Anda di halaman 1dari 23

KONSEP BUDAYA DAN TUMBUH KEMBANG MASA PRENATAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

ANGGOTA

1. ALDI ARSENTA 7. NURUL ASIKIN


2. ANNISA DEVIA ISLAMY 8. NURUL HAFIZA
3. CHRISTIADI 9. PAULA NATALIA
4. FADHILAH PUTRI FERTYCIA 10. RIKHLATUL KHOERIYAH
5. FAJRI DISHFA MADHANI 11. SELVI GUSTINA
6. NURGRIANING PUTRI 12. SITI NURJANNAH

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah swt. Yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan
Makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun maksud dan tujuan penulis dalam membuat makalah ini adalah untuk
melengkapi nilai pada mata kuliah Psikososial program A 2018 2.

Harapan dari penulis semoga makalah dapat bermanfaat bagi pembaca


semuanya,terutama dalam peningkatan pemahaman terhadap mata kuliah
Psikososial. Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat
kesalahan dalam makalah ini. Kami pun berharap pembaca makalah ini dapat
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada kami agar di
kemudian hari kami bisa membuat makalah yang lebih sempurna lagi.

Uacapan terima kasih tak lupa juga penulis sampaikan kepada pihak pihak
berikut ini:

1. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungannya kepada


penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Dosen pengampu ibu ririn muthia zukhra yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini.
3. Teman-teman seperjuangan yang telah mensuport penulis.

Pekanbaru, Januari 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa prenatal merupakan titik awal dari proses pertumbuhan dan
perkembangan manusia yaitu periode awal perkembangan manusia yang
dimulai sejak konsepsi, yakni ketika ovum wanita dibuahi oleh sperma laki-
laki sampai dengan waktu kelahiran seorang individu. Masa ini umumnya
berlangsung selama 9 bulan kalender atau sekitar 280 hari sebelum lahir.
Tahap-tahap perkembangan masa prenatal berdasarkan al-quran • Tahap
Sulalatin min thin (saripati tanah) • Tahap Nuthfah yaitu setetes mani yang
bercampur • Tahap 'Alaqah (berbentuk zigot), • Tahap Mudhghah ditandai
dengan bermulanya pertumbuhan dan pembiakan sel yang luar biasa • Tahap
'Idzaman yaitu Tahap pembentukan tulang. Tahap lahman masa pembalutan
tulang dengan lahm(otot dan daging) • Tahap Takhalluq (masa perkembangan).
dimulai. Perubahan fase ini jauh lebih cepat ketimbang tahap-tahap
sebelumnya.
Perspektif Barat Tahap germinal yang sering juga disebut periode zigot,
ovum atau periode nuthfah, adalah periode awal kejadian manusia. (0-12
Bulan) • Tahap Embrio (Embriyonic Stage) (13-24 Bulan). di tandai dengan
terjadinya banyak perubahan pada semua organ utama dan sistem-sistem
fisiologis. • Janin (Fetus Stage) (25 – 37 Bulan)ditandai dengan perkembangan
lebih lanjut dan pertumbuhan organ dan anggota badan terjadi. Secara biologis
hidup itu di mulai pada waktu konsepsi atau pembuahan. Masa ini pada
umumnya berlangsung selama 9 bulan atau sekitar 280 hari sebelum lahir.
Dilihat dari waktunya, periode prenatal ini merupakan periode perkembangan
manusia yang sangat singkat, tetapi justru pada periode inilah di pandang
terjadi perkembangan yang sangat cepat dalam diri individu. Pada masa-masa
awal ini penelitian-penelitian yang dilakukan oleh sebagian besar ahli psikologi
barat cenderung di mulai dari periode bayi yang baru lahir dan mengabaikan
periode prenatal. Kemudian pada pertengahan tahun 1940 muncul kesadaran
bahwa mengetahui segala kejadian pada masa prenatal sangat penting untuk
dapat memahami secara utuh pola perkembangan yang normal.
Goodenough dalam Dumatubun (2002) mengemukakan bahwa
kebudayaan adalah suatu sistem kognitif yang terdiri dari pengetahuan,
kepercayaan, dan nilai 10 yang berada dalam pikiran anggota-anggota
individual masyarakat. Ini berarti bahwa kebudayaan berada dalam “tatanan
kenyataan yang ideasional”, merupakan perlengkapan mental yang oleh
anggota-anggota masyarakat dipergunakan dalam proses-proses orientasi,
transaksi, pertemuan, perumusan gagasan, penggolongan, dan penafsiran
perilaku sosial nyata dalam masyarakat, dan digunakan sebagai pedoman bagi
anggota-anggota masyarakat untuk berperilaku sosial yang baik/pantas dan
sebagai penafsiran bagi perilaku orang-orang lain. Manusia dalam menghadapi
lingkungan senantiasa menggunakan berbagai model tingkah laku yang selektif
(selected behaviour) sesuai dengan tantangan yang dihadapi. Pola perilaku
tersebut didasarkan pada sistem kebudayaan yang diperoleh dan dikembangkan
serta diwariskan secara turun temurun.
Perilaku merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan
sekelompok orang untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu
berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma kelompok yang
bersangkutan. Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan
mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial
dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya
mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit Kalangi (1994).
Oleh karena itu dalam memahami suatu masalah perilaku kesehatan harus
dilihat dalam hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan
kepribadian individu-individunya.

