Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Incest antara anak atau remaja dan pihak dewasa terkait telah
diidentifikasi sebagai bentuk yang paling luas dari pelecehan seksual terhadap
anak dengan kapasitas besar untuk kerusakan pada anak satu penelitian
menyatakan bahwa lebih dari 70% dari pelaku adalah anggota keluarga dekat
atau seorang yang sangat dekat dengan keluarga. Penelitian lain menyatakan
bahwa 30% dari semua pelaku pelecehan seksual yang berkaitan dengan
korban mereka 60% dari pelaku adalah kenalan keluarga, seperti pengasuh,
tetangga, atau teman dan 10% dari pelaku dalam kasus- kasus pelecehan
seksual anak orang asing.pelenggar pelecehan seksual terhadap anak di mana
pelaku berkaitan dengan anak, baik dengan darah atau perkawinan adalah
bentuk incest digambarkan sebagai pelecehan seksusl anak intrafamilial.
Bentuk paling sering dilaporkan incest adalah ayah-anak dan incest
ayah tiri-anak,dengan sebagian besar laporan yang tersisa terdiri dari incest
ibu/ibu-tiri-putri/anak laki-laki incest anatara ayah dan anak laki laki
dilaporkan oleh margin yang lebih besar.demikian pula berberapa pihak
berpendapat bahwa incest antara saudara mungkin seperti biasa atau lebih
umum dari incest jenis lain.Golman bahwa 57% dari saudara kandung yang
terlibat incest Finkelhor melaporkan bahwa lebih dari 90% dari kandung inti
yang terlibat incest saudara kandung, sementara cawson et al menunjukan
bah=wa incest antara saudara dilaporkan dua kali lebih sering daripada incest
yang dilakukan oleh ayah /ayah tiri. Prevalensi pelecehan seksual anak-anak
oleh orang tua sulit untuk dinilai karena kerasiaan dan privasi,beberapa
perkiraan 20 juta orang amerika telah menjadi korban incest orang tua sebagai
anak.
Hubungan Sedarah atau dalam bahasa Inggris disebut incest adalah
hubungan saling mencintai yang bersifat seksual yang dilakukan oleh
pasangan yang memiliki ikatan keluarga kekerabatan) yang dekat, biasanya
antara ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau
antar sesama saudara kandung atau saudara tiri. Pengertian istilah ini lebih

1
bersifat sosio antropologis daripada biologis (bandingkan dengan kerabat-
dalam untuk pengertian biologis) meskipun sebagian penjelasannya bersifat
biologis.
Hubungan Sedarah diketahui berpotensi tinggi menghasilkan keturunan
yang secara biologis lemah, baik fisik maupun mental (cacat), atau bahkan
letal (mematikan). Fenomena ini juga umum dikenal dalam dunia hewan dan
tumbuhan karena meningkatnya koefisien erabat-dalam pada anak-anaknya.
Akumulasi gen-gen pembawa 'sifat lemah' dari kedua orang tua pada satu
individu (anak) terekspresikan karena genotipenya berada dalam kondisi
homozigot.
Secara sosial, hubungan sumbang dapat disebabkan, antara lain, oleh
ruangan dalam rumah yang tidak memungkinkan orangtua, anak, atau sesama
saudara pisah kamar. Hubungan sumbang antara orang tua dan anak dapat
pula terjadi karena kondisi psikososial yang kurang sehat pada individu yang
terlibat. Beberapa budaya juga mentoleransi hubungan sumbang untuk
kepentingan-kepentingan tertentu, seperti politik atau kemurnian ras.
Akibat hal-hal tadi, hubungan sumbang tidak dikehendaki pada hampir
semua masyarakat dunia. Semua agama besar dunia melarang hubungan
sumbang. Di dalam aturan agama Islam (fiqih), misalnya, dikenal konsep
muhrim yang mengatur hubungan sosial di antara individu-individu yang
masih sekerabat. Bagi seseorang tidak diperkenankan menjalin hubungan
percintaan atau perkawinan dengan orang tua, kakek atau nenek, saudara
kandung, saudara tiri (bukan saudara angkat), saudara dari orang tua,
kemenakan, serta cucu

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penulisan ini
dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud Incest?
1.2.2 Bagaimana sejarah Incest?
1.2.3 Apa saja jenis-jenis Incest?

2
1.2.4 Apa saja penyebab Incest?
1.2.5 Apa alasan anggota keluarga melakukan Incest?
1.2.6 Apa saja akibat Incest?
1.2.7 Upaya apa untuk mengatasi Incest?
1.2.8 Apa tindakan terhadap korban Incest?
1.2.9 Sebutkan beberapa contoh kasus Incest yang pernah terjadi?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Incest
1.3.2 Untuk mengetahui sejarah dari Incest
1.3.3 Untuk mengetahui jenis-jenis Incest
1.3.4 Untuk mengetahui penyebab dari Incest
1.3.5 Untuk mengetahui alasan anggota keluarga melakukan Incest
1.3.6 Untuk mengetahui akibat dari Incest
1.3.7 Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi Incest
1.3.8 Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan terhadap korban
Incest
1.3.9 Untuk mengetahui beberapa contoh kasus incest yang pernah terjadi.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi tenaga kesehatan khususnya kebidanan, dapat meningkatkan
pengetahuan tentang incest. Sehingga dapat memberikan konseling
ketika ada masalah.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan, dapat digunakan sebagai bahan masukan
kepustakaan Stikes Maharani Program Pendidikan Kebidanan.
1.4.3 Bagi penulis, menambah pengetahuan bagi penulis dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh agar semestinya menghasilkan
pengetahuan lebih dalam lagi mengenai inces

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Hubungan sedarah (Inggris: Incest) adalah hubungan badan atau
hubungan seksual yang terjadi antara dua orang yang mempunyai ikatan
pertalian darah, misal ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan anak
laki-lakinya, atau antar sesama saudara kandung atau saudara tiri.
Incest adalah hubungan seksual antara anggota keluarga dalam rumah,
baik antara kakak-adik kandung/tiri, ayah dengan anak kandung/tiri, paman
dengan keponakan atau ibu dengan anak kandung/tiri. (Ruth S Kempe & C.
Henry Kempe)
Incest adalah hubungan seksual sampai taraf koitus antar anggota
keluarga, misalnya antara kakak lelaki dan adik perempuan atau antara ayah
dan anak perempuan, yang dilarang oleh adat kebudaan. (Supraptiknya, 1995)
Incest adalah hubungan seks antara dua orang didalam atau diluar
perkawinan dengan keluarga dekat sehingga secara legal tidak diizinkan
melakukan pernikahan. (Sunaryo, 2004)
Incest. Incest (Incestum, in/non=tidak; castus=suci, bersih;
incest=penodaan darah karena melakukan persetubuhan yang sifatnya tidak
suci) ialah hubungan seks di antara pria dan wanita didalam atau diluar ikatan
perkawinan, dimana mereka terkait dalam hubungan kekerabatan atau
keturunan yang dekat sekali. Sebenarnya secara legal dan biologis mereka
tidak diizinkan meakukan pernikahan dan persetubuhan. Incest banyak terjadi
dikalangan rakyat dari tingkat social ekonomis yang sangat rendah dan pada
orang keturunan darah campuran. Juga banyak dijumpai pada kalangan kaum
bangsawan serta hartawan untuk menjamin kelangsungan dari darah
kebangsawaannya dan untuk menjamin supaya harta kekayaan tetap terpusat
dalam lingkungan keturunan. (Yustinus Semiun, 2006)
Incest adalah hubungan seksual antara orang-orang yang memiliki
hubungan darah atau hubungan saudara. Kejadian incest yang sering adalah

