DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
ANGGOTA
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah swt. Yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan
Makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan penulis dalam membuat makalah ini adalah untuk
melengkapi nilai pada mata kuliah Psikososial program A 2018 2.
Uacapan terima kasih tak lupa juga penulis sampaikan kepada pihak pihak
berikut ini:
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa prenatal merupakan titik awal dari proses pertumbuhan dan
perkembangan manusia yaitu periode awal perkembangan manusia yang
dimulai sejak konsepsi, yakni ketika ovum wanita dibuahi oleh sperma laki-
laki sampai dengan waktu kelahiran seorang individu. Masa ini umumnya
berlangsung selama 9 bulan kalender atau sekitar 280 hari sebelum lahir.
Tahap-tahap perkembangan masa prenatal berdasarkan al-quran • Tahap
Sulalatin min thin (saripati tanah) • Tahap Nuthfah yaitu setetes mani yang
bercampur • Tahap 'Alaqah (berbentuk zigot), • Tahap Mudhghah ditandai
dengan bermulanya pertumbuhan dan pembiakan sel yang luar biasa • Tahap
'Idzaman yaitu Tahap pembentukan tulang. Tahap lahman masa pembalutan
tulang dengan lahm(otot dan daging) • Tahap Takhalluq (masa perkembangan).
dimulai. Perubahan fase ini jauh lebih cepat ketimbang tahap-tahap
sebelumnya.
Perspektif Barat Tahap germinal yang sering juga disebut periode zigot,
ovum atau periode nuthfah, adalah periode awal kejadian manusia. (0-12
Bulan) • Tahap Embrio (Embriyonic Stage) (13-24 Bulan). di tandai dengan
terjadinya banyak perubahan pada semua organ utama dan sistem-sistem
fisiologis. • Janin (Fetus Stage) (25 – 37 Bulan)ditandai dengan perkembangan
lebih lanjut dan pertumbuhan organ dan anggota badan terjadi. Secara biologis
hidup itu di mulai pada waktu konsepsi atau pembuahan. Masa ini pada
umumnya berlangsung selama 9 bulan atau sekitar 280 hari sebelum lahir.
Dilihat dari waktunya, periode prenatal ini merupakan periode perkembangan
manusia yang sangat singkat, tetapi justru pada periode inilah di pandang
terjadi perkembangan yang sangat cepat dalam diri individu. Pada masa-masa
awal ini penelitian-penelitian yang dilakukan oleh sebagian besar ahli psikologi
barat cenderung di mulai dari periode bayi yang baru lahir dan mengabaikan
periode prenatal. Kemudian pada pertengahan tahun 1940 muncul kesadaran
bahwa mengetahui segala kejadian pada masa prenatal sangat penting untuk
dapat memahami secara utuh pola perkembangan yang normal.
Goodenough dalam Dumatubun (2002) mengemukakan bahwa
kebudayaan adalah suatu sistem kognitif yang terdiri dari pengetahuan,
kepercayaan, dan nilai 10 yang berada dalam pikiran anggota-anggota
individual masyarakat. Ini berarti bahwa kebudayaan berada dalam “tatanan
kenyataan yang ideasional”, merupakan perlengkapan mental yang oleh
anggota-anggota masyarakat dipergunakan dalam proses-proses orientasi,
transaksi, pertemuan, perumusan gagasan, penggolongan, dan penafsiran
perilaku sosial nyata dalam masyarakat, dan digunakan sebagai pedoman bagi
anggota-anggota masyarakat untuk berperilaku sosial yang baik/pantas dan
sebagai penafsiran bagi perilaku orang-orang lain. Manusia dalam menghadapi
lingkungan senantiasa menggunakan berbagai model tingkah laku yang selektif
(selected behaviour) sesuai dengan tantangan yang dihadapi. Pola perilaku
tersebut didasarkan pada sistem kebudayaan yang diperoleh dan dikembangkan
serta diwariskan secara turun temurun.
Perilaku merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan
sekelompok orang untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu
berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma kelompok yang
bersangkutan. Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan
mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial
dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya
mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit Kalangi (1994).
Oleh karena itu dalam memahami suatu masalah perilaku kesehatan harus
dilihat dalam hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan
kepribadian individu-individunya.
B. Rumusan masalah
1. Jelaskan tentang konsep prenatal?
2. Apa peran budaya dalam tumbuh kembang janin?
3. Sebutkan masalah budaya dalam tumbuh kembang?
4. Sebutkan contoh prilaku yang berhubungan dengan tumbuh kembang
janin?
