Anda di halaman 1dari 6

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Depresi

Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan,

dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan

menurunnya aktifitas. Disamping itu gejala lainnya yaitu konsentrasi dan

perhatian berkurang, pikiran bersalah dan tidak berguna, pandangan masa

depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan

diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu makan berkurang.6

Gangguan neurologis yang sering diikuti depresi adalah multiple

sclerosis, demensia Alzheimer, penyakit Parkinson, stroke, dan epilepsi.

Lokasi paling sering dari stroke untuk munculnya depresi adalah lesi pada

lobus frontal kiri.7,8

2.2 Stroke

Stroke atau disebut juga cerebrovascular disease (CVD) adalah simtom

gangguan serebri yang bersifat fokal akibat gangguan sirkulasi otak.

Gangguan sirkulasi otak tersebut dapat disebabkan oleh hipoperfusi

ekstrakranial, trombosis, perdarahan intrakranial, emboli, hipertensi,

arterosklerosis, anoksia, dan gangguan darah seperti polisitemia.9

World Health Organization (WHO) mendefinisikan stroke sebagai suatu

kumpulan gejala klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak, baik

Universitas Sumatera Utara


sebagian ataupun menyeluruh, secara tiba – tiba disebabkan oleh gangguan

pembuluh darah.5,10,11

Stroke terjadi ketika aliran suplai darah untuk otak tiba - tiba terganggu

atau ketika pembuluh darah di otak menjadi pecah, sehingga darah tumpah

disekitar sel pada otak. Gejala dari stroke tiba – tiba muncul dan sering lebih

dari satu gejala pada waktu yang bersamaan, seperti :12

• Tiba tiba kebas atau terjadi kelemahan pada wajah, lengan, kaki,

khususnya pada salah satu bagian tubuh.

• Tiba – tiba menjadi bingung, sulit berbicara, atau perkataan yang sulit

dimengerti.

• Terjadi gangguan pada penglihatan pada salah satu atau kedua belah

mata.

• Tiba – tiba menjadi sulit berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan

atau kordinasi.

• Tiba – tiba terjadi sakit kepala yang hebat tanpa diketahui penyebabnya.

Faktor risiko yang paling penting untuk terjadinya stroke adalah

hipertensi, penyakit jantung, diabetes, dan perokok. Termasuk pengkonsumsi

alkohol, tinggi kadar kolesterol, penggunaan obat terlarang, genetik,

khususnya gangguan pembuluh darah.12

Stroke dapat terjadi pada semua golongan usia namun tiga perempat

serangan stroke terjadi pada orang – orang dengan usia 65 tahun keatas.12

Menurut data statistik stroke terbanyak dijumpai pada usia diatas 55 tahun,

Universitas Sumatera Utara


walupaun dapat terjadi pada semua golongan usia. Insidens stroke karena

perdarahan lebih sering terjadi pada usia 40 – 60 tahun sedangkan akibat

infark (emboli trombus) lebih sering dijumpai pada usia 60 – 90 tahun. Menurut

penelitian yang dilakukan Ecktstrorn dan kawan - kawan, juga penelitian yang

dilakukan oleh Suharso, insiden menurut jenis kelamin tidak ada perbedaan

bermakna antara pria dan wanita.4

2.3 Depresi Pasca Stroke

Depresi yang terjadi setelah stroke disebut juga sebagai depresi pasca

stroke. Hal ini merupakan konsekuensi yang sering terjadi, dan mempunyai

akibat yang negatif pada masa penyembuhan dari fungsi motorik dan kognitif.

Prevalensi terjadinya depresi pasca stroke berkisar antara 5% hingga 63%

pada beberapa penelitian cross sectional, dimana hal ini sering terjadi 3 hingga

6 bulan setelah stroke.7,18 Prevalensi depresi dapat menurun sampai 16%

pada 12 bulan, 19% pada 2 tahun, dan meningkat sampai 29% pada 3 tahun.4

Menurut Masdeu dan Solomon, penderita stroke cenderung mudah

menderita gangguan jiwa karena adanya perubahan yang tiba – tiba terhadap

seseorang akibat ketidakmampuannya untuk menggunakan anggota badan

mereka, adanya ketidakmampuan mereka berkomunikasi, mudah

menyebabkan timbulnya gangguan penyesuaian. Sedangkan menurut Horvath

dan kawan - kawan, gejala psikiatri yang paling sering dijumpai pada penyakit

pembuluh darah otak adalah gejala depresi.4

Universitas Sumatera Utara


Dari 600.000 pria dan wanita Amerika mengalami stroke yang pertama

atau berulang setiap tahunnya, diperkirakan 10-27% mengalami depresi berat,

dan 15-40% mengalami beberapa gejala – gejala depresi.11 Menurut penelitian

yang dilakukan Kaplan dan kawan - kawan, perubahan psikologi yang terjadi

mempunyai kaitan dengan lokasi lesi di otak.4 Lokasi yang sering dihubungkan

dengan simtom depresi adalah lesi pada lobus frontalis, lobus temporalis, dan

bangsal ganglia terutama nukleus kaudatus.12 Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa depresi lebih sering dijumpai pada lesi stroke di hemisfer