4
antara kakak dan adik, serta ayah kandung dengan anaknya. Incest antara ibu
dengan anak laki-lakinya sangat jarang terjadi.
Dalam kasus incest antara ayah dengan anak, jarang terjadi karena
adanya unsur suka sama suka; dan umumnya anak lebih merupakan korban
pemerkosaan. Dengan demikian, ada unsure kekerasan seksual yang
dilakukan ayah terhadap putri kandungnya. Secara psikologis,kekerasan
seksual (pemerkosaan) yang dilakukan oleh sang ayah akan sangat
menghancurkan mental korban (anak). Kejadian incest jarang dilaporkan
kepada yang berwajib karena akan memalukan keluarga atau khawatir akan
mendapat hukuman. (Nilam Widyarini, 2009)

2.2 Sejarah Incest


Peristiwa incest telah terjadi sejak dulu kala. Dalam sejarah dicatat raja-
raja Mesir kuno dan putra-putrinya kerap kali melakukan tingkah laku incest
dengan motif tertentu, sangat mungkin bertujuan untuk meningkatkan dan
kualitas generasi penerusnya. Pascainvasi Alexander the Great (Iskandar
Zulkarain) para bangsawan Mesir banyak yang melakukan perkawinan
dengan saudara kandung dengan maksud untuk mendapatkan keturunan
berdarah murni dan melanggengkan kekuasaan. Contoh yang terdokumentasi
adalah perkawinan Ptolemeus II dengan saudara perempuannya, Elsione.
Beberapa ahli berpendapat, tindakan seperti ini juga biasa dilakukan kalangan
orang biasa. Toleransi semacam ini didasarkan pada Mitologi Mesir Kuno
tentang perkawinan Dewa Osiris dengan saudaranya, Dewi Isis. Sedangkan
dalam mitologi Yunani kuno ada kisah Dewa Zeus yang kawin dengan Hera,
yang merupakan kakak kandungnya sendiri.:
Di Indonesia sendiri sampai saat ini perilaku incest masih ada pada
kelompok masyarakat tertentu, seperti suku Polahi di Kabupaten Polahi,
Sulawesi, dimana praktek hubungan incest banyak terjadi. Perkawinan
sesama saudara adalah hal yang wajar dan biasa di kalangan suku Polahi

2.3 Jenis Incest


Incest terbagi menjadi 2 (dua) jenis menurut sifatnya, yaitu:

5
1. Incest yang bersifat sukarela (tanpa paksaan).
Hubungan seksual yang dilakukan terjadi karena unsur suka sama
suka.
2. Incest yang bersifat paksaan.
Hubungan seksual dilakukan karena unsur keterpaksaan, misalkan
pada anak perempuan diancam akan dibunuh oleh ayahnya karena tidak
mau melayani nafsu seksual. Incest seperti ini pada masyarakat lebih
dikenal dengan perkosaan incest.

Jenis-jenisnya berdasarkan penyebabnya adalah:


1. Incest yang terjadi secara tidak sengaja, misalnya kakak-asik lelaki-
perempuan remaja yang tidur sekamar, bisa tergoda melakukan eksplorasi
dan eksperimentasi seksual sampai terjadi incest.
2. Incest akibat psikopatologi berat. Jenis ini bisa terjadi antara ayah yang
alkoholik atau psikopatik dengan anak perempuannya. Penyebabnya
adalah kendornya control diri akibat alcohol atau psikopati pada sang ayah
3. Incest akibat peudofillia, misalnya seorang lelaki yang harus menggauli
anak-anak perempuan dibawah umur, termasuk anaknya sendiri.
4. Incest akibat contoh buruk dari ayah. Seorang lelaki menjadi senang
melakukan incest karena meniru ayahnya melakukan perbuatan yang sama
dengan kakak atau adik perempuannya.
5. Incest akibat patologi keluarga dan hubungan perkawinan yang tidak
harmonis. Seorang suami-ayah yang tertekan akibat sikap memusuhi serba
mendominasi dari istrinya bisa terperosok melakukan incest dengan anak
perempuannya.
(Supraptiknya, 1995)

2.4 Penyebab Incest


Ada beberapa penyebab atau pemicu timbulnya incest. Akar dan
penyebab tersebut tidak lain adalah karena pengaruh aspek struktural, yakni
situasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Kompleksitas situasi
menyebabkan ketidakberdayaan pada diri individu. Khususnya apabila ia
seorang laki-laki (notabene cenderung dianggap dan menganggap diri lebih

6
berkuasa) akan sangat terguncang, dan menimbulkan ketidakseimbangan
mental-psikologis. Dalam ketidakberdayaan tersebut, tanpa adanya iman
sebagai kekuatan internal/spiritual, seseorang akan dikuasai oleh dorongan
primitif, yakni dorongan seksual ataupun agresivitas. Faktor-faktor struktural
tersebut antara lain adalah:
1. Konflik budaya
Seperti kita ketahui, perubahan sosial terjadi begitu cepatnya
seiring. dengan perkembangan teknologi. Alat-alat komunikasi seperti
radio, televisi, VCD, HP, koran, dan majalah telah masuk ke seluruh
pelosok wilayah Indonesia. Seiring dengan itu masuk pula budaya-
budaya baru yang sebetulnya tidak cocok dengan budaya dan norma-
norma setempat. Orang dengan mudah mendapat berita kriminal seks
melalui tayangan televisi maupun tulisan di koran dan majalah. Juga
informasi dan pengalaman pornografi dan berbagai jenis media.
Akibatnya, tayangan televisi, VCD, dan berita di koran atau majalah
yang sering menampilkan kegiatan seksual incest serta tindak
kekerasannya, dapat menjadi model bagi mereka yang tidak bisa
mengontrol nafsu birahinya.
2. Kemiskinan
Meskipun incest dapat terjadi dalam segala lapisan ekonomi, secara
khusus kondisi kemiskinan merupakan suatu rantai situasi yang sangat
potensial menimbulkan incest. Sejak krisis 1998, tingkat kemiskinan di
Indonesia semakin tinggi. Banyak keluarga miskin hanya memiliki satu
petak rumah. Kita tidak dapat membedakan mana kamar tidur, kamar
tamu, atau kamar makan. Rumah yang ada merupakan satu atau dua
kamar dengan multi fungsi. Tak pelak lagi, kegiatan seksual terpaksa
dilakukan di tempat yang dapat ditonton anggota keluarga lain. Tempat
tidur anak dan orangtuanya sering tidak ada batasnya lagi. Ayah yang tak
mampu menahan nafsu birahinya mudah terangsang melihat anak
perempuannya tidur. Situasi semacam ini memungkinkan untuk
terjadinya incest kala ada kesempatan.

7
3. Pengangguran.
Kondisi krisis juga mengakibatkan banyak terjadinya PHK yang
berakibat banyak orang yang menganggur. Dalam situasi suit mencari
pekerjaan, sementara keluarga butuh makan, tidak jarang suami istri
banting tulang bekerja seadanya. Dengan kondisi istri jarang di rumah
(apalagi bila menjadi TKW), membuat sang suami kesepian. Mencari
hiburan di luar rumah pun butuh biaya. Tidak menutup kemungkinan
anak yang sedang dalam kondisi bertumbuh menjadi sasaran pelampiasan
nafsu birahi ayahnya.
(Nilam Widyarini, 2009)

Selain faktor-faktor diatas, Lustig (Sawitri Supardi: 2005)


mengemukakan factor-faktor lain yaitu:
1. Keadaan terjepit, dimana anak perempuan manjadi figur perempuan
utama yang mengurus keluarga dan rumah tangga sebagai pengganti ibu.
2. Kesulitan seksual pada orang tua, ayah tidak mampu mengatasi dorongan
seksualnya.
3. Ketidakmampuan ayah untuk mencari pasangan seksual di luar rumah
karena kehutuhan untuk mempertahankan facade kestabilan sifat
patriachat-nya.
4. Ketakutan akan perpecahan keluarga yang memungkinkan beberapa
anggota keluarga untuk lebih memilih desintegrasi struktur daripada
pecah sama sekali.
5. Sanksi yang terselubung terhadap ibu yang tidak berpartisipasi dalam
tuntutan peranan seksual sebagai istri.
6. Pengawasan dan didikan orangtua yang kurang karena kesibukan orang
bekerja mencari nafkah dapat melonggarkan pengawasan oleh orangtua
bisa terjadi incest.
7. Anak remaja yang normal pada saat mereka remaja dorongan seksualnya
begitu tinggi karena pengaruh tayangan yang membangkitkan naluri
birahi juga ikut berperan dalam hal ini.

