Incest Makalah
Incest Makalah
PENDAHULUAN
1
bersifat sosio antropologis daripada biologis (bandingkan dengan kerabat-
dalam untuk pengertian biologis) meskipun sebagian penjelasannya bersifat
biologis.
Hubungan Sedarah diketahui berpotensi tinggi menghasilkan keturunan
yang secara biologis lemah, baik fisik maupun mental (cacat), atau bahkan
letal (mematikan). Fenomena ini juga umum dikenal dalam dunia hewan dan
tumbuhan karena meningkatnya koefisien erabat-dalam pada anak-anaknya.
Akumulasi gen-gen pembawa 'sifat lemah' dari kedua orang tua pada satu
individu (anak) terekspresikan karena genotipenya berada dalam kondisi
homozigot.
Secara sosial, hubungan sumbang dapat disebabkan, antara lain, oleh
ruangan dalam rumah yang tidak memungkinkan orangtua, anak, atau sesama
saudara pisah kamar. Hubungan sumbang antara orang tua dan anak dapat
pula terjadi karena kondisi psikososial yang kurang sehat pada individu yang
terlibat. Beberapa budaya juga mentoleransi hubungan sumbang untuk
kepentingan-kepentingan tertentu, seperti politik atau kemurnian ras.
Akibat hal-hal tadi, hubungan sumbang tidak dikehendaki pada hampir
semua masyarakat dunia. Semua agama besar dunia melarang hubungan
sumbang. Di dalam aturan agama Islam (fiqih), misalnya, dikenal konsep
muhrim yang mengatur hubungan sosial di antara individu-individu yang
masih sekerabat. Bagi seseorang tidak diperkenankan menjalin hubungan
percintaan atau perkawinan dengan orang tua, kakek atau nenek, saudara
kandung, saudara tiri (bukan saudara angkat), saudara dari orang tua,
kemenakan, serta cucu
2
1.2.4 Apa saja penyebab Incest?
1.2.5 Apa alasan anggota keluarga melakukan Incest?
1.2.6 Apa saja akibat Incest?
1.2.7 Upaya apa untuk mengatasi Incest?
1.2.8 Apa tindakan terhadap korban Incest?
1.2.9 Sebutkan beberapa contoh kasus Incest yang pernah terjadi?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Incest
1.3.2 Untuk mengetahui sejarah dari Incest
1.3.3 Untuk mengetahui jenis-jenis Incest
1.3.4 Untuk mengetahui penyebab dari Incest
1.3.5 Untuk mengetahui alasan anggota keluarga melakukan Incest
1.3.6 Untuk mengetahui akibat dari Incest
1.3.7 Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi Incest
1.3.8 Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan terhadap korban
Incest
1.3.9 Untuk mengetahui beberapa contoh kasus incest yang pernah terjadi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi tenaga kesehatan khususnya kebidanan, dapat meningkatkan
pengetahuan tentang incest. Sehingga dapat memberikan konseling
ketika ada masalah.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan, dapat digunakan sebagai bahan masukan
kepustakaan Stikes Maharani Program Pendidikan Kebidanan.
1.4.3 Bagi penulis, menambah pengetahuan bagi penulis dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh agar semestinya menghasilkan
pengetahuan lebih dalam lagi mengenai inces
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Hubungan sedarah (Inggris: Incest) adalah hubungan badan atau
hubungan seksual yang terjadi antara dua orang yang mempunyai ikatan
pertalian darah, misal ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan anak
laki-lakinya, atau antar sesama saudara kandung atau saudara tiri.
Incest adalah hubungan seksual antara anggota keluarga dalam rumah,
baik antara kakak-adik kandung/tiri, ayah dengan anak kandung/tiri, paman
dengan keponakan atau ibu dengan anak kandung/tiri. (Ruth S Kempe & C.
Henry Kempe)
Incest adalah hubungan seksual sampai taraf koitus antar anggota
keluarga, misalnya antara kakak lelaki dan adik perempuan atau antara ayah
dan anak perempuan, yang dilarang oleh adat kebudaan. (Supraptiknya, 1995)
Incest adalah hubungan seks antara dua orang didalam atau diluar
perkawinan dengan keluarga dekat sehingga secara legal tidak diizinkan
melakukan pernikahan. (Sunaryo, 2004)
Incest. Incest (Incestum, in/non=tidak; castus=suci, bersih;
incest=penodaan darah karena melakukan persetubuhan yang sifatnya tidak
suci) ialah hubungan seks di antara pria dan wanita didalam atau diluar ikatan
perkawinan, dimana mereka terkait dalam hubungan kekerabatan atau
keturunan yang dekat sekali. Sebenarnya secara legal dan biologis mereka
tidak diizinkan meakukan pernikahan dan persetubuhan. Incest banyak terjadi
dikalangan rakyat dari tingkat social ekonomis yang sangat rendah dan pada
orang keturunan darah campuran. Juga banyak dijumpai pada kalangan kaum
bangsawan serta hartawan untuk menjamin kelangsungan dari darah
kebangsawaannya dan untuk menjamin supaya harta kekayaan tetap terpusat
dalam lingkungan keturunan. (Yustinus Semiun, 2006)
Incest adalah hubungan seksual antara orang-orang yang memiliki
hubungan darah atau hubungan saudara. Kejadian incest yang sering adalah
4
antara kakak dan adik, serta ayah kandung dengan anaknya. Incest antara ibu
dengan anak laki-lakinya sangat jarang terjadi.