kiri.4,13,14

Mayer mengatakan bahwa ada hubungan antara kelainan emosi

dengan lokasi kerusakan otak pada penderita stroke. Babinski juga

menyatakan bahwa pasien stroke dengan kerusakan hemisfer kanan sering

menampakkan gejala – gejala eforia dan sikap tidak peduli.9 Selain itu, Bleuer

mengatakan bahwa terdapat melankolia selama beberapa bulan bahkan lebih

lama pada pasien pasca stroke.9 Robinson menyatakan bahwa lesi pada left

anterior cerebral lebih signifikan untuk terjadinya depresi daripada lesi left

posterior.15,16 Tetapi hal ini berbeda dengan penelitian systemic review yang

dinyatakan oleh Carson dan kawan - kawan, dimana mereka menemukan dari

34 kelompok penelitian yang dilakukan, lokasi lesi tidak selalu berhubungan

dengan depresi.8,15

Penelitian tentang hubungan antara stroke dan penyakit psikiatri

berfokus pada depresi yang merupakan efek dari stroke, yang menyebabkan

munculnya insiden depresi pasca stroke yang berkisar 20 - 50% setelah 1

Universitas Sumatera Utara


bulan hingga 1 tahun setelah kejadian stroke.15,17 Meta analisis dari faktor

risiko timbulnya depresi setelah stroke diidentifikasi mempunyai riwayat

depresi pada masa dahulu, riwayat penyakit psikiatri, disfasia, gangguan

fungsional, hidup sendiri, dan social isolation merupakan prediksi terpenting

munculnya depresi. Lesi pada sisi kiri, khususnya lesi pada lobus frontal kiri

mempunyai frekuensi yang lebih besar sebagai faktor risiko munculnya depresi

pasca stroke. Pada suatu analisis dari 48 penelitian dengan data yang

adekuat, bagaimanapun juga, tidak ada bukti - bukti antara lokasi lesi dengan

kemungkinan terjadinya depresi.17

Bentuk dan perjalanan penyakit depresi pada pasien pasca stroke

masih belum jelas, tetapi tidak sekedar merupakan reaksi dari stres psikis, fisik

ataupun hendaya fungsi kognitif saja. Penyebab depresi pada keadaan pasca

stroke ini tidak sederhana atau multi faktorial. Beberapa faktor yang dianggap

sebagai kausa depresi pasca stroke antara lain adalah pengaruh gangguan

anatomik, gangguan neurohormonal / neurotransmiter, dan psikologis.4

Munculnya atropi kortikal dan pembesaran dari ventrikel juga

merupakan faktor risiko penting terjadinya depresi pasca stroke. Starkstein dan

teman – teman melakukan penelitian terhadap atropi subkortikal pada otak

melalui CT scan yang terjadi setelah stroke. Pasien yang mengalami depresi

pasca stroke secara signifikan mengalami atropi yang besar dibandingkan

pasien stroke yang tidak mengalami depresi. Sebagai tambahan, lesi

subkortikal yang kecil pada hemisfer kiri lebih sering berhubungan dengan

Universitas Sumatera Utara


frekuensi yang tinggi terjadinya depresi dibandingkan lesi pada hemisfer

kanan. 18

2.4 Beck Depression Inventory (BDI)

Beck Depression Inventory (BDI) merupakan suatu skala yang dapat

digunakan sebagai alat skreening pada pasien depresi yang timbul akibat

stroke. BDI terdiri dari 21 pertanyaan yang sering digunakan pada penelitian

depresi pasca stroke. BDI mempunyai cutoff point optimal dengan nilai 10,

sensitivitas 80.0, dan spesifisitas 61.4.19

Pasien dengan depresi pasca stroke lebih lambat penyembuhan atau

perbaikan fungsi fisik maupun kognitifnya dibandingkan dengan pasien stroke

tanpa depresi. Juga 3 – 4 kali lebih cepat berakibat fatal dalam kurun waktu 10

tahun setelah mengalami stroke. Stroke merupakan suatu stressor psikososial

yang berat bagi penderita maupun pasangannya, yang harus dihadapi dan

diselesaikan dengan baik.4

2.5 Kerangka Konsep

Pasien Stroke :
• Umur penderita
• Jenis kelamin Depresi pasca
• Tingkat pendidikan stroke
• Pekerjaan
• Status perkawinan
• Lokasi lesi

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai