Anda di halaman 1dari 22

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS


PRE INTRA DAN POST ORIF DI RUANG BOUGENVILLE
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

OLEH :
ARE ASIE
NIM: 2019 .NS. B. 07.002

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDY PROFESI NERS
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan keperawatan ini disusun oleh :


Nama : Are Asie
Nim : 2019.NS.B.07.002
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Diagnosa Medis Pre Intra Dan
Post ORIF di Ruang Bougenville RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Program Profesi Ners Stase Keperawatan Maternitas pada Program
Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Perseptor Akademik Perseptor Lahan

Ayu Puspita, Ners.,M.Kep Lidya Amiani, S.Kep,.Ners

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan ini disusun oleh :


Nama : Are Asie
Nim : 2019.NS.B.07.002
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Diagnosa Medis Pre Intra Dan
Post ORIF di Ruang Bougenville RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Program Profesi Ners Stase Keperawatan Maternitas pada Program
Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Perseptor Akademik Perseptor Lahan

Ayu Puspita, Ners.,M.Kep Lidya Amiani, S.Kep,.Ners

Mengetahui
Ketua Program Studi Ners

Meilitha Carolina, Ners.,M.Kep

iii
1

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN


LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.2.1 Bagaimana konsep fraktur ............................................................................ 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................................ 2
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................... 2
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 2
1.4.1 Manfaat teoritis ............................................................................................. 2
1.4.2 Manfaat praktis ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1 Definisi fraktur............................................................................................... 3
2.2 Anatomi fisiologi muskuloskeletal ............................................................... 3
2.2.1 Tipe jaringan otot :......................................................................................... 3
2.3 Etiologi .......................................................................................................... 7
2.4 Klasifikasi ...................................................................................................... 8
2.5 Patofisiologi ................................................................................................... 8
2.6 Komplikasi..................................................................................................... 10
2.7 Pemeriksaan penunjang ................................................................................. 10
2.8 Penatalaksanaan Medis .................................................................................. 10
BAB 3 MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN .......................................... 11
3.1 Pengkajian focus ............................................................................................ 11
3.2 Diagnosa Keperawatan (SDKI 2017), kriteri hasil (SLKI 2019),Intervensi
(SIKI 2018) .................................................................................................... 11
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................... 13
4.1 Pengkajian...................................................................................................... 13
ANALISIS DATA .................................................................................................. 15
PRIORITAS MASALAH ....................................................................................... 16
RENCANA KEPERAWATAN .............................................................................. 17
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN ..................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit
pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya
dialami pada usia dewasa dan dapat juga disebabkan karena trauma baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat jumlah kejadian fraktur pada tahun
2011-2012 terdapat 1,3 juta orang yang menderita fraktur. Menurut Depkes RI
tahun2011 di Indonesia sendiri juga banyak yang mengalami fraktur yaitu sebanyak
45.987 orang . Prevalensi kejadian fraktur yang paling tinggi adalah fraktur femur
yaitu 19.729 orang yang mengalami fraktur, sedangkan ada 14.037 orang yang
mengalami fraktur cruris dan terdapat 3.776 orang yang mengalami fraktur tibia.
Salah satu cara untuk mengembalikan fraktur seperti keadaan semula adalah dengan
tindakan pembedahan( Prasetyo,2016).
Penanganan fraktur meliputi (a).Reduksi, yaitu : mengembalikan fragmen tulang
pada kesejajarannya dan posisi anatomis normal. Tujuannya adalah untuk
memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi anatomis.(b).Imobilisasi, setelah
fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi
yang benar sampai terjadi penyembuhan (c).Rehabilitasi, meningkatkan kembali
fungsi dan kekuatan normal pada bagian yang sakit. Untuk mempertahankan dan
memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi adalah untuk
mengurangi bengkak dan nyeri, meningkatkan aktifitas hidup sehari-hari, dan
melakukan aktifitas kembali secara bertahap (Mansjoer,2010).
Dampak yang timbul dari kejadian fraktur mulai dari klien merasakan cemas
karena nyeri yang dirasakan, risiko terjadinya infeksi, risiko perdarahan, gangguan
integritas kulit, kecacatan fisik bahkan kematian. Berdasarkan latar belakang tersebut
diatas penulis tertarik dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
pre, intra dan post ORIF.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana konsep fraktur
Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasian pre, intra dan post operasi ORIF
2

