Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PENGUKURAN TEKNIK

NAMA : PANJI SATRIA WIJAYA

NIM : 03051181722012

TEKNIK MESIN B

UNIVERSITAS SRIWIJAYA, INDRALAYA


TAHUN AJARAN 2019/2020
TRANSDUSER

1. Pengertian
Transduser adalah alat yang mengubah energi ke bentuk energi yang lain
misalnya, tekanan diubah ke signal listrik, adapun electrical signal diubah ke ultra
sound works atau mechanical energy diubah ke electrical energy. Transduser
merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan penting dalam
sebuah sistem pengaturan otomatis. Besaran masukan pada kebanyakan sistem
kendali adalah bukan besaran listrik, seperti besaran fisika, kimia, mekanis dan
sebagainya kemudian untuk menggunakan besaran listrik pada sistem pengukuran,
atau sistem pengontrolan, maka besaran yang bukan listrik diubah terlebih dahulu
menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut transduser.
Transduser menghasilkan output berdasarkan masukan yang diberikan. Mereka
digunakan untuk aplikasi kontrol dan di bidang linguistik komputasi. Dalam
pengertian yang lebih luas, transduser kadang-kadang juga didefinisikan sebagai
suatu peralatan yang mengubah suatu bentuk sinyal menjadi bentuk sinyal lainnya.
Contoh yang umum adalah pengeras suara (audio speaker), yang mengubah
beragam voltase listrik yang berupa musik atau pidato, menjadi vibrasi mekanis.
Contoh lain adalah mikrofon, yang mengubah suara kita, bunyi, atau energi akustik
menjadi sinyal atau energi listrik.
Menurut William mengatakan transduser adalah “sebuah alat yang bila
digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan
energi tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke
sistem transmisi berikutnya”. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik,
kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas).
2. Jenis-Jenis Transduser
Transduser memiliki dua jenis, yaitu transduser aktif dan pasif
a. Transduser pasif adalah transduser yang baru akan bekerja jika mendapatkan
energi tambahan dari luar. Transduser jenis ini tidak bisa menghasilkan
tenaganya sendiri namun transduser ini dapat melakukan perubahan nilai
resistansi, induktansi atau kapasitansi jika mengalami perubahan. Transduser
Pasif memiliki berberapa jenis, yaitu resistif, kapasitif, induktif dan foto.
Contoh: RTD (resistance thermal detector), Starin gauge, LVDT (linier
variable differential transformer), Potensiometer, NTC.
b. Transuduser aktif adalah transduser transducer yang mampu bekerja tanpa
bantuan energi dari luar dan bekerja dengan menggunakan energi yang akan
diubah itu sendiri. Transduser ini tidak membutuhkan catu daya (sumber
daya) dan dapat menghasilkan energi listrik. Contoh: piezo electric,
termocouple, photovoltatic, termistor. Ciri transduser ini adalah dihasilkannya
suatu energi listrik dari transduser secara langsung. Dalam hal ini transduser
berperan sebagai sumber tegangan

3. Klasifikasi Tranduser
a. Transducer Akustik
Transducer akustik merupakan sebuah alat yang mengubah gelombang
vibrasi suara menjadi energi mekanik atau energi listrik. Alat ini memiliki
beberapa kegunaan, anatara lain sound recording dan sound playback. Beberapa
tipe transducer ini digunakan dalam sound recording seperti, microphone,
earphone, dan guitar pickups. Alat ini menghasilkan energi listrik ketika bagian
tertentu yang bergerak di dalam transducer tersebut, seperti piringan elektrik
atau pita, terekspose oleh vibrasi suara. Energi listrik yang diproduksi didalam
transducer tersebut kemudian dikirimkan ke amplifier.
b. Transducer Mekanik

Transducer mekanik merupakan transducer yang digunakan untuk


mengetahui, mengukur, atau mendeteksi nilai perubahan atau gerakan mekanis
dari suatu objek. Beberapa jenis transducer mekanik antara lain, Strain Gauge,
Resistor Variabel, Kapasitor Variabel, Induktor Variabel, dan LVDT.
Umumnya transducer mekanin mempunyai ketelitian tinggi, kokoh, harga lebih
murah, dan tidak memerlukan catu daya. Alat ini tidak terlalu menguntungkan
bila dipakai pada pengukuran ilmiah modern dan untuk pengaturan proses,
karena bekerjanya lambat, perlu gaya besar untuk mengatasi gesekan, dan tidak
cocok untuk pengukuran jarak jauh.

