Anda di halaman 1dari 4

KASUS PELANGGARAN HAM DI

KAMPUNG BALI

 Kronologis kejadian
Amnesty International Indonesia (AII) menyatakan Korps Brigade Mobil (Brimob) Polri
telah melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) serius terhadap warga tak berdaya
saat melakukan penyisiran di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta, usai kerusuhan 22 Mei.
Polisi telah melakukan beragam pelanggaran serius terhadap HAM di Kampung Bali dan
wilayah sekitarnya di Jakarta pada 21-23 Mei 2019.

Hal itu merupakan bagian dari temuan investigasi yang dilakukan dalam rangka menyambut
Hari Internasional PBB untuk Mendukung Korban Penyiksaan yang diperingati setiap 26
Juni.

Temuan itu berdasarkan verifikasi metadata dan keaslian video tim Amnesty International di
Berlin, Jerman, dan wawancara terhadap sejumlah narasumber yang mengetahui kejadian.

Usman menceritakan kekerasan itu terjadi di lahan kosong milik Smart Service Parking, di
Kampung Bali, Jakarta, Kamis (23/6), pukul 05.30 WIB. Saat itu, ia berkata Brimob tengah
melakukan penyisiran usai insiden bentrok antara aparat dan massa.

"Ketika pagar [lahan parkir] dibukakan, anggota satuan kepolisian tersebut melakukan
penangkapan dengan menggunakan kekerasan yang tidak diperlukan terhadap setidaknya dua
orang. Dengan kata lain, kekerasan fisik digunakan terhadap orang yang tidak melawan dan
tidak berdaya sebagaimana yang direkam dalam video viral tersebut," ujarnya.

Setelah melakukan penangkapan, Usman menyampaikan lima orang tersebut diseret oleh
personel Brimob ke depan gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Selama perjalanan ke
Bawaslu, ia menyebut sejumlah oknum Brimob lain juga melakukan kekerasan terhadap lima
orang tersebut.

Bahkan, kata Usman, seorang narasumber menyampaikan bahwa ada satu dari lima orang
tersebut diseret dengan kondisi luka parah. Penyiksaan pun terus berlanjut di dalam mobil.
"Penyisiran secara brutal seperti yang terjadi di Kampung Bali jelas merupakan tindakan
kriminal karena aparat menggunakan tindakan kekerasan yang tidak diperlukan. Negara harus
membawa anggota Brimob yang melakukan penyiksaan tersebut ke pengadilan untuk diadili
agar ada keadilan bagi korban," cetus dia.

Ia menyebut korban yang mengalami luka paling parah hingga kini masih dirawat di ICU RS
Kramat Jati dengan pengawalan sangat ketat dari aparat.

Dalam video lain, Usman menyebut polisi juga melakukan kekerasan terhadap seorang yang
mengenakan rompi relawan dengan lambang bendera Indonesia di dada kanannya. Polisi
menendangnya di bagian perut hingga jatuh ke trotoar, sebelum dikeroyok beramai-ramai
oleh anggota lainnya.

Tak hanya itu, polisi juga melakukan kekerasan terhadap seseorang yang ditangkap di dekat
lampu merah perempatan Jalan Sabang dan Jalan Wahid Hasyim. Sebelum ditangkap, ia
diteriaki, "Nangis, nangis, nangis." Salah satu anggota Brimob lantas memukul kakinya
dengan tongkat dan satu orang lain menendangnya dari belakang.

"Polisi punya hak untuk menggunakan kekerasan jika diperlukan namun harus tetap dalam
koridor asas proporsionalitas," ujar Usman.

Bentrok aparat dengan massa di depan Bawaslu, 22 Mei


 Penyebab
Ketua RW 09 Kampung Bali, Sukamto mengatakan seorang warganya dibawa polisi pada
Rabu malam, 22 Mei 2019. "Dia kebetulan saja lagi nongkrong di sekitar situ," kata
Sukamto saat ditemui Tempo di kantornya, Jumat, 28 Juni 2019.