8
Dilihat dari datangnya incest sendiri, faktor penyebabnya dapat
dibedakan menjadi factor internal dan eksternal.
1. Faktor internal, yang terdiri dari :
a. Biologis
Dorongan seksual yang terlalu besar dan ketidak mampuan pelaku
mengendalikan hawa nafsu seksnya. Faktor biologis ini merupakan
faktor yang susah untuk di sembuhkan.
Menurut pengakuan pelaku incest yang di publikasikan di media
massa, hubungan incest mereka lakukan dengan alasan kesepian di
tinggal istri, kurang puas dengan layanan istri, kebiasaan anak
perempuan tidur dengan bapaknya selain itu juga kejadian ini dapat
terjadi karena adanya dugaan pelaku mengidap kelainan seks dan
masalah gangguan kejiwaan.
b. Psikologis
Pelaku memiliki kepribadian menyimpang, seperti minder, tidak
percaya diri, kurang pergaulan, menarik diri dan sebagainya.
Selain faktor biologis incest juga berpengaruh pada psikologis si
pelaku, dalam hal ini mungkin saja si pelaku tidak percaya diri, susah
bergaul dengan lingkungannya, faktor – faktor tersebut juga sangat
mempengaruhi terjadinya incest. Kurang pergaulan yang mana pada
keluarga tertentu di larang bergaul dengan dunia luar. Kadang – kadang
ada juga penyebab dimana satu keluarga di larang menikah di luar
kalangannya agar semua harta yang dimiliki tidak keluar dari keluarga
besarnya. Ada juga kemungkinan di harapkan supaya turunan mereka
lebih asli sebagai bangsawan.

2. Faktor eksternal, yang terdiri dari :


a. Ekonomi keluarga
Selain faktor inernal yang telah di paparkan di atas faktor
eksternal juga sangat mempengaruhi seperti halnya ekonomi keluarga
yang minim yang pas – pasan.
masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah atau mempunyai
keterbatasan pendapatan untuk bermain diluar lingkungan mereka

9
sehingga mempengaruhi cara pandang dan mempersempit ruang
lingkup pergaulan. Dalam masyarakat yang kurang mampu hal ini
banyak sekali terjadi. Kemiskinan yang absolut menyebabkan seluruh
anggota keluarga suami istri dan anak-anak tidur dalam satu tempat
tidur. Apabila satu waktu seorang ayah bersentuhan dengan anak
perempuannya yang masih gadis maka ada kemungkinan salah satu dari
keduanya bisa terangsang yang akhirnya terjadi hubungan seksual,
paling tidak kontak seksual. Situasi semacam ini memungkinkan utuk
terjadinya incest kala ada kesempatan.
b. Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah.
Selain faktor ekonomi keluarga tingkat pendidikan dan pergaulan
yang rendahpun mempengaruhi, karena faktor inilah kemampuan
berfikir seseorang tidak berkembang, mereka tidak berfikir logis, tidak
memikirkan dampak kedepannya seperti apa, mereka hanya berfikir
hanya untuk kepuasan semata.
c. Tingkat pemahaman agama dan penerapan aqidah serta norma agama
yang kurang.
Di samping faktor-faktor yang telah di jelaskan di atas, menurut
pendapat saya ada faktor yang lebih mempengaruhi yaitu tingkat
pemahaman agama dan penerapan aqidah serta norma agama yang
kurang. Apabila seseorang memiliki tingkat pemahaman agama yang
minim.
d. Konflik budaya
Perubahan social terjadi begitu cepat seiring dengan
perkembangan teknologi. Alat – alat komunikasi seperti radio, televise,
VCD, HP, Koran dan majalah telah masuk keseluruh pelosok wilayah
Negara kita (indonesia). Seiring dengan itu masuk pula budaya baru
yang sebetulnya tidak cocok dengan budaya dan norma – norma
setempat. Orang dengan mudah mendapat berita criminal seks melalui
tayangan televise maupun tulisan di Koran dan majalah. Juga informasi
dan pengalaman pornografi dan berbagai jenis media. Akibatnya,
tayangan telvisi, VCD, dan berita di Koran atau majalah yang sering

10
menampilkan kegiatan seksual incest serta tindak kekerasannya, dapat
menjadi model bagi mereka yang tidak bias mengontrol hawa nafsu
birahinya.
e. Pengangguran.
Kondisi krisis juga mengakibatkan banyak terjadinya PHK yang
berakibat banyak orang yang mengganggur. Dalam situasi sulit mencari
pekerjaan, sementara keluarga butuh makan, tidak jarang suami istri
banting tulang bekerja seadanya. Dengan kondisi istri jarang di rumah
(apalagi kalau isri menjadi TKW), membuat sang suami kesepian.
Mencari hiburan di luarpun butuh biaya sedangkan uang tidak ada.
Tidak menutup kemungkinan anak yang sedang dalam perkembangan
(remaja atau gadis) menjadi sasaran pelampiasan nafsu birahi sang
ayah.

Selain factor – factor diatas, terdapat juga :


1. Factor usia
Pikiran anak – anak terbatas dan memiliki ketakutan. Biasanya
faktor ini sering terjadi antara ayah dan anak perempuannya yang masih
kecil dalam artian di bawah umur. Dalam kasus ini sering kali sang anak
belum mengerti akan seks akan tetapi yang lebih cenderungnya yaitu
ketakutan sang anak pada ayah apabila tidak mengikuti kemauan sang
ayah. Kadang – kadang tidak ada tanda – tanda pemaksaan yang muncul.
Tetapi ketika melibatkan orang tua dan anak, perasaan takut ketahuan
dan takut di hukum merupakan bagian dari hubungan tersebut. Diakui
bahwa otoritas dan ketakutan superior orang dewasa biasanya mendorong
anak menyetujui dan mau melakukannya. Ini juga mungkin merupakan
dorongan bagi sebagian anak atau remaja untuk mendapatkan perhatian
dan kasih sayang orang dewasa atau saudara sekandungnya.
2. Jenis kelamin
Perempuan dan laki – laki kedudukannya tidak setara, laki – laki
lebih berkuasa.
Masalah kedudukanpun ikut serta dalam terjadinya incest karena di
kalangan masyarakat yang awam banyak mengganggap kedudukan laki-

11
laki lebih besar di bandingkan perempuan sehingga para kaum laki-laki
memperlakukan perempuan tidak di dasari dengan norma – norma atau
hukum yang ada baik di lihat dari aspek agama maupun sosial. Pengaruh
aspek structural, yakni situasi dalam masyarakat yang semakin kompleks.
Kompleksitas situasi menyebabkan ketidakberdayaan para individu.
Khususnya apabila ia seorang laki – laki (notabene cendrung dianggap
dan menganggap diri lebih berkuasa) akan sangat terguncang, dan
menimbulkan ketidakseimbangan mental psikologis. Dalam
ketidakberdayaan tersebut , tanpa adanya iman sebagai kekuatan internal
/ spiritual, seseorang akan dikuasai oleh dorongan primitive, yakni
dorongan seksual ataupun agresivitas
3. Bermain lama –lama dalam satu kamar sehingga lama – lama kelamaan
nafsu biologis mereka akan terangsang.
Hal seperti ini harus di hindari oleh laki – laki dan perempuan yang
mempunyai hubungan darah, baik itu perempuan dan laki-laki dewasa
ataupun di bawah umur karena di khawatirkan akan terjadi hal – hal yang
tidak di ingikan seperti terjadinya incest ini.
4. Kurangnya pengetahuan tentang seks.
Masalah yang satu inipun harus benar – benar di perhatikan karena
pengetahuan tentang seks ini masyarakat khususnya remaja ataupun para
orang tua harus benar – benar memepelajari pengetahuan ini agar
terhindar dari hal – hal yang berbau seks yang negatif seperti kasus yang
sedang saya bahas yaitu mengenai incest (perkawinan sedarah) selain
inces masih banyak kasus – kasus lainnya seperti PMS, pernikahan dini
dan lain sebagainya.

