A. Pendahuluan
Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap produksi biogas
dan tahap pengujian biogas.Tahap produksi biogas dimulai sejak pe- nyiapan
alat hingga selesai fermentasi, dan tahap pengujian biogas merupakan
serangkaian pengu- jian untuk mengetahui parmeter biogas.
B. Variabel
Penelitian ini meng- kaji pengaruh EM4 (Effective Microorganism-4)
terhadap massa, nilai kalor, dan kecepatan pem- bentukan biogas dari eceng
gondok. Percobaan dilakukan dalam anaerobic digester berukuran 4 liter,
bahan baku yang digunakan adalah eceng gondok, rumen sapi, dan air dengan
variabel penambahan EM4 sebesar 1% dan 0%. Fermentasi dilakukan secara
batch dengan penguku- ran gas (temperatur, tekanan, dan massa) setiap 7 hari
sekali sampai hari ke-35. Sebelum pros- es fermentasi, dilakukan pengujian
terhadap rasio C/N campuran bahan baku. Pembakaran gas dilakukan untuk
membuktikan gas yang didapat mengandung metana. Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa rasio C/N untuk variabel dengan penambahan EM4 1%
sebesar 5,33 dan rasio C/N untuk variabel dengan penambahan EM4 0%
sebesar 7. Jadi, penambahan EM4 dapat menurunkan rasio C/N. Sementara itu,
hasil fermentasinya memperlihatkan bah- wa EM4 memperkecil produksi
biogas meskipun proses pembentukannya cepat. Massa total biogas yang
didapat pada variabel EM4 1% sebesar 1,1 g dan variabel EM4 0% sebesar
1,55 g. Tekanan biogas mengalami fluktuasi (pada variabel EM4 1% sebesar
35,6 cmH2O, sedangkan pada variabel EM4 0% sebesar 40,6 cmH2O).
Berdasarkan simulasi menggunakan chemical process simulator software,
diketahui heating value biogas sebesar 39.180 kJ/kg.
C. Bahan
1. Eceng gondok yang dicacah
2. Air
3. Kotoran sapi
D. Alat
1. Rangkaian Digester
2. Manometer, termometer, korek api, selang dan sejumlah kran
E. Prosedur Penelitian
Biogas yang didapat dialirkan ke dalam balon, menggelembungnya balon
menunjukkan adanya aliran massa gas ke dalam balon. Kemudian
dilakukan pengukuran tekanan dengan menggunakan manometer pipa U
berisi aquades. Beda ketinggian dalam pipa menunjukkan be- sarnya
tekanan per cmH2O. Sebelum di- lakukan pemanenan gas, terlebih dulu
balon sebagai tempat gas ditimbang. Kemudian gas baru dialirkan ke
dalam balon. Gas yang berada dalam balon ditutup rapat-rapat dan
dilepaskan dari digester dan manometer pipa U, kemudian ditimbang
bdsersamaan dengan gas yang masih berada di dalamnya. Massa
menunjukkan berat balon ditambah berat gas. Pengukuran temperatur
dilakukan dengan menancapkan termometer ke digester. Kemudian
didiamkan selama beberapa menit hingga temperatur konstan. Kemudian
dilakukan pencacatan. Pengukuran temperatur tersebut berdasarkan
pemuaian raksa yang ter- lihat dalam skala termometer. Uji pembakaran
dilakukan dengan mengalirkan gas yang terdapat pada balon ke sumber
panas. Sumber panas yang digunakan adalah korek api. Gas dikeluarkan
se- dikit demi sedikit berdasar bukaan pada kran. Ketika dibakar, biogas
akan menampakkan api yang berbeda dari korek api yang digunakan. Api
yang semakin besar dan berwarna biru menunjukkan adanya gas metan
yang terkandung dalam biogas.