B. Rumusan masalah
1. Jelaskan tentang konsep prenatal?
2. Apa peran budaya dalam tumbuh kembang janin?
3. Sebutkan masalah budaya dalam tumbuh kembang?
4. Sebutkan contoh prilaku yang berhubungan dengan tumbuh kembang
janin?
C. Tujuan
1. Memahami tentang konsep tumbuh kemabng bayi masa prenatal
2. Mengetahui peran budaya dalam tumbuh kembang janin
3. Mengeetahui masalah-masalah budaya yang umum terjadi pada masa
tumbuh kembang bayi masa prenatal
4. Mampu menjelaskan contoh prilaku yang berhubungan dengan tumbuh
kembang janin
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep tumbuh kembang pada Prenatal

Kehidupan janin di dalam rahim ibu (intrauterus) dibagi menjadi tiga fase
pertumbuhan yaitu fase germinal, embrional dan fetus (janin) :

a) Fase Germinal

Berlangsung pada waktu 10 -14 hari setelah pembuahan. Zigot (hasil


pembuahan) berkembang cepat 72 jam setelah pembuahan, membelah diri
menjadi 32 sel dan sehari kemudian sudah 72 sel. Pembelahan ini berlangsung
terus sampai menjadi 800 milyar sel atau lebih, dan dari sinilah manusia
tumbuh berkembang.

Dalam fase germinal ini terbentuklah saluran yang menempel pada uterus
yang dicapai selama 3-4 hari yang kemudian berubah bentuk menjadi
“blastocyst“ yang terapung bebas dalam uterus selama satu atau dua hari.
Beberapa sel sekitar pinggiran blastocyst membentuk piringan embrionik
(embryonic disk) merupakan massa sel yang tebal dan dari sinilah bayi akan
tumbuh. Massa ini mengalami deferensiasi menjadi tiga lapisan, bagian atas
yaitu ektoderm, bagian bawah endoderm dan lapisan tengah mesoderm.

1) Ektoderm Lapisan ini nantinya akan membentuk lapisan kulit luar,


kuku, rambut gigi, organ perasa dan system syaraf termasuk otak dan sumsum
tulang belakang.

2) Endoderm Lapisan bagian bawah ini akan membentuk system


pencernaan, hati, pancreas, kelenjar ludah, system pernafasan.

3) Mesoderm Lapisan tengah (mesoderm) merupakan lapisan yang akan


berkembang dan berdeferensiasi menjadi lapisan kulit bagian dalam, urat
daging, kerangka, sistem ekskresi dan system sirkulasi.
Bagian lain dari blastocyst tumbuh menjadi plasenta, tali pusat dan
kantong empedu. Pada masa ini pula yaitu pada usia embrio 4 minggu, embrio
mengeluarkan hormone yang menyebabkan berhentinya siklus haid ibu.

b) Fase Embrional

Berkembang mulai pada 2 – 8 minggu setelah pembuahan. Selama fase ini


system pernafasan, pencernaan, system syaraf dan tubuh tumbuh dan
berkembang cepat. Pada periode pertumbuhan embrional ini sangatlah peka
terhadap pengaruh lingkungannya. Keadaan tidak normal atau cacat pada
waktu lahir dapat terjadi karena adanya gangguan pada masa kandungan tiga
bulan pertama.

Selama periode pertumbuhan embrio terjadi pembelahan sel, dan relatif


lebih cepat dari periode lainnya. Pertumbuhan embrio yang cepat tersebut
menunjukkan kebutuhan oksigen dan zat gizi tinggi untuk setiap unit massa
embrio. Hal ini menyebabkan embrio sensitif terhadap perubahan suplai gizi
dan oksigen. Pada saat ketersediaan oksigen menurun atau kekurangan zat gizi
tertentu dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan yang permanen (Rosso,
1990)

c) Fase Fetus (Janin)

Berkembang delapan minggu setelah pembuahan. Sel tulang pertama


mulai tumbuh dan embrio menjadi janin. Dari periode ini sampai saat
kelahiran bentuk tubuh makin sempurna, bagian-bagian tubuh tumbuh dengan
laju yang berbeda-beda dan janin sendiri tumbuh memanjang sampai kira-kira
20 kalinya.

