LP-Encephalitis Jadi
LP-Encephalitis Jadi
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri,virus, jamur dan protozoa. Sedangkan menurut Soedarmo dkk (2008)
encephalitis adalah penyakit yang menyerang susunan saraf pusat dimedula
spinalis dan meningen yang disebabkan oleh japanese encephalitis virus yang
ditularkan oleh nyamuk. Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS
yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+)
(Muttaqin Arif,2008).
B. Etiologi
a. Encephalitis disebabkan oleh mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing,
jamur, spirokaeta dan virus. Macam-macam Encephalitis virus menurut
Robin :
a) Infeksi virus yang bersifat epidermik :
Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus
ECHO.
Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis, St. louis
encephalitis, Eastern equire encephalitis, Japanese B. encephalitis,
Murray valley encephalitis.
b) Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes
zoster, limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis
lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
c) Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca
rubella, pasca vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-
jenis yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.
b. Reaksin toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox.
c. Keracunan : arsenik, CO.
C. Patofisiologi
Virus dapat masuk ke tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas, dan saluran
cerna, setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh
dengan beberapa cara :
1. Setempat : virus hanya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan
atau organ tubuh
2. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah kemudian
menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut
3. Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang di daerah pertama
kali masuk (permukaan selaput lendir)kessudian menyebar ke organ lain.
4. Penyebaran melalui sarf : virus berkembang biak di permukaan selaput
lendir dan menyebar melalui sistem saraf
1. Invasi dan perusakan langsung pada jaringan otak oleh virus yang
sedang berkembang biak
2. Relaksi jaringan saraf pasien terhadap antigen virus yang berakibat
demielinisasi, kerusakan vaskuler, dan varavaskuler, sedang virusnya
sendiri sudah tidak ada dalam jaringan otak
3. Reaksi aktivitas virus neurotopik yang bersifat laten.
D. Patway Faktor-faktor predisposisi pernah mengalami
campak, cacar air, herpes, dan
bronchopneumonia
Resiko Infeksi
Peradangan di otak
Peningkatan TIK
Ensephalitis
F. Manifestasi Klinis
a. Demam h. Pucat
b. Sakit kepala i. Halusinasi
c. Pusing j. Kaku kuduk
d. Muntah k. Kejang
e. Nyeri tenggorokan l. Gelisah
f. Malaise m. Iritable
g. Nyeri ekstrimitas n. Gangguan kesadaran
G. Pemeriksaan Fisik
Pada klien dengan ensepalitis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pada
pemeriksaan neurologis. Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara
umum meliputi :
a. Keadaan umum
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami
perubahan atau penurunan tingkat kesadaran. Gangguan tingkat kesadaran
dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme dan difusi serebral yang
berkaitan dengan kegagalan neural akibat proses peradangan otak.
b. Gangguan sistem pernafasan
Perubahan - perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial
menyebabkan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan
tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan
terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 1994).
c. Gangguan sistem kardiovaskuler
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik
pada daerah tersebut. Hal ini akan merangsang vasokonstriktor dan
menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor
menyebabkan meningkatnya transmiter rangsang parasimpatis ke jantung.
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi :
a. CT Scan
Computed Tomography pada kasus encephalitis herpes simpleks, CT-
scan kepala biasanya menunjukan adanya perubahan pada lobus
temporalis atau frontalis, tapi kurang sensitif dibandingkan MRI.
b. MRI
MRI (magnetic resonance imaging) merupakan pemeriksaan penunjang
yang paling dianjurkan pada kasus encephalitis. Bila dibandingkan
dengan CT-scan, MRI lebih sensitif dan mampu untuk menampilkan detil
yang lebih bila terdapat adanya kelainan-kelainan. Pada kasus
encephalitis herpes simpleks, MRI menunjukan adanya perubahan
patologis, yang biasanya bilateral pada lobus temporalis medial dan
frontal inferior.
Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan.Biasanya
berwarna jernih, jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfosit.Kadar
protein meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal. Pada
fase awal penyakit encephalitis viral, sel- sel di LCS sering
kalipolimorfonuklear, baru kemudian menjadi sel- sel. LCS sebaiknya
dikultur untuk mengetahui adanya infeksi virus, bakteri &jamur. Pada
encephalitis herpes simpleks, pada pemeriksaan LCS dapat ditemukan
peningkatan dari sel darah merah, mengingat adanya proses perdarahan
diparenkim otak. Disamping itu dapat pula dijumpai peningkatan
konsentrasi protein yang menandakan adanya kerusakan pada jaringan
otak.Pada feses ditemukan hasil yang positif untuk entero virus.Dengan
pemeriksaan pencitraan neurologis (neuroimaging), infeksi virus dapat
diketahui lebih awal dan biasanya pemeriksaan ini secara rutin dilakukan
pada pasien dengan gejala klinis neurologis.
c. EEG (Electroencephalography)
Didapatkan penurunan aktivitas atau perlambatan. Procedure ini setengah
jam, mengukur gelombang aktivitas elektrik yang diproduksi oleh
otak.Ini sering digunakan untuk mendiagnosa dan mengatur penyakit
kejang.Abnormal EEG menunjukkan encephalitis. Elektroensefalografi
(EEG) pada encephalitis herpes simpleks menunjukan adanya kelainan
fokal seperti spike dan gelombang lambat atau (slow wave) atau
gambaran gelombang tajam (sharp wave) sepanjang daerah
lobustemporalis. EEG cukup sensitif untuk mendeteksi pola gambaran
abnormal encephalitis herpes simpleks, tapi kurang dalam halspesifisitas.
Sensitifitas EEG kira kira 84 % tetapi spesifisitasnyahanya 32.5%
Gambaran elektroensefalografi (EEG) sering menunjukkan aktifitas
listrik yang merendah yang sesuai dengan kesadaran yang menurun
d. Biopsi Otak
Paling sering digunakan untuk diagnosis dari herpes simplex encephalitis
bila tidak mungkin menggunakan metode DNA atauCT atau MRI scan.
Dokter boleh mengambil sample kecil dari jaringan otak. Sampel ini
dianalysis dilaboratorium untukmelihat virus yang ada.Dokter boleh
mencoba treatment dengan antivirus medikasi sebelum biopsi otak.
I. Penatalaksanaan
a. Terapi suportif : Tujuannya untuk mempertahankan fungsi organ, dengan
mengusahakan jalan nafas tetap terbuka (pembersihan jalan nafas,
pemberian oksigen, pemasangan respirator bila henti nafas, intubasi,
trakeostomi), pemberian makanan enteral atau parenteral, menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit, koreksi gangguan asam basa darah.
Untuk pasien dengan gangguan menelan, akumulasi lendir pada
tenggorok,dilakukan drainase postural dan aspirasi mekanis yang periodik.
b. Terapi kausal : Pengobatan anti virus diberikan pada encephalitis yang
disebabkan virus, yaitu dengan memberikan asiklovir 10 mg/kgBB/hari IV
setiap 8 jam selama 10-14hari. Pemberian antibiotik polifragmasi untuk
kemungkinan infeksi sekunder.
c. Terapi Ganciklovir : pilihan utama untuk infeksi citomegali virus. Dosis
Ganciklovir 5 mg/kgBB dua kali sehari, kemudian dosis diturunkan
menjadi satu kali, lalu dengan terapi maintenance. Preparat sulfa
(sulfadiasin) untuk encephalitis karenatoxoplasmosis.
d. Terapi Simptomatik : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk
memberantas kejang. Tergantung dari kebutuhan obat diberikan IM atau
IV. Obat yang diberikan ialah valium dan luminal. Untuk mengatasi
hiperpireksia, diberikan surface cooling dengan menempatkan es pada
permukaan tubuh yang mempunyai pembuluh besar,misalnya pada kiri
dan kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan diatas
kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan
phenergan 4mg/kgBB/hari IV atau IM dibagi dalam 3 kali
pemberian. Diberikan antipiretikum sepeb rti parasetamol, bila keadaan
telah memungkinkan pemberian obat peroral. Untuk mengurangi edema
serebri dengan deksametason 0,2 mg/kgBB/hari IM dibagi 3 dosis dengan
cairan rendah natrium. Bila terdapat tanda peningkatan tekanan
intrakranial, dapat diberikan manitol0,5-2 g/kgBB IV dalam periode 8-12
jam.
J. Komplikasi
Komplikasi encephalitis dapat terjadi:
a. Akut
Edema otak
SIADH
Status konvulsi
b. Kronik
Cerebral palsy
Epilepsy
Gangguan visual dan pendengaran
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
suku bangsa,alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
c. Riwayat penyakit sekarang
Mula-mula anak rewel , gelisah , muntah-muntah , panas badan meningkat
kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.
d. Riwayat penyakit dahulu
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah
menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan
tenggorokan.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh:
Herpes dll. Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus, Streptococcus, E,
Coli, dll.
f. Imunisasi
Kapan terakhir diberi imunisasi DTP
g. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
1) Kebiasaan
Sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur , kebiasaan
buang air besar di WC, lingkungan penduduk yang berdesakan
(daerah kumuh)
2) Status Ekonomi
Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
3) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Menyepelekan anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang Pemenuhan
Nutrisi
4) Pola Eliminasi
Kebiasaan Defekasi sehari-hari. Biasanya pada pasien Ensefalitis
karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi
obstipasi.
5) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak
dapat dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.
6) Pola Aktivitas
a) Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena
banyak Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan.
b) Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka
latihan gerak dilakukan latihan positif. Upaya pergerakan sendi
: bila terjadi atropi otot pada pasien gizi buruk maka dilakukan
latihan pasif sesuai ROM Kekuatan otot berkurang karena
pasien Ensefalitis dengan gizi buruk. Kesulitan yang dihadapi
bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal, mudah
terInfeksi berat, aktifitas togosit turun, Hb
turun, punurunan kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan
7) Pola Hubungan Dengan Peran
Interaksi dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien dengan
Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis
sampai koma.
h. Pola sensori dan kuanitif
a. Sensori
Daya penciuman
Daya rasa
Daya raba
Daya penglihatan
Daya pendengaran.
b. Kognitif :
Pola Reproduksi Seksual
Bila anak laki-laki apakah testis sudah turun ,fimosis tidak ada.
Pola penanggulangan Stress
Pada pasien Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran :
Stress fisiologi à biasanya anak hanya dapat mengeluarkan air
mata saja ,tidak bisa menangis dengan keras (rewel) karena
terjadi afasia.
Stress Psikologi tidak di evaluasi.