Anda di halaman 1dari 9

MENTAL

Dosen Pembimbing :
Suriana, S.Kep.Ns.M.Kep.

Mata Kuliah Agama 2 (Aqidah dan Akhlak)

Disusun Oleh:
1. Debby Apriliani (P27820318053)
2. Hetty Nur Azizah (P27820318054)
3. Alfira Intan Assabillah (P27820318055)
4. Albi Husein Mahendra (P27820318056)
5. Rizka Fadilla Octavia (P27820318057)
6. Ainur Rizqiyah (P27820318058)
7. Wadahnia Nur Cahyani (P27820318059)
8. Fitriatun Ulfa (P27820318060)
9. Achmad Alam Kadafi (P27820318061)
10. Erna Dwi Nur Aini (P27820318062)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO
Jl. Parangkusumo No. 1 Telp. (031) 3550163 Surabaya 60176
A. MENTAL

1. Definisi Mental
Mental adalah suatu usaha sadar yang dilakukan untuk memelihara, melatih, membimbing,
dan mengarahkan batin dan watak atau mental manusia yang lebih baik supaya menjadi
manusia seutuhnya. Artinya sosok manusia yang mempunyai kekuatan baik fisik maupun
psikis dan mampu mengadakan perubahan-perubahan dalam tingkah laku dan sikap di masa
yang akan datang di dalam lingkungannya.

2. Konsep kesehatan mental


Konsep kesehatan mental dari konsep mental hygine. “Mental” dari bahasa Yunani,
pengertiannya sama dengan psyche dalam bahasa Latin berarti psikis, jiwa atau kejiwaan.
Istilah mental hygiene dimaknai sebagai kesehatan mental atau kesehatan jiwa. Istilah mental
hygiene pada banyak literatur dapat pula disebut sebagai psychological medicine, nervous
health atau mental health, meski memiliki maksud yang sama tetapi memiliki kandungan
makna yang berbeda. Kesehatan mental adalah mental hygiene, sedangkan mental health,
bermakna keadaan jiwa yang sehat.
Konsep “sehat” menurut WHO dirumuskan sebagai “keadaan yang sempurna baik fisik,
mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Sehat disini
dimaknai sebagai keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun social. Pengertian
kesehatan menurut WHO merupakan suatu keadaan ideal dari sisi biologis, psikologis, dan
sosial.

a. Sehat mental karena tidak mengalami gangguan mental


Pakar klinis klasik menekankan bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang
tahan terhadap sakit jiwa atau terbebas dari sakit dan gangguan jiwa. Orang yang
mengalami neurosa dan lebih-lebih psikosa dianggap tidak sehat. Orang yang tidak
mengalami neurosa dan psikosa dianggap orang yang sehat. Orang yang sehat dapat diberi
pengertian sebagai “terbebas dari gangguan”.

b. Sehat mental jika tidak sakit akibat adanya Stressor


Clausen dalam Notosoedirdjo dan Latipun (2005: 24) menyatakan bahwa orang yang sehat
mentalnya adalah orang yang dapat menahan diri untuk jatuh sakit akibat stressor (pembuat
stress). Pengertian ini tampaknya lebih menekankan pada aspek individual. Seseorang yang
tidak sakit meskipun mengalami tekanan-tekanan maka menurtut pengertian ini adalah
orang yang sehat.

c. Sehat mental jika jalan dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya
Michael dan Kirk, memandang bahwa individu yang sehat mentalnya jika terbebas dari
gejala psikiatris an individu itu berfungsi secara optimal dalam lingkungan sosialnya.
Pengertian ini menurut Notosoedirdjo bahwa seseorang yang sehat mental itu jika sesuai
dengan kapasitasnynya diri sendiri, dapat hidup tepat yang selaras dengan lingkungan.
Meski demikian konsep ‘hidup selarasdengan lingkungan’ dapat menjerumuskan
seseorang, maksudnya bahwa adaptasi tanpa selektif selalu ingin menyerupai atau
mengikuti kehendak lingkungan juga pada dasarnya tidak sehat.
d. Sehat mental karena tumbuh dan berkembang secara positif
Fran, L.K. merumuskan kesehatan mental secara lebih komprehensiof dan melihat sisi
kesehatan mental secara ‘positif’, di kemukakan bahwa orang yang terus menerus tumbuh.
Berkembang dan matang dalam hidupnya, menerima tanggung jawab, menemukan
penyesuaian dalam berpartisipasi dan dalam memelihara aturan soasial dan tindakan dan
budayanya. dalam Notosoedirdjo dan Latipun (2005: 25)