2.5 Alasan Anggota Keluarga Melakukan Incest


1. Ayah sebagai pelaku.
Kemungkinan pelaku mengalami masa kecil yang kurang
menyenangkan, latar belakang keluarga yang kurang harmonis, bahkan
mungkin saja pelaku merupakan korban penganiayaan seksual di masa
kecilnya. Pelaku cenderung memiliki kepribadian yang tidak matang,

12
pasif, dan cenderung tergantung pada orang lain. Ia kurang dapat
mengendalikan diri/hasratnya, kurang dapat berfikir secara realistis,
cenderung pasif-agresif dalam mengekpresikan emosinya, kurang
memiliki rasa percaya diri. Selain itu, kemungkinan pelaku adalah
pengguna alkohol atau obat-obatan terlarang lainnya.
2. Ibu sebagai pelaku.
Ibu yang melakukan penganiayaan seksual cenderung memiliki
tingkat kecerdasan yang rendah dan mengalami gangguan emosional. Ibu
yang melakukan incest terhadap anak laki-lakinya cenderung didorong
oleh keinginan adanya figur ‘pria lain’ dalam kehidupannya, karena
kehadiran suami secara fisik maupun emosinal dirasakan kurang sehingga
ia berharap anak laki-lakinya dapat memenuhi keinginan yang tidak
didapatkan dari suaminya. Kasus ini jarang didapati, terutama karena
secara naluriah wanita cenderung memiliki sifat mengasuh dan
‘melindungi’ anak.
3. Saudara kandung sebagai pelaku.
Kakak korban yang melakukan penganiayaan seksual biasanya
menirukan perilaku orang tuanya atau memiliki keinginan
mendominasi/menghukum adiknya. Selain itu, penganiayaan seksual
mungkin pula dilakukan oleh orang tua angkat/tiri, atau orang lain yang
tinggal serumah dengan korban, misalnya saudara angkat.

2.6 Akibat Incest


Ada beberapa dampak dari perilaku incest ini. Diantaranya adalah:
1. Dampak Psikologis
Incest dapat menimbulkan tekanan psikologis.
a. Masalah konstruksi social tentang keluarga, misalnya masyarakat
mengenal ayah dan anak sebagai satu kesatuan keluarga. Tetapi jika
terjadi kasus Incest, maka status ayahnya tersebut menjadi ganda,
ayah sekaligus kakek.
b. Kasus pemerkosaan Incest, misalnya pemerkosaan ayah terhadap
anak perempuannya, anak laki – laki kepada ibunya. Dalam hal ini

13
mungkin terjadi didasarkan kelainan anak yang terlalu mencintai
ibunya, dalam ilmu psikologis disebut dengan istilah Oedipus
Compleks.
c. Dari berbagai peristiwa hubungan incest yang banyak di laporkan di
media akhir – akhir ini menunjukan betapa menderitanya perempuan
korban incest. Ketergantungan dan ketakutan akan ancaman
membuat perempuan tidak bisa menolak di perkosa oleh ayah,
kakek, paman, saudara atau anaknya sendiri. Sangat sulit bagi
mereka untuk keluar dari kekerasan berlapis – lapis itu karena
mereka sangat tergantung hidupnya pada pelaku dan masih berfikir
tidak mau membuka aib laki – laki yang pada dasarnya di
sayanginya yang seharusnya menyayanginya dan menjadi pelindung
bagi keluarganya terutama (istri dan anak perempuannya) dengan
terjadinya incest akibatnya mereka mengalami trauma seumur hidup
dan gangguan jiwa., sehingga kejiwaannya akan terganggu hal ini
merupakan dampak psikologis dari peristiwa incest
d. Gangguan psikologis. Gangguan psikologis akibat dan kekerasan
seksual atau trauma post sexual abuse, antara lain : tidak mampu
mempercayai orang lain, takut atau khawatir dalam berhubungan
seksual, depresi, ingin bunuh diri dan perilaku merusak diri sendiri
yang lain, harga diri yang rendah, merasa berdosa, marah,
menyendiri dan tidak mau bergaul dengan orang lain, dan makan
tidak teratur.

2. Dampak Terhadap Fisik


Dari segi medis tidak setiap pernikahan Incest akan melahirkan
keturunan yang memiliki kelainan atau gangguan kesehatan.Incest
memiliki alasan besar yang patut dipertimbangkan dari kesehatan medis.
Peristiwa incest apalagi pemerkosaan incest dapat menyebabkan
rusaknya alat reproduksi anak dan resiko tertular penyakit menular
seksual. Korban dan pelaku menjadi stress yang akan merusak kesehatan
kejiwaan mereka. Dampak lainnya dari hubungan incest adalah
kemungkinan menghasilkan keturunan yang lebih banyak membawa gen

14
homozigot. Beberapa penyakit yang di turunkan melalui gen homozigot
resesif yang dapat menyebabkan kematian pada bayi yaitu fatal anemia,
gangguan penglihatan pada anak umur 4 – 7 tahun yang bisa berakibat
buta, albino, polydactyl dan sebagainya. Pada perkawinan sepupu yang
mengandung gen albino maka kemungkinan keturunan albino lebih besar
13,4 kali di bandingkan perkawinan biasa. Kelemahan genetic lebih
berpeluang muncul dan riwayat genetic yang buruk akan bertambah
dominan serta banyak muncul ketika lahir dari orang tua yang memiliki
kedekatan keturunan.
Selain itu banyak penyakit genetic yang peluang munculnya lebih
besar pada anak yang dilahirkan dari kasus incest Banyak penyakit
genetika yang berpeluang muncul lebih besar, contoh :
a. Skizoprenia : kromosom yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Penyakit ini merupakan suatu gangguan psikologis fungsional
berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala –
gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi social, fungsi
kerja, dan perawatan diri. Penyakit ini mempunyai beberapa tipe
yaitu: Skizofrenia tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala – gejala
positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan
pada skizofrenia tipe II ditemukan gejala – gejala negative seperti
penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk. Penyakit ini
terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh dunia, penyakit
ini terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang sama. Gejala
– gejala awal biasanya terjadi pada masa remaja awal atau dua
puluhan. Pada pria sering mengalami penyakit ini lebih awal di
bandingkan dengan wanita.
b. Leukodystrophine atau kelainan pada bagian syaraf yang disebut
milin, yang merupakan lemak yang meliputi insulates serat saraf
yang menyebabkan proses pembentukan enzim terganggu. Tanda –
tanda gejala penyakit ini biasanya di mulai pada awal bayi, namun
tentu saja kondisi bias sangat bervariasi. Bayi yang mempunyai

15
penyakit ini biasanya normal untuk beberapa bulan pertama lahir
akan tetapi pada bulan – bulan berikutnya akan terlihat kelainannya
c. Idiot : keterlambatan mental serta perkembangan otak yang lemah.
Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik
dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John
Longdon Down. Karena cirri – cirri yang tampak aneh seperti tinggi
badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar
menyerupai orang mongoloid maka sering juga di kenal dengan
mongolisme.
d. Kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat ibu
mengandung dan adanya rasa penolakan secara emosional dari ibu.
Gangguan emosional yang dialami si ibu akibat kehamilan yang
tidak di harapakan akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janian pra dan pasca kelahiran dan pada akhirrnya
bayi yang ada dalam rahim ibupun akan mengalami kelainan –
kelainan genetic yang nantinya akan berdampak buruk pada bayi
tersebut.
e. Hemophilia : penyakit sel darah merah yang pecah yang
mengakibatkan anak harus menerus mendapatkan transfuse darah.
Penyakit ini merupakan gangguan perdarahan yang bersifat herediter
akibat kekurangan factor pembekuan VIII dan IX.

