut baik di dermaga atau bagian lainnya dan juga biota
laut sudah tercemar oleh logam berat PB (timbal).
Parameter Hg (Merkuri) pada biota laut (kerang) terdeteksi 0,26 mg/Kg
yang tentu saja sudah melebihi baku mutu biota laut sebesar 0,001 mg/L. Akan
tetapi pengujian merkuri ini pada air laut di dermaga dan air laut tidak terdeteksi
sama sekali. Hal tersebut membuktikan, air laut di dermaga tidak mengalami
pencemaran linkungan (pencemaran logam berat).
Menurut Maslukah (2006), pengukuran logam berat dapat menggunakan
AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry). AAS mempunyai ketelitian 0,001
dan batas deteksi minimal 0,001 ppm. Dalam pengukuran dengan AAS ini,

- 27 -
masing-masing dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Mengendapnya logam
berat bersama-sama dengan padatan tersuspensi akan mempengaruhi kualitas
sedimen di dasar perairan serta perairan di sekitarnya.

- 28 -
IV. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan densitas lebih besar dari
3
5g/cm , terletak disudut kanan bawah pada system periodik unsur,
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap S dan biasanya bernomor atom
22 sampai 92, dari periode 4 sampai 7.
2. Indikasi pencemaran laut dapat dilihat dari pengukuran parameter
lingkungan fisika (kecerahan, DO dan arus) dan parameter kimia (suhu,
pH dan salinitas).
3. Pengukuran logam berat dapat menggunakan AAS (Atomic Absorption
Spectrofotometry).
4. Metode yang dilakukan dalam praktikum pencemaran laut mencakup
pengambilan sampel, preservasi sampel dan AAS.
5.2 Saran
Praktikum Pencemaran Laut cukup menarik, namun ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan seperti ketersediaan alat yang dapat digunakan di laboratorium
dapat mengganggu aliran listrik gedung Pascasarjana serta koordinasi waktu
praktikum agar tidak bersamaan dengan praktikum lain.

- 29 -
DAFTAR PUSTAKA

Afdal, dkk. 2012. Pertukaran Gas CO2 Udara-Laut di Perairan Selat Nasik,
Belitung. Jakarta: Pisat Penelitian Oseanografi LIPI
Affan, Junaidi , M. 2012. Identifikasi Lokasi Untuk Pengembangan Keramba
Jarring Apung (KJA) Berdasarkan Faktor Lingkungan Dan Kualitas Air Di
Perairan Timur Bangka Belitung. Depok . IPB
Anshori, Al, Jamaluddin 2005. Spektrometri Serapan Atom. Universitas
Padjajaran
Arifin,Bustanul. 2012. Analisis Kandungan Logam Cd, Cu, Cr Dan Pb Dalam Air
Laut Di Sekitar Perairan Bungus Teluk Kabung Kota Padang. Jurnal Teknik
Lingkungan Unand Vol 9
Azis, M., Furqon. 2006. Gerak Air Di Laut. Oseana, Volume XXXI, Nomor 4,
hal : 9 - 21
Aziz, Aznam. 1994. Pengaruh Salinitas Terhadap Sebaran Fauna Echinodermata.
Oseana, Volume Xix, Nomor 2 : 23 – 32
Azkab, M., H., dan Muchtar, M., 1998. Seberapa Jauh Peranan Oksigen Dilaut.
Oseana, Volume Xxiii, Nomor 1 Hal : 9-18
Cahyani, et. al. 2012. Studi Kandungan Logam Berat Tembaga (Cu) pada Air,
Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Sungai Sayung
dan Sungai Gonjol, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Journal Of
Marine Research. Volume 1. Universitas diponegoro . Semarang.
Ernawati. 2010. Kerang bulu (anadara inflate ) sebagai bioindikator pencemaran
logam berat timbale (pb) dan cadmium (cd) di muara sungai asahan. Tesis
USU
Fitiyah, Khaina, Rinda. 2007. Studi Pencemaran Logam Berat Kadmium (Cd),
Merkuri (Hg), dan Timbal (Pb), Pada Air Laut, Sedimen dam Kerang Bulu
(Anadara antiqua) di Perairan Pantai Lekok Pasuruan. Universitas Islam
Negeri Malang: Malang
Hadi, Anwar. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan.
Jakarta : Gramedia