Dalam kasus incest antara ayah dengan anak, jarang terjadi karena
adanya unsur suka sama suka; dan umumnya anak lebih merupakan korban
pemerkosaan. Dengan demikian, ada unsure kekerasan seksual yang
dilakukan ayah terhadap putri kandungnya. Secara psikologis,kekerasan
seksual (pemerkosaan) yang dilakukan oleh sang ayah akan sangat
menghancurkan mental korban (anak). Kejadian incest jarang dilaporkan
kepada yang berwajib karena akan memalukan keluarga atau khawatir akan
mendapat hukuman. (Nilam Widyarini, 2009)
5
1. Incest yang bersifat sukarela (tanpa paksaan).
Hubungan seksual yang dilakukan terjadi karena unsur suka sama
suka.
2. Incest yang bersifat paksaan.
Hubungan seksual dilakukan karena unsur keterpaksaan, misalkan
pada anak perempuan diancam akan dibunuh oleh ayahnya karena tidak
mau melayani nafsu seksual. Incest seperti ini pada masyarakat lebih
dikenal dengan perkosaan incest.
6
berkuasa) akan sangat terguncang, dan menimbulkan ketidakseimbangan
mental-psikologis. Dalam ketidakberdayaan tersebut, tanpa adanya iman
sebagai kekuatan internal/spiritual, seseorang akan dikuasai oleh dorongan
primitif, yakni dorongan seksual ataupun agresivitas. Faktor-faktor struktural
tersebut antara lain adalah:
1. Konflik budaya
Seperti kita ketahui, perubahan sosial terjadi begitu cepatnya
seiring. dengan perkembangan teknologi. Alat-alat komunikasi seperti
radio, televisi, VCD, HP, koran, dan majalah telah masuk ke seluruh
pelosok wilayah Indonesia. Seiring dengan itu masuk pula budaya-
budaya baru yang sebetulnya tidak cocok dengan budaya dan norma-
norma setempat. Orang dengan mudah mendapat berita kriminal seks
melalui tayangan televisi maupun tulisan di koran dan majalah. Juga
informasi dan pengalaman pornografi dan berbagai jenis media.
Akibatnya, tayangan televisi, VCD, dan berita di koran atau majalah
yang sering menampilkan kegiatan seksual incest serta tindak
kekerasannya, dapat menjadi model bagi mereka yang tidak bisa
mengontrol nafsu birahinya.
2. Kemiskinan
Meskipun incest dapat terjadi dalam segala lapisan ekonomi, secara
khusus kondisi kemiskinan merupakan suatu rantai situasi yang sangat
potensial menimbulkan incest. Sejak krisis 1998, tingkat kemiskinan di
Indonesia semakin tinggi. Banyak keluarga miskin hanya memiliki satu
petak rumah. Kita tidak dapat membedakan mana kamar tidur, kamar
tamu, atau kamar makan. Rumah yang ada merupakan satu atau dua
kamar dengan multi fungsi. Tak pelak lagi, kegiatan seksual terpaksa
dilakukan di tempat yang dapat ditonton anggota keluarga lain. Tempat
tidur anak dan orangtuanya sering tidak ada batasnya lagi. Ayah yang tak
mampu menahan nafsu birahinya mudah terangsang melihat anak
perempuannya tidur. Situasi semacam ini memungkinkan untuk
terjadinya incest kala ada kesempatan.
7
3. Pengangguran.
Kondisi krisis juga mengakibatkan banyak terjadinya PHK yang
berakibat banyak orang yang menganggur. Dalam situasi suit mencari
pekerjaan, sementara keluarga butuh makan, tidak jarang suami istri
banting tulang bekerja seadanya. Dengan kondisi istri jarang di rumah
(apalagi bila menjadi TKW), membuat sang suami kesepian. Mencari
hiburan di luar rumah pun butuh biaya. Tidak menutup kemungkinan
anak yang sedang dalam kondisi bertumbuh menjadi sasaran pelampiasan
nafsu birahi ayahnya.
(Nilam Widyarini, 2009)
8
Dilihat dari datangnya incest sendiri, faktor penyebabnya dapat
dibedakan menjadi factor internal dan eksternal.
1. Faktor internal, yang terdiri dari :
a. Biologis
Dorongan seksual yang terlalu besar dan ketidak mampuan pelaku
mengendalikan hawa nafsu seksnya. Faktor biologis ini merupakan
faktor yang susah untuk di sembuhkan.
Menurut pengakuan pelaku incest yang di publikasikan di media
massa, hubungan incest mereka lakukan dengan alasan kesepian di
tinggal istri, kurang puas dengan layanan istri, kebiasaan anak
perempuan tidur dengan bapaknya selain itu juga kejadian ini dapat
terjadi karena adanya dugaan pelaku mengidap kelainan seks dan
masalah gangguan kejiwaan.
b. Psikologis
Pelaku memiliki kepribadian menyimpang, seperti minder, tidak
percaya diri, kurang pergaulan, menarik diri dan sebagainya.
