PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana suasana komunikasi pada klien dewasa
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model model kmunikasi pada
klien dewasa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Ericsson 1985, pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi vs
isolasi, dimana pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta
kasih, minat, masalah dengan orang lain.
3
Dari segi psikologis, orang dewasa dalarn situasi. Komunikasi mempunyai
sikap-sikap tertentu yairu :
4
Komunikasi verbal dan non verbal adalah saling mendukung satu sama lain.
seperti pada anak-anak, perilaku non verbal sanna pentingnya pada orang dewasa.
Ekspresi wajah, gerakan tubuh dan nada suara. memberi tanda tentang status
emosional dari orang dewasa. Tetapi harus ditekankan bahwa orang dewasa
mempunyai kendala pada hal-hal ini.
Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit bisa merasa tidak berdaya, tidak
aman dan tidak mampu ketika dikeiilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status
kemandirian mereka telah berubah menjadi status dimana orang lain yang
memutuskan kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan
pegalaman yang mengancam dirinya, dirnana orang dewasa tidak berdaya dan
cemas, dan ini dapat terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi.
Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai
orang dewasa oleh para profesional, pasien dewasa akan mampu bergerak lebih
jauh dari immobilitas biopsikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap
masalahnya.
5
Tetapi model ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihatnya hubungan
transaksional diantara sumber pesan dan penerima Penerapannya terhadap
komunikasi klien dewasa : Bila komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa, Klien
akan lebih mudah untuk menerima penjelasan yang disampaikan kerena tanpa
adanya perantara yang dapat mengurangi penjelasan imformasi. Tetapi tidak ada
hubungan transaksional antara klien dan perawat, juga tidak ada feedback untuk
mengevaluasi tujuan komunikasi.
6
2.3.2 Model Komunikasi Leary
Refleksi dari model komunikasi dari leary (1950) ini menggabungkan
multidimensional yang ditekankan pada hubungan interaksional antara 2
orang,dimana antara individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi.Leary
mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Dari gambaran model leary : pesan komuniksai dpat terjadi dalam 2 dimensi 1)
Dominan-subbmission 2) Hate-love Model leary dapt diterapkan dibidang
kesehatan karena dalam bidang kesehatan ada keseimbangan kesehatan antara
professional dengan klien. Selama beberap tahun pasien akut ditempatkan pada
peran submission dan profesi kesehatan selalu mendominasi peran dan klien
ditempatkan dalm keadaan yang selalu patuh. Seharusnya dalam berkomunikasi ada
keseimbangan asertif dalm menerima dan member antara pasien dan professional.
Penerapan Pada Klien dewasa Bila konsep ini diterapkan pada klien dewasa,
peran dominan oleh perawat hanya mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut
untuk menyelamatkan kehidupan klien, sehingga klien harus patuh terhadap segala
yang dilakukan perawat. Kita tidak dapat menerapkan posisi dominan ini pada klien
dewasa yang dalam keadaan kronik karena klien dewasa mempunyai komitmen
yang kuat terhadap sikap dan pengetahuan yang kuat dan sukar untuk dirubah dalam
waktu yang singkat.
Peran love yang berlebihan juga tidak boleh dterapkan pada klien dewasa,
karena dapat mengubah konsep hubungan professional yang dilakukan lebih kearah
hubungan pribadi. Model ini menekankan pentingnya “Relationsjhip” dalam
membanmtu klien pada pelayanan kesehatan secara langsung. Komunikasi
therapeutic adalah keterampilan untuk mengatasi stress yang menghambat
psikologikal dan belajar bagaimana berhubungan efektif denagn orang lain.
Pada komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai dengan
situasi dan kondisi), dan penghargaan yang positif (positif regard), Sedangkan hasil
yang diharapkan dari klien melalui model komunikasi ini adalah adanya saling
pengertian dan koping yang lebih efektif. Bila diterapkan pada klien dewasa
7
dikondisikan untuk lebih mengarah pada kondisi dimana individu dewasa berada di
dalam keadaan stress psikologis
8
Perawat : Baiklah ibu, sekarang tugas saya sudah selesai. Ibu dan
keluarga biasa menunggu menunggu diruangan ini dulu,
perawat linda akan segera datang memberikan resep obat
yang akan ditebus, dan pembayarannya keluarga bisa
langsung ke ruang administrasi.
Keluarga pasien : Iya sus,terimakasih.
Perawat : sama-sama . saya permisi dulu, selamat siang
Pasien dan kluarga : Iya sus, selamat siang.
9
Contoh komunikasi model king
10
mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Transaksi yang dilakukan terjadi
secara berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga
melibatkan orang lain yang berpengaruh terhadap kesehatan klien. Konteks
komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan yang diberikan
Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan tertentu
seperti; sopan santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, faktor
budaya, nilai yang dianut, faktor psikologi, sehingga perawat harus memperhatikan
hal-hal tersebut agar ttdak terjadi kesalahpahaman. Pada komunikasi orang dewasa
diupayakan agar perawat menerima pasien sebagaimana manusia seutuhnya dan
perawat harus dapat menerima setiap orang berbeda satu dengan yang lain.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian dan role play diatas maka dapat dipahami bahwa Terapeutik
merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan atau segala
sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan.
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional perawat yang
direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien.
Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik pada orang dewasa
perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien,
sehingga akan lebih efektif mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah
diterapkan, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan
akan meningkatkan profesi.
Disamping itu, salah satu tujuan komunikasi terapeutik dewasa adalah
membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan atau
pikirannya serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan. penerapan komunikasi pada dewasa.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka kami selaku penulis berpesan kepada
tenaga kesehatan khususnya perawat, ketika berkomunikasi pada pasien dewasa
hendaknya perawat memiliki sikap atetif (memperdulikan, sabar, mendengarkan
dan memperhatikan tanda-tanda non verbal, mempertahankan kontak mata)
Selain itu perawat juga harus bersikap merespon, serta memberi dukungan dan
dapat menimbulkan sikap saling percaya. Sehingga memudahkan bagi perawat
untuk melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dewasa dengan mengetahui
permasalahannya dengan jelas.
12
DAFTAR PUSTAKA
13