3. Prinsip-prinsip dalam kesehatan mental


Schneiders (1964), mengemukakan lima belas prinsip-prinsip kesehatan mental. Yang di
kategorikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut:

a) Prinsip yang didasarkan atas sifat manusia meliputi:


 Kesehatan penyesuaian mental memerlukan bagian yang tidak terlepas dari kesehatan
fisik dan integritas organisme. Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian
yang baik, perilaku manusia harus sesuai dengan sifat manusia sebagai pribadi, yang
bermoral, intelektual, religius, emosional dan social.
 Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan intrasi dan pengendalian diri, yang
meliputi pengendalian pemikiran, imanjinasi, hasrat, emosi, dan perilaku.
 Dalam pencapaian dan khususnya memelihara kesehatan dan penyesuaian mental,
memperluas pengetahuan tentang diri sendiri merupakan suatu keharusan.
 Kesehatan mental memerlukan konsep diri yang sehat. Meliputi penerimaan diri, dan
usaha yang realistic terhadap status atau harga dirinya sendiri.
 Pemahaman diri dan penerimaan diri harus ditingkatkan terus-menerus
memperjuangkan untuk peningkatan diri dan realistic diri jika kesehatan dan
penyesuaian mental hendak dicapai.
 Stabilitas mental dan penyesiuaian yang baik memerlukan pengembangan terus menerus
dalam diri seseorang mengenai kebaikan moral yang tinggi. Yaitu hokum,
kebijaksanaan, ketabahan, keteguhan hati, penolakan diri, kerendahan hati, dan moral.
 Mencapai dan memelihara kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada
penanaman dan perkembangan kebiasaan yang baik.
 Stabilitas penyesuaian mental, menuntut kemampuan adaptasi, kapasitas untuk
mengubah meliputi mengubah situasi dan mengubah kepribadian.
 Kesehatan danpenyesuaian mental memerlukan perjuangan yang terus menarus untuk
kematangan dalam pemikiran, keputusan, emosionalitas dan perilaku.
 Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan belajar mengatasi secara efektif dan
secara sehat terhadap konfliik mental dan kekagagalan dan ketegangan yang
ditimbulkan.

b) Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan lingkungannya meliputi:


 Kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada hubungan interpersonal yang
sehat. Khususnya di dalam kehidupan keluarga.
 Penyesuaian yang baik dan kedamaian pikiran tergantung kepada kecukupan dalam
kepuasan kerja.
 Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan sikap yang realistic yaitu menerima
realitas tanpa distorsi danobjektif.
c) Prinsip yang disasarkan atas hubungan manusia dengan Tuhan:
 Stamilitas mental memerlukan seseorang mengembangkan kesadaran atas realitas
terbesar daripada dirinya yang menjadi tempat bergantung kepada setiap tindakan yang
fundamental.
 Kesehatan mental dan ketenangan hati memerlukan hubungan yang konstan antara
manusia dengan Tuhannya.

4. Norma-Norma Kesehatan Mental


Para ahli kesehatan mental menggunakan kriteria seseorang dalam membuat keputusan
tentang apakah suatu perilaku itu sehat atau tidak, kriteria yang paling umum digunakan
adalah:

a) Perilaku yang tidak biasa


Perilaku yang tidak biasa sering dikatakan abnormal. Hanya sedikit dari kita yang melihat,
ataupun mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada ‘melihat sesuatu’ dan ‘mendengar
sesuatu’ seperti yang dikatakan abnormal dalam budaya kita, kecuali dalam pengalaman
religius tertentu dimana ‘mendengar suara’ atau melihat bayangan’ tokoh religius menjadi
bukan yang aneh. Perilaku yang tidak biasa, adalah sesuatu yang jarang ada menjadi
ukuran abnormalitas.

b) Perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau melanggar norma social.
Setiap masyarakat memiliki norma-norma (standar) yang menentukan jenis perilaku yang
menentukan jenis perilaku yang dapat dan diterima dalam beragam konteks tertentu.
Perilaku yang diangap normal dalam satu budaya mungkin dipandang sebagai abnormal
dalam budaya lainnya. Satu implikasi dari mendasarnya perilaku abnormal pada norma
social adalah bahwa norma-norma tersebiut merefleksikan standar relative, bukan
kebenaran universal. Apa yang normal dalam satu budaya mungkin dianggap abnormal
dalam budaya yang lain.

c) Persepsi atau interpretasi yang salah terhadap realitas


Biasanya system sensori dan proses kognitif memungkinkan untuk membentuk
representasi mental yang akurat tentang lingkungan sekitar. Melihat sesuatu ataupun
mendengarkan suara yang tidak ada objeknya akan disebut sebagai halusinasi, dimana
dalam budaya kita sering dianggap sebagai tanda-tanda yang mendasari gangguan. Bagi
seseorang yang berdoa “berbicara pada Tuhan” dianggap suatu hal yang realitas. Tetapi
jika seseorang mengklaim dirinya melihat Tuhan dan mendengar suaraNya, dianggap
bahwa orang itu mengalami gangguan mental.