3. Dampak dari Segi Kemanusiaan


Nurani kemanusiaan universal (secara umum) yang beradab sampai
hari ini, detik ini mengutuk incest sebagai kriminalitas terhadap nilai –
nilai kemanusiaan. Meskipun dilakukan secara suka sama suka (sukarela)
dan tidak ada yang merasa menjadi korban, incest telah mengorbankan
persaan moral public. Dengan terjadinya incest ini moral – moral
kemanusiaan akan hilang dan masa depan bangsa kita (indonesia) akan
terpuruk apabila generasi masa depannya saja mempunyai moral – moral
yang tidak manusiawi dan tidak melihat pada kaca mata agama.

16
4. Dampak dari Segi Sosial
Peristiwa hubungan incest yang terjadi pada suatu keluarga akan
menyebabkan hancurnya nama keluarga tersebut di mata masyarakat.
Keluarga tersebut dapat di kucilkan oleh masyarakat dan menjadi bahan
pembicaraan di tengah masyarakat. Masalah yang lebih penting di
cermati dalam kasus anak hasil incest, dimana anak menghamili anak
perempuannya, maka bila janin yang di kandung oleh anak perempuan
tersebut maka status ayah itu menjadi ganda yaitu ayah sekaligus kakek.
Hal inilah yang nanatinya akan berdampak social dari hubungan incest.

2.7 Upaya Mencegah Incest


Untuk menghindari terjadinya incest yang baik disertai atapun tidak
disertai kekerasan seksual, perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:
1. Memperkuat keimanan dengan menjalankan ajaran agama secara benar.
Bukan hanya mengutamakan ritual, tetapi terutama menghayati nilai-
nilai yang diajarkan sehingga menjadi bagian integral dari diri sendiri.
Hal ini dapat dicapai dengan penghayatan akan Tuhan sebagai pribadi,
sehingga relasi dengan Tuhan bersifat “mempribadi”, bukan sekadar
utopia yang absurd.
2. Memperkuat rasa empati, sehingga lebih sensitif terhadap penderitaan
orang lain, sekaligus tidak sampai hati membuat orang lain sebagai
korban.
3. Mengisi waktu luang dengan kegiatan kreatif-positif.
4. Menjauhkan diri dan keluarga dari hal-hal yang dapat membangkitkan
syahwat.
5. Memberikan pengawasan dan bimbingan terhadap anggota keluarga,
sehingga dapat terkontrol.
6. Memberikan pendidikan seks sejak dini, sesuai dengan usia anak.

2.8 Tindakan Terhadap Korban Incest


Tindakan yang perlu dilakukan terhadap korban incest dengan
kekerasan seksual adalah:

17
1. Mengamankan untuk sementara ke tempat yang tenang.
2. Meminta bantuan kepada individu atau organisasi yang memberikan
pelayanan konseling untuk korban kekerasan seksual.
3. Menyerahkan pelayanan medis ke dokter atau rumah sakit yang dapat
dipercaya dapat menjaga privasi korban.
4. Melapor kepada yang berwajib dan memberikan bantuan hukum.
5. Memberikan advokasi kepada keluarga yang sedang panik dan bingung.

2.9 Contoh Kasus Incest


1. BANTUL - Jumlah kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak yang
terjadi dalam ranah domestik dan dilakukan oleh anggota keluarga
(incest) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) belakangan kian
mengkhawatirkan.
Di Bantul misalnya, hingga bulan sepuluh tahun ini, dari pantauan
Harian Jogja terdapat dua kasus incest. Kasus itu masih ditambah satu
lagi dilakukan oleh guru. Pada April lalu, seorang siswi MAN
Wonokromo dengan didampingi lembaga yang concern pada
perlindungan perempuan dan anak, Rifka Anissa melaporkan tindakan
pencabulan yang dilakukan oleh guru olah raganya ke Polres Bantul.
Kasus ini sekarang masih dalam proses di pengadilan. Belum ada amar
putusan dari majelis hakim.
Padahal tindakan tidak senonoh itu terjadi Oktober tahun lalu.
Siswa tersebut baru berani mengadu setelah mendapatkan pelatihan
tentang pengetahuan seksualitas dari Rifka Anissa di sekolahnya.
Kasus berikutnya terjadi Mei lalu, menimpa seorang gadis di
bawah umur yang berulangkali dicabuli ayah tirinya hingga hamil. Saat
ini anak yang ada dalam kandungannya telah lahir dan diasuh oleh
seorang polisi.
Kasus lainnya terjadi pada Agustus 2011. Sarijo, 55, warga Dusun
Nogosari II Wukirsari, Imogiri ditangkap polisi sektor Imogiri karena
memperkosa anaknya sendiri. Kini dia menjadi tahanan Mapolsek
Imogiri dan menunggu mulainya persidangan. 18 Bulan sebelum

18
penangkapan, adalah bulan pertama Sarijo menggauli putri pertamanya
dari istri keduanya. Awal Agustus lalu korban beserta perangkat desa
melaporkan tindakan ayahnya tersebut pada polisi. Hingga akhirnya
malam itu juga, Sarijo ditangkap.
Sementara itu kasus incest di Kabupaten Gunungkidul belakangan
justru kerap terjadi di Kecamatan Semin. Padahal menurut Badan
Pemberdayaan, Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana
(BPMPKB) Gunungkidul tiga kecamatan yang rawan dan menjadi
perhatian adalah Saptosari, Semanu dan Tepus.
Kasus terakhir terjadi di Kecamatan Semin pada pertengahan
Oktober lalu. Seorang gadis remaja warga Kecamatan Semin melapor ke
Mapolres Gunungkidul. Ia mengaku mengalami tindakan pencabulan
yang dilakukan Bejo Triswanto, yang tak lain merupakan ayah tiri
korban.
Informasi yang dihimpun Harian Jogja, menyebutkan korban telah
berkali-kali mendapatkan pelecahan seksual sejak korban duduk di
bangku kelas satu kelas VI sekolah dasar (SD) dan terakhir kali
dilakukan pada pertengahan bulan Agustus tahun lalu. Lantaran tidak
kuasa menahan derita pada awal September lalu, gadis yang kini duduk
di bangku kelas dua SMP itu kemudian sempat melarikan diri.
Saat ini pelaku sudah ditetapkan sebagai tersangka, sayang pelaku
berhasil melarikan diri dan masih dalam pengejaran polisi.

Takut lapor
Menurut data yang didapatkan dari Unit Pelayanan, Anak dan
Perempuan (UPPA) Polres Gunungkidul, jumlah kekerasan seksual pada
anak sejak bulan Januari hingga bulan Oktober ini terdapat 29 kasus, 17
di antaranya telah masuk kategori P21. Jumlah tersebut diprediksi bisa
lebih banyak lantaran masih banyak warga yang enggan melapor kepada
petugas kepolisian lantaran ada perasaan malu dan takut.
“Makin maraknya kekerasan seksual anak membuat kami
melakukan pemantuan ekstra di tiga kecamatan Gunungkidul. Yakni di
kecamatan Tepus, Saptosari dan Semanu, kami menggandeng juga

19
Didiskpora [Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga] dalam melakukan
penyuluhan di kecamatan rentan tindak kekerasan seksual itu,” ujar Siti
Isnaini Dekoningrum, Kabid Pemberdayaan, Perempuan dan Anak
kepada Harian Jogja, pekan lalu.
Selain itu kata dia selain menggandeng pihak Didiskora, pihaknya
juga merangkul beberapa TKW asal Gunungkidul untuk pernah
mempunyai pengalaman mengalami tindak seksual sehingga diharapkan
bisa memberikan pengetahuan kepada para siswa tentang bahaya
kekerasan seksual dalam rumah tangga.
“Beberapa sekolah pernah kami datangi untuk kami berikan
penyuluhan sehingga kami harapkan mereka bisa menjadi lebih peka
tentang bahaya kekerasan dalam rumah tangga,” ujarnya.
Untuk memerangi tindak kekerasan dalam rumah tangga,
menurutnya diperlukan adanya kerjasama antara kepolisan sektor,
kejaksaan. Pasalnya upaya tersebut harus dilakukan supaya dapat
memberikan efek jera kepada para pelaku yang kebanyakan kasus di
Gunungkidul pelaku tindak kekerasan tersebut adalah ayah tiri korban.
“Selama ini banyak anak atau ibu yang enggan melapor jika
mereka mengalami kekerasan seksual, karena takut jika ayah tiri mereka
dipenjara mereka akan terlantar karena tidak ada yang mencarikan
nafkah. Seharusnya tidak demikian, mereka harus dilaporkan supaya
memberikan efek jera. Kami juga siap membantu untuk menyekolahkan
anak yang hamil karena tindak perkosaan meski harus bersekolah di luar
Gunungkidul,” terangnya.