- 30 -
Hutabarat ,Sahala . 2001.pengaru Kondisi oseanografi terhadap perubahan iklim,
produktivitas dan distribusi biota laut. Universitas Diponegoro. Semarang
Hutagalung, P., Horas. 1988. Pengaruh Suhu Air Terhadap Kehidupan Organisme
Laut. Oseana, Volume Xiii, Nomor 4 : 153 – 164
Ika, et. al. 2012. Analisis logam Timbal(Pb) dan Besi (Fe) dalam air laut di
wilayah psisir pelabuhan Ferry Taipa Kecamatan Palu Utara. Junal vol 4.
University of Tadulako, Palu
ITB. 2015. Panduan Pelaksanaan LaboratoriumInstruksional I/II Modul Filtrasi.
Departemen Teknik Kimia ITB. Bandung
Khasanah, N. E. (2009). Adsorpsi logam berat. Jurnal Oseana, 34(4), 1-7.
Kuncowati. 2010. Pengaruh Pencemaran Minyak di Laut Terhadap Ekosistem
Laut. Universitas Hang Tuah: Surabaya
Lanuru, Mahatma Dan Suwarni. 2011. Pengantar Oseanografi . Universitas
Hasanuddin. Makassar
Maslukah, Lilik. 2006. Konsentrasi Logam Berat Pb, Cd, Cu, Zn Dan Pola
Sebarannya Di Muara Banjir Kanal Barat, Semarang. Tesis. IPB . Bogor
Nugroho, Adi . 2009. Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta
Palar, H. (1995). Pencemaran dan etoksiologi logam berat. Jakarta: Rineka Cipta
Patty, I., Simon. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas Dan Oksigen Terlarut Di
Perairan Kema, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1
Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran
Pratama, G. A., Pribadi, R., & Maslukah, L. (2012). Kandungan logam berat Pb
dan Fe pada air, sedimen, dan kerang hijau (Perna viridis) di sungai Tapak
kelurahan Tugurejo kecamatan Tugu Kota Semarang. Jurnal of Marine
Research. 1(1), 133-137
Sahara, E. 2009. Distribusi Pb dan Cu pada berbagai ukuran partikel sediimen di
Pelabuhan Benoa. Bali
Santosa, Rizky, W. 2013. Dampak Pencemaran Lingkungan Laut Oleh
Perusahaan Pertambangan Terhadap Nelayan Tradisional. Lex
Administratum, Vol. 1/No.2/April – Juni 2013

- 31 -
Santoso, Dwi , Arif. Studi Penentuan Produktivitas Danau Buatan dengan MEI
(Morphoedaphic Index) Analysis. Jurnal Vol. 3
Selintung ,M dan Suryani. 2012. Studi pengolahan Air Melalui Media Filter Pasir
Kuarsa (Studi Kasus Sungai Malimpung). Jurnal Teknik Sipil. Universitas
Hasanuddin. Vol 6
Simanjuntak, Marojahan. 2009. Hubungan faktor lingkungan kimia, fisika
terhadap distribusi plankton di Perairan Belitung Timur, Bangka Belitung.
Dalam Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XI (1) 31-45 ISSN: 0853-6384
Tilaar, Sandra. 2014. Analisis Pencemaran Logam Berat di Muara Sungai
Tondano dan Muara Sungai Sario Manado Sulawesi Utara. Universitas
Sam Ratulangi
Wijaya, Train Septa Dan Riche Haryati. 2009. Struktur Komunitas Fitoplankton
Sebagai Bio Indikator Peramalan Danau Rawapening Kabupaten Semarang,
Jawa Tengah . Semarang : UNDIP