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui konsep fraktur dan dapat menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan pre,intra dan post operasi ORIF
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengetahui :
1) Definisi fraktur
2) Anatomi fisiologi muskuloskletal
3) Etiologi terjadinya fraktur
4) Klasifikasi fraktur
5) Patofisiologi fraktur
6) Manifestasi klinis
7) Komplikasi
8) Pemeriksaan penunjang
9) Penatalaksanaan medis

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat teoritis
Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan tambahan
teori bagi pembaca terkait fraktur femur dan asuhan keperawatan pada pre, intra dan
post operasi ORIF
1.4.2 Manfaat praktis
1) Bagi ilmu pengetahuan dan teknologi
Memberikan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
keperawatan medikal bedah.
2) Bagi tempat penelitian
Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dalam
memberikan asuhan kepada pasien dengan pre, intra dan post operasi ORIF
3) Bagi Akademik
Asuhan keperawatan ini dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai literature di
perpustakaan STIKes Eka Harap Palangka Raya
4) Bagi Peneliti
Asuhan keperawatan medikal bedah ini bermanfaat bagi peneliti untuk
meningkatkan pengetahuan tentang konsep fraktur dan manjadi panduan dalam
melaksanakan asuhan pada pasien dengan pre, intra dan post operasi ORIF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi fraktur


Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan
pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,
terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang
dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2014).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2012).

2.2 Anatomi fisiologi muskuloskeletal


Fungsi utama dari sistem musculoskeletal adalah untuk mendukung dan
melindungi tubuh dan organ-organnya serta untuk melakukan gerak. Agar seluruh
tubuh dapat berfungsi dengan normal, masing-masing substruktur harus berfungsi
dengan normal.
Enam substruktur utama pembentuk sistem musculoskeletal antara lain: tendon,
ligamen, fascia (pembungkus), cartilago, tulang, sendi dan otot. Tendon, ligamen,
fascia dan otot sering disebut sebagai jaringan lunak, sedangkan tulang sendi
diperlukan untuk pergerakan antara segmen tubuh. Peran mereka dalam sistem
muskuloskeletal keseluruhan sangatlah penting sehingga tulang dan sendi sering
disebut sebagai unit fungsional sistem musculoskeletal (Hasrianti,2016).
Fungsi otot adalah sebagai alat gerak aktif, menyimpan cadangan makanan, dan
memberi bentuk luar tubuh.
2.2.1 Tipe jaringan otot :
1) Otot polos memiliki1 inti yang berada ditengah, dipersarafi oleh sara fotonom
(involunter), serat otot polos (tidak berserat), terdapat diorgan dalam tubuh
(viseral), sumbe rCa2+ dari CES, sumb erenergi terutama dari metabolisme
aerobik, awal kontraksi lambat, kadang mengalami tetani, tahan terhadap
kelelahan.

3
4

2) Otot rangka/ otot serat lintang memiliki banyak inti, dipersarafi oleh saraf
motoriksomatik(volunter), melekat pada tulang, sumber Ca2+ dari reticulum
sarkoplasma(RS), sumber energy dari metabolisme aerobic dan anaerobik, awal
kontraksi cepat, mengalami tetani dan cepat lelah.

3) Otot jantung memiliki1 inti yang berada ditengah, dipersarafi oleh saraf
otonom(involunter), serat otot berserat, hanya ada dijantung, sumberCa2+ dari
CES & RS, sumber energy rmetabolisme aerobik, awal kontraksi lambat, tidak
mengalami tetani, dan tahan terhadap kelelahan (Armalita, 2018).
5

4) Tulang adalah jaringan yang mengalami pertumbuhan dan memiliki 3 fungsi yaitu
penampungan kalsium dan fosfat, haemopoesis (proses pembentukan dan
perkembangan sel darah) dan sebagai penopang tubuh. Ada 3 tipe sel tulang yaitu
osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast berfungsi untuk membentuk tulang
dan produsksi kolagen. Osteosit merupakan sel osteoblast yang sedang alam
dormant state karena terjebak dalam matriks setelah produksi kolagen dan dapat
menjadi aktif kembali jika diperlukan. Osteoklas bertugas untuk reabsorbsi tulang
merupakan derifat makrofag Osteoklas memproduksi asam untuk melarutkan
tulang dan penting untuk pembentukan kembali tulang dan remodelling setelah
fraktur. Didalam tubuh terdapat 2 tipe tulang yaitu tulang rawan dan tulang sejati.
6

5) Sendi atau persendian adalah hubungan anatara 2 buah tulang. Fungsi utama sendi
adalah untuk memberikan feeksibilitas dan pergerakan pada tempatnya juga
sebagai poros anggota gerak.

6) Ligamen adalah pita-pita keras yang menghubungkan tulang dengan tulang yang
saling menyusun persendian, dan jugasangat membantu dalam mengontrol
rentang gerak serta memberikan kestabilan sehingga tulang bisa bergerak dengan
baik.
7) Tendon adalah sekumpulan jaringan ikat berserat kuat yangmenghubungkan
jaringan otot dengan tulang. Tendon dan otot bekerjasama untuk menggerakkan
kerangka tubuh.
7

8) Cartilago atau tulang rawan adalah sejenis jaringan ikat yang lentur yang terdapat
diberbagai anggota badan manusia maupun hewan termasuk sendi diantara
tulang,sangkar rusuk,telinga,hidung, saluran tenggorokan dan cakram
intervertebra. Fungsi tulang rawan adalah sebagai penyokong pada jaringan atau
organ lunak, sebagai penyusun sendi, sebagai lawan dan pembentukan tulang
keras.

2.3 Etiologi
Penyebab fraktur terbagi menjadi 2 yaitu:
2.3.1 Fraktur traumatik, cedera ini merupakan cedera traumatik pada tulang yang
dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung adalah merupakan trauma langsung yang dialami oleh tulang
contohnya seperti pukulan langsung pada tulang sehingga tulang patah.Pada
cedera tulang ini dapat menyeabkan terjadinya open fraktur.
2) Cedera tidak langsung merupakan trauma yang terjadi jauh dari daerah fraktur
namun menyebabkan tulang tersebut patah, contohnya jatuh dari ketinggian.
3) Cedera yang diakibatkan oleh kontraksi yang berlebihan atau kontraksi yang
keras dari otot yang kuat.
2.3.2 Fraktur patologik, cedera ini disebabkan adanya gangguan pada tulang berupa
penyakit yang mana apabila terjadi sedikit trauma dapat menyebabkan fraktur.
Adapun beberapa penyakit tulang sebagai berikut :
1) Tumor tulang (jinak atau ganas), adanya pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan bersifat progresif.
2) Infeksi tulang (osteomielitis), adanya infeksi yang menyerang tulang dan
menyebabkan timbulnya rasa nyeri.
8

3) Rakhitis, hal ini terjadi akibat defisiensi vitamin D yang biasanya terjadi akibat
kegagalan absorbsi vitamin D atau terjadi juga akibat kurangnya asupan kalsium
atau fosfat dalam tubuh.

2.4 Klasifikasi
Fraktur dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai klasifikasinya. Berdasarkan
ada tidaknya hubungan fraktur dengan dunia luar dibagi menjadi 2, fraktur tertutup
dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup adalah patahnya tulang yang tidak menyebabkan
robekan pada kulit, sedangkan fraktur terbuka menyebabkan fragmen tulang
merobek kulit dan jenis ini memiliki factor infeksi yang cukup tinggi dan fraktur
terbuka dibagi menjadi tiga derajat sesuai derajat lukanya
Derajat fraktur terbuka :
1) Derajat 1 : Laserasi <1cm, kerusakan jaringan tidak terlalu parah dan relative
bersih Sederhana,dislokasi fragmen minimal
2) Derajat 2 : Laserasi >1cm, tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulse
dan adanya kontaminasi Dislokasi fragmen jelas.
3) Derajat 3 : Luka lebar dan jaringan rusak hebat atau hilangnya jaringan
disekitarnya dan terjadi kontaminasi hebat Kominutif, segmental,
fragmen tulang ada yang hilang.
Fraktur juga dibagi berdasarkan garis frakturnya yaitu fraktur komplet,
inkomplet, transversal, oblik, spiral, kompresi, simple, kominutif, segmental, kupu-
kupu, dan impaksi (Sjamsuhidajat, 2010).