Selain faktor biologis incest juga berpengaruh pada psikologis si
pelaku, dalam hal ini mungkin saja si pelaku tidak percaya diri, susah
bergaul dengan lingkungannya, faktor – faktor tersebut juga sangat
mempengaruhi terjadinya incest. Kurang pergaulan yang mana pada
keluarga tertentu di larang bergaul dengan dunia luar. Kadang – kadang
ada juga penyebab dimana satu keluarga di larang menikah di luar
kalangannya agar semua harta yang dimiliki tidak keluar dari keluarga
besarnya. Ada juga kemungkinan di harapkan supaya turunan mereka
lebih asli sebagai bangsawan.
9
sehingga mempengaruhi cara pandang dan mempersempit ruang
lingkup pergaulan. Dalam masyarakat yang kurang mampu hal ini
banyak sekali terjadi. Kemiskinan yang absolut menyebabkan seluruh
anggota keluarga suami istri dan anak-anak tidur dalam satu tempat
tidur. Apabila satu waktu seorang ayah bersentuhan dengan anak
perempuannya yang masih gadis maka ada kemungkinan salah satu dari
keduanya bisa terangsang yang akhirnya terjadi hubungan seksual,
paling tidak kontak seksual. Situasi semacam ini memungkinkan utuk
terjadinya incest kala ada kesempatan.
b. Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah.
Selain faktor ekonomi keluarga tingkat pendidikan dan pergaulan
yang rendahpun mempengaruhi, karena faktor inilah kemampuan
berfikir seseorang tidak berkembang, mereka tidak berfikir logis, tidak
memikirkan dampak kedepannya seperti apa, mereka hanya berfikir
hanya untuk kepuasan semata.
c. Tingkat pemahaman agama dan penerapan aqidah serta norma agama
yang kurang.
Di samping faktor-faktor yang telah di jelaskan di atas, menurut
pendapat saya ada faktor yang lebih mempengaruhi yaitu tingkat
pemahaman agama dan penerapan aqidah serta norma agama yang
kurang. Apabila seseorang memiliki tingkat pemahaman agama yang
minim.
d. Konflik budaya
Perubahan social terjadi begitu cepat seiring dengan
perkembangan teknologi. Alat – alat komunikasi seperti radio, televise,
VCD, HP, Koran dan majalah telah masuk keseluruh pelosok wilayah
Negara kita (indonesia). Seiring dengan itu masuk pula budaya baru
yang sebetulnya tidak cocok dengan budaya dan norma – norma
setempat. Orang dengan mudah mendapat berita criminal seks melalui
tayangan televise maupun tulisan di Koran dan majalah. Juga informasi
dan pengalaman pornografi dan berbagai jenis media. Akibatnya,
tayangan telvisi, VCD, dan berita di Koran atau majalah yang sering
10
menampilkan kegiatan seksual incest serta tindak kekerasannya, dapat
menjadi model bagi mereka yang tidak bias mengontrol hawa nafsu
birahinya.
e. Pengangguran.
Kondisi krisis juga mengakibatkan banyak terjadinya PHK yang
berakibat banyak orang yang mengganggur. Dalam situasi sulit mencari
pekerjaan, sementara keluarga butuh makan, tidak jarang suami istri
banting tulang bekerja seadanya. Dengan kondisi istri jarang di rumah
(apalagi kalau isri menjadi TKW), membuat sang suami kesepian.
Mencari hiburan di luarpun butuh biaya sedangkan uang tidak ada.
Tidak menutup kemungkinan anak yang sedang dalam perkembangan
(remaja atau gadis) menjadi sasaran pelampiasan nafsu birahi sang
ayah.
11
laki lebih besar di bandingkan perempuan sehingga para kaum laki-laki
memperlakukan perempuan tidak di dasari dengan norma – norma atau
hukum yang ada baik di lihat dari aspek agama maupun sosial. Pengaruh
aspek structural, yakni situasi dalam masyarakat yang semakin kompleks.
Kompleksitas situasi menyebabkan ketidakberdayaan para individu.
Khususnya apabila ia seorang laki – laki (notabene cendrung dianggap
dan menganggap diri lebih berkuasa) akan sangat terguncang, dan
menimbulkan ketidakseimbangan mental psikologis. Dalam
ketidakberdayaan tersebut , tanpa adanya iman sebagai kekuatan internal
/ spiritual, seseorang akan dikuasai oleh dorongan primitive, yakni
dorongan seksual ataupun agresivitas
3. Bermain lama –lama dalam satu kamar sehingga lama – lama kelamaan
nafsu biologis mereka akan terangsang.
Hal seperti ini harus di hindari oleh laki – laki dan perempuan yang
mempunyai hubungan darah, baik itu perempuan dan laki-laki dewasa
ataupun di bawah umur karena di khawatirkan akan terjadi hal – hal yang
tidak di ingikan seperti terjadinya incest ini.