Selama janin tumbuh dan berkembang, total cairan tubuh menurun dari 92
menjadi 72 persen. Perubahan ini diikuti oleh peningkatan protein dan lemak
terutama selama dua bulan terkahir kehamilan, dimana peningkatan protein
lebih banyak dari pada lemak. Selain itu pada janin terjadi pula pertambahan
yang nyata pada natrium, kalsium dan besi. Natrium terutama terdapat dalam
cairan ekstraseluler dan dalam tulang, sedang kalium terdapat dalam cairan
intraseluler berkaitan dengan massa sel.

Kegiatan janin selama dalam kandungan selain menghisap zat gizi dan
bernafas, janin juga bergerak aktif seperti menyepak, berputar, melengkung
dan menggenggam. Selain itu janin mampu melakukan respon terhadap
rangsangan suara atau getaran. Janin juga peka terhadap kondisi kejiwaan
ibunya, misalnya ibu yang mengandung merasa takut, sedih atau cemas maka
janin akan melakukan gerakan-gerakan yang lebih cepat. Demikian pula
apabila si ibu kelelahan. Respon tersebut diduga karena adanya perubahan
sekresi kelenjar yang terjadi dalam tubuh ibunya.

Pada manusia, proses pertumbuhan janin di dalam perut ibu dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu pertumbuhan janin trimester pertama, trimester kedua, dan trimester
ketiga. Satu trimester itu adalah selama 13 minggu atau kurang lebih tiga bulan.

