Anda di halaman 1dari 6

MATERI DISKUSI KASUS IKA

Anamnesis
Pasien datang ke IGD RS UKI dengan keluhan muntah lebih dari 5x per hari sejak 2 hari SMRS.
Muntah cair berisi makanan dan tidak menyemprot. Keluhan disertai dengan nyeri pada ulu
hati. Sebelumnya pasien habis berenang dan makan popmie, muntah tidak disertai demam,
pasien masih mau makan dan minum, muntah kurang lebih ½ gelas aqua. BAK tidak ada
keluhan. Pasien terakhir BAB 1 hari yang lalu. Batuk (-), pilek (-). Pasien sudah ke Puskesmas dan
diberi obat Antasid, Domperidone, dan Oralit.

Pemeriksaan Fisik
KU : TSS
Kesadaran : CM
TD : 110/70 mmHg
HR : 88x/menit
RR : 25x/menit
Suhu : 36,5oC
TB: 105 cm BB: 20 kg LK: 51 cm

Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Cekung -/-, CA -/-, SI -/-
THT : Liang telinga lapang, secret -/-, tonsil T1-T1, hiperemis (-)
Leher : KGB tidak membesar
Thorax I: Pergerakan dinding dada simetris
P: VF simetris
P: sonor/sonor
A: BND vesikuler, Rh -/-, Wh -/-, BJ I&II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen I: Perut tampak datar
A: BU (+), 6x/menit
P: NT (+) regio epigastrium
P: timpani, NK (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), CRT 1,35 dtk

Hasil Lab
Na : 142 mmol/L
K : 4.4 mmol/L
Cl : 105 mmol/L
HB : 13.6 g/dl
Leu : 13.1 g/dl
Ht : 42.2 %
Trom : 532

DIAGNOSIS: Dispepsia
PEMBERIAN OBAT
1. KAEN KA-EN 3A DAN KA-EN 3B
Indikasi:
• Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
• Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
• Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
• Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
Opini:
• Pemberian KA-EN 3A dan KA-EN 3B sudah sesuai dengan indikasi, dimana pasien
mengalami muntah yang sering sehingga ekskresi kalium meningkat.
• Pada saat pasien datang ke IGD diberikan KA-EN 3B yang kandungan kaliumnya lebih
tinggi. Setelah keadaan pasien membaik dan dibawa ke bangsal, pasien diberikan KA-EN
3A yang kandungan kaliumnya lebih rendah.

2. Ondansetron
Farmakologi : antagonis 5-HT3 yang sangat selektif yang dapat menekan mual dan
muntah. Mekanisme kerjanya diduga dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang
terdapat pada chemoreseptor trigger zone di area postrema otak dan mungkin juga pada
aferen vagal saluran cerna. Ondansetron juga mempercepat pengosongan lambung.
Pemberian oral, diabsorpsi cepat. Dieliminasi cepat dari tubuh. Metabolisme obat ini
terutama secara hidroksilasi dan konjugasi dengan glukoronida atau sulfat dalam hati.
Indikasi : pencegahan mual dan muntah yang berhubungan dengan operasi dan
pengobatan kanker dengan radioterapi dan sitostatika.
Efek samping : biasa ditolerir dengan baik. Keluhan umum berupa konstipasi. Gejala lain
berupa sakit kepala, flushing, mengantuk, gangguan saluran cerna, dsb.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap ondansetron. Sebaiknya tidak digunakan pada
kehamilan dan ibu masa menyusui karena mungkin disekresi dalam ASI. Pasien dengan
penyakit hati mudah mengalami intoksikasi.
Dosis : pada anak
profilaksis 0.15 mg/kg IV
terapi 0.2 mg/kg IV dalam 5 menit
kemoterapi : 0.15 mg/kg (maks 16 mg), 4 jam, 3 dosis.
Oral : 0.1 – 0.2 mg/kg, 6-12 jam.
Opini: pemberian antiemetik ondansetron sudah tepat, karena antiemetik ini boleh
diberikan pada anak, berbeda dengan metoklopramid yang memiliki efek ekstra piramidal
jadi tidak disarankan untuk diberikan pada anak-anak.

3. Domperidone
Domperidone merupakan obat antiemetik yang termasuk ke dalam golongan antagonis
dopamin. Efek antiemetik dapat disebabkan oleh kombinasi efek periferal (gastrokinetik)
dengan antagonis terhadap reseptor dopamin di kemoreseptor “trigger zone” yang
terletak diluar saluran darah otak di area postrema.

FARMAKOKINETIK
Absorpsi
Per oral : Bioavailabilitas 13-17%. Rendahnya bioavailabitas sistemik ini disebabkan oleh
metabolisme lintas pertama di hati dan metabolisme pada dinding usus. Pengaruh
metabolisme pada dinding usus jelas terlihat pada adanya peningkatan bioavailabilitas
dari 13% ke 23% jika Domperidon tablet diberikan 90 menit sebelum makan dibandingkan
jika diberikan dalam keadaan perut kosong. Konsentrasi puncak dicapai dalam waktu 30-
110 menit. Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak lebih lama jika obat diminum
sesudah makan. Per rektal : Bioavailabilitas 12%. Konsentrasi puncak dicapai dalam
waktu 1 jam.
Distribusi
91-93% terikat pada protein plasma. Volume distribusi : 5,71 L/kg
Metabolisme
Terutama di hati (metabolisme lintas pertama)
Eliminasi
Waktu paruh eliminasi : 7-9 jam. Sekitar 30% dari dosis oral diekskresi lewat urine dalam
waktu 24 jam. Hampir seluruhnya diekskresi sebagai metabolit. Sisanya diekskresi dalam
feses dalam beberapa hari, sekitar 10% sebagai bentuk yang tidak berubah.

FARMAKODINAMIK
Domperidone merupakan antagonis dopamin yang mempunyai kerja anti emetik.
Domperidone tidak mudah melewati sawar darah otak. Dalam penggunaan
domperidone, terutama pada orang dewasa, efek samping ekstrapiramidal sangat jarang,
tetapi domperidone menstimulasi pelepasan prolaktin dari hipofisis. Efek antiemetik
dapat disebabkan oleh kombinasi efek periferal (gastroprokinetik) dengan antagonis
terhadap reseptor dopamin di kemoreseptor “trigger zone” yang terletak diluar saluran
darah otak di area postrema. Dopamin memfasilitasi aktivitas otot halus gastrointestinal
dengan menghambat dopamin pada reseptor D1 dan menghambat pelepasan asetilkolin
netral dengan memblok reseptor D2. Domperidon merangsang motilitas saluran cerna
bagian atas tanpa mempengaruhi sekresi gastrik, empedu dan pankreas. Peristaltik
lambung meningkat sehingga dapat mempercepat pengosongan lambung.

INDIKASI
 Dispepsia yang disertai masa pengosongan lambung yang lambat, refluks esofagus. Rasa
penuh di epigastrik dan abdomen; mual dan muntah, rasa punas di epigastrik dan
retrosternal
 Mual, muntah, sendawa karena berbagal sebab. Intoleransi saluran pencernaan karena
kemoterapi kanker, digitalis, L-dopa dll. termasuk radioterapi; patologi organ-organ
abdomen; gastrointestinal (gastroenteritis) hepatobiiier, peritoneal, renal; patologi
pediatrik karena kelainan fungsional (misalnya pilorospasme dan muntah siklik) maupun
organik, intoksikasi, karena infeksi, diet atau asetonemia

DOSIS, CARA PEMBERIAN DAN LAMA PEMBERIAN


 Dewasa (termasuk usia lanjut): 10 - 20 mg, dengan interval waktu 4 - 8 jam.
 Anak: 0,2mL/kgBB 3x sehari dengan sediaan sirup 5mg/5ml dalam botol 60 ml.

KONTRAINDIKASI
Prolaktinoma, gangguan hati, dimana peningkatan motilitas gastro-intestinal dapat
berbahaya. Hipersensitif terhadap Domperidon.

INTERAKSI DENGAN PRODUK OBAT LAINNYA


Dengan Obat Lain
Analgesik opioid dan antimuskarinik memberikan efek antagonis terhadap efek
prokinetik dari Domperidon. Domperidon dimetabolisme melalui cytochrome P450
isoenzyme CYP3A4; penggunaan bersama dengan Ketoconazole telah dilaporkan
meningkatkan kadar plasma Domperidon 3 kali lipat dan sedikit penambahan panjang
interval QT. Risiko aritmia pada Domperidon juga meningkat jika digunakan bersama
Ketoconazol. Inhibitor CYP3A4 yang poten seperti Erythromycin atau Ritonavir juga
meningkatkan konsentrasi Domperidon, sehingga sebaiknya kombinasi ini dihindari.
Absorpsi oral Domperidon menurun jika sebelumnya diberikan Cimetidine 300 mg atau
larutan Sodium bikarbonat. Domperidon merupakan antagonis efek hipoprolaktinemia
dari Bromkokriptin.