Warga yang bernama Muhammad Isa itu ditangkap polisi di sekitar gedung BRI Wahid
Hasyim. Pihak keluarga Isa telah mengurus surat keterangan tempat tinggal kepada
Sukamto untuk mengeluarkannya dari rumah tahanan Polda Metro Jaya.

"Tapi sampai sekarang belum diizinkan pulang," kata Sukamto.

Wakil Ketua RW 08 Kampung Bali, Ino mengaku kenal dekat dengan Isa. Menurut dia, Isa
sering "nongkrong" di pos RW-nya. Ino mengatakan bahwa Isa bukan bagian dari massa
aksi yang berunjuk rasa di Bawaslu pada 21-22 Mei.

Menurut Ino, Isa saat ini masih ditahan oleh Polda Metro Jaya bukan karena kasus
kerusuhan. Dia justru diperiksa karena perkara lain. Informasi itu diterima Ino dari orang
tua Isa. "Kasus bukan itu, tapi pemakaian narkoba," kata dia.

Dia menambahkan, satu warga bernama Ibnu yang tercatat berdomisili di RW 08 Kampung
Bali ditangkap polisi di kawasan Slipi, Jakarta Barat. Namun, Ino berujar, warga tersebut
tidak tinggal di sana walau tercatat sebagai warganya.

"Tinggalnya di Tomang," kata dia.

Di RW 10 Kampung Bali, seorang sopir ojek online yang dikenal sebagai Iyok ditangkap
Brimob pada 23 Mei 2019. Dua saksi mata yang ditemui Tempo sehari setelah
penangkapan menceritakan kejadian itu. Iyok ditangkap saat sedang tidur di basecamp ojek
online di Jalan Kampung Bali XVII sekitar pukul 06.30

Ketua RW 10 Olan Rahadian mengaku mendengar cerita penangkapan tersebut. Namun,


kata dia, Iyok bukan warganya melainkan warga RW 09. "RW sebelah," kata Olan. Namun,
saat dikonfirmasi, Sukamto membantah Iyok merupakan warga RW 09.

Olan menceritakan, pada 23 Mei 2019, Brimob memang melakukan penyisiran di


kampungnya. Namun, warganya tidak ada yang tertangkap.
Namun Olan menyatakan dalam penyisiran itu, beberapa aparat kepolisian memang
melakukan kekerasan. Seorang anggota Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) di
kampungnya ada yang dibawa paksa polisi dan mengalami luka di bagian kepala karena
dipukuli. Anggota FKDM itu dibawa hingga ke gedung Bawaslu.

Setelah melakukan negosiasi dan coba meyakinkan bahwa dia adalah warga, polisi lantas
melepaskan. "Akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Tarakan," kata Olan.

Selasa lalu, Amnesty International Indonesia menyampaikan sejumlah tempat yang diduga
menjadi lokasi penyiksaan oleh anggota Brimob saat 21-23 Mei. Salah satunya adalah area
Smart Services Parking di Kampung Bali.

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan sejumlah


anggota Brimob yang sedang melakukan penyisiran di Kampung Bali pada 23 Mei 2019
masuk ke area parkir. Video yang memperlihatkan penyiksaan oleh beberapa anggota
Brimob terhadap seseorang di area itu sebelumnya viral di media sosial.

Menurut Usman, aparat melakukan penangkapan dengan menggunakan kekerasan fisik


yang tidak diperlukan setidaknya terhadap dua orang. Orang yang ditangkap, kata dia, tidak
melawan dan tidak berdaya seperti yang diperlihatkan dalam video viral di media sosial.

"Penyisiran secara brutal seperti yang terjadi di Kampung Bali jelas merupakan tindakan
kriminal karena aparat menggunakan kekerasan yang tidak diperlukan," kata Usman.

Anda mungkin juga menyukai