a. Tahapan Perkembangan janin Trimester Pertama


Trimester pertama merupakan waktu pembentukan dan perkembangan
pesat dari semua sistem dan organ tubuh bayi. Semua cikal bakal organ
penting janin terbentuk di trimester ini.
a. Bulan Pertama
Minggu ke-1 merupakan tahap perkembangan awal janin. Kurang
lebih satu jam setelah proses peleburan sel telur dan sel sperma, semua
aspek pendukung kehidupan, berupa materi genetic yang disebut gen,
saling dipertukarkan. Minggu ini sebenarnya masih periode
menstruasi, bahkan pembuahan pun belum terjadi. Sebab tanggal
perkiraan kelahiran si kecil dihitung berdasarkan hari pertama haid
terakhir.
Minggu ke-2 pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. 30 jam
setelah dibuahi, sel telur akan membelah menjadi dua. Sambil terus
membelah, sel telur bergerak di dalam lubang falopi menuju rahim.
Setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut morula. Sel-sel mulai
berkembang dan terbagi kira-kira dua kali sehari sehingga pada hari
yang ke-12 jumlahnya telah bertambah dan membantu blastocyst
terpaut pada endometrium.
Minggu ke-3 sampai usia kehamilan 3 minggu, Ibu mungkin belum
sadar jika sedang mengandung. Sel telur yang telah membelah menjadi
ratusan akan menempel pada dinding rahim disebut blastosit.
Ukurannya sangat kecil, berdiameter 0,1-0,2 mm.
Pada minggu ke-4, Darah mulai mengalir dari plasenta ke janin.
Plasenta adalah organ sistem sirkulasi antara ibu dan embrio. Tumbuh
jari-jari pada tangan, memiliki kaki, paha, dan organ dalam mulai
tumbuh, seperti: lidah, esofagus, dan lambung. Selain itu, ginjal, hati,
kantung empedu, dan pankreas berkembang untuk beberapa hari. Paru-
paru mulai berkembang, kelenjar tiroid, dan lainnya terbentuk. Muka,
organ indera, dan organ reproduksi mulai terbentuk, dengan ukuran
embrio sekitar 2 hingga 3,5mm, jantung mulai berdenyut dan sistem
peredaran darah sudah melaksanakan fungsinya meski masih dalam
taraf yang sangat sederhana.
b. Bulan Kedua
Pada minggu ke-5, embrio diperkirakan berukuran antara 5-7 mm.
Pembentukan organ-organ tubuh seperti telinga dan alat pencernaan
makin sempurna.
Pada minggu ke-6, persentase perkembangan embrio sudah lebih
besar dibanding dari minggu2 sebelumnya, yaitu 5 mm. Bentuknya
melengkung seperti udang. Pada minggu ini kepala dan leher sudah
mulai muncul, dan mata yang letaknya masih berjauhan juga sudah
ada. Selain itu hidung yang masih berbentuk tonjolan sudah mulai
terlihat walaupun masih kecil. Pada minggu ini juga peredaran darah
dan organ2 penting tubuh seperti ginjal, hati sistem pencernaan sudah
mulai terbentuk.
Pada minggu ke-7, besar embrio seukuran kuku jari kelingking
atau 1 cm, tangan sudah mulai ada dan berkembang dengan cepat.
Tonjolan-tonjolan yang di minggu sebelumnya masih tampak pada
rangka, pada minggu ini sudah jelas.
Pada akhir minggu ke-8, ukuran embrio mencapai kisaran 2731
mm. Secara keseluruhan embrio makin menyerupai bayi dengan
taksiran berat sekitar 13-15 gram. Semua organ tubuh juga mulai
meski belum sempurna. Tubuh mulai bisa bergerak secara tak teratur,
yang jika dijumlahkan rata-rata sebanyak 60 kali gerakan dalam satu
jam. Tubuh embrio semakin menyerupai bayi.
c. Bulan ke tiga
Minggu ke-9, perkembangan janin di minggu ini, si embrio ganti
nama, jadi janin. Panjang si janin ini sekarang adalah 3 cm dengan
berat sekitar 2 gr, dia sudah punya tangan yang besarnya sekacang
kapri dan jari sudah mulai terbentuk. Kaki sudah membentuk lutut dan
jari. Di minggu ini organ genital sudah mulai terlihat jelas.
Minggu ke-10, Panjang janin 4,5 cm dengan berat 5 gr. Rahang
atas dan bawah sudah terbentuk dan janin sudah mulai memproduksi
air seni. Bentuk janin sudah hampir menyerupai manusia. Darah dan
sel-sel tulang mulai terbentuk.
Minggu ke-11, organ tubuh sudah terbentuk dengan lengkap dan
mulai berfungsi. Panjang sekitar 6 cm, dengan berat 10 gr.Rambut,
kuku pada jari tangan dan kaki sudah tumbuh. Janin sudah mulai
bergerak dan bisa meluruskan tubuhnya, bahkan mengubah posisinya.
Di minggu ke-12, struktur yang telah terbentuk akan terus
bertumbuh dan berkembang kian sempurna. Di usia 3 bulan, sistem
saraf dan otot janin mencapai tingkat kematangan. Selain bernapas,
kini janin juga mulai mampu mencerna makanan.
b. Pertumbuhan Janin Trimester Kedua
Pertumbuhan janin di trimester kedua ditandai dengan percepatan
pertumbuhan dan pematangan fungsi seluruh jaringan dan organ tubuh.
a. Bulan Keempat
Pada minggu ke-13 panjang janin (dari puncak kepala sampai
bokong) ditaksir sekitar 65-78 mm dengan berat kira-kira 20 gram.
Pada minggu ini, seluruh tubuh janin ditutupi rambut-rambut halus
yang disebut lanugo.
Pada minggu ke-16, panjang janin mencapai taksiran 12 cm dengan
berat kira-kira 100 gram. Refleks gerak bisa dirasakan ibu, meski
masih amat sederhana, biasanya terasa sebagai kedutan. Di usia ini,
janin juga mulai mampu mengenali dan mendengar suara-suara dari
luar kantong ketuban. Pada bulan ini janin sudah peka terhadap suara-
suara dari luar perut ibunya.
b. Bulan Kelima
Pada minggu ke-18 taksiran panjang janin adalah 14 cm dengan
berat sekitar 150 gram. Pada minggu ke-21,beratnya sekitar 350 gram
dengan panjang kira-kira 18cm. Pada minggu ke-21 ini, berbagai
sistem organ tubuh mengalami pematangan fungsi dan perkembangan.
Pada bulan kelima, janin mulai aktif mencari tahu sekelilingnya. Di
usia ini janin mulai aktif mencari tahu apa saja yang terdapat di
sekelilingnya, bahkan bagian dari kehidupannya.
c. Pertumbuhan Janin Trimester Ketiga
Pada trimester ketiga, masing-masing fungsi organ tubuh semakin
matang. Gerakan janin makin kuat dengan intensitas yang makin sering,
sementara denyut jantungnya pun kian mudah didengar.
a. Bulan Ketujuh
Pada minggu ke-29, berat janin sekitar 1.250 gram dengan panjang
rata-rata 37 cm. Pada minggu ke-32, berat bayi berkisar 1.800-2.000
gram dengan panjang tubuh 42 cm.
b. Bulan Kedelapan
Pada minggu ke-33 berat janin lebih dari 2.000 gram dan
panjangnya sekitar 43 cm. Pada minggu ke-35, secara fisik bayi
berukuran sekitar 45 cm dengan berat 2.450 gram, Namun yang
terpenting, mulai minggu ini bayi umumnya sudah matang fungsi paru-
parunya. Ini sangat penting karena kematangan paru-paru sangat
menentukan kemampuan si bayi untuk bertahan hidup.
c. Bulan Kesembilan
Pada minggu ke-36,berat bayi harusnya mencapai 2.500 gram
dengan panjang 46 cm. Pada minggu ke-37, dengan panjang 47 cm dan
berat 2.950 gram, di usia ini bayi dikatakan siap lahir karena seluruh
fungsi organ-organ tubuhnya bisa matang untuk bekerja sendiri.
Kepala bayi biasanya masuk ke jalan lahir dengan posisi siap lahir,
kendati sebagian kecil di antaranya dengan posisi sungsang. Pada
minggu ke38, berat bayi sekitar 3.100 gram dengan panjang 48 cm.
Meski biasanya akan ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu, bayi
rata-rata akan lahir di usia kehamilan 38 minggu.
Di usia kehamilan 38 minggu, bayi mencapai berat sekitar 3.250
gram dengan panjang sekitar 49 cm. Pada minggu ke-40, panjang bayi
mencapai kisaran 45-55 cm dan berat sekitar 3.300 gram dan siap
dilahirkan.
2. Contoh prilaku budaya yang berhubungan dengan tumbuh kembang
prenatal