d) Perilaku maladaptive atau ‘self-defeating’


Yaitu perilaku yang menghasilkan ketidakbahagiaan dapat dianggap sebagai abnormal.
Perilaku yang membatasi kemampuan untuk berfungsi dalam peran dan harapan atau
untuk beradaptasi dengan lingkungan juga dapat dianggap abnormal. Seperti
pengkonsumsi alcohol yang parah mengganggu fungsi kesehatan, social, dankerja
dipandangsebagai abnormal. Perilaku yang ditandai dengan rasa takut yang sangat kuat
ketika berada diarea public dapart juga disebut abnormal dengan alas an perilaku tersebut
dianggap tidak umum dan maladaptive, karena merusak kemampuan individu untuk
menyelesaikan pekerjaan dan mengemban tanggung jawab keluarga.

e) Perilaku berbahaya
Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi oranng itu sendiri dan atau pun bagi orang lain
dapat dikatakan abnormal. Dalam konteks social ini menjadi masalah penting. Orang yang
mengancam atau berupaya untuk bunuh diri karena tekanan hidup sehari-hari biasanya
juga dianggap abnormal.

B. Membangun Mental Dalam Disiplin Kelas Berbasis Karakter

 Pendidikan Karakter Melengkapi Kepribadian Mental Yang Sehat


Pada awalnya manusia itu lahir hanya membawa “personality” atau kepribadian. Secara
umum kepribadian ada empat macam meskipun banyak teori yang menggunakan istilah yang
berbeda, tetapi polanya tetap sama. Secara umum kepribadian dikelompokkan menjadi empat,
yaitu;
1. Koleris: tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka
tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2. Sanguinis: tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan,
suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Phlegmatis: tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka
perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Melankolis: tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, perfection,
suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.
Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti
kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-
masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak dini (idealnya). Karakter
tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus
dibangun dan dikembangkan secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu proses yang
tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi
seperti sidik jari.

 Pendidikan Karakter Membangun Mental Yang Sehat


Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral
universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden
rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai
karakter dasar tersebut.
Sehingga pendidikan bukan hanya membangun kecerdasan dan transfer of knowledge, tetapi
juga harus mampu membangun karakter atau character building dan perilaku peserta didik
yang berkepribadian sehat mentalnya dalam mengoptimalkan hard skill dan soft skill,
disamping itu diwujudkan dalam kemampuan peserta didik dalam olah hati, olah piker, olah
raga, olah rasa, dan olah karsa di berbagai jenjang pendidikan

Cara membina mental dapat dilakukan dengan beberapa cara:


a. Menanamkan aturan pada diri manusia.
b. Menanamkan rasa tanggung jawab.
c. Menanankan rasionalitas dan merasa ingin diakui.
d. Menanamkan disiplin.

Dan adapun untuk pendidikan mental dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Mengembangkan potensi-potensi diri.
b. Mengambil Nilai dari Rangkaian Problem yang sedang dihadapi.
c. Memulai sesuatu dengan cinta.
d. Mengembangkan sikap optimis dan Progresif.
e. Mengembangkan inovasi-inovasi.
f. Mengembangkan fleksibelitas dan toleransi.
g. Menanamkan sifat ulet.
h. Sabar dan doa.

 Penerapan Pendidikan Karakter Dalam Kegiatan Sehari-Hari.


a. Keteladanan/contoh
Kegiatan seperti ini merupakan pemberian contoh/teladan yang biasa dilakukan oleh
pengawas, kepala sekolah, staf administrasi di sekolah yang dapat dijadikan model bagi
peserta didik.
b. Kegiatan Spontan
Kegiatan yang dilaksanakan secara spontan pada saat itu juga. Biasanya dilakukan pada
saat guru mengetahui sikap/tingkah laku peserta didik yang kurang baik.
c. Teguran
Seorang pendidik perlu menegur apabila peserta didik melakukan perilaku buruk dan
mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik.
d. Pengkondisian Lingkungan
Suasana sekolah dikondisikan sedemikian rupa dengan penyediaan sarana fisik. Missal :
penyediaan tempat sampah, jam dinding, tata tertib, dan lain-lain sehingga peserta didik
dapat mudah membaca dan menerapkannya.
e. Kegiatan Rutin
Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat.
Misal : berbaris masuk kelas, berdoa sebelum dan sesudah belajar, mengucapkan salam
bila bertemu dengan orang lain.