F. Prosedur Analisa
1. Pengaruh EM4 terhadap Rasio C/N
Tabel 1 tentang pengaruh EM4 terhadap Rasio C/N menunjukkan
bahwa penambahan EM4 dapat menurunkan rasio C/N, penurunan tersebut
mengindikasikan bahwa EM4 mengan- dung nitrogen, sehingga ketika
ditambahkan, maka kadar nitrogen akan bertambah dan rasio C/N akan
menurun. Meningkatnya kandungan nitrogen ini diduga disebabkan oleh
semakin ba- nyak volum EM4 yang ditambahkan sehingga jumlah mikroba
sebagai agen pendekomposisi bahan organik akan semakin banyak pula,
akibatnya nilai total N anorganik dalam senyawa NH4+ dan NO3- sebagai
hasil dari dekomposisi bahan organik (protein) akan semakin meningkat
pula (Kurniawan, 2013). Selain itu, penurunan unsur C disebabkan oleh
aktivitas mikroorganisme dalam menghasilkan energi. Hal tersebut
diperkuat oleh Sundari (2012) yang menyatakan bahwa karbon merupakan
suatu kandungan pada tanaman yang berfungsi sebagai sumber energi, dan
nitrogen merupakan salah satu unsur untuk pertumbuhan vegetatif dan
pembentukan protein.
Jenis BahanC-organik N total
Baku
0 0 0
1 0,4 0,59
2 0,47 0,63
3 1,29 0,76
4 1,43 0,79
5 1,55 1,1
Berdasarkan Tabel 1 tentang pengaruh penambahan EM4 terhadap rasio C/N dan
Tabel 2 tentang pengaruh EM4 terhadap massa biogas, dapat disimpulkan bahwa
EM4 dapat menurun- kan rasio C/N dan penurunan rasio C/N terse- but
berbanding lurus terhadap penurunan biogas yang dihasilkan. Hal tersebut
diperkuat dalam penelitian Tubagus (2009) yang menyatakan bahwa rasio C/N
berpengaruh signifikan dalam produksi biogas.
sebesar 40,6 cm- H2O. Data tersebut berbanding lurus dengan data massa biogas
pada variabel penambahan EM4 se- besar 0% pada minggu ketiga, yaitu sebesar
0,82g. Pada teori gas ideal besarnya tekanan akan ber- banding lurus dengan mol
gas, dan besarnya mol dapat diketahui berdasar massa per berat massa atom.
Hubungan antara massa dan tekanan biog- as ditunjukkan oleh Gambar 2 dan 3.
0 0 0
1 12,3 31,7
2 36 34
3 40,6 36,5
4 22,3 23
5 20,5 20
Gambar 2. Kurva Tekanan Biogas
Kondisi operasi reaktor menjadi salah satu hal penting dalam proses
fermentasi. Reaktor yang bagus harus mampu memberikan kondisi operasi yang
stabil dan tidak terpengaruh oleh lingkungannya.
kosong, kemudian di ujung balon diberikan valve untuk membuka dan menutup
aliran gas. Pembakaran dilakukan dengan menyalakan api menggunakan korek,
kemudian valve dibuka sehingga gas bisa keluar, ketika gas keluar dan kontak
dengan api, maka terjadilah pembakaran, kemudian api dimati- kan dan gas masih
tetap terbakar. Uji pemba- karan juga menunjukkan bahwa gas berwarna biru,
yang menandakan api cukup bagus untuk digunakan sebagai sumber energi. Tabel
5, ten- tang hasil uji pembakaran, menunjukkan bahwa semua gas hasil fermentasi
pada setiap variabel dapat dibakar. Berarti, biogas yang dihasilkan mengandung
metana (CH4).
Pada pembuatan biogas, heating value me- rupakan parameter yang cukup
penting untuk mengevaluasi biogas yang dihasilkan, sehingga heating value perlu
dihitung guna mengetahui kemampuan biogas dalam menghasilkan ener- gi.
variabel penambahan EM4 1%, terjadi pada minggu per- tama, yaitu sebesar 0,59
g/minggu.
Judul : BIOGAS ENCENGGONDOK DAN FESSES
SAPI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIVE
Jurnal : Simposium Nasional RAPI XV
Nomor danVolume Jurnal : -
Tahun : 2016
Penulis : Renilaili, Yanti Pasmawati
A. Pendahuluan
Penelitian ini bertujuan utama adalah untuk mendapatkan Biogas
dengan Nilai Kalor yang tinggi, dengan cara memanfaatkan tanaman enceng
gondok dan menggunakan kotoran sapi (Fesses) sebagai starter dalam
pembuatan biogas , serta peningkatan kualitas biogas dengan penggunaan
bubuk kapur ( CaCO3) yang digunakan untuk mengurangi kadar gas CO2
yang timbul bersama biogas. Adapun tujuan khusus penelitian, antara lain: 1.