4. Kurangnya pengetahuan tentang seks.
Masalah yang satu inipun harus benar – benar di perhatikan karena
pengetahuan tentang seks ini masyarakat khususnya remaja ataupun para
orang tua harus benar – benar memepelajari pengetahuan ini agar
terhindar dari hal – hal yang berbau seks yang negatif seperti kasus yang
sedang saya bahas yaitu mengenai incest (perkawinan sedarah) selain
inces masih banyak kasus – kasus lainnya seperti PMS, pernikahan dini
dan lain sebagainya.
12
pasif, dan cenderung tergantung pada orang lain. Ia kurang dapat
mengendalikan diri/hasratnya, kurang dapat berfikir secara realistis,
cenderung pasif-agresif dalam mengekpresikan emosinya, kurang
memiliki rasa percaya diri. Selain itu, kemungkinan pelaku adalah
pengguna alkohol atau obat-obatan terlarang lainnya.
2. Ibu sebagai pelaku.
Ibu yang melakukan penganiayaan seksual cenderung memiliki
tingkat kecerdasan yang rendah dan mengalami gangguan emosional. Ibu
yang melakukan incest terhadap anak laki-lakinya cenderung didorong
oleh keinginan adanya figur ‘pria lain’ dalam kehidupannya, karena
kehadiran suami secara fisik maupun emosinal dirasakan kurang sehingga
ia berharap anak laki-lakinya dapat memenuhi keinginan yang tidak
didapatkan dari suaminya. Kasus ini jarang didapati, terutama karena
secara naluriah wanita cenderung memiliki sifat mengasuh dan
‘melindungi’ anak.
3. Saudara kandung sebagai pelaku.
Kakak korban yang melakukan penganiayaan seksual biasanya
menirukan perilaku orang tuanya atau memiliki keinginan
mendominasi/menghukum adiknya. Selain itu, penganiayaan seksual
mungkin pula dilakukan oleh orang tua angkat/tiri, atau orang lain yang
tinggal serumah dengan korban, misalnya saudara angkat.
13
mungkin terjadi didasarkan kelainan anak yang terlalu mencintai
ibunya, dalam ilmu psikologis disebut dengan istilah Oedipus
Compleks.
c. Dari berbagai peristiwa hubungan incest yang banyak di laporkan di
media akhir – akhir ini menunjukan betapa menderitanya perempuan
korban incest. Ketergantungan dan ketakutan akan ancaman
membuat perempuan tidak bisa menolak di perkosa oleh ayah,
kakek, paman, saudara atau anaknya sendiri. Sangat sulit bagi
mereka untuk keluar dari kekerasan berlapis – lapis itu karena
mereka sangat tergantung hidupnya pada pelaku dan masih berfikir
tidak mau membuka aib laki – laki yang pada dasarnya di
sayanginya yang seharusnya menyayanginya dan menjadi pelindung
bagi keluarganya terutama (istri dan anak perempuannya) dengan
terjadinya incest akibatnya mereka mengalami trauma seumur hidup
dan gangguan jiwa., sehingga kejiwaannya akan terganggu hal ini
merupakan dampak psikologis dari peristiwa incest
d. Gangguan psikologis. Gangguan psikologis akibat dan kekerasan
seksual atau trauma post sexual abuse, antara lain : tidak mampu
mempercayai orang lain, takut atau khawatir dalam berhubungan
seksual, depresi, ingin bunuh diri dan perilaku merusak diri sendiri
yang lain, harga diri yang rendah, merasa berdosa, marah,
menyendiri dan tidak mau bergaul dengan orang lain, dan makan
tidak teratur.
14
homozigot. Beberapa penyakit yang di turunkan melalui gen homozigot
resesif yang dapat menyebabkan kematian pada bayi yaitu fatal anemia,
gangguan penglihatan pada anak umur 4 – 7 tahun yang bisa berakibat
buta, albino, polydactyl dan sebagainya. Pada perkawinan sepupu yang
mengandung gen albino maka kemungkinan keturunan albino lebih besar
13,4 kali di bandingkan perkawinan biasa. Kelemahan genetic lebih
berpeluang muncul dan riwayat genetic yang buruk akan bertambah
dominan serta banyak muncul ketika lahir dari orang tua yang memiliki
kedekatan keturunan.
Selain itu banyak penyakit genetic yang peluang munculnya lebih
besar pada anak yang dilahirkan dari kasus incest Banyak penyakit
genetika yang berpeluang muncul lebih besar, contoh :
a. Skizoprenia : kromosom yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Penyakit ini merupakan suatu gangguan psikologis fungsional
berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala –
gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi social, fungsi
kerja, dan perawatan diri. Penyakit ini mempunyai beberapa tipe
yaitu: Skizofrenia tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala – gejala
positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan
pada skizofrenia tipe II ditemukan gejala – gejala negative seperti
penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk. Penyakit ini
terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh dunia, penyakit
ini terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang sama. Gejala
– gejala awal biasanya terjadi pada masa remaja awal atau dua
puluhan. Pada pria sering mengalami penyakit ini lebih awal di
bandingkan dengan wanita.
b. Leukodystrophine atau kelainan pada bagian syaraf yang disebut
milin, yang merupakan lemak yang meliputi insulates serat saraf
yang menyebabkan proses pembentukan enzim terganggu. Tanda –
tanda gejala penyakit ini biasanya di mulai pada awal bayi, namun
tentu saja kondisi bias sangat bervariasi. Bayi yang mempunyai
15
penyakit ini biasanya normal untuk beberapa bulan pertama lahir
akan tetapi pada bulan – bulan berikutnya akan terlihat kelainannya
c. Idiot : keterlambatan mental serta perkembangan otak yang lemah.
Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik
dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John
Longdon Down. Karena cirri – cirri yang tampak aneh seperti tinggi
badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar
menyerupai orang mongoloid maka sering juga di kenal dengan
mongolisme.
d. Kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat ibu
mengandung dan adanya rasa penolakan secara emosional dari ibu.
Gangguan emosional yang dialami si ibu akibat kehamilan yang
tidak di harapakan akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janian pra dan pasca kelahiran dan pada akhirrnya
bayi yang ada dalam rahim ibupun akan mengalami kelainan –
kelainan genetic yang nantinya akan berdampak buruk pada bayi
tersebut.
e. Hemophilia : penyakit sel darah merah yang pecah yang
mengakibatkan anak harus menerus mendapatkan transfuse darah.
Penyakit ini merupakan gangguan perdarahan yang bersifat herediter
akibat kekurangan factor pembekuan VIII dan IX.
16
4. Dampak dari Segi Sosial
Peristiwa hubungan incest yang terjadi pada suatu keluarga akan
menyebabkan hancurnya nama keluarga tersebut di mata masyarakat.
Keluarga tersebut dapat di kucilkan oleh masyarakat dan menjadi bahan
pembicaraan di tengah masyarakat. Masalah yang lebih penting di
cermati dalam kasus anak hasil incest, dimana anak menghamili anak
perempuannya, maka bila janin yang di kandung oleh anak perempuan
tersebut maka status ayah itu menjadi ganda yaitu ayah sekaligus kakek.
Hal inilah yang nanatinya akan berdampak social dari hubungan incest.
17
1. Mengamankan untuk sementara ke tempat yang tenang.
2. Meminta bantuan kepada individu atau organisasi yang memberikan
pelayanan konseling untuk korban kekerasan seksual.
3. Menyerahkan pelayanan medis ke dokter atau rumah sakit yang dapat
dipercaya dapat menjaga privasi korban.
4. Melapor kepada yang berwajib dan memberikan bantuan hukum.
5. Memberikan advokasi kepada keluarga yang sedang panik dan bingung.
18
penangkapan, adalah bulan pertama Sarijo menggauli putri pertamanya
dari istri keduanya. Awal Agustus lalu korban beserta perangkat desa
melaporkan tindakan ayahnya tersebut pada polisi. Hingga akhirnya
malam itu juga, Sarijo ditangkap.
Sementara itu kasus incest di Kabupaten Gunungkidul belakangan
justru kerap terjadi di Kecamatan Semin. Padahal menurut Badan
Pemberdayaan, Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana
(BPMPKB) Gunungkidul tiga kecamatan yang rawan dan menjadi
perhatian adalah Saptosari, Semanu dan Tepus.
Kasus terakhir terjadi di Kecamatan Semin pada pertengahan
Oktober lalu. Seorang gadis remaja warga Kecamatan Semin melapor ke
Mapolres Gunungkidul. Ia mengaku mengalami tindakan pencabulan
yang dilakukan Bejo Triswanto, yang tak lain merupakan ayah tiri
korban.
Informasi yang dihimpun Harian Jogja, menyebutkan korban telah
berkali-kali mendapatkan pelecahan seksual sejak korban duduk di
bangku kelas satu kelas VI sekolah dasar (SD) dan terakhir kali
dilakukan pada pertengahan bulan Agustus tahun lalu. Lantaran tidak
kuasa menahan derita pada awal September lalu, gadis yang kini duduk
di bangku kelas dua SMP itu kemudian sempat melarikan diri.
Saat ini pelaku sudah ditetapkan sebagai tersangka, sayang pelaku
berhasil melarikan diri dan masih dalam pengejaran polisi.
Takut lapor
Menurut data yang didapatkan dari Unit Pelayanan, Anak dan
Perempuan (UPPA) Polres Gunungkidul, jumlah kekerasan seksual pada
anak sejak bulan Januari hingga bulan Oktober ini terdapat 29 kasus, 17
di antaranya telah masuk kategori P21. Jumlah tersebut diprediksi bisa
lebih banyak lantaran masih banyak warga yang enggan melapor kepada
petugas kepolisian lantaran ada perasaan malu dan takut.
“Makin maraknya kekerasan seksual anak membuat kami
melakukan pemantuan ekstra di tiga kecamatan Gunungkidul. Yakni di
kecamatan Tepus, Saptosari dan Semanu, kami menggandeng juga
19
Didiskpora [Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga] dalam melakukan
penyuluhan di kecamatan rentan tindak kekerasan seksual itu,” ujar Siti
Isnaini Dekoningrum, Kabid Pemberdayaan, Perempuan dan Anak
kepada Harian Jogja, pekan lalu.