2.5 Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan
ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. ini merupakan dasar penyembuhan tulang.
9

PATHWAY FRAKTUR

PATHWAY

Trauma/ patologik

Fraktur Femur

Pre OP Intra OP Post OP

Tindakan pembedahan Tindakan pembedahan

Kurangnya pengetahuan Terputusnya kontinuitas jaringan kulit luka insisi

Kekuatiran mengalami Kerusakan integritas kulit inflamasi bakteri


kegagalan

Ansietas Risiko perdarahan Risiko infeksi


10

2.6 Komplikasi
Komplikasi dini dari fraktur femur ini dapat terjadi syok dan emboli lemak.
Sedangkan komplikasi lambat yang dapat terjadi kekakuan sendi lutut, infeksi dan
gangguan saraf perifer akibat traksi yang berlebihan.

2.7 Pemeriksaan penunjang


1) X.Ray
2) Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3) Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4) CCT kalau banyak kerusakan otot.

2.8 Penatalaksanaan Medis


1) Pembersihan luka
2) Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasi anatomis
(1) Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke
posisinya dengan manipulasi dan traksi manual.
(2) Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya
traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
(3) Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat
fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan
logam yang dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam
posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
3) Imobilisasi fraktur, mempertahankan reduksi sampai terjadi penyembuhan.
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan
dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Metode fiksasi
eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips atau
fiksator eksterna. Sedangkan fiksasi interna dapat digunakan implant logam yang
dapat berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
4) Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah dilakukan
reduksi dan imobilisasi.
BAB 3
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian focus


1) Keluhan utama
Alasan pasien dioperasi
2) Riwayat keperawatan sekarang
Alasan pasien yang menyebabkan terjadinya keluhan/riwayat terjadinya penyakit
3) .Riwayat keperawatan dahulu
Pengkajian yang berhubungan dengan riwayat operasi klien
4) Riwayat keperawatan keluarga
Pengkajian tentang ada tidaknya riwayat alergi, penyakit keturunan seperti dm,ht
yang mempengaruhi operasi ataupun kesembuhan luka operasi.

3.2 Diagnosa Keperawatan (SDKI 2017), kriteri hasil (SLKI 2019),Intervensi


(SIKI 2018)
1) Pre-Operasi
(1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (trauma).
Kriteria hasil : keluhan nyeri menurun, meringis menurun, gelisah menurun,
kesulitan tidur menurun, anorexia menurun, frekuensi nadi
membaik, TD membaik, napsu makan membaik.
Intervensi : Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, dan intensitas
nyeri, identifikas skala nyeri, identifikasi respon nyeri non
verbal,identifikasi factor yang memperingan atau memperberat
nyeri, berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri seperti terapi usik,terapi pijat, control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri, jelaskan penyebab dan pemicu
nyeri,jelaskan strategi meredakan nyeri, anjurkan memonitor
nyeri secara berkala, anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat, kolaborasi pemberian analgetik jika perlu.
(2) Ancietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan.
Kriteria hasil : verbalisasi kebingungan menurun, perilaku gelisah menurun,
perilaku tegang menurun, anorexia menurun, frekuensi nadi
menurun, tekanan darah menurun, frekuensi napas
menurun,konsentrasi membaik,pola tidur membaik.
Intervensi : Identifikasi saat tingkat ancietas berubah, identifikasi kemampuan
mengambil keputusan,monitor tanda- tanda ancietas verbal dan
non verbal, pahami situasi yang membuat ancietas, dengarkan