Menentukan kondisi optimum dari variabel yang digunakan (tekanan,
temperatur, komposisi bahan baku). 2. Membuat prototipe alat pembuatan
biogas sebagai Teknologi Tepat Guna yang dapat diterapkan di masyarkat.
Biogas dari enceng gondok sebagai energi aternatif diharapkan mampu
menggantikan peran dari energi minyak bumi. Biogas dari enceng gondok
mempunyai nilai kalor yang sangat tinggi. Besarnya energi dalam biogas
tergantung dari konsentrasi gas methana (CH4) didalam biogas tersebut.
Semakin tinggi konsentrasi methana maka semakin besar kandungan energi ,
Nilai Kalor dari biogas adalah 4800-6700 Kkal/m3 biogas (Efriza, 2009 ).
Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa
parameter yaitu menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air serta
Karbon dioksida (CO2). Apabila kadar CH4 yang dihasilkan lebih banyak
dalam komposisi biogas, maka kualitas biogas yang baik akan tercapai , serta
akan mempunyai nilai kalor yang tinggi, yang langsung bisa terlihat dari hasil
uji test nyala dari biogas yang berwarna biru. Manfaat Penelitian dengan
adanya penelitian ini didapatkan biogas sebagai bahan bakar alternative yang
ramah lingkungan. Energi biogas merupakan energi terbarukan , bahan baku
mudah didapat khususnya daerah sumatera selatan, banyak sekali rawa-rawa
yang ditumbuhi tanaman enceng gondok, yang dapat digunakan sebagai bahan
baku , sedangkan fesses sapi berfungsi sebagai starter.
B. Variabel
C. Bahan
Bahan utama yang digunakan pada proses pembuatan biogas adalah
Enceng gondok yang didapat dari daerah Musi II kota Palembang, Fesses
sapi starter yang didapat dari daerah Peternakan sapi, sedangkan bahan
pembantu berupa bubuk kapur (CaCO3).
D. Alat
3 buah Tangki digester (sebagai reaktor), 3 buah thermometer ( oC) , 3
buah alat pengukur tekanan (mmHg),selang plastik ½ inchi , 3 buah pipa
tembaga ( sebagai alat penghubung ) , Blender(sebagai alat penghancur
enceng gondok) dan Alat on/off.
E. Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen
di dalam laboratorium,ada 3 macam eksperimen yang dilakukan, ke 3 macam
eksperimen dilakukan dengan cara yang sama, hanya perbedaannya pada
eksperimen I tidak ada penambahan kapur, sedangkan pada ekxperimen II ada
penambahan kapur sebanyak 0,3%, sedangkan pada eksperimen ke III
penambahan kapur sebanyak 0,6%. Perlakuan pertama dengan menghaluskan
enceng gondok, kemudian mencampurkan enceng gondok dengan fesses sapi
dan air dengan perbandingan (1 : 1 : 3), setelah dicampurkan kemudian diaduk
supaya mendapatkan komposisi campuran yang homogen. Setelah campuran
tersebut homogen kemudian dimasukkan kedalam reaktor dalam kondisi
anaerob agar fermentasi bisa berlangsung dengan baik.Selama Fermentasi
berlangsung dilakukan pengamatan terhadap temperatur, tekanan dan pH,
selama 60 hari.
Prototipe tabung biogas terbuat dari galon air minum yang mampu
menahan tekanan gas yang bersifat tekanan rendah. Tabung biogas dilengkapi
dengan alat ukur temperatur, alat ukur tekanan, dan lubang untuk pengukuran
nilai pH yang digunakan untuk data pengamatan hasil eksperimen.
Kompor biogas yang dirancang merupakan modifikasi dari kompor gas
elpiji, proses penggunaannya sama dengan kompor gas elpiji, namun proses
aliran penampung biogas ke kompor gas yang berbeda.
Reaksi kimia yang terjadi dalam pembuatan biogas ada 3 tahap:
Pada tahap hidrolisis atau tahap pelarutan ini , bahan yang tidak larut
seperti sellulose, polisakarida dan lemak akan diubah menjadi bahan yang
larut dalam air seperti karbohidrat dan asam lemak tahap pelarutan
berlangsung pada temperatur 25-26 oC. Pada tahap pengasaman dalam
reaktor, akan terjadi reaksi pembentukan asam laktat, dan asam
butirat,sedangkan pada tahap metanogesis, bakteri metana akan secara
perlahan membentuk gas metana dalam kondisi anaerob, proses ini
berlangsung selama 15 hari dengan suhu 28-29oC.