c. Transducer Optik

Transducer optik merupakan detektor listrik yang mengubah cahaya, atau


perubahan cahaya, kedalam sinyal listrik. Beberapa jenis transducer optik antara
lain, Light Dependant Resistor (LDR), photocell, photodiode, dan
phototransistor. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi output transducer
adalah intensitas (jarah dan daya), sudut datang, dan penjang gelombang
cahaya. Untuk semua jenis transducer optik, intensitas cahaya berbanding
terbalik dengan resistansi transducer. Begitu pula dengan pengaruh daya,
semakin besar daya yang diberikan maka nilai resistansi transducer akan
semakin kecil. Intensitas cahaya yang diterima oleh transducer akan maksimal
ketika sudut datang 00. Sehingga, resistansi transducer akan semakin kecil
ketika sudut datang mendekati 00. Nilai panjang gelombang cahaya efektif
penting untuk dilihat agar pengguna dapat menggunakan transducer optik yang
sesuai dengan jenis cahaya ayang akan diukur.
d. Transducer Thermal

Transducer thermal merupakan sebuah alat dalam sistem kendali


temperatur otomatis yang mengubah suhu kedalam besaran lain seperti
pergerakan mekanik, tekanan, atau tegangan listrik. Sinyal ini diproses dalam
sebuah contoller, dan diaplikasikan sebagai sebuah aktuator yang
mengendalikan suhu sistem tersebut. Beberapa jenis transducer thermal antara
lain, positive temperature coefficient (PTC), negative temperature coefficient
(NTC), bimetal, dan IC.

4. Prinsip- Prinsip Kerja Transduser

Selain itu, Transduser memiliki prinsip-prinsip kerja yang berbeda. Prinsip-prinsip


kerja dari transduser adalah:

a. Prinsip Elektromagnetik: Prinsip ini mengubah besaran energi fluks magnetis


yang selanjutnya mengibas suatu tegangan

b. Prinsip Fotokonduktif: Prinsip ini mengubah hantaran (konduktif) atau rambatan


(resistan) bahan semi konduktor yang mengenai perubahan cahaya.

c. Prinsip Fotovoltaik: Prinsip ini menggunakan besaran indera cahaya yang diubah
menjadi tegangan antara dua bahan yang berbeda susunannya.

d. Prinisip Induktif: Prinsip ini akan mengubah besaran energi yang masuk dengan
metode perubahan induktif
e. Prinsip Kapasitif: Prinsip ini akan mengubah besaran energi yang masuk dengan
metode perubahan kapasitas

f. Prinsip Piezoelektris: Prinsip ini akan mengubah besaran energi yang mengubah
tegangan (V) dan muatan (Q) yang disebabkan oleh sejenis kristal

g. Prinsip Potensiometer: Prinsip ini akan mengubah besaran energi menjadi


kedudukan kontak geser pada suatu hambatan

h. Prinsip Reluktif: Prinsip ini mengubah tegangan ac dikarenakan efek yang timbul
dari lintasan reluxtan diantara dua atau lebih komponen saat sistem kumparan
transduser mengeluarkan rangsangan AC.

i. Prinsip Resitif: Prinsip ini mengubah besaran energi menjadi perubahan


hambatan dari sebuah elemen

j. Prinsip Termoelektris: Prinsip ini mengubah besaran suhu dengan cara kerja efek
Seeback, efek Thomson atau efek Peltier

k. Prinsip Ukur Regangan: Prinsip ini mengubah besaran energi menjadi hambatan
akibat adanya regangan dan terdapat dua atau empat cabang suatu jembatan
wheatsone.

5. Aplikasi Transduser

Dalam pengaplikasiannya, transduser dibagi ke beberapa jenis:

a. Transducer Electromagnetic: Magnetic Cartridge, Antena, Disk Head


b. Transducer Electrochemical: Sensor Hidrogen, pH Probe
c. Transducer Electromechanical: Air flow sensor, Load cell, Rotary Motor
d. Transducer Electroacoustic: Microphone, Loudspeaker, Earphone, Ultrasonic
Transceiver
e. Transducer Electro-optical: Lampu Pijar, LED, Dioda Laser, Tabung CRT
f. Transducer Thermoelectric: Termocouple, komponen PTC dan NTC

*Contoh aplikasi : Fiber Optik sebagai contoh aplikasi Output Transducer

Fiber Optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari
kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat
digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain.
Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah dari sinar laser atau LED.
Dengan lebar jalur (bandwidth) yang besar, maka mampu dalam mentransmisikan
data menjadi lebih banyak dan cepat dibandingan dengan penggunaan kabel
konvensional. Kecepatan transmisi fiber optik sangat tinggi sehingga sangat bagus
digunakan sebagai saluran komunikasi.

