Anda di halaman 1dari 3

A Etiologi

Penyebab dari demam typoid adalah salmonella typhi, sedangkan demam paratifoid disebabkan
oleh organism yang termasuk kedalam spesies salmonella enteritidis, yaitu S. enteritidis
bioserotipe paratyphi A, S. enteritidis bioseratipe B, S. enteritidis bioserotipe paratyphi C,
kuman-kuman ini lebih dikenal dengan nama S. Paratyphi A, S seholt moellen dan S. Hirsch
feldri (pernawan junaidi, 2011).

Patofiologi

Penukaran salmonella typhi melalui mulut oleh makanan yang tercemar, sebagian kuman yang
dimusnakan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk ke usus halus, kejaringan lamford dan
berkembang biak, kemudian kuman masuk aliran darah dan mencapai sel-sel reticulum dextral
melepaskan kuman kedalam peredaran darah dan menimbulkam bakterinia untuk kedua kalinya.
Selanjutnya kuman masuk kejaringan beberapa organ tubuh terutam limpa, usus, dankandung
empedu pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks peyer, minggu kedua terjadi
dekrosis dan minggu ketiga terjadi ulsenasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi
penyembuhan ulkus-ulkus yang menimbulkan sikatriks, ulkus dapat menyebabkan perdarahan,
bahkan sampai perfarasi usus, selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa
membesar (purnawan junaidi, 2011)

Manifestasi klinis

Gejala-gejala yang timbul bervariasi, dalam minggu pertama keluhan dan gejala serupa dengan
peyakit infeksi akut pada umunya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual
muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaris pada pemeriksaan
fisik hanya didapatkan peningatan suhu tubuh. Dalam minggu kedua gejala-gejala terjadi lebih
jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidar typoih (kotor ditengah, tepi, dan ujung merah dan
tremor). Hepatomegali, splenomegali, metiorismes, gangguan kesadaran berupa somnolen
sampai koma, sedangkan residopi jaraang ditemukan pada orang Indonesia (FKU, 1996)
Penatalaksanaan medis

1. Obat-obat antibiotic yang biasa digunakan adalah klorampenikol, tiam fenikal, kotra
maksazol, ampizilin dan amoksilin.
2. Anti piretika
3. Bila perlu diberikan laksansia
4. Tirah baring selama demam, untuk mencegah komplikasi perdarahan usus atau perforasi
usus.
5. Nemisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan
6. Diet pada permukaan, diet makanan yang tidak merangsang saluran cerna dalam bentuk
saring atau lemak.
7. Makanan dapat ditingkatkan sesuai perkembangan keluhan gastro intestinal sampai
makanan biasa.
8. Tindakan operasi bila ada komplikasi perforasi.
9. Transfuse bila diperlukan pada komplikasi perdarahan.

Komplikasi

Komplikasi demam typoid dapa dibagi dalam :

1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : miakarditis, thrombosis, dan trombo flebitis
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombusta penia dan syndrome uremia
hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, emfisema dan pleuritis.
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis.
e. Komplikasi ginjal : glumerulonetritir, prelene tritis dan perine pitis
f. Komplikasi tulang : ostieomilitis, spondilitis, dan ortritis.
Pada anak-anak dengan demam paratyphoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi
lebih sering terjadi pada keadaan tak semua berat dan kelemahan umum, bila perawatan
pasien kurang sempurna.

Masalah yang lazim muncul pada klien dengan typoif fever

1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhosa


2. Risiko deficit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual,
muntah/pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh.
3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake kurang akibat mual, muntah anoreksia, atau output yang berlebihan akibat
diare.
4. Gangguan pola defeksi : diare berhubungan dengan proses peradangan pada dinding
udud halus
5. Perubahan pola defekasi; konstipasi berbungan dengan proses peradangan pada
dinding usus halus
6. Risiko tinggi trauma fisik berhubungan dengan gangguan mental, delirium/psikosis

Discharge planning

1. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat


perkembangan dan kondisi fisik anak
2. Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping
3. Menjelaskna gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut.
4. Tekankan untuk melakukan control sesuai waktu yang ditentukan

Anda mungkin juga menyukai