F. Prosedur Analisa
PH optimum pada suatu proses pembuatan biogas yaitu sebesar 7,5 – 7,6,
berdasarkan data yang diamati pada ketiga desain eksperimen, maka kondisi
optimum pada desain eksperimen I yaitu pada hari ke 32 – ke 47, desain
eksperimen ke II yaitu pada hari ke 30 – ke 35, dan desain eksperimen III
yaitu pada hari ke 35 – ke 46.
Uji Manova, Hasil data eksperimen I, II, dan 3 dilakukan uji manova untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap temperatur dan pH. Eksperimen I,II, dan
III tidak mempengaruhi Temperatur dengan P Value 0,232 yang artinya H0
Diterima H1 Ditolak. Eksperimen I, II, dan III tidak mempengaruhi pH
dengan P Value 0,584 yang artinya H0 Diterima H1 Ditolak
Judul :Pemanfaatan Limbah Eceng Gondok Sebagai
Energi Biogas Dengan Menggunakan Digester
Jurnal : Jurnal ilmu-ilmu teknik elektro dan rekayasa
Volume Jurnal : Vol.2 No.2
Tahun : 2018
Penulis : Herman Nawir, Muhammad Ruswandi Djalal,
Apollo
A. Pendahuluan
Penelitian ini bertujuan untuk merancang alat yang akan digunakan untuk
mengolah eceng gondok sehingga dapat menghasilkan energi biogas. Komponen
utama dari peralatan yang dibuat terdiri dari digester, perangkap air, wadah gas,
dan kompor gas, masing-masing dibuat 3 peralatan. Percobaan dilakukan
menggunakan 3 buah digester dimana masing-masing digester diisi dengan 10kg
enceng gondok dan starter berbeda. Digester A menggunakan starter 0,5 liter
EM4 yang dicampur dengan 4,5 liter air. Digester B menggunakan starter 5 kg
kotoran sapi dicampur dengan air 3 liter. Dan digester C menggunakan starter 5
kg kotoran sapi dicampur dengan 0,5 liter EM4 dan 4, 5 liter air. Kemudian lihat
perkembangan biogas selama proses fermentasi (35 hari).
B. Variabel
C. Bahan
Eceng gondok, air, stater EM4 dan stater kotoran sapi sebagai bahan baku
pembuatan biogasnya.
D. Alat
Digester
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Hidrolisis`
Padatahap hidrolisis terjadi pemecahan polimer menjadi polimer
yang lebih sederhana oleh enzim dan dibantu dengan air. Enzim tersebut
dihasilkan oleh bakteri yang terdapat dari bahan-bahan organik. Bahan
organik bentuk polimer dirubah menjadi bentuk monomer. Contohnya
lidnin oleh enzim lipase menjadi asam lemak. Protein oleh enzim
protease menjadi peptide dan asam amino. Amilosa oleh enzim amylase
dirubah menjadi gula (monosakarida) [20].
Contoh bakteri ini menggunakan asam asetat, hidrogen (H2) dan karbondioksida
(CO2) untuk membentuk metanadan karbondioksida (CO2). Bakteri penghasil
metan memiliki kondisi atmosfer yang sesuai akibat proses bakteri penghasil
asam. Asam yang dihasilkan oleh bakteri pembentuk asam digunakan oleh bakteri
pembentuk metan. Tanpa adanya peroses simbiotik tersebut, maka akan
menimbulkan racun bagi mikroorganisme penghasil asam [20].
Gambar 1. Tahapan Pembentukan Biogas [20]
F. Prosedur Analisa
1 A 6.3 7.5
2 B 7.5 7.5
3 C 5.5 7.6
0.
35
0.3
10 20 30 40
0.
25
Grafik Hubungan Suhu terhadap Waktu pada Digester A, Digester B, dan
DigesterC.
Fermentasi (Hari)
36
35
34
33
32
30
Suhu
(°C)
29
10 20 30 40
Penurunan suhu yang terlihat jelas terjadi antara hari ke- 12 dan ke-13.Hal
ini dipengaruhi oleh pelepasan gas yang ada dalam digester, namun tidak
mempengaruhi produksi biogas yang masih berlangsung.Kemudian kembali
mengalami kenaikan pada hari ke 14.