Nz6afS-Chapter II PDF
Nz6afS-Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Depresi
dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu makan berkurang.6
Lokasi paling sering dari stroke untuk munculnya depresi adalah lesi pada
2.2 Stroke
kumpulan gejala klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak, baik
pembuluh darah.5,10,11
Stroke terjadi ketika aliran suplai darah untuk otak tiba - tiba terganggu
atau ketika pembuluh darah di otak menjadi pecah, sehingga darah tumpah
disekitar sel pada otak. Gejala dari stroke tiba – tiba muncul dan sering lebih
• Tiba tiba kebas atau terjadi kelemahan pada wajah, lengan, kaki,
• Tiba – tiba menjadi bingung, sulit berbicara, atau perkataan yang sulit
dimengerti.
• Terjadi gangguan pada penglihatan pada salah satu atau kedua belah
mata.
atau kordinasi.
• Tiba – tiba terjadi sakit kepala yang hebat tanpa diketahui penyebabnya.
Stroke dapat terjadi pada semua golongan usia namun tiga perempat
serangan stroke terjadi pada orang – orang dengan usia 65 tahun keatas.12
Menurut data statistik stroke terbanyak dijumpai pada usia diatas 55 tahun,
infark (emboli trombus) lebih sering dijumpai pada usia 60 – 90 tahun. Menurut
penelitian yang dilakukan Ecktstrorn dan kawan - kawan, juga penelitian yang
dilakukan oleh Suharso, insiden menurut jenis kelamin tidak ada perbedaan
Depresi yang terjadi setelah stroke disebut juga sebagai depresi pasca
stroke. Hal ini merupakan konsekuensi yang sering terjadi, dan mempunyai
akibat yang negatif pada masa penyembuhan dari fungsi motorik dan kognitif.
pada beberapa penelitian cross sectional, dimana hal ini sering terjadi 3 hingga
pada 12 bulan, 19% pada 2 tahun, dan meningkat sampai 29% pada 3 tahun.4
menderita gangguan jiwa karena adanya perubahan yang tiba – tiba terhadap
dan kawan - kawan, gejala psikiatri yang paling sering dijumpai pada penyakit
yang dilakukan Kaplan dan kawan - kawan, perubahan psikologi yang terjadi
mempunyai kaitan dengan lokasi lesi di otak.4 Lokasi yang sering dihubungkan
dengan simtom depresi adalah lesi pada lobus frontalis, lobus temporalis, dan
menunjukkan bahwa depresi lebih sering dijumpai pada lesi stroke di hemisfer
kiri.4,13,14
menampakkan gejala – gejala eforia dan sikap tidak peduli.9 Selain itu, Bleuer
lama pada pasien pasca stroke.9 Robinson menyatakan bahwa lesi pada left
anterior cerebral lebih signifikan untuk terjadinya depresi daripada lesi left
posterior.15,16 Tetapi hal ini berbeda dengan penelitian systemic review yang
dinyatakan oleh Carson dan kawan - kawan, dimana mereka menemukan dari
dengan depresi.8,15
berfokus pada depresi yang merupakan efek dari stroke, yang menyebabkan
munculnya depresi. Lesi pada sisi kiri, khususnya lesi pada lobus frontal kiri
mempunyai frekuensi yang lebih besar sebagai faktor risiko munculnya depresi
pasca stroke. Pada suatu analisis dari 48 penelitian dengan data yang
adekuat, bagaimanapun juga, tidak ada bukti - bukti antara lokasi lesi dengan
masih belum jelas, tetapi tidak sekedar merupakan reaksi dari stres psikis, fisik
ataupun hendaya fungsi kognitif saja. Penyebab depresi pada keadaan pasca
stroke ini tidak sederhana atau multi faktorial. Beberapa faktor yang dianggap
sebagai kausa depresi pasca stroke antara lain adalah pengaruh gangguan
merupakan faktor risiko penting terjadinya depresi pasca stroke. Starkstein dan
melalui CT scan yang terjadi setelah stroke. Pasien yang mengalami depresi
subkortikal yang kecil pada hemisfer kiri lebih sering berhubungan dengan
kanan. 18
digunakan sebagai alat skreening pada pasien depresi yang timbul akibat
stroke. BDI terdiri dari 21 pertanyaan yang sering digunakan pada penelitian
depresi pasca stroke. BDI mempunyai cutoff point optimal dengan nilai 10,
tanpa depresi. Juga 3 – 4 kali lebih cepat berakibat fatal dalam kurun waktu 10
yang berat bagi penderita maupun pasangannya, yang harus dihadapi dan
Pasien Stroke :
• Umur penderita
• Jenis kelamin Depresi pasca
• Tingkat pendidikan stroke
• Pekerjaan
• Status perkawinan
• Lokasi lesi