Melakukan ritual pada saat hamil berupa ngupati dan mitoni namun dalam
melaksanakan ritual dengan cara yang berbeda-beda. Ngupati adalah ritual 4 bulan
masa kehamilan oleh masyarakat Jawa, ditandai dengan upacara pemberian
makananan yang salah satu menunya adalah ketupat. Mitoni ini dilaksanakan pada
bulan ke-7 pada kehamilan pertama. Kata pitu juga bisa berarti pitulungan untuk
memohon berkah kepada Tuhan untuk keselamatan calon orang tua dan anaknya.

Selain melakukan ritual ngupati dan mitoni, ada juga pantangan makanan
yaitu tidak boleh makan udang, ikan yang bersisik, daun melinjo dan nanas.
Masyarakat juga mempercayai beberapa mitos kehamilan antara lain: tidak boleh
membunuh binatang, tidak boleh tidur siang, ibu hamil memakai sambetan yaitu
berupa rempah rempah yang dibungkus kain kemudian disematkan di baju,
memakai gunting dan alat pemotong kuku, tidak boleh membenci orang, tidak
boleh keluar pada saat maghrib dan apabila keluar rambut tidak boleh diikat.
Seluruh masyarakat ini melakukan perilaku tersebut karena anjuran yang
diberikan oleh orangtua atau mertuanya.

Pengaruh budaya yang terdapat di lingkungan masyarakat cukup kuat


seperti adanya mitos seputar kehamilan dan persalinan. Hal ini dikarenakan
pendidikan yang rendah dan budaya generasi sebelumnya serta kepatuhan
terhadap anjuran orang tua. Adanya pengaruh budaya (mitos) seputar kehamilan
yang cukup kuat mengakibatkan informan lebih mempercayai budaya tersebut

Beberapa prilaku yang dianjurkan saat kehamilan:

a. Bagi suami yang memiliki istri hamil sebaiknya ikut serta dalam
pemeriksaan kehamilan istri dan mengikuti penyuluhan yang diberikan
oleh bidan mengenai perawatan kehamilan.
b. Ibu hamil sebaiknya lebih sering mencari informasi tentang perawatan
kehamilan pada saat hamil.
c. Bidan sebaiknya melakukan pendekatan pada ibu hamil dan keluarganya
melalui kegiatankegiatan yang melibatkan ibu hamil.

3. Peran budaya dalam tubuh kembang

Keadaan kesehatan ibu waktu hamil dan pada saat bersalin dapat
mempengaruhi kematian bayi terutama bayi baru lahir. Kematian dibawah umur
sebagian besar dikarenakan kelainan atau gangguan perinatal dan tetanus
neonatorum. Namun dengan kemajuan perinatologi akhir-akhir ini memungkinkan
untuk mengetahui bahaya-bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan dan
kelahiran. Informasi yang diperoleh dengan observasi janin selama masa tumbuh
kembang dapat digunakan untuk mengambil tindakan penyelamatan sebelum
terjadi bahaya yang lebih besar.

Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak


sesungguhnyatidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di
dalam masyarakatdimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor
kepercayaan danpengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai
berbagai pantangan,hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-
sakit, kebiasaan danketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif
maupun negatif terhadapkesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta
dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan
cukup besar. Hal ini terlihatbahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu,
termasuk pola makan ibuhamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan
pantangan, tabu, dananjuran terhadap beberapa makanan tertentu

1. Makanan, penyakit dan kesehatan anak.

Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
bayi adalah makanan yang diberikan. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan
yang menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan
tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai
dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu.Misalnya;

a. ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan atau dianjurkan untuk


mengkonsumsi makanan tertentu;
b. ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah
makanan yang lebih banyak dan bagian yang lebih baik daripada anggota
keluarga yang lain;
c. atau anak laki-laki diberi makan lebih dulu daripada anak perempuan.

Walaupun pola makan ini sudah menjadi tradisi ataupun kebiasaan, namun
yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan mendistribusikan makanan
kepada keluarga adalah ibu; dengan kata lain ibu mempunyai peran sebagai gate-
keeper dari keluarga. Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa
melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola
pemberian makan pada bayi yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern.
Sebagai contoh, pemberian ASI. Menurut konsep kesehatan moderen ataupun
medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan pemberian makanan tambahan berupa
makanan padat sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur 4 tahun. Namun, pada
suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin selain memberikan nasi pakpak
(nasi yang telah dikunyah oleh ibunya lebihdahulu) kepada bayinya agar bayinya
tumbuh sehat dan kuat. Mereka percayabahwa apa yang keluar dari mulut ibu
merupakan yang terbaik untuk bayi.Sementara pada masyarakat Kerinci di
Sumatera Barat, pada usia sebulan bayisudah diberi bubur tepung, bubur nasi nasi,
pisang dan lain-lain. Ada pula kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yangsudah
dilumatkan ataupun madu, teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar.
Demikian pula halnya dengan pembuangan colostrum (ASI yang pertama kali
keluar). Di beberapa masyarakat tradisional,colostrum ini dianggap sebagai susu
yang sudah rusak dan tak baik diberikan padabayi karena warnanya yang
kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa colostrum dapat
menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi.Sementara, colostrum
sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi.Walaupun pada
masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan permasalahan yang besar
karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI,namun yang menjadi
permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuaidengan konsep medis
sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi.

Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal ini
disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu baik
pada saat hamil maupun sesudah melahirkan. Sebagai contoh, pada masyarakat
Kerinci ibu yang sedang menyusui pantang untuk mengkonsum sibayam, ikan laut
atau sayur nangka. Di beberapa daerah ada yang memantangkan ibu yang
menyusui untuk memakan telur.Adanya pantangan makanan ini merupakan gejala
yang hampir universal berkaitan dengan konsepsi "panas-dingin" yang dapat
mempengaruhi keseimbangan unsur-unsur dalam tubuh manusia -tanah, udara, api
dan air. Apabila unsur-unsur didalam tubuh terlalu panas atau terlau dingin maka
akan menimbulkan penyakit.

Untuk mengembalikan keseimbangan unsur-unsur tersebut maka


seseorang harus mengkonsumsi makanan atau menjalani pengobatan yang bersifat
lebih "dingin" atau sebaliknya. Pada, beberapa suku bangsa, ibu yang sedang
menyusui kondisitubuhnya dipandang dalam keadaan "dingin" sehingga ia harus
memakan makanan yang "panas" dan menghindari makanan yang "dingin". Hal
sebaliknya harus dilakukan oleh ibu yang sedang hamil (Reddy, 1990). Menurut
Foster dan Anderson (1978: 37), masalah kesehatan selalu berkaitandengan dua
hal yaitu sistem teori penyakit dan sistem perawatan penyakit. Sistem teori
penyakit lebih menekankan pada penyebab sakit, teknik-teknik
pengobatanpengobatan penyakit. Sementara, sistem perawatan penyakit
merupakan suatuinstitusi sosial yang melibatkan interaksi beberapa orang, paling
tidak interaksi antarpasien dengan si penyembuh, apakah itu dokter atau dukun.
Persepsi terhadappenyebab penyakit akan menentukan cara pengobatannya.
Penyebab penyakit dapatdikategorikan ke dalam dua golongan yaitu personalistik
dan naturalistik. Penyakit-penyakit yang dianggap timbul karena adanya
intervensi dari agen tertentu sepertiperbuatan orang, hantu, mahluk halus dan lain-
lain termasuk dalam golonganpersonalistik. Sementara yang termasuk dalam
golongan naturalistik adalahpenyakit- penyakit yang disebabkan oleh kondisi
alam seperti cuaca, makanan, debudan lain-lain.

Dari sudut pandang sistem medis moderen adanya persepsi masyarakat


yangberbeda terhadap penyakit seringkali menimbulkan permasalahan. Sebagai
contoh ada masyarakat pada beberapa daerah beranggapan bahwa bayi yang
mengalami kejang- kejang disebabkan karena kemasukan roh halus, dan hanya
dukun yang dapat menyembuhkannya. Padahal kejang-kejang tadi mungkin
disebabkan olehdemam yang tinggi, atau adanya radang otak yang bila tidak
disembuhkan dengancara yang tepat dapat menimbulkan kematian. Kepercayaan-
kepercayaan lain terhadap demam dan diare pada bayi adalah karena bayi tersebut
bertambahkepandaiannya seperti sudah mau jalan. Ada pula yang menganggap
bahwa diare yang sering diderita oleh bayi dan anak-anak disebabkan karena
pengaruh udara,yang sering dikenal dengan istilah "masuk angin". Karena
persepsi terhadap penyebab penyakit berbeda-beda, maka pengobatannyapun
berbeda-beda. Misalnya,di suatu daerah dianggap bahwa diare ini disebabkan
karena "masuk angin" yang dipersepsikan sebagai "mendinginnya" badan anak
maka perlu diobati denganbawang merah karena dapat memanaskan badan
si anak.Sesungguhnya pola pemberian makanan pada anak, etiologi penyakit
dantindakan kuratif penyakit merupakan bagian dari sistem perawaatan
kesehatanumum dalam masyarakat (Klienman, 1980). Dikatakan bahwa dalam
sistemperawatan kesehatan ini terdapat unsur-unsur pengetahuan dari sistem
medis tradisional dan moderen. Hal ini terlihat bila ada anak yang menderita sakit,
maka si ibu atau anggota keluarga lain akan melakukan pengobatan sendiri (self
treatment) terlebih dahulu, apakah itu dengan menggunakan obat tradisional
ataupun obat moderen. Tindakan pemberian obat ini merupakan tindakan pertama
yang paling sering dilakukan dalam upaya mengobati penykit dan merupakan satu
tahap dari perilaku mencari penyembuhan atau kesehatan yang dikenal sebagai
"health seeking behavior". Jika upaya ini tidak berhasil, barulah dicari upaya
lain misalnya membawa ke petugas kesehatan seperti dokter, mantri dan lain-lain.

Kehamilan,persalinan, dan kematian ibu

Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan


dengankesehatan ibu di Indonesia adalah masih tingginya angka kematian ibu
yangberhubungan dengan persalinan. Menghadapi masalah ini maka pada bulan
Mei 1988 dicanangkan program Safe Motherhood yang mempunyai prioritas pada
peningkatanpelayanan kesehatan wanita terutama paada masa kehamilan,
persalinan dan pascapersalinan.Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor
yang amat perludiperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian
ketika persalinan,disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan
janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting
untuk mengetahuidampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Facta, berbagai
kalangan masyarakat diIndonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap
kehamilan sebagai hal yangbiasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu
memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter.Masih banyaknya ibu-
ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan
tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka.
Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya
sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dankurangnya informasi.

Pada penelitian yang dilakukan yang dilakukan di RS HasanSadikin,


Bandung, dan 132 ibu yang meninggal, 69 diantaranya tidak pernahmemeriksakan
kehamilannya atau baru datang pertama kali pada kehamilan 7 -9bulan (Wibowo,
1993). Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan,
permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan

dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak
dijumpai didaerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya preferensi
terhadap jeniskelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan
istri mengalamikehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif
pendek,menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi pacta saat
melahirkan.Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan
adalahmasalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan
danpantangan- pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan
merekasehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan
terhadapbeberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil
tentunyaakan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran
kalauanemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di
daerahpedesaan. Dari data SKRT 1986 terlihat bahwa prevalensi anemia pada
wanita hamildi Indonesia sebesar 73,7%, dan angka menurun dengan adanya
program-programperbaikan gizi menjadi 33% pada tahun 1995. Dikatakan pula
bahwa penyebabutama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan
karena kurangnyazat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.

Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur
karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena
akanmenyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di
JawaBarat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus
mengurangimakannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan
kepiting karenadapat menyebabkan ASI menjadi asin. Contoh lain di daerah
Subang, ibu hamilpantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena
khawatir bayinyaakan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang,
selain ibunyakurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya
hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu,
larangan untukmemakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain
bagi wanitahamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama
masyarakatdi daerah pedesaan. (Wibowo, 1993).Memasuki masa persalinan
merupakan suatu periode yang kritis bagi para ibuhamil karena segala
kemungkinan dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamatatau dengan
kematian. Sejumlah faktor memandirikan peranan dalam proses ini,mulai dari ada
tidaknya faktor resiko kesehatan ibu, pemilihan penolong
persalinan,keterjangkauan dan ketersediaan pelayanan kesehatan, kemampuan
penolongpersalinan sampai sikap keluarga dalam menghadapi keadaan gawat.Di
daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukunberanak untuk
menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah.

Data SurveiKesehatan Rumah Tangga tahun 1992 rnenunjukkan bahwa


65% persalinan ditolongoleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah
dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh
dukun yang dapatmembahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996)
menunjukkan beberapatindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti
"ngolesi" (membasahi vaginadengan rninyak kelapa untuk memperlancar
persalinan), "kodok" (memasukkantangan ke dalam vagina dan uterus untuk
rnengeluarkan placenta) atau "nyanda"(setelah persalinan, ibu duduk dengan
posisi bersandar dan kaki diluruskan ke depanselama berjam-jam yang dapat
menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).Pemilihan dukun beranak sebagai
penolong persalinan pada dasarnyadisebabkan karena beberapa alasan antara lain
dikenal secara dekat, biaya murah,mengerti dan dapat membantu dalam upacara
adat yang berkaitan dengan kelahirananak serta merawat ibu dan bayi sampai 40
hari. Disamping itu juga masih adanyaketerbatasan jangkauan pelayanan
kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun
praktek-praktek tradisional tertentu rnasihdilakukan.lnteraksi antara kondisi
kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolongpersalinan sangat menentukan
hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.