Kelebihan Fiber Optik

1. Bandwidth sangat besar dengan kecepatan transmisi mencapai gigabit-per detik


dan menghantarkan informasi jarak jauh tanpa pengulangan.
2. Biaya pemasangan dan pengoperasian yang rendah serta tingkat keamanan yang
lebih tinggi.
3. Ukuran kecil dan ringan, sehingga hemat pemakaian ruang.
4. Kebal terhadap gangguan elektromagnetik dan gangguan gelombang radio.
5. Tidak ada tenaga listrik dan percikan api.
6. Tidak berkarat.
Kekurangan Fiber Optik

1. Beberapa faktor membatasi efektivitas kabel Fiber Optik. Selain instalasinya


yang mahal, sistem ini mungkin sinyalnya kurang kuat, hal ini disebabkan
karena faktor fisik ataupun material.
2. Dispersi dapat mempengaruhi volume informasi yang dapat diakomodasi.
3. Tidak seperti halnya dengan kawat atau plastik, fiber juga lebih sulit untuk
disambung.
4. Sambungan akhir dari kabel fiber harus benar-benar akurat untuk menghindari
transmisi yang tidak jelas.
5. Komponen Fiber Optik mahal dan membutuhkan biaya ekstra dalam
pengaplikasian yang lebih spesifik.

Cara Kerja Fiber Optik

Pada prinsipnya fiber optik memantulkan dan membiaskan sejumlah


cahaya yang merambat di dalamnya. Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh
kemurnian dari bahan penyusun gelas/kaca. Semakin murni bahan gelas, semakin
sedikit cahaya yang diserap oleh fiber optik.
STRAIN GAUGE

1. Pengertian

Strain Gauge adalah komponen elektronika yang dipakai untuk mengukur


tekanan (deformasi atau strain). Alat ini berbentuk foil logam atau kawat logam yang
bersifat insulatif (isolasi) yang ditempel pada benda yang akan diukur tekanannya, dan
tekanan berasal dari pembebanan. Prinsipnya adalah jika tekanan pada benda berubah,
maka foil atau kawat akan terdeformasi, dan tahanan listrik alat ini akan berubah.
Perubahan tahanan listrik ini akan dimasukkan kedalam rangkaian jembatan Whetstone
yang kemudian akan diketahui berapa besar tahanan pada Strain Gauge. Tegangan
keluaran dari jembatan Wheatstone merupakan sebuah ukuran regangan yang terjadi
akibat tekanan dari setiap elemen pengindera Strain Gage. Tekanan itu kemudian
dihubungkan dengan regangan sesuai dengan hukum Hook yang berbunyi : Modulus
elastis adalah rasio tekanan dan regangan. Dengan demikian jika modulus elastis adalah
sebuah permukaan benda dan regangan telah diketahui, maka tekanan bisa
ditentukan..Hukum Hook dituliskan sebagai :

E
σ =s

dimana σ = regangan, Δl/l (tanpa satuan)


s = tegangan geser , kg/cm2
E = modulus Young , kg/cm2
Bila dua gage atau lebih digunakan, maka tekanan pada pelacakan arah setiap
gage bisa ditentukan dengan menggunakan perhitungan. Namun demikian persamaannya
memiliki tingkat kompleksitas yang berbeda tergantung pada kombinasi dan orientasi
gage tersebut
.
Kepekaan sebuah Strain Gage disebut dengan faktor gage dan perbandingan
antara unit resistansi dengan perubahan unit panjang adalah :

∆R/R
Faktor gage K = ∆l/l

Dimana : K = Faktor gage


ΔR = Perubahan tahanan gage
Δl = Perubahan panjang bahan
R = Tahanan gage nominal
l = Panjang normal bahan
Jadi regangan diartikan sebagai perbandingan tanpa dimensi, perkalian unit yang
sama, misalnya mikroinci / inci atau secara umum dalam persen (untuk deformasi yang
besar) atau yang paling umum lagi dalam mikrostrain.
Perubahan tahanan ΔR pada sebuah konduktor yang panjangnya l dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan bagi tahanan dari sebuah konduktor yang
penampangnya serba sama, yaitu :
Panjang ρxl
R= ρ = π
Luas ( )d2
4

dimana : ρ = tahanan spesifik dari bahan konduktor


l = panjang konduktor
d = diameter konduktor

Sensor strain gauge pada dasarnya adalah tipe kawat logam, dimana konfigurasi
dari grid terbentuk melalui proses photoeching. Karena proses yang mudah, maka dapat
dibentuk ukuran dari gauge yang bermacam macam. Untuk ukuran panjang strain gauge
yang terkecil yang tersedia sebesar 0,20 mm, dan yang terbesar sebesar 102 mm. Tahanan
strain gauge dengan ukuran umum sebesar 120 mm dan 350 ohm, selain itu ada strain
gauge dengan tujuan khusus yang tersedia sebesar 500, 1000, dan 1000 ohm.
Gambar strain gauge :

