Dosen Pembimbing :
Suriana, S.Kep.Ns.M.Kep.
Disusun Oleh:
1. Debby Apriliani (P27820318053)
2. Hetty Nur Azizah (P27820318054)
3. Alfira Intan Assabillah (P27820318055)
4. Albi Husein Mahendra (P27820318056)
5. Rizka Fadilla Octavia (P27820318057)
6. Ainur Rizqiyah (P27820318058)
7. Wadahnia Nur Cahyani (P27820318059)
8. Fitriatun Ulfa (P27820318060)
9. Achmad Alam Kadafi (P27820318061)
10. Erna Dwi Nur Aini (P27820318062)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO
Jl. Parangkusumo No. 1 Telp. (031) 3550163 Surabaya 60176
A. MENTAL
1. Definisi Mental
Mental adalah suatu usaha sadar yang dilakukan untuk memelihara, melatih, membimbing,
dan mengarahkan batin dan watak atau mental manusia yang lebih baik supaya menjadi
manusia seutuhnya. Artinya sosok manusia yang mempunyai kekuatan baik fisik maupun
psikis dan mampu mengadakan perubahan-perubahan dalam tingkah laku dan sikap di masa
yang akan datang di dalam lingkungannya.
c. Sehat mental jika jalan dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya
Michael dan Kirk, memandang bahwa individu yang sehat mentalnya jika terbebas dari
gejala psikiatris an individu itu berfungsi secara optimal dalam lingkungan sosialnya.
Pengertian ini menurut Notosoedirdjo bahwa seseorang yang sehat mental itu jika sesuai
dengan kapasitasnynya diri sendiri, dapat hidup tepat yang selaras dengan lingkungan.
Meski demikian konsep ‘hidup selarasdengan lingkungan’ dapat menjerumuskan
seseorang, maksudnya bahwa adaptasi tanpa selektif selalu ingin menyerupai atau
mengikuti kehendak lingkungan juga pada dasarnya tidak sehat.
d. Sehat mental karena tumbuh dan berkembang secara positif
Fran, L.K. merumuskan kesehatan mental secara lebih komprehensiof dan melihat sisi
kesehatan mental secara ‘positif’, di kemukakan bahwa orang yang terus menerus tumbuh.
Berkembang dan matang dalam hidupnya, menerima tanggung jawab, menemukan
penyesuaian dalam berpartisipasi dan dalam memelihara aturan soasial dan tindakan dan
budayanya. dalam Notosoedirdjo dan Latipun (2005: 25)
b) Perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau melanggar norma social.
Setiap masyarakat memiliki norma-norma (standar) yang menentukan jenis perilaku yang
menentukan jenis perilaku yang dapat dan diterima dalam beragam konteks tertentu.
Perilaku yang diangap normal dalam satu budaya mungkin dipandang sebagai abnormal
dalam budaya lainnya. Satu implikasi dari mendasarnya perilaku abnormal pada norma
social adalah bahwa norma-norma tersebiut merefleksikan standar relative, bukan
kebenaran universal. Apa yang normal dalam satu budaya mungkin dianggap abnormal
dalam budaya yang lain.
e) Perilaku berbahaya
Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi oranng itu sendiri dan atau pun bagi orang lain
dapat dikatakan abnormal. Dalam konteks social ini menjadi masalah penting. Orang yang
mengancam atau berupaya untuk bunuh diri karena tekanan hidup sehari-hari biasanya
juga dianggap abnormal.
Dan adapun untuk pendidikan mental dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Mengembangkan potensi-potensi diri.
b. Mengambil Nilai dari Rangkaian Problem yang sedang dihadapi.
c. Memulai sesuatu dengan cinta.
d. Mengembangkan sikap optimis dan Progresif.
e. Mengembangkan inovasi-inovasi.
f. Mengembangkan fleksibelitas dan toleransi.
g. Menanamkan sifat ulet.
h. Sabar dan doa.
http://bkpsdmd.babelprov.go.id/content/etika-berinteraksi-dengan-teman-sebaya
https://id.m.wikihow.com/Berinteraksi-dengan-Orang-Lain?amp=1#
https://www.tommcifle.com/bagaimana-membangun-team-tanpa-meruntuhkan-mental/