C. Tujuan
1. Memahami tentang konsep tumbuh kemabng bayi masa prenatal
2. Mengetahui peran budaya dalam tumbuh kembang janin
3. Mengeetahui masalah-masalah budaya yang umum terjadi pada masa
tumbuh kembang bayi masa prenatal
4. Mampu menjelaskan contoh prilaku yang berhubungan dengan tumbuh
kembang janin
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep tumbuh kembang pada Prenatal
Kehidupan janin di dalam rahim ibu (intrauterus) dibagi menjadi tiga fase
pertumbuhan yaitu fase germinal, embrional dan fetus (janin) :
a) Fase Germinal
Dalam fase germinal ini terbentuklah saluran yang menempel pada uterus
yang dicapai selama 3-4 hari yang kemudian berubah bentuk menjadi
“blastocyst“ yang terapung bebas dalam uterus selama satu atau dua hari.
Beberapa sel sekitar pinggiran blastocyst membentuk piringan embrionik
(embryonic disk) merupakan massa sel yang tebal dan dari sinilah bayi akan
tumbuh. Massa ini mengalami deferensiasi menjadi tiga lapisan, bagian atas
yaitu ektoderm, bagian bawah endoderm dan lapisan tengah mesoderm.
b) Fase Embrional
Selama janin tumbuh dan berkembang, total cairan tubuh menurun dari 92
menjadi 72 persen. Perubahan ini diikuti oleh peningkatan protein dan lemak
terutama selama dua bulan terkahir kehamilan, dimana peningkatan protein
lebih banyak dari pada lemak. Selain itu pada janin terjadi pula pertambahan
yang nyata pada natrium, kalsium dan besi. Natrium terutama terdapat dalam
cairan ekstraseluler dan dalam tulang, sedang kalium terdapat dalam cairan
intraseluler berkaitan dengan massa sel.
Kegiatan janin selama dalam kandungan selain menghisap zat gizi dan
bernafas, janin juga bergerak aktif seperti menyepak, berputar, melengkung
dan menggenggam. Selain itu janin mampu melakukan respon terhadap
rangsangan suara atau getaran. Janin juga peka terhadap kondisi kejiwaan
ibunya, misalnya ibu yang mengandung merasa takut, sedih atau cemas maka
janin akan melakukan gerakan-gerakan yang lebih cepat. Demikian pula
apabila si ibu kelelahan. Respon tersebut diduga karena adanya perubahan
sekresi kelenjar yang terjadi dalam tubuh ibunya.
Pada manusia, proses pertumbuhan janin di dalam perut ibu dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu pertumbuhan janin trimester pertama, trimester kedua, dan trimester
ketiga. Satu trimester itu adalah selama 13 minggu atau kurang lebih tiga bulan.
Melakukan ritual pada saat hamil berupa ngupati dan mitoni namun dalam
melaksanakan ritual dengan cara yang berbeda-beda. Ngupati adalah ritual 4 bulan
masa kehamilan oleh masyarakat Jawa, ditandai dengan upacara pemberian
makananan yang salah satu menunya adalah ketupat. Mitoni ini dilaksanakan pada
bulan ke-7 pada kehamilan pertama. Kata pitu juga bisa berarti pitulungan untuk
memohon berkah kepada Tuhan untuk keselamatan calon orang tua dan anaknya.
Selain melakukan ritual ngupati dan mitoni, ada juga pantangan makanan
yaitu tidak boleh makan udang, ikan yang bersisik, daun melinjo dan nanas.
Masyarakat juga mempercayai beberapa mitos kehamilan antara lain: tidak boleh
membunuh binatang, tidak boleh tidur siang, ibu hamil memakai sambetan yaitu
berupa rempah rempah yang dibungkus kain kemudian disematkan di baju,
memakai gunting dan alat pemotong kuku, tidak boleh membenci orang, tidak
boleh keluar pada saat maghrib dan apabila keluar rambut tidak boleh diikat.
Seluruh masyarakat ini melakukan perilaku tersebut karena anjuran yang
diberikan oleh orangtua atau mertuanya.
a. Bagi suami yang memiliki istri hamil sebaiknya ikut serta dalam
pemeriksaan kehamilan istri dan mengikuti penyuluhan yang diberikan
oleh bidan mengenai perawatan kehamilan.
b. Ibu hamil sebaiknya lebih sering mencari informasi tentang perawatan
kehamilan pada saat hamil.
c. Bidan sebaiknya melakukan pendekatan pada ibu hamil dan keluarganya
melalui kegiatankegiatan yang melibatkan ibu hamil.
Keadaan kesehatan ibu waktu hamil dan pada saat bersalin dapat
mempengaruhi kematian bayi terutama bayi baru lahir. Kematian dibawah umur
sebagian besar dikarenakan kelainan atau gangguan perinatal dan tetanus
neonatorum. Namun dengan kemajuan perinatologi akhir-akhir ini memungkinkan
untuk mengetahui bahaya-bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan dan
kelahiran. Informasi yang diperoleh dengan observasi janin selama masa tumbuh
kembang dapat digunakan untuk mengambil tindakan penyelamatan sebelum
terjadi bahaya yang lebih besar.
Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
bayi adalah makanan yang diberikan. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan
yang menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan
tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai
dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu.Misalnya;
Walaupun pola makan ini sudah menjadi tradisi ataupun kebiasaan, namun
yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan mendistribusikan makanan
kepada keluarga adalah ibu; dengan kata lain ibu mempunyai peran sebagai gate-
keeper dari keluarga. Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa
melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola
pemberian makan pada bayi yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern.
Sebagai contoh, pemberian ASI. Menurut konsep kesehatan moderen ataupun
medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan pemberian makanan tambahan berupa
makanan padat sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur 4 tahun. Namun, pada
suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin selain memberikan nasi pakpak
(nasi yang telah dikunyah oleh ibunya lebihdahulu) kepada bayinya agar bayinya
tumbuh sehat dan kuat. Mereka percayabahwa apa yang keluar dari mulut ibu
merupakan yang terbaik untuk bayi.Sementara pada masyarakat Kerinci di
Sumatera Barat, pada usia sebulan bayisudah diberi bubur tepung, bubur nasi nasi,
pisang dan lain-lain. Ada pula kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yangsudah
dilumatkan ataupun madu, teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar.
Demikian pula halnya dengan pembuangan colostrum (ASI yang pertama kali
keluar). Di beberapa masyarakat tradisional,colostrum ini dianggap sebagai susu
yang sudah rusak dan tak baik diberikan padabayi karena warnanya yang
kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa colostrum dapat
menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi.Sementara, colostrum
sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi.Walaupun pada
masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan permasalahan yang besar
karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI,namun yang menjadi
permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuaidengan konsep medis
sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi.
Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal ini
disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu baik
pada saat hamil maupun sesudah melahirkan. Sebagai contoh, pada masyarakat
Kerinci ibu yang sedang menyusui pantang untuk mengkonsum sibayam, ikan laut
atau sayur nangka. Di beberapa daerah ada yang memantangkan ibu yang
menyusui untuk memakan telur.Adanya pantangan makanan ini merupakan gejala
yang hampir universal berkaitan dengan konsepsi "panas-dingin" yang dapat
mempengaruhi keseimbangan unsur-unsur dalam tubuh manusia -tanah, udara, api
dan air. Apabila unsur-unsur didalam tubuh terlalu panas atau terlau dingin maka
akan menimbulkan penyakit.
dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak
dijumpai didaerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya preferensi
terhadap jeniskelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan
istri mengalamikehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif
pendek,menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi pacta saat
melahirkan.Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan
adalahmasalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan
danpantangan- pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan
merekasehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan
terhadapbeberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil
tentunyaakan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran
kalauanemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di
daerahpedesaan. Dari data SKRT 1986 terlihat bahwa prevalensi anemia pada
wanita hamildi Indonesia sebesar 73,7%, dan angka menurun dengan adanya
program-programperbaikan gizi menjadi 33% pada tahun 1995. Dikatakan pula
bahwa penyebabutama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan
karena kurangnyazat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur
karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena
akanmenyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di
JawaBarat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus
mengurangimakannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan
kepiting karenadapat menyebabkan ASI menjadi asin. Contoh lain di daerah
Subang, ibu hamilpantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena
khawatir bayinyaakan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang,
selain ibunyakurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya
hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu,
larangan untukmemakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain
bagi wanitahamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama
masyarakatdi daerah pedesaan. (Wibowo, 1993).Memasuki masa persalinan
merupakan suatu periode yang kritis bagi para ibuhamil karena segala
kemungkinan dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamatatau dengan
kematian. Sejumlah faktor memandirikan peranan dalam proses ini,mulai dari ada
tidaknya faktor resiko kesehatan ibu, pemilihan penolong
persalinan,keterjangkauan dan ketersediaan pelayanan kesehatan, kemampuan
penolongpersalinan sampai sikap keluarga dalam menghadapi keadaan gawat.Di
daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukunberanak untuk
menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah.
Muis (1996) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa para orang tua wali
sangat berperan dalam menentukan, menasehati dan menyarankan
anaknya/menantunya untuk periksa kehamilan pada bidan atau memilih dukun
bayi sebagai penolong persalinan.
Beberapa kepercayaan yang ada dijawa tengah, diantaranya ibu hamil pantang
makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging
daerah jawa barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus
mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
Akibatnya ibunya kurang gizi dan berat badan bayi yang dilahirkannya juga
Masfiah, siti dkk. 2018. perilaku perawatan kehamilan dalam perspektif budaya
jawa di desa kaliori kecamatan kalibagor.