Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) adalah Orang Pribadi yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk
pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.
Dalam hal orang pribadi menjalankan kegiatan usaha dan melaksanakan pembukuan,
penghasilan neto dihitung dengan mengurangkan peredaran usaha dengan harga pokok penjualan
dan biaya usaha. Penghasilan neto dari kegiatan usaha selanjutnya akan dilakukan beberapa
penyesuaian fiskal baik positif maupun negatif.
Penyesuaian ini adalah penyesuaian penghasilan neto komersial dalam rangka menghitung
penghasilan kena pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan beserta peraturan
pelaksanaannya, yang dapat bersifat menambah maupun mengurangi penghasilan kena pajak.
Secara umum menghitung Pajak Penghasilan yang terutang pada PPh Pasal 21 yang dipotong
oleh pemotong pajak adalah :
PPh Pasal 21 = Tarif x Dasar Pengenaan Pajak
Tarif PPh Pasal 21
Beberapa tarif berikut ini digunakan sebagai dasar menghitung PPh Pasal 21.
1. Tarif Pasal 17 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, dengan ketentuan sebagai berikut.
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Rp 0,0 s.d Rp 50.000.000,00 5%
Di atas Rp 50.000.000,00 s.d Rp 250.000.000,00 15%
Di atas Rp 250.000.000,00 s.d Rp 500.000.000,00 25%
Di atas Rp 500.000.000,00 30%
2. Tarif Khusus
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2010 pasal 4 ayat 2 bahwa:
1. Tarif khusus berikut diterapkan atas penghasilan yang bersumber dari APBN yang
diterima oleh pejabat PNS, anggota TNI/Porli dan pensiunannya.
2. Tarif 0% dari jumlah bruto honorarium atau imbalan bagi PNS Golongan I dan
Golongan II, Anngota TNI/Polri Golongan Pangkat Perwira Tmatama dan Bintara, dan
pensiunannya.
3. Tarif 5% dari jumlah bruto onorarium atau imbalan bagi PNS Golongan III, anggota
TNI/Polri Golongan Pangkat prwira Pertaa dan pensiunannya.
4. Tarif 15% dari jumlah bruto honorarium atau imbalan bagi PNS Golongan IV, Anggota
TNI/Polri Golongan Pangkat Perwira Menengah dan Tinggi, dan pensiunannya.
Tarif khusus berikut diterpkan atas penghasilan berupa uang pensiun yang diterima sekaligus.
1. Tarif 0% dari penghasilan bruto sampai dengan Rp 50.000.000
2. Tarif 5% dari penghasilan bruto di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000.
3. Tarif 15% dari penghasilan bruto di atas Rp 100.000.000 smpai dengan Rp 500.000.000
4. Tarif 25% dari penghasilan bruto diatas Rp 500.000.000.
Tarif khusus berikut diterapkan atas penghasilan berupa uang manfaat pensiun, tunjangan hari
tua atau jaminan hari tua.
1. Tariff 0% atas penghasilan bruto sampai dengan Rp 50.000.000
2. Tarif 5% atas penghasilan bruto di atas Rp 50.000.000
3. Tarif khusus 55 atas upah harian, borongan satuan yang diterima oleh tenaga kerja harian
lepas yang mempunyai total upah sebulan kurang dari Rp 1.320.000 dan upah sehari
kurang dari Rp 150.000.
Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) menjadi lebih tinggi 20% daripada tarif yang ditetapkan
terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukan NPWP.
Contoh:
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 75.000.000,00
Pajak Penghasilan yang harus dipotong bagi Wajib Pajak yang memiliki NPWP adalah:
5% x Rp 50.000.000,00 Rp. 2.500.000,00
15% x Rp 25.000.000,00 Rp. 3.750.000,00 +
Jumlah Rp. 6.250.000,00
Pajak Penghasilan yang harus dipotong jika wajib Pajak tidak memiliki NPWP adalah:
5% x 120% x Rp 50.000.000,00 Rp 3.000.000,00
15% x 120 % x Rp 25.000.000,00 Rp 4.500.000,00 +
Jumlah Rp 7.500.000,00