Ibu bela ayah


Kasus incest yang kerap terjadi di DIY kebanyakan dilakukan oleh
ayah kandung atau ayah tiri. Fenomena ini menurut Rina Widarsih,
Koordinator Divisi Pendampingan Rifka Annisa karena ibu lebih
memilih memerankan dirinya sebagai seorang istri yaitu dengan lebih
memberikan pembelaan terhadap ayah (pelaku).
“Kebanyakan dalam kasus hubungan sedarah, ibu malah lebih
membela pelaku yaitu ayah, anak biasanya disuruh menyembunyikan

20
keadaan tersebut, disuruh diam, pura-pura tidak tau, mengecilkan kasus
yang terjadi, atau bahkan melarang untuk pelaku tersebut dihukum,
walaupun ada juga keluarga yang mendukung terutama jika itu keluarga
besar,” terangnya.
Hal itu, imbuh dia disebabkan karenakan istri ingin lebih fit dalam
kedudukannya. Dalam hal ini, terdapat ketergantungan seorang istri
terhadap suaminya. Ketergantungan tersebut dapat berupa
ketergantungan emosional seperti statusnya sebagai istri, kebutuhan
seorang istri seperti nafkah dan lain-lain.
Dalam kasus incest, seorang ibu kadang bisa melakukan hal-hal
yang berlebihan untuk membela suaminya, dan seolah tanpa memikirkan
anaknya sebagai korban. Hal inilah yang semakin menimbulkan dampak
buruk kepada korban.
“Pernah ada kasus dimana korban melaporkan pelaku (ayah)
kepada polisi, ayah tersebut dihukum, tetapi ibunya malah menyuruh
anak tersebut membebaskan, dan bahkan sampai membawa clurit untuk
meminta pembebasan suaminya, hal ini ironis sekali,” imbuh Rina.
Perlakuan ibu yang lebih membela pelaku menyebabkan kasus
incest sering terjadi berkelanjutan atau dalam kurun waktu yang lama. Itu
juga mendorong pengulangan kasus yang serupa oleh pelaku yang sama
kepada orang yang sama atau kepada orang yang berbeda. Selain itu, juga
akan menimbulkan rasa tidak aman terhadap anak.
Menurut Indiah Wahyu Andari, Relawan Konselor Psikologi Rifka
Annisa, prinsip terbaik dalam penanganan korban adalah support system
(lingkungan yang mendukung) dengan tujuan utama memberikan rasa
aman, mengurangi dampak traumatis, dan menghindari kejadian serupa.
Sehingga, korban biasanya dipisahkan dengan rumah atau ayah dan ibu
setidaknya untuk sementara waktu.
Adapun dalam kasus incest sendiri secara umum penyebabnya
memang tidak dapat disimpulkan, karena kasus tersebut terjadi akibat
hal-hal yang saling berkaitan. Faktor lain yang mendorong terjadinya

21
incest adalah keadaan keluarga yang kurang baik dan didukung oleh
hubungan dengan lingkungan sosial yang buruk pula.
“Dari beberapa kasus kita menemukan bahwa kebanyakan kasus
incest terjadi karena hubungan suami istri yang tidak harmonis, ada
kekerasan dalam rumah tangga, dan juga hubungan keluarga tersebut
dengan lingkungan kurang sehat, sehingga masyarakat lebih cuek apabila
terjadi kasus dalam keluarga itu,” papar Indiah.
Untuk itu, dalam mengantisipasi terjadinya kasus incest, Rina
mengatakan kuncinya yaitu pada relasi. Diawali dengan memilih
pendamping hidup yang benar-benar, sehingga nantinya melahirkan
keturunan yang dapat sedikit demi sedikit memperbaiki keadaan yang
ada.
“Kami lebih membina pada generasi muda atau cikal bakal
generasi, karena kalau membina yang udah ada mungkin malah sulit,”
kata dia. Selain itu, juga dengan menyetarakan relasi ayah dan anak.
Walaupun memang tidak bisa benar-benar disetarakan tetapi secara peran
ayah harus melindungi. Bukan malah menggunakan keunggulan fisik
maupun pengaruh untuk melakukan kekerasan seksual.
Ia juga menghimbau kepada anak untuk berani mengungkapkan,
berani menolak, dan berani melapor apabila ada hal-hal yang tidak biasa
atau sentuhan-sentuhan yang tidak wajar. Hal itu agar kasus incest tidak
terjadi berlarut-larut.
Imbauan segera lapor itu juga diutarakan oleh Ida Rochiwati,
Psikiater di RSUD Wonosari. “Orangtua harus terbuka misalnya jika ada
orang dewasa yang menyentuh bagian sensitifnya harus segera melapor,”
ujarnya.
Sementara Kepala Sekolah MAN Wonokromo Mawardi melihat
fenomena tingginya kasus pelecehan seks lantaran semakin
berkembangnya teknologi sehingga arus informasi diterima oleh warga
secara fulgar tanpa disertai pendidikan karakter yang sama besarnya. Di
sekolahnya tiap tahun rencananya akan selalu bekerjasama dengan Rifka
Anisa untuk memberikan pendidikan tentang seks.

22
“September kemarin untuk pertama kalinya kami selenggarakan.
Idenya karena saya rasa pertemuan tatap muka di mata pelajaran agama
masih kurang sehingga perlu ada pembekalan di luar itu,” kata Mawardi
pekan lalu.(Harian Jogja/Kurniyanto, Andreas Tri Pamungkas & Eva
Syahrani )
HARJO CETAK

2. Nikmat Sesaat Berbuah Petaka: Mengungkap Maraknya Fenomena


Incest
Jarum jam menunjukkan pukul 03.00 WIB, pada hari Kamis
(25/10/2012). Anggota kepolisian dari Mapolresta Jakarta Timur
menggelandang seorang pria kurus warga Kampung Gempol, Cakung,
Jakarta Timur. Belakangan pria yang bernama Zaini itu ditangkap oleh
polisi berdasarkan laporan telah menyetubuhi tiga anak kandungnya
sendiri. (Kompas.com, Kamis, 25/10/2012).
Terungkapnya aksi bejat dan amoral sang ayah itu bermula saat
WN (15), anak bungsunya, berontak saat ingin disetubuhi oleh Zaini,
Kamis dini hari. Tak bisa menerima perlakuan amoral ayah kandungnya,
WN kemudian memilih kabur dan melaporkan bapak kandungnya sendiri
itu ke Polsekta Cakung. Berawal dari laporan WN inilah terungkap aksi
bejat Zaini selama 8 tahun dengan menyetubuhi -tidak hanya satu- tiga
darah dagingnya sendiri.