- 32 -
LAMPIRAN

Lampiran 1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun


2004 Tentang Baku Mutu Air Laut

No Parameter Satuan Baku Mutu


FISIKA
1. Warna Pt. Co 30
2. Bau Tidak berbau
3. Kecerahan M >6
4. Kekeruhan Ntu 5
5. Padatan tersuspensi total b mg/l 20
6. Suhu c 0
C alami 3( c)
7. Sampah - - nihil 1(4)
8. Lapisan minyak 5 - nihil 1(5)
KIMIA
1. pH d - 7 - 8,5 ( d)
2. Salinitas e %o Alami 3( e)
3. Oksigen Terlarut (DO) mg/l >5
4. BOD5 mg/l 10
5. Amoniak bebas (NH3-N) mg/l nihil 1(5)
6. Fosfat (PO4-P) mg/l 0,015
7. Nitrat (NO3-N) mg/l 0,008
8. Sulfida (H2S) mg/l nihil 1
9. Senyawa Fenol mg/l nihil 1
10. PAH (Poliaromatik hidrokarbon) mg/l 0,003
11. PCB (poliklor bifenil) µg/l nihil 1
12. Surfaktan (detergen) mg/l MBAS 0,001
13. Minyak & lemak mg/l 1
14. Pestisida f µg/l nihil 1( f)
LOGAM TERLARUT
15. Raksa (Hg) mg/l 0,002
16. Kromium heksavalen (Cr(VI)) mg/l 0,002

- 33 -
17. Arsen (As) mg/l 0,025
18. Cadmium (Cd) mg/l 0,002
19. Tembaga (Cu) mg/l 0,050
20. Timbal (Pb) mg/l 0,005
21. Seng (Zn) mg/l 0,095
22. Nikel (Ni mg/l 0,075

BIOLOGI
1. E Coliform (faecal ) g MPN/100 ml 200 ( g)
2. Coliform (total)g MPN/100 ml 1000 ( g)

Lampiran 2. Baku Mutu untuk Biota Laut


No Parameter Satuan Baku Mutu
FISIKA

1. Kecerahan m Coral: >5


Mangrove: -
Lamun: > 3
2. Kebauan - Alami 3
3. Kekeruhan a NTU <5
4. Padatan tersuspensi total b mg/l Coral: 20
- Mangrove: 80
Lamun: 20
Nihil 1(4)
Alami 3( c)
5. Sampah - Coral: 28-30 ( c)
6. Suhu c ˚C Mangrove: 28-32 ( c)
lamun: 28-30 ( c)
7. Lapisan minyak 5 nihil 1(5)
KIMIA
1. pH d - 7 - 8,5 ( d)
2. Salinitas %o Alami 3( e)
Coral: 33-34 ( e)

- 34 -
Mangrove: s/d 34 ( e)
Lamun: 33-34 ( e)
3. Oksigen terlarut (DO) mg/l >5
4. BOD5 mg/l 20
5. Ammonia total (NH3-N) mg/l 0,3
6. Fosfat (PO4-P) mg/l 0,015
7. Nitrat (NO3-N) mg/l 0,008
8. Sianida (CN - ) mg/l 0,5
9. Sulfida (H2S) mg/l 0,01
10. PAH (Poliaromatik hidrokarbon) mg/l 0,003
11. Senyawa Fenol total mg/l 0,002
12. PCB total (poliklor bifenil) µg/l 0,01
13. Surfaktan (deterjen) mg/l MBAS 1
14. Minyak & lemak mg/l 1
15. Pestisida f µg/l 0,01
16. TBT (tributil tin)7 µg/l 0,01

LOGAM TERLARUT
17. Raksa (Hg) mg/l 0,001
18. Kromium heksavalen (Cr(VI)) mg/l 0,005
19. Arsen (As) mg/l 0,012
20. Kadmium (Cd) mg/l 0,001
21. Tembaga (Cu) mg/l 0,008
22. Timbal (Pb) mg/l 0,008
23. Seng (Zn) mg/l 0,05
24. Nikel (Ni) mg/l 0,05
BIOLOGI
1. Coliform (total)g MPN/100 ml 1000 ( g)
2. Patogen sel/100 ml nihil 1
3. Plankton sel/100 ml tidak bloom 6

- 35 -
LAMPIRAN KEGIATAN PENGAMBILAN SAMPEL

Pengambilan sampel kerang

Pengambilan sampel air laut ( Dermaga )

Pengambilan sampel air laut ( tengah laut )

Proses penyimpanan sampel

- 36 -

Anda mungkin juga menyukai