Selain itu kata dia selain menggandeng pihak Didiskora, pihaknya
juga merangkul beberapa TKW asal Gunungkidul untuk pernah
mempunyai pengalaman mengalami tindak seksual sehingga diharapkan
bisa memberikan pengetahuan kepada para siswa tentang bahaya
kekerasan seksual dalam rumah tangga.
“Beberapa sekolah pernah kami datangi untuk kami berikan
penyuluhan sehingga kami harapkan mereka bisa menjadi lebih peka
tentang bahaya kekerasan dalam rumah tangga,” ujarnya.
Untuk memerangi tindak kekerasan dalam rumah tangga,
menurutnya diperlukan adanya kerjasama antara kepolisan sektor,
kejaksaan. Pasalnya upaya tersebut harus dilakukan supaya dapat
memberikan efek jera kepada para pelaku yang kebanyakan kasus di
Gunungkidul pelaku tindak kekerasan tersebut adalah ayah tiri korban.
“Selama ini banyak anak atau ibu yang enggan melapor jika
mereka mengalami kekerasan seksual, karena takut jika ayah tiri mereka
dipenjara mereka akan terlantar karena tidak ada yang mencarikan
nafkah. Seharusnya tidak demikian, mereka harus dilaporkan supaya
memberikan efek jera. Kami juga siap membantu untuk menyekolahkan
anak yang hamil karena tindak perkosaan meski harus bersekolah di luar
Gunungkidul,” terangnya.
20
keadaan tersebut, disuruh diam, pura-pura tidak tau, mengecilkan kasus
yang terjadi, atau bahkan melarang untuk pelaku tersebut dihukum,
walaupun ada juga keluarga yang mendukung terutama jika itu keluarga
besar,” terangnya.
Hal itu, imbuh dia disebabkan karenakan istri ingin lebih fit dalam
kedudukannya. Dalam hal ini, terdapat ketergantungan seorang istri
terhadap suaminya. Ketergantungan tersebut dapat berupa
ketergantungan emosional seperti statusnya sebagai istri, kebutuhan
seorang istri seperti nafkah dan lain-lain.
Dalam kasus incest, seorang ibu kadang bisa melakukan hal-hal
yang berlebihan untuk membela suaminya, dan seolah tanpa memikirkan
anaknya sebagai korban. Hal inilah yang semakin menimbulkan dampak
buruk kepada korban.
“Pernah ada kasus dimana korban melaporkan pelaku (ayah)
kepada polisi, ayah tersebut dihukum, tetapi ibunya malah menyuruh
anak tersebut membebaskan, dan bahkan sampai membawa clurit untuk
meminta pembebasan suaminya, hal ini ironis sekali,” imbuh Rina.
Perlakuan ibu yang lebih membela pelaku menyebabkan kasus
incest sering terjadi berkelanjutan atau dalam kurun waktu yang lama. Itu
juga mendorong pengulangan kasus yang serupa oleh pelaku yang sama
kepada orang yang sama atau kepada orang yang berbeda. Selain itu, juga
akan menimbulkan rasa tidak aman terhadap anak.
Menurut Indiah Wahyu Andari, Relawan Konselor Psikologi Rifka
Annisa, prinsip terbaik dalam penanganan korban adalah support system
(lingkungan yang mendukung) dengan tujuan utama memberikan rasa
aman, mengurangi dampak traumatis, dan menghindari kejadian serupa.
Sehingga, korban biasanya dipisahkan dengan rumah atau ayah dan ibu
setidaknya untuk sementara waktu.
Adapun dalam kasus incest sendiri secara umum penyebabnya
memang tidak dapat disimpulkan, karena kasus tersebut terjadi akibat
hal-hal yang saling berkaitan. Faktor lain yang mendorong terjadinya
21
incest adalah keadaan keluarga yang kurang baik dan didukung oleh
hubungan dengan lingkungan sosial yang buruk pula.
“Dari beberapa kasus kita menemukan bahwa kebanyakan kasus
incest terjadi karena hubungan suami istri yang tidak harmonis, ada
kekerasan dalam rumah tangga, dan juga hubungan keluarga tersebut
dengan lingkungan kurang sehat, sehingga masyarakat lebih cuek apabila
terjadi kasus dalam keluarga itu,” papar Indiah.
Untuk itu, dalam mengantisipasi terjadinya kasus incest, Rina
mengatakan kuncinya yaitu pada relasi. Diawali dengan memilih
pendamping hidup yang benar-benar, sehingga nantinya melahirkan
keturunan yang dapat sedikit demi sedikit memperbaiki keadaan yang
ada.
“Kami lebih membina pada generasi muda atau cikal bakal
generasi, karena kalau membina yang udah ada mungkin malah sulit,”
kata dia. Selain itu, juga dengan menyetarakan relasi ayah dan anak.
Walaupun memang tidak bisa benar-benar disetarakan tetapi secara peran
ayah harus melindungi. Bukan malah menggunakan keunggulan fisik
maupun pengaruh untuk melakukan kekerasan seksual.
Ia juga menghimbau kepada anak untuk berani mengungkapkan,
berani menolak, dan berani melapor apabila ada hal-hal yang tidak biasa
atau sentuhan-sentuhan yang tidak wajar. Hal itu agar kasus incest tidak
terjadi berlarut-larut.
Imbauan segera lapor itu juga diutarakan oleh Ida Rochiwati,
Psikiater di RSUD Wonosari. “Orangtua harus terbuka misalnya jika ada
orang dewasa yang menyentuh bagian sensitifnya harus segera melapor,”
ujarnya.
Sementara Kepala Sekolah MAN Wonokromo Mawardi melihat
fenomena tingginya kasus pelecehan seks lantaran semakin
berkembangnya teknologi sehingga arus informasi diterima oleh warga
secara fulgar tanpa disertai pendidikan karakter yang sama besarnya. Di
sekolahnya tiap tahun rencananya akan selalu bekerjasama dengan Rifka
Anisa untuk memberikan pendidikan tentang seks.
22
“September kemarin untuk pertama kalinya kami selenggarakan.
Idenya karena saya rasa pertemuan tatap muka di mata pelajaran agama
masih kurang sehingga perlu ada pembekalan di luar itu,” kata Mawardi
pekan lalu.(Harian Jogja/Kurniyanto, Andreas Tri Pamungkas & Eva
Syahrani )
HARJO CETAK
23
menyebutkan bahwa selama 2011 tercatat ada 4 kali kasus incest
terhadap anak di bawah umur. Sementara untuk tahun 2012 sendiri,
hingga September 2012, dilaporkan telah ada 2 kasus incest yang
terungkap. (Cakrawalaberita.com, Kamis, 27/09/2012).
Menurut Sekretaris LPA Sulsel, M Ghufron, fenomena incest itu
bak fenomena gunung es. Dalam artian, yang ditemukan sedikit tapi yang
terkubur jauh lebih besar. Jadi, menurut Ghufron, jika yang muncul satu
kasus, maka berarti masih ada 100 kasus yang belum diketahui.
Adanya anggapan masyarakat bahwa peristiwa incest ada sebuah
aib yang tabu dan memalukan dituding sebagai alasan utama tidak
terungkapnya kasus incest. Korban lebih memilih diam dan tidak
menceritakan kekerasan seksual yang menimpanya dengan pertimbangan
sesuatu yang bernama tabu. Bak pisau bermata dua, tabu seharusnya bisa
mengerem tindakan amoral, tapi bisa menjadi dalih keengganan korban
untuk melaporkan peristiwa incest yang dialaminya.
24
Sementara untuk kasus Zaini sendiri diduga pria tersebut
melakukan perbuatan amoral/incest tersebut karena sedang mendalami
ilmu hitam. Hal ini diungkap oleh istrinya sendiri, Katinah, seperti
dikutip dari vivanews.com, Kamis, 25/10/2012. Menariknya, meski
Katinah mengetahui perbuatan sang suami, namun ia mengaku tak bisa
berbuat apa-apa, meski Zaini telah berulangkali diperingatkan.
Jika benar Zaini melakukan incest disebabkan oleh ilmu hitam,
maka faktor penyebab incest ditambah satu lagi, yakni faktor eksternal
ilmu hitam.
25
yang beragama dan mengaku menjunjung tinggi bilai-nilai ketimuran dan
moral, sungguh kasus incest akan mencoreng segala pengakuan tersebut.
Ditulis sebagai tanggapan atas tersibaknya kasus incest di daerah
Cakung, Jakarta Timur pada tanggal 25/10/2012.
26
4. Kasus lainnya terjadi pada Agustus 2011. Sarijo, 55, warga Dusun
Nogosari II Wukirsari, Imogiri ditangkap polisi sektor Imogiri karena
memperkosa anaknya sendiri. Kini dia menjadi tahanan Mapolsek Imogiri
dan menunggu mulainya persidangan. 18 Bulan sebelum penangkapan,
adalah bulan pertama Sarijo menggauli putri pertamanya dari istri
keduanya. Awal Agustus lalu korban beserta perangkat desa melaporkan
tindakan ayahnya tersebut pada polisi. Hingga akhirnya malam itu juga,
Sarijo ditangkap.
27
Diduga perbuatan cabul itu dilakukan berkali-kali antara kurun
waktu 2006-2011. Semuanya dilakukan di rumah mereka. Di sana, korban
hanya tinggal bersama pelaku dan adiknya yang masih berusia 9 tahun.
“Ibunya kerja di Batam, sebelumnya di Bali. Di rumah hanya ada
pelaku, korban dan adiknya yang masih kelas tiga SD,” ujar Khoirudin,
tokoh masyarakat lainnya. Kasus perkosaan inses (sedarah,red) ini
terungkap, Sabtu (17/9/2011) petang. Cempluk menceritakan peristiwa
yang menimpanya pada bibinya, Ana. Tak berselang lama, pelaku
diamankan warga untuk disidang. Sebelum kabur, pelaku mengakui
semua tuduhan padanya. “Saat saya tanya Saturi mengaku, tapi katanya
hanya mencium-cium paha anaknya,” ungkap Handoyo geram.(hs/jb1).