11
12

dengan penuh perhatian, diskusikan perencanaan realistis tentang


peristiwa yang akan datang, motivasi mengidentifikasi situasi yag
memicu kecemasan, jelaskan prosedur termasuk sensasi yang
mungkin dialami, informasikan secara factual tentang diagnosis,
pengobatan dan prognosis, latih teknik relaksasi, anjurkan
mengungkapkan perasaan dan persepsi, kolaborasi pemberian
obat antiancietas bila perlu.
2) Intra Operasi
(1) Risiko perdarahan b.d tindakan pembedahan.
Kriteria hasil : kelembaban membrane mukosa meningkat, kelembaban kulit
meningkat, perdarahan pasca operasi menurun, haemoglobin
membaik, tekanan darah membaik, denyut nadi membaik.
Intervensi : Monitor tanda dan gejala perdarahan, monitor nilai h sebelum
dan sesudah perdarahan, monitor TTV,jelaskan tanda dan
gejala perdarahan, kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, kolaborasi pemberian produk darah.
3) Post Operasi
(1) Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive.
Kriteria hasil : demam menurun, nyeri menurun, bengkak menurun, kadar sel
darah putih membaik, gangguan kognitif menurun.
Intervensi : Observasi tanda-tanda vital, jaga daerah luka tetap bersih dan
kering,tutup daerah luka dengan kasa steril, rawat luka fraktur
dengan teknik aseptik.Beri therapi antibiotik sesuai program
medik.
(2) Ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang.
Kriteria hasil : pergerakan extremitas meningkat, kekuatan otot meningkat,
ROM meningkat, nyeri menurun, kecemasan menurun, kaku
sendi menurun, gerakan terbatas menurun, kelemahan fisik
menurun,
Intervensi : identifikasi adanya keluhan nyeri atau keluhan fisik lainnya,
identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi, monitor KU
saat melakukan ambulasi, fasilitasi aktivitas ambulasi dengan
alat bantu, fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, libatkan
keluarga membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi,
jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Are asie


Ruang Praktek : IBS
Tanggal & Jam Pengkajian : 31 Januari 2020, pukul : 07. 30 WIB

4.1 Pengkajian
4.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : jawa /Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Kawin no 61
Alamat : Jl. T, Batur
Tgl MRS : 26 januari 2020
Diagnosa Medis : Open fraktur femur sinistra 1/3 proximal
4.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan
1) Keluhan Utama / alasan dioperasi
Patah tulang paha kiri , tidak bisa berjalan.
2) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 26 januari 2020 sekitar jam 13.30 siang klien mengalami
kecelakaan motor tunggal yang menyebabkan luka robek sekitar 2 cm dg
kedalaman sekitar 5 cm, nyeri dan patah pada paha kiri klien. Klien dibawa ke
rumah sakit pulang pusau Di sana luka klien dijahit dengan 1 buah jahitan dan
dipasang spalk. Kemudian klien dirujuk ke rumah sakit Doris Sylvanus dan tiba
di doris sekitar pukul 20.45 WIB.
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Menurut keterangan klien, klien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
dan tidak pernah menjalani operasi.
4) Riwayat Penyakit Keluarga :
Menurut keterangan klien, kakek nenek dan ortu klien tidak ada yang menderita
penyakit dm, ht atau penyakit keturunan lainnya.

13
14

4.1.3 Genogram
Tidak terkaji
4.1.4 Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum :
Pre operasi : Kesadaran composmetis, paha kiri tampak bengkak dan
mengalami deformitas, tampak 1 buah jahitan pada paha
kiri,penampilan pasien rapi, pasien mengatakan takut, pasien
tampak cemas, tampak gelisah, pasien sering bertanya hal-hal
terkait operasi, terpasang infus ditangan kanan NaCL 24 tpm, TD
130/80mmhg, nadi 96x/menit, respirasi 22 x/menit
Intra operasi : Pasien tidak sadar dibawah pengaruh anastesi, tampak keluar
darah sekitar 150 cc, dipasang tranfusi darah 1 kolf gol darah B ,
TD 110/70 mmhg, nadi 82 x/menit, respirasi 20x/menit.
Post operasi : Pasien tidak sadar dibawah pengaruh anastesi, tampak luka
operasi yang sudah dijahit dengan panjang sekitar 20 cm yang
kemudian dibalut dengan verban elastic,TD 120/70mmhg, nadi
84x/menit, respiorasi 20x/menit.
2) Tanda-tanda Vital :
Tekanan darah :130/80 mmHg, Nadi : 96 x/menit, Pernafasan : 22 x/menit, Suhu :
36ºC (axila).
4.1.5 Data Penunjang (Laboratorium)
Hasil lab tanggal
Leukosit 7.120/ul
Hb 11,5 g/dl
Trombocit 235.000/ul
Ct/ bt : 4/2
Rontgen : open fraktur femur sisistra 1/3 proximal oblique displaced.
4.1.6 Penatalaksanaan Medis
Infus RL: Nacl (1:1) 24 tpm
Injeksi ceftriaxone 2x1 gram
Injeksi ketorolac 2x30 mg
Injeksi ranitidine 2x1 ampul
Injeksi kalnex 2x500mg
15

ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
NO MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
1. Pre Op DS : Pasien mengatakan takut Pre Op Ansietas
untuk menjalani operasