Anda di halaman 1dari 5

TUGAS AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

(AIK)

“RESUME BAB VIII


ISLAM DAN SENI BUDAYA”

OLEH :
FATHIN NUR ANISAH (201610330311076)

MUTHAWASITTIN A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
BAB VIII
ISLAM DAN SENI BUDAYA

A. Pengertian seni dan Budaya


Seni dalam bahasa Arab disebut al-Fannu, dalam bahasa Inggris disebut sebagai art
, sedangkan menurut bahasa Indonesia seni merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
karya cipta yang melibatkan rasa (M. Dahlan al Barry ;1994 ; 701) dan perasaan diri
seseorang, berkaitan erat dengan estetika, dan bersifat subjektif.
Budaya lebih banyak berurusan dengan masalah etis. Dalam kamus bahasa
Indonesia istilah budaya diasalkan dari kata budi dan daya yakni segala upaya manusia
dalam menggunakan akal dan perasaan untuk membedakan baik dan buruk segala sesuatu.
Selain itu budaya dikatakan sebagai cipta, karsa dan rasa manusia. Cipta merupakan
potensi dalam diri manusia untuk berbuat sesuatu menurut akal budi, karsa adalah
kehendak yang mendorong manusia dalam berbuat dengan potensi ciptanya dan rasa akan
memberikan sentuhan akhir pada hasil penciptaan. Setiap budaya juga mengandung nilai
seni.
B. Pandangan Islam tentang Seni dan Budaya
Islam dianggap sebagai sebuah peradaban juga bersentuhan dengan persoalan seni
dan budaya.
Manusia sebagai khalifah di bumi merupakan wakil Allah dalam upaya pelestarian bumi
sebagai manifestasi budaya. Pemeliharaan tanda beradab, manusia yang beradab jelas
berbudaya. Ditegaskan lagi di Q.S. Huud ; 61.
Pada dasarnya Islam tidak jauh dari kehidupan seni dan budaya. Kenyataannya dapat
dilihat dari peninggalan peradaban masa lampau berupa bangunan-bangunan masjid atau
gedung bernuansa islami yang sudah diakui dunia akan keindahan dan ketinggian nilai
seninya. Arsitektur masjid Cordoba di Spanyol, masjid Dzene di Mali, masjid Xi’an di
China, atau masjid Larabanga di Ghana, misalnya. Sejalan dengan yang dikatakan Ibn
Mas’ud dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim “sesungguhnya Allah
itu Maha Indah dan mencintai keindahan.”
C. Prinsip-prinsip Islam dalam Melakukan Aktivitas Seni dan Budaya
Prinsip yang bisa dipegang oleh Islam dalam melakukan aktivitas seni dan budaya
dengan merujuk pada keterangan yang ada dalam al-Qur’an atau hadits Nabi Muhammad
SAW :
Pertama, kegiatan seni dan budaya itu tidak menjauhkan umat dari aqidah mereka.
Kedua, kegiatan seni dan budaya harus mengajak umat kepada kebaikan bukan
kerusakan. Q.S.Ali Imran :3 :104.
Ajakan kebaikan dan penghindaran terhadap kemungkaran dapat menjadi titik tolak
umat muslim dalam melakukan kegiatan seni dan budaya. Kesenian membentuk manusia
berbudaya yang beradab, bukan sebaliknya.
Ketiga, kegiatan seni dan budaya seharusnya membawa manfaat bukan mudharat.
Azas fungsional seharusnya juga menjadi pertimbangan lain dalam berkarya seni. Q.S.
Qaf (50); 6). Di samping manfaat batin, ada pula manfaat lahir. Secara ekonomi berkarya
seni mudah dimanfaatkan sebagai bentuk profesi. Secara sosial, seni bermanfaat bagi
masyarakat.
Keempat, kegiatan seni dan budaya berguna untuk mempererat ukhuwah dan
silahturrahmi antar manusia. Ini merupakan tujuan akhir manusia sebagai makhluk sosial
dan budaya. Sosialisasi dimaksudkan untuk sarana aktualisasi diri yang tidak mencederai
perasaan sosial di masyarakat (Q.S. al-Hujurat (49); 11).
D. Seni sebagai Media Dakwah
“Barang siapa yang melihat perbuatan mungkar, hendaklah ubah dengan tangan.
Kalau tak kuasa (dengan tangan), ubahlah dengan lidah. Dan kalau tak kuasa (dengan
lidah), maka ubahlah dengan hati. Dan ini (dengan hati) adalah selemah-lemah iman”
(Hadits Riwayat Muslim).
Kegiatan seni dan budaya sangat melekat pada pribadi Islam, ditunjukkan dalam
ayat yang berkenaan dengan seni budaya dan kegiatan berkesenian dan berbudaya. Sejarah
awal masa kerasulan Muhammad Saw membuktikan bagaimana kaum Anshar menyambut
kedatangan beliau di Madinah dengan mendendangkan lagu-lagu selamat datang.
Seni sebagai ungkapan hati yang terdalam membawa pesona keindahan yang mampu
menghanyutkan penikmatnya (Q.S. al-Muzammil (73) : 4).
“ Hiasilah Qur’an dengan suara-suara kalian yang bagus” (H.R. Thabrani)
“Hiasilah Qur’an dengan suara-suaramu yang bagus. Sesungguhnya suara yang
bagus itu akan menambah keindahan Qur’an”(H.R. Hakim)
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Q.S. Luqman (31) ; 19)
Keterpesonaan manusia pada suara dimaksudkan sebagai sarana penyebaran ayat-
ayat Allah SWT.
Bukan saja seni suara yang mampu mendakwahkan kebaikan dan kebenaran.
Banyak media seni lain yang mempunyai kapasitas sama, seperti seni lukis kaligrafi
Qur’an, seni pahat arsitektur, seni tari dan sebagaimya.
Arsitektur dalam Islam juga memperlihatkan hal yang demikian fenomenal.
Dinding-dinding masjid, Seni tari yang dikatakan sebagai olah gerak tubuh. Apa yang
dilakukan oleh penari adalah penggambaran kehidupan yang diterjemahkan melalui
bahasa tubuh. Setiap gerak membawa nuansanya masing-masing ; kesedihan, kemarahan,
kekecewaan, kegembiraan dan sebagainya.
Daftar Pustaka

Al-Bayan, Shahih Bukhari-Muslim, 2008, Bandung ; Penerbit Jabal


Ali Anwar Yusuf dkk, “Afeksi Islam” ; Menjelajahi Nilai-rasa Transendental bersama Al-
Qur’an, 2006, Bandung ; Tafakur
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, 2011, Solo ;At-Tibyan.
Deliar Noer, Islam dan Masyarakat, 2003, Jakarta ; Yayasan Risalah.
Ibnu Taymiyyah, Al-Hasanah wa al-Sayyi’ah (terj.), 2005, Jakarta ; PT. Serambi Ilmu
Semesta
Imam An-Nawawi, Riyadhus Shalihin, 2003, Sukoharjo ; Penerbit Insan Kamil
M. Thoyibi, dkk (ed), Sinergi Agama dan Seni Lokal : Dialektika Muhammadiyah dan
Seni Lokal, 2003, Surakarta ; Muhammadiyah University Press
Shihab, M.Quraish, Wawasan al-Qur’an ; Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai persoalan Umat,
1998, Bandung ; Penerbit Mizan
Tim Daar Al Bazz, Syarah Hadits Qudsi, 2003, Jakarta ; Pustaka Azzam.
Team As-Salam, Hadist Shahih Al-Bukhari, 2011, Solo ; Penerbit As-Salam

Anda mungkin juga menyukai