 Strategi pembelajaran yang harus di lakukan


a. Pembelajaran Kontekstual.
Contextual Teaching and Learning (CTL) ialah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang di pelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
yang nyata, sehingga mendorong peserta didik untuk menerapkannya dalam kehidupan
mereka.
b. Strategi Pembelajaran Inkuiri (Wina, 2008)
Merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir
secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang di pertanyakan.
c. Strategi pembelajaran Kooperatif
Model dari pembelajaran ini adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta
didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan.
Strategi ini selain mampu untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik, juga mampu
meningkatkan hubungan sosial, meningkatkan toleransi dan meningkatkan harga diri.
Kemudian dapat memenuhi berbagai kebutuhan peserta didik dalam belajar berpikir,
memecahkan masalah, mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan.
d. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi
secara verbal dengan maksud agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran secara
optimal. SPE ini mempunyai karakteristik, Pertama, cara penyampaian materi secara
lisan/ceramah. Kedua, materi pelajaran sudah jadi, sehingga peserta didik tinggal
menghafal. Ketiga, tujuan utama pembelajaran adalah menguasai materi pembelajaran itu
sendiri.

C. Membangun Mental Dalam Interaksi Kelas Berbasis Karakter

 Mengatasi rintangan yang menyebabkan interaksi tidak lancar


1. Atasi keraguan diri
2. Atasi dahulu kecemasan sosial
Karena bagi beberapa orang berinteraksi dengan orang lain dapat membuat diri sendiri
tertekan. Lebih baik fokus untuk mengatasi kecemasan diri terlebih dahulu
3. Percaya pada diri sendiri
Jika takut bahwa akan gagal untuk mendapat teman atau takut bahwa akan terus menerus
membuat orang lain marah, maka anda akan sulit untuk berinteraksi dengan orang lain
4. Hargai diri sendiri
Jangan berpikir bahwa orang lain tidak akan meneriam karena mereka jauh lebih baik
daripada kita. Lebih baik menyadari dan dan menghargai kelebihan diri sendiri.

 Beberapa etika berinteraksi yang bisa dilakukan


1. Bersikap sopan
2. Tolong menolong dan ramah
3. Tidak menyepelekan
4. Menghargai perasaan dan suasana
5. Menyesuaikan diri dengan keadaan
6. Berkata terus terang dengan bahasa yang sopan dan tidak menyinggung perasaan
7. Mengetahui mana yang pokok dan yang bukan
8. Percaya diri naumn tetap dikontrol
9. Bijaksana

D. Membangun Mental Dalam Kepedulian/Kerjasama Keras Berbasis Karakter

 Membangun kerjasama tim tanpa meruntuhkan mental


1. Komunikasi yang baik
Membangun tim membangun komunikasi dengan anggota tim. Tanpa ada komunikasi,
pesan yang berisi arahan, perintah, saran, dan pendapat tidak bisa tersampaikan. Selain itu
komunikasi yang baik antar anggota akan membuat tim dapat menginterpretasikan dengan
benar tujuan dari tim yang ingin diperoleh
2. Target yang jelas
Setelah komunikasi yang baik, tim perlu mengomunikasikan tujuan yang ingin diperoleh
dan juga jangka waktu yang diperlukan dengan jelas.
3. Koordinasi
Seorang dari tim yang memimpin dituntut memberi pengarahan kepada yang lain agar
fokus untuk mencapai tujuan yang diinginkan
4. Kontrol
Diperlukan kontrol dari seorang pemimpin untuk membahas dengan jelas misi yang dari
anggota agar tujuan tercapai
5. Komitmen
Setiap anggota harus berkomitmen terkait dengan misi dengan kesadaran diri untuk
mencapai tujuan agar lebih kokoh
6. Kompetensi
Keterampilan setiap anggota diperlukan dalam mencapai tujuan bersama walaupun itu
berbeda beda
7. Kolaborasi
Untuk menghindari keberadaan perselisishan antar anggota karena perbedaan yang ada dari
setiap anggota sehingga harus saling melengkapi
8. Inovasi kreatif
Kita harus berpikir sekreatif mungkin dan mencari hal – hal baru baik dari pemimpin
maupun anggota. Setelah itu dirumuskan bersama agar bisa diterapkan untuk mencapai
tujuan bersama.
DAFTAR PUSTAKA

 http://bkpsdmd.babelprov.go.id/content/etika-berinteraksi-dengan-teman-sebaya
 https://id.m.wikihow.com/Berinteraksi-dengan-Orang-Lain?amp=1#
 https://www.tommcifle.com/bagaimana-membangun-team-tanpa-meruntuhkan-mental/

Anda mungkin juga menyukai