2. Jenis-Jenis Strain Gauge

Sensor dari gaya yang bermuatan memiliki fungsi untuk merubah gaya, torsi dan
regangan menjadi sebuah hambatan. Sensor strain gauge terbuat dari kawat
bertahanan tipis yang memiliki diameter sebesar 1 mm. Kawat tahanan yang umum
dipakai adalah campuran dari bahan-bahan antara laim Cu sebesar 60 % dan Ni
sebesar 40 %. Strain gauge memiliki beberapa jenis antara lain adalah sebagai
berikut:

a. Unbonded strain gauge

Jenis strain gauge ini dibentuk dengan tahanan kawat yang dipasang dengan lurus
dan simetris. Jika rangak atau papan mengalami tekanan dari luar, nilai resistansi
mengalami perubahan atau membesar.
b. Bonded strain gauge

Susunan kawat tahanan yang terdapat di dalam berbentuk berliku-liku, sehingga


mudah mendeteksi gaya tekan yang tegak lurus dengan arah panjang dari lipatan
kawat, karena tekanan akan menarik kawat sehingga kawat meregang. Dengan
meregangnya strain gauge, terjadilah perubahan pada tahanan kawat

3. Prinsip kerja Strain Gauge

Strain gauge adalah sebuah kawat logam berliku-liku yang tipis ditempelkan pada
permukaan dari benda. Apabila kawat logam dibebani, maka akan terjadi regangan.
Tahanan yang terjadi pada kawat logam yang berubah berbanding lurus dengan
regangan induksi beban. Gaya yang diberikan kepada benda uji, selain menghasilkan
regangan berbentuk fisik juga menghasilkan perubahan sifat resistansi tahanan listrik
pada benda uji. Dengan melekatkan strain gauge pada benda uji menggunakan
perekat isolatif dengan arus listrik, maka strain gauge menghasilkan suatu perubahan
resistansi yang besarnya berbanding lurus pada deformasi kawat.

Apabila ada suatu gaya yang dihasilkan, maka perubahan resistansi ajan sesuai
dengan gaya yang diberikan. Cara kerja dari penggunaan resistansi elektrik pada
strain gauge adalah fakta bahwasanya resistansi dari perubahan yang terjadi pada
kawa logam untuk fungsi tegangan, meningkat serta menurun dengan adanya gaya.
Perubahan pada resistansi diukur menggunakan suatu rangkaian listrik berupa
Wheatstone Bridge. Strain gauge melekat pada benda uji dan kemudian di tekanan
yang sama seperti benda uji yang dalam proses pengujian.
4. Aplikasi Strain Gauge

Secara umum, aplikasi dari strain gauge digunakan untuk mendeteksi adanya
perubahan tekanan pada suatu materi uji. Strain gauge sering digunakan dalam
penelitian teknik mesin dan pengembangan untuk mengukur tekananan yang
dilakukan oleh mesin. Pengujian komponen pada pesawat merupakan salah satu area
penggunaannya, berbagai komponen penting dari rangka pesawat menggunakan
strain gauge untuk menguji ketahanannya terhadap tekanan

Pengaplikasian yang berbeda pada strain gauge juga dapat dilihat pada bidang
biomedis. Beberapa contoh pengaplikasian: dapat difungsikan untuk mengukur
kontraksi dari otot kardia secara terus menerus, untuk mengukur laju pernapasan,
untuk mengukur tekanan darah, supaya mengetahui abnormalitas dari kardiovaskular
dan juga dikembangkan untuk mendeteksi dalam proses pemasangan anggota tubuh
buatan. Pada perancangan yang dilakukan menggunakan pengaplikasian dari strain
gauge. Di mana strain gauge di pasang pada kaleng untuk mencari tegangan dan
regangan dari deformasi yang terjadi pada kaleng ketika kaleng diberi tekanan angin
dari kompressor.

Anda mungkin juga menyukai