Tabu Bak Pisau Bermata Dua


Apa yang dilakukan oleh Zaini tentu saja menyentak banyak
kalangan. Aksi amoral itu juga seakan membuka mata kita terhadap
fenomena incest yang belakangan banyak merebak di kalangan
masyarakat. Mirisnya, kita sangat kesulitan untuk mendapatkan data
tentang korban kekerasan seksual incest ini. Anggapan bahwa incest
adalah aib keluarga membuat banyak pihak korban incest yang enggan
melaporkan kejadian yang dialaminya kepada pihak kepolisian.
Sebagai catatan pembanding, penulis hanya menemukan data dari
Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Sulawesi Selatan (Sulsel), yang

23
menyebutkan bahwa selama 2011 tercatat ada 4 kali kasus incest
terhadap anak di bawah umur. Sementara untuk tahun 2012 sendiri,
hingga September 2012, dilaporkan telah ada 2 kasus incest yang
terungkap. (Cakrawalaberita.com, Kamis, 27/09/2012).
Menurut Sekretaris LPA Sulsel, M Ghufron, fenomena incest itu
bak fenomena gunung es. Dalam artian, yang ditemukan sedikit tapi yang
terkubur jauh lebih besar. Jadi, menurut Ghufron, jika yang muncul satu
kasus, maka berarti masih ada 100 kasus yang belum diketahui.
Adanya anggapan masyarakat bahwa peristiwa incest ada sebuah
aib yang tabu dan memalukan dituding sebagai alasan utama tidak
terungkapnya kasus incest. Korban lebih memilih diam dan tidak
menceritakan kekerasan seksual yang menimpanya dengan pertimbangan
sesuatu yang bernama tabu. Bak pisau bermata dua, tabu seharusnya bisa
mengerem tindakan amoral, tapi bisa menjadi dalih keengganan korban
untuk melaporkan peristiwa incest yang dialaminya.

Dari Ilmu Hitam Hingga Video Miyabi.


Ada banyak faktor yang diduga sebagai penyebab timbul incest
dalam satu keluarga. Secara garis besar faktor-faktor itu dibagi menjadi
internal dan eksternal. Untuk internal, misalnya, faktor biologis dan
psikologis pelaku ditunjuk sebagai sebabnya. Dorongan seksual yang
terlalu besar dan ketidakmampuan pelaku untuk mengendalikan hawa
nafsunya adalah contoh dari faktor biologis.
Sedangkan psikologis adalah pelaku incset yang biasanya memiliki
kecenderungan pribadi yang menyimpang, seperti minder, tidak percaya
diri, kurang pergaulan, menarik diri, dan lain sebagainya.
Adapun fakrot eksternal (luar) sangat beragam dan kompleks.
Faktor eksternal ini melingkupi seluruh kajian psikologi dan sosial
budaya. Dimulai dari faktor kemiskinan, tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang minim, tingkat pemahaman agama yang kurang,
konflik budaya, faktor usia, jenis kelamin atau budaya patriarki, hingga
didikan orang tua terhadap anaknya.

24
Sementara untuk kasus Zaini sendiri diduga pria tersebut
melakukan perbuatan amoral/incest tersebut karena sedang mendalami
ilmu hitam. Hal ini diungkap oleh istrinya sendiri, Katinah, seperti
dikutip dari vivanews.com, Kamis, 25/10/2012. Menariknya, meski
Katinah mengetahui perbuatan sang suami, namun ia mengaku tak bisa
berbuat apa-apa, meski Zaini telah berulangkali diperingatkan.
Jika benar Zaini melakukan incest disebabkan oleh ilmu hitam,
maka faktor penyebab incest ditambah satu lagi, yakni faktor eksternal
ilmu hitam.

Beda Indonesia, Beda Thailand.


Selain faktor-faktor penyebab hubungan sedarah di atas,
maraknya kasus incest patut diduga disebabkan juga oleh rendahnya
hukum yang diterapkan bagi pelaku incest. Untuk kasus Zaini, misalnya,
ia dijerat dengan Pasal 81 UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dengan hukuman maksimal penjara selama 15 tahun.
(Tempo.com, Jumat, 26/10/2012).
Hukuman maksimal 15 tahun penjara di Indonesia ini sangat
berbeda dengan hukuman maksimal pada kasus serupa yang diterapkan
di negara Thailand dan Filipina. Untuk Thailand, misalnya, pelaku incest
dapat dikenai hukuman mati. Sementara untuk Filipina, pelaku incest
disuntik mati. (Cakrawalaberita.com, 27/09/2012).
Selain hukuman yang dipandang terlalu ringan bila dibandingkan
dengan Thailand, hilangnya sanksi sosial di masyarakat juga diduga
sebagai maraknya pelaku incest. Jika dahulu mungkin ditemukan sanksi
sosial seperti diarak atau diusir bagi pelaku incest, maka saat ini tak lagi
ditemukan sanksi-sanksi sosial yang ternyata cukup efektif bagi para
pelaku kejahatan seksual.
Akhirnya, sudah seyogyanya kasus incest ini mendapat perhatian
dari pemerintah dan pihak-pihak yang terkait. Apa yang dilakukan oleh
Zaini terhadap tiga anak kandungnya merupakan salah satu fenomena
incest yang menyeruak di permukaan, sementara di dalamnya diduga
masih banyak kasus-kasus incest yang belum tercium. Sebagai bangsa

25
yang beragama dan mengaku menjunjung tinggi bilai-nilai ketimuran dan
moral, sungguh kasus incest akan mencoreng segala pengakuan tersebut.
Ditulis sebagai tanggapan atas tersibaknya kasus incest di daerah
Cakung, Jakarta Timur pada tanggal 25/10/2012.

3. Jambi Geger, Seorang Ibu Dihamili Anaknya


Peristiwa amoral ini terjadi di Jambi. Seorang ibu hamil akibat
berhubungan dengan anak kandungnya sendiri. Perempuan 35 tahun itu
kini mengandung delapan bulan.
Peristiwa ini menghebohkan warga Karang Solok, Kecamatan
Kumpe Ulu, Kabupaten Muarojambi, Jambi. Perempuan bernama St itu
juga anak laki-lakinya, Fy (16), diamankan di kantor polisi. “Ini dilakukan
untuk menghindari tindakan anarkis dari warga sekitar,” kata Kapolsek
Kumpeh Ulu Jambi Iptu H Batubara, Rabu (23/7).
Kejadian yang membuat malu warga desa itu terungkap setelah ada
laporan dari kepala desa. Ia mencurigai St yang hamil tua, sementara
perempuan itu sudah menjanda selama 15 tahun.
Setelah diselidiki warga, ternyata kehamilan St tersebut akibat
berhubungan intim dengan Fy, anak kandungnya sendiri. Hasil
pemeriksaan sementara dan dari pengakuan kedua pelaku terungkap,
keduanya melakukan perbuatan bejat itu atas dasar suka sama suka.
Masing-masing mengaku tidak dipaksa.
Mereka mengaku melakukan hubungan suami istri sebanyak empat
kali. Semuanya berawal ketika Fy sering melihat film porno melalui
ponsel. Film-film itu juga diperlihatkan kepada ibunya.
Untuk sementara, penyidikan kepolisian mengarah kepada St. Ia
dikenai Pasal 262 KUHP tentang mencabuli anak sendiri. Namun, Fy pun
diperiksa secara intensif meski masih di bawah umur atau belum dewasa.
“Kejadian langka itu memerlukan penyidikan yang cukup hati-hati
guna menegakkan keadilan, mengingat keduanya satu keluarga dan anak
beranak,” kata Kapolsek H Batubara.
Sumber : Kompas.com

26
4. Kasus lainnya terjadi pada Agustus 2011. Sarijo, 55, warga Dusun
Nogosari II Wukirsari, Imogiri ditangkap polisi sektor Imogiri karena
memperkosa anaknya sendiri. Kini dia menjadi tahanan Mapolsek Imogiri
dan menunggu mulainya persidangan. 18 Bulan sebelum penangkapan,
adalah bulan pertama Sarijo menggauli putri pertamanya dari istri
keduanya. Awal Agustus lalu korban beserta perangkat desa melaporkan
tindakan ayahnya tersebut pada polisi. Hingga akhirnya malam itu juga,
Sarijo ditangkap.

