Anda di halaman 1dari 6

DOMINANSI APIKAL

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FISIOLOGI TUMBUHAN

Yang dibimbing oleh Bapak Drs.Sarwono M.Pd

Oleh :

Offering C/ Kelompok 4

1. Hanifa Fitria R. (130341614781)


2. Herliza Basyarotun A. (130341614782)
3. Kiki Elita Silviana (130341614850)
4. Mayang Puspa Rena (130341614833)
5. Sasti Alvionita (130341614828)
6. Shinta Kumalasari (130341614836)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
NOVEMBER 2014
Topik : Dominansi Apikal
Tanggal : 1-29 Oktober 2014
Tujuan :
Mahasiswa mengetahui :
a. Pengaruh dominansi apikal terhadap pertumbuhan tunas lateral
b. Pengaruh auksin terhadap dominansi apikal
Data Pengamatan

Tunas Lateral
Minggu Ke- Pucuk Apikal Pucuk Apikal Pucuk apical dipotong
dibiarkan (A) dipotong (B) – Lanolin (C)
1 Tumbuh 6 tunas - -
2 Tumbuh 8 tunas - -
3 Tumbuh 12 tunas 1 -
4 Tumbuh 15 tunas 2 1

Pembahasan
Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses yang kompleks yang merupakan
proses yang vital menyebabkan suatu perubahan yang tetap pada setiap tanaman atau
bagiannya dipandang dari sudut ukuran, bentuk, berat dan volumenya. Pertumbuhan
tanaman setidaknya menyangkut beberapa fase atau proses diantaranya: (1) Fase
pembentukan sel, (2) Fase perpanjangan dan pembesaran sel (3) Fase diferensiasi sel
(Dwijoseputro, 1983).
Tunas apikal adalah tunas yang tumbuh di pucuk(puncak) batang. Dominasi
apikal dan pembentukan cabang lateral dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi
hormon. Dominasi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan
tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Selama masih ada tunas pucuk atau apikal,
pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk.
(Morris,2006).
Dominansi apikal disebabkan oleh auksin yang di difusikan tunas pucuk ke
bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral. Hal ini akan menghambat
pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Pucuk apikal
merupakan tempat memproduksi auksin (Dahlia, 2001).
Auksin merupakan hormon yang berperan dalam penghambatan tunas lateral.
Sifat penting dari auksin ialah dapat merangsang dan menghambat pertumbuhan.
Auksin berperan penting dalam perubahan sel, perbanyakan sel dan pemanjangan sel.
Auksin terdapat pada bagian pucuk apikal tanaman (Wattimena 1998).
Auksin merupakan hormon pertama yang ditemukan dan disintesis dalam
batang, akar apeks dan di transportasikan di aksis tanaman. Hormon auksin
diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman. Dominansi apikal biasanya
ditandai dengan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti pertumbuhan akar, batang,
dan daun ( Hopkins, 1995 ).
Dominansi apikal dapat dikurangi dengan memotong bagian pucuk tumbuhan
sehingga produksi auksin yang disintesis pada pucuk akan terhambat bahkan terhenti.
Hal ini akan mendorong pertumbuhan tunas lateral atau ketiak daun. Auksin yang
terhenti dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan
Lanolin untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya (Salisbury, 1995).
Pemberian auksin pada tumbuhan yang telah dipangkas dapat menghambat pula
perkembangan tunas lateral, suatu keadaan yang mirip dengan dominansi tunas
apikal, dengan demikian tunas lateral tetap dominan. ( Katuuk, 1989 ) .Pemberian
auksin pada tumbuhan yang telah dipangkas dapat menghambat pula perkembangan
tunas lateral, suatu keadaan yang mirip dengan dominansi tunas apikal, dengan
demikian tunas lateral tetap dominan. ( Katuuk, 1989 ).
Pada pengamatan dominansi apikal, tanaman yang digunakan dibagi dalam tiga
perlakuan, antara lain tanaman A dibiarkan tumbuh apa adanya, tanaman B dipotong
tunas apikalnya, dan tanaman C dipotong tunas apikalnya kemudian diberi lanolin
yang mengandung auksin 0,01%. Minggu pertama pada tanaman A, tumbuh 6 tunas,
minggu kedua tumbuh 2 tunas, minggu ketiga 4 tunas, minggu keempat tumbuh 3
tunas. Jadi, jumlah keseluruhan tunas lateral pada tumbuhan A sebanyak 15 tunas.
Pada tumbuhan kontrol ini tunas tumbuh paling cepat dan tumbuh tunas apikal. Hal
ini dikarenakan tidak adanya yang menghambat produksi auksin pada pucuk
tumbuhan, sehingga tumbuhan dapat tumbuh dengan baik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Wattimena,1998 yang menyatakan bahwa auksin berperan penting dalam
perubahan sel, perbanyakan sel dan pemanjangan sel. Auksin terdapat pada bagian
pucuk apikal tanaman. Tumbuhan ini tumbuh tunas apikal dan tunas lateral terhambat
pertumbuhannya, fenomena ini biasa disebut dominansi apikal yaitu tunas apikal
lebih dominan dari pada tunas lateral, hal ini sesuai dengan pernyataan Morris,2006
yang menyatakan bahwa selama masih ada tunas pucuk atau apikal, pertumbuhan
tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk.
Pada tumbuhan B, minggu pertama dan minggu kedua tidak tumbuh tunas, hal
ini dikarenakan pada pucuk apikal terjadi penghentian produksi auksin karena
dipotong, sehingga terjadi penghambatan pertumbuhan. Pada minggu ketiga tumbuh
1 tunas, minggu keempat 2 tunas. Jadi, jumlah keseluruhan tunas lateral pada
tumbuhan B sebanyak 3 tunas. Pada tumbuhan B terjadi pertumbuhan tunas lateral
karena saat pucuk tumbuhan dipotong dan terjadi penghentian produksi auksin,
sehingga mendorong tumbuhnya tunas lateral, hal ini sesuai dengan pernyataan
Wattimena 1998, yang menyatakan bahwa auksin merupakan hormon yang berperan
dalam penghambatan tunas lateral. Pada perlakuan memotong pucuk tanaman ini
dapat mengurangi dominansi apikal karena dengan memotong bagian pucuk
tumbuhan, produksi auksin yang disintesis pada pucuk tumbuhan akan terhambat
bahkan terhenti, hal ini akan mendorong pertumbuhan tunas lateral atau ketiak daun
(Salisbury, 1995).
Pada tumbuhan C, minggu pertama sampai dengan minggu ketiga tidak
tumbuh tunas, hal ini mungkin auksin yang diberikan dalam bentuk IAA tidak
bekerja maksimal, kemungkinan terjadi karena tempat tumbuhan yang kita amati
terletak didaerah yang terkena sinar matahari langsung, sehingga kerja hormon auksin
terhambat, hal ini sesuai dengan pendapat Wattimena, 1998 yang menyatakan bahwa
kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh
cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat,
sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti
arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme. Atau karena ada faktor
lain yaitu hormon auksin alami bekerja lebih aktif dengan keadaan tanaman sehingga
auksin dapat bekerja optimal. Berbeda dengan auksin sintetik yang bekerja kurang
aktif terhadap penghambatab tunas lateral dan kurang adaptif dengan keadaan
tanaman, sehingga untuk bekerja optimal auksin sintetik harus beradaptasi dahulu
dengan lingkungan internak tanaman. Sedangkan pada minggu keempat tumbuh 1
tunas. Jadi, jumlah keseluruhan tunas lateral pada tumbuhan C sebanyak 1 tunas.
Pada tumbuhan ini tumbuh tunas apikal karena meskipun tumbuhan yang dipotong
pada bagian pucuknya kemudian terjadi penghambatan sintesis auksin dapat
digantikan dengan pemberian lanolin yang berperan sebagai pengganti hormon
auksin tersebut. Sehingga dengan adanya hormon auksin tesebut dapat menghambat
tumbuhnya tunasa lateral, hal ini sesuai dengan pendapat Katuuk, 1989 yang
menyatakan bahwa Pemberian auksin pada tumbuhan yang telah dipangkas dapat
menghambat pula perkembangan tunas lateral, suatu keadaan yang mirip dengan
dominansi apikal, dengan demikian tunas lateral tetap dominan.