Secara medis. penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah


perdarahan,infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut
bila tidakditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu
dalam prosespersalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena
penanganan yangkurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan
pengambilankeputusan dalam keluarga. Umumnya, terutama di daerah pedesaan,
keputusanterhadap perawatan medis apa yang akan dipilih harus dengan
persetujuan kerabatyang lebih tua; atau keputusan berada di tangan suami yang
seringkali menjadipanik melihat keadaan krisis yang terjadi.Kepanikan dan
ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinandapat menghambat
tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat. Tidak jarangpula nasehat-
nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga mempengaruhikeputusan yang
diambil. Keadaan ini seringkali pula diperberat oleh faktor geografis,dimana jarak
rumah si ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidaktersedianya
transportasi, atau oleh faktor kendala ekonomi dimana ada anggapanbahwa
membawa si ibu ke rumah sakit akan memakan biaya yang mahal.
Selain darifaktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis
dan kendalaekonomi, keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh
adanya suatukeyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu
yang terjadimerupakan takdir yang tak dapat dihindarkan.Selain pada masa hamil,
pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca
persalinan. Pantangan ataupun anjuraan inibiasanya berkaitan dengan proses
pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanantertentu yang sebaiknya
dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pulamakanan tertentu yang
dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatanbayi. Secara tradisional,
ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranakuntuk mengembalikan
kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perutyang bertujuan untuk
mengembalikan rahim ke posisi semula; memasukkanramuan-ramuan seperti
daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untukmembersihkan darah dan
cairan yang keluar karena proses persalinan; atau memberi jamu tertentu untuk
memperkuat tubuh (Iskandar et al., 1996).

4. Masalah-masalah budaya dalam tumbuh kembang

Muis (1996) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa para orang tua wali
sangat berperan dalam menentukan, menasehati dan menyarankan
anaknya/menantunya untuk periksa kehamilan pada bidan atau memilih dukun
bayi sebagai penolong persalinan.

Pengaruh budaya terhadap status kesehatan masyarakat tidak bisa diabaikan


begitu saja, kesehatan merupakan bagian integral dari kebudayaan. Keharusan
untuk tetap bekerja keras sampai mendekati persalinan bagi ibu hamil juga sangat
membahayakan baik bagi ibu hamil maupun janinnya.

Beberapa kepercayaan yang ada dijawa tengah, diantaranya ibu hamil pantang

makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging

karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Demikian pula dengan di

daerah jawa barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus

mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.

Akibatnya ibunya kurang gizi dan berat badan bayi yang dilahirkannya juga

rendah. Kondisi ini tentunya mempengaruhi kesehatan si bayi.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa prenatal merupakan titik awal dari proses pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Proses tumbuh kembang masa prenatal di
pengaruhi oleh beberapa factor, salah satunya budaya. Budaya merupakan
prilaku, adat, istiadat, kebiassaan yang dilakukan oleh masyarakat yang
dilakukan secara turun menurun. Budaya bisa berdampak positif bisa
berdampak negative pada pertumbuhan bayi tergantung kepercayaan dan
kebiasaaan masyarakat setempat.
B. Saran
Kami mengetahui bahwa makalah ini sangat banyak sekali terdapat
kekurangan dan kelemahan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan
agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran kepada penulis yang
bersifat membangun.
Daftar Pustaka

Chriswardani Suryawati. 2007. Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan


Kehamilan, Persalinan dan Pasca Persalinan (Studi di Kecamatan Bangsri
Kabupaten Jepara). Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 2 / No. 1 /
Januari 2007.

Azrinna,ayu. Kesehatan ibu dan anak: persepsi budaya dan dampak


kesehatannya.[pdf](https://www.academia.edu/9337995/KESEHATAN_IB
U_DAN_ANAK_PERSEP
SI_BUDAYA_DAN_DAMPAK_KESEHATANNYA diunduh pada 13
september 2019 )

Staffnew.Respiratory usu. Pertumbuhan fisik masa prenatal.[pdf]


(http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28206/Chapter;jsess
ionid=72361F2D2CE96DFCC6276AD244888BF5?sequence=3 diunduh
pada 12 september 2019 )

Saiffullah. 2015. Proses Pembentukan, Perkembangan Embrio Manusia dan


Biografi Musaffir.(http://digilib.uinsby.ac.id/2607/5/Bab%202.pdf ) Diakses
pada 13 September 2019.

Masfiah, siti dkk. 2018. perilaku perawatan kehamilan dalam perspektif budaya
jawa di desa kaliori kecamatan kalibagor.

Anda mungkin juga menyukai