5. Banyuwangi (jurnalbesuki.com) - Tragis dan mengenaskan. Seorang gadis


(sebut saja Melati) yang masih berumur 18 tahun di Desa Srono
Banyuwangi ternyata kehilangan kegadisannya sejak 5 tahun lalu. Lebih
naif lagi, karena yang tega merengut kehormatannya adalah M. Saturi (41),
ayah kandungnya sendiri. Kegetiran hidup Melati ternyata tidak berhenti.
Sejak kegadisannya terengut, maka sejak itu pula hari-harinya dipenuhi
kesedihan yang tidak pernah diucapkan. Lima tahun melati menjalani
kehidupan dengan menjadi budak seks sang ayah yang sudah gelap mata.
Tetapi, perbuatan nista yang sudah berlangsung sejak tahun 2006 lalu itu
akhirnya terbongkar juga. Melatipun akhirnya tak tahan terhadap
perbuatan sang ayah. Maka rahasia yang selama 5 tahun itupun
dibongkarnya. Saudara, Kerabat, dan para tetanggapun kaget atas
pengakuan lulusan SMP itu.
Wargapun melaporkan perbuatan Saturi ke Polsek Srono. Sayang,
Saturi kabur saat menjalani sidang di hadapan tokoh masyarakat setempat
di rumah orangtuanya. Ia menyelinap saat semua orang sibuk
menenangkan keluarga korban yang sedang emosi. Kini, pria
pengangguran itu menjadi buronan polisi.
Ketika sidang berlangsung, Saturi ijin ke belakang sebentar.
Katanya mau pipis, gak taunya malah kabur,”ujar Handoyo, ketua RT
setempat yang memimpin Sidang. Informasi dari Handoyo yang diakui
sebagai pengakuan Melati, ia kali pertama dinodai Saturi pada tahun 2006
silam. Saat itu ia masih duduk di kelas 1 SMP. Menurut korban, ia
diancam dan dipaksa untuk melayani birahi liar pelaku.

27
Diduga perbuatan cabul itu dilakukan berkali-kali antara kurun
waktu 2006-2011. Semuanya dilakukan di rumah mereka. Di sana, korban
hanya tinggal bersama pelaku dan adiknya yang masih berusia 9 tahun.
“Ibunya kerja di Batam, sebelumnya di Bali. Di rumah hanya ada
pelaku, korban dan adiknya yang masih kelas tiga SD,” ujar Khoirudin,
tokoh masyarakat lainnya. Kasus perkosaan inses (sedarah,red) ini
terungkap, Sabtu (17/9/2011) petang. Cempluk menceritakan peristiwa
yang menimpanya pada bibinya, Ana. Tak berselang lama, pelaku
diamankan warga untuk disidang. Sebelum kabur, pelaku mengakui
semua tuduhan padanya. “Saat saya tanya Saturi mengaku, tapi katanya
hanya mencium-cium paha anaknya,” ungkap Handoyo geram.(hs/jb1).

28
BAB III
TINJAUAN KASUS

Sukabumi,
“Aku Dipaksa Melayani Hasrat Orang Tuaku Sendiri”
Ferry bercinta dengan ibunya Sugiarti Dombret. Mereka juga mengaku
secara terbuka mengadakan hubungan seks sejak Feri berusia 20 tahun. Feri
menegaskan dia dipaksa melakukan hubungan seks oleh ibunya. “pernah
melakukan penolakan tetapi semasa melakukan penolakan saya ditarik-tarik oleh
ibu saya” ujar ferry.
Sugiarti berkata, dia sanggup berzina denga anaknya karena terlalu rindukan
cinta pertama, suaminya telah meninggal dunia. Sugiarti menegaskan dalam acara
suatu talk show bahwa dia sudah tidak malu menceritakan hubungannya dengan
anaknya karena menurutnya lebih baik melakukan hubungan dengan anaknya
sendiri daripada berzina dengan orang lain.
(Acara Talk Show, D’show)

29
BAB IV
ANALISA

Dari kasus yang telah ada yaitu “Aku dipaksa melayani hasrat orang tuaku
sendiri”. Menurut teori kasus ini merupakan salah satu kasus incest (perkawinan
sedara) karena pengertian incest sendiri adalah hubungan seksual antara orang-
orang yang memiliki hubungan darah atau hubungan saudara. Kejadian incest
meliputi hubungan antara kakak dan adik, ayah kandung dengan anaknya, serta
ibu dengan anak laki-lakinya.
Menurut teori yang ada bila ibu sebagai pelaku. Ibu yang melakukan
penganiayaan seksual cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang rendah dan
mengalami gangguan emosional. Ibu yang melakukan incest terhadap anak laki-
lakinya cenderung didorong oleh keinginan adanya figur ‘pria lain’ dalam
kehidupannya, karena kehadiran suami secara fisik maupun emosinal dirasakan
kurang sehingga ia berharap anak laki-lakinya dapat memenuhi keinginan yang
tidak didapatkan dari suaminya. Kasus ini jarang didapati, terutama karena secara
naluriah wanita cenderung memiliki sifat mengasuh dan ‘melindungi’ anak.
Walaupun dalam kasusnya ibu Sugiarti tidak menginginkan kehadiran figur
pria lain tetapi dia sangat merindukan sosok seorang suami yang telah
meninggalkannya. Dan figur suami tersebut ada dalam diri anak laki-laki
pertamanya sehingga ada keinginan ibu Sugiarti untuk melakukan hubungan intim
dengn anknya sendiri (incest)..
Dilihat dari factor penyebabnya, kejadian tersebut dikarenakan tingkat
pendidikan dan pengetahuan yang rendah. Selain faktor ekonomi keluarga tingkat
pendidikan dan pergaulan yang rendahpun mempengaruhi, karena faktor inilah
kemampuan berfikir seseorang tidak berkembang, mereka tidak berfikir logis,
tidak memikirkan dampak kedepannya seperti apa.
Menurut teori dengan kasus yang ada maka tindakan yang perlu dilakukan
terhadap pelaku dan korban incest : Mengamankan untuk sementara waktu ke
tempat yang tenang, dengan cara memisahkan mereka. Meminta bantuan kepada
individu atau organisasi yang memberikan pelayanan konseling untuk pelaku dan
korban incest.

30
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Incest. Incest (Incestum, in/non=tidak; castus=suci, bersih;
incest=penodaan darah karena melakukan persetubuhan yang sifatnya tidak
suci) ialah hubungan seks di antara pria dan wanita didalam atau diluar ikatan
perkawinan, dimana mereka terkait dalam hubungan kekerabatan atau
keturunan yang dekat sekali. Sebenarnya secara legal dan biologis mereka
tidak diizinkan meakukan pernikahan dan persetubuhan. Incest banyak terjadi
dikalangan rakyat dari tingkat social ekonomis yang sangat rendah dan pada
orang keturunan darah campuran. Juga banyak dijumpai pada kalangan kaum
bangsawan serta hartawan untuk menjamin kelangsungan dari darah
kebangsawaannya dan untuk menjamin supaya harta kekayaan tetap terpusat
dalam lingkungan keturunan. (Yustinus Semiun, 2006)
Pelanggaran norma seks yang dilakukan manusia semakinhari semakin
meningkat jumlah dan kualitasnya. Dan hal tersebut terjadi disebabkan oleh
berbagai macam factor dan yang pastinya dalam hal ini perempuanlah yang
selalu menjadi korban atau dalam posisi yang lemah. Akibatnya dapat
berdampak pada aspek psikologis, social budaya, dan kesehatan korban.
Incest sedniri adalah suatu perbuatan yang melanggar oral. Pencegahan kasus
incest dalam masyarakat dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi dan
peningkatan peran serta kemandirian perempuan dalam masyarakat.

5.2 Saran
1. Sebagai seorang kepala keluarga hendaknya seorang ayah mampu
mengarahkan keluarganya kejalan yang baik.
2. Seorang ibu hendaknya dapat mendidik dan memantau perkembangan
anaknya dengan baik meskipun ibu tersebut seorang wanita karir.
3. Untuk mempertahankan keutuhan keluarga hendaknya dibutuhkan
keterbukaan dan kasih saying antar anggota keluarga.

31

Anda mungkin juga menyukai