Kesimpulan
 Pada tumbuhan kontrol (A) terjadi dominansi apikal karena tunas apikal
tumbuh secara dominan dan menghambat tumbuhnya tunas lateral.
 Pada tumbuhan B pucuk tumbuhan dipotong yang mengakibatkan sintesis
hormon auksin yang dihasilkan pada pucuk tumbuhan terhambat sehingga
mendorong tumbuhnya tunas lateral. Hal ini dapat mengurangi terjadinya
dominansi apikal
 Pada tumbuhan C pucuk tumbuhan di potong kemudian diolesi dengan lanolin
yang berfungsi sebagai pengganti hormon auksin sehingga dapat mendorong
tumbuhnya tunas apikal. Hal ini menyebabkan terjadinya dominansi apikal.
Daftar Pustaka
Dahlia.2001. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Malang: UM Press.
Dwijoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Hopkins W G. 1995. Introduction to Plant Physiology. New York: John Willey and
Sons, Inc.
Katuuk. 1989. Tehnik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman. Jakarta:
Departemen Pendidikan.
Morris. 1996. Exogenous Auxin Effects on Lateral Bud Outgrowth in Decapitated
Shoots. Jounals Annals of Botany. (online).
http://aob.Oxfordjournals.org/content/78/2/255.full.pdf.diakses 3 november
2014
Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I edisi IV. Bandung: ITB Press.
Wattimena G A. 1998. Zat Pengatur Tubuh Tanaman. Bogor: Pusat Antar
Universitas Bogor.

Anda mungkin juga menyukai