28
BAB III
TINJAUAN KASUS
Sukabumi,
“Aku Dipaksa Melayani Hasrat Orang Tuaku Sendiri”
Ferry bercinta dengan ibunya Sugiarti Dombret. Mereka juga mengaku
secara terbuka mengadakan hubungan seks sejak Feri berusia 20 tahun. Feri
menegaskan dia dipaksa melakukan hubungan seks oleh ibunya. “pernah
melakukan penolakan tetapi semasa melakukan penolakan saya ditarik-tarik oleh
ibu saya” ujar ferry.
Sugiarti berkata, dia sanggup berzina denga anaknya karena terlalu rindukan
cinta pertama, suaminya telah meninggal dunia. Sugiarti menegaskan dalam acara
suatu talk show bahwa dia sudah tidak malu menceritakan hubungannya dengan
anaknya karena menurutnya lebih baik melakukan hubungan dengan anaknya
sendiri daripada berzina dengan orang lain.
(Acara Talk Show, D’show)
29
BAB IV
ANALISA
Dari kasus yang telah ada yaitu “Aku dipaksa melayani hasrat orang tuaku
sendiri”. Menurut teori kasus ini merupakan salah satu kasus incest (perkawinan
sedara) karena pengertian incest sendiri adalah hubungan seksual antara orang-
orang yang memiliki hubungan darah atau hubungan saudara. Kejadian incest
meliputi hubungan antara kakak dan adik, ayah kandung dengan anaknya, serta
ibu dengan anak laki-lakinya.
Menurut teori yang ada bila ibu sebagai pelaku. Ibu yang melakukan
penganiayaan seksual cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang rendah dan
mengalami gangguan emosional. Ibu yang melakukan incest terhadap anak laki-
lakinya cenderung didorong oleh keinginan adanya figur ‘pria lain’ dalam
kehidupannya, karena kehadiran suami secara fisik maupun emosinal dirasakan
kurang sehingga ia berharap anak laki-lakinya dapat memenuhi keinginan yang
tidak didapatkan dari suaminya. Kasus ini jarang didapati, terutama karena secara
naluriah wanita cenderung memiliki sifat mengasuh dan ‘melindungi’ anak.
Walaupun dalam kasusnya ibu Sugiarti tidak menginginkan kehadiran figur
pria lain tetapi dia sangat merindukan sosok seorang suami yang telah
meninggalkannya. Dan figur suami tersebut ada dalam diri anak laki-laki
pertamanya sehingga ada keinginan ibu Sugiarti untuk melakukan hubungan intim
dengn anknya sendiri (incest)..
Dilihat dari factor penyebabnya, kejadian tersebut dikarenakan tingkat
pendidikan dan pengetahuan yang rendah. Selain faktor ekonomi keluarga tingkat
pendidikan dan pergaulan yang rendahpun mempengaruhi, karena faktor inilah
kemampuan berfikir seseorang tidak berkembang, mereka tidak berfikir logis,
tidak memikirkan dampak kedepannya seperti apa.
Menurut teori dengan kasus yang ada maka tindakan yang perlu dilakukan
terhadap pelaku dan korban incest : Mengamankan untuk sementara waktu ke
tempat yang tenang, dengan cara memisahkan mereka. Meminta bantuan kepada
individu atau organisasi yang memberikan pelayanan konseling untuk pelaku dan
korban incest.
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Incest. Incest (Incestum, in/non=tidak; castus=suci, bersih;
incest=penodaan darah karena melakukan persetubuhan yang sifatnya tidak
suci) ialah hubungan seks di antara pria dan wanita didalam atau diluar ikatan
perkawinan, dimana mereka terkait dalam hubungan kekerabatan atau
keturunan yang dekat sekali. Sebenarnya secara legal dan biologis mereka
tidak diizinkan meakukan pernikahan dan persetubuhan. Incest banyak terjadi
dikalangan rakyat dari tingkat social ekonomis yang sangat rendah dan pada
orang keturunan darah campuran. Juga banyak dijumpai pada kalangan kaum
bangsawan serta hartawan untuk menjamin kelangsungan dari darah
kebangsawaannya dan untuk menjamin supaya harta kekayaan tetap terpusat
dalam lingkungan keturunan. (Yustinus Semiun, 2006)
Pelanggaran norma seks yang dilakukan manusia semakinhari semakin
meningkat jumlah dan kualitasnya. Dan hal tersebut terjadi disebabkan oleh
berbagai macam factor dan yang pastinya dalam hal ini perempuanlah yang
selalu menjadi korban atau dalam posisi yang lemah. Akibatnya dapat
berdampak pada aspek psikologis, social budaya, dan kesehatan korban.
Incest sedniri adalah suatu perbuatan yang melanggar oral. Pencegahan kasus
incest dalam masyarakat dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi dan
peningkatan peran serta kemandirian perempuan dalam masyarakat.
5.2 Saran
1. Sebagai seorang kepala keluarga hendaknya seorang ayah mampu
mengarahkan keluarganya kejalan yang baik.
2. Seorang ibu hendaknya dapat mendidik dan memantau perkembangan
anaknya dengan baik meskipun ibu tersebut seorang wanita karir.
3. Untuk mempertahankan keutuhan keluarga hendaknya dibutuhkan
keterbukaan dan kasih saying antar anggota keluarga.
31