Dengan Makanan : -

EFEK SAMPING OBAT


Gangguan gastrointestinal termasuk kram (jarang), efek ekstrapiramidal (sangat jarang),
dan kemerahan pada kulit. Hiperprolaktinemia / terjadi peningkatan konsentrasi
prolaktin plasma, yang menyebabkan galactorrhoea atau gynaecomastia.

4. Acran (Isi: Ranitidine)


Adalah Antagonis Reseptor H2 yang bekerja dengan memblok reseptor histamin pada sel
parietal, sehingga sel parietal tidak dapat dirangsang untuk mengeluarkan asam lambung.

• Indikasi :
– Efektif mengatasi gejala akut tukak lambung dan mempercepat penyembuhan
– Hipersekresi patologis ( syndroma Zollinger Ellison)
– Profilaksis stress Ulcer

• Kontraindikasi :
– Pasien yang hipersensitif terhadap ranitidine atau H2 reseptor lainya
• Efek samping : Nyeri kepala, pusing, malaise, mialgia, diare, ruam kulit, kehilangan libido
dan impoten.

• Interaksi Obat :
– H2 bloker + Aspirin, Glibenclamid, Tolbutamid > Kelarutan obat Aspirin,
Glibenclamid dan Tolbutamid akan meningkat, sehingga absorpsi obat tersebut
akan meningkat.
– H2 bloker + Ketokonazole dan Itrakonazole > Kelarutan obat Ketokonazole dan
Itrakonazole akan menurun, sehingga absorpsi obat tersebut akan menurun.
– Ranitidine + Antasida > Absorbsi obat H2 bloker akan menurun
– Ranitidine + Prokainamid > penurunan klirens prokainamid ( Kompetisi Substra P-
glikoprotein)

• Bentuk sediaan : Tablet 150 mg, Tablet 300 mg, Inj. Ampul 25 mg/ml (Acran)

• Dosis Pemberian
– Oral : 150 mg 2 kali sehari atau
– Oral 300 mg sekali sehari >> selama 4 minggu
– Injeksi : 50 mg ( 2 ml) tiap 6-8 jam

• Opini :
– Dalam kasus ini dikatakan pasien anak, 5 tahun datang dengan keluhan muntah >
5 kali dalam 1 hari, sejak 2 hari yang lalu.
– Keluhan muntah tersebut disertai dengan keluhan nyeri ulu hari, dan tidak
disertai demam.
– Mungkin bisa kita pikirkan anak ini mengalami masalah pada GI track ( seperti
Gastroenteritis atau gastritis sehingga menimbulkan gejala dispepsia. Oleh
sebab itu, kalau dilihat dari indikasi pemberian nya, mungkin pemberian ranitide
dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya luka pada sal. Cerna)
– Namun, pada kasus ini juga anak tersebut juga sudah mendapat pengobatan
sebelumnya dengan obat antasid dan domperidone (obat yang bekerja sentral
untuk mengatasi muntah) jadi untuk pengobatan selanjutnya sebaiknya tidak
diberikan tambahan obat lainnya yang berefek sama dengan pertimbangan ES
yang mungkin timbul dan usia pasien yang masih 5 tahun.
– Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengatasi mual pasien, bila
masih berkelanjutan

5. Ceftriaxone
Jenis / Golongan •Antibiotik, Sefalosporin Generasi III

•Infeksi saluran nafas, THT, sal.kemih, sepsis, meningitis, tulang,


Indikasi sendi & jar. Lunak, intra abdominal, genital (termasuk GO), dgn
gangguan mekanisme pertahanan tubuh, profilaksis pra op.

Kontraindikasi •Hipersensitif terhadap sefalosporin, penisilin (reaksi silang)

•Gangguan gastrointestinal, reaksi kulit, hematologi, sakit


Efek Samping kepala, pusing, reaksi anafilaktik

Farmakokinetik:
- Diabsorpsi cepat dan utuh pada pemberian intramuskuler
- Terikat pada protein plasma sekitar 83-96%
- Tidak dapat di ekskresi melalui hemodialisis.
Interaksi Obat:
• Dengan Aminoglikosida memberi efek aditif, sinergis
Opini:
Obat ini merupakan golongan sefalosporin generasi ketiga, umumnya aktif terhadap
kuman Gram-positif, tetapi kurang aktif dibandingkan dengan sefalosporin generasi
pertama. Pada kasus ini diberikan Ceftriaxone bukan atas indikasi diagnosa pasien (obs.
vomitus). Melainkan obat ini diberikan pada PH1, dimana hasil laboratorium sudah
diperoleh, yakni diketahui pasien mengalami leukositosis (Leukosit: 13.1 ribu/μL).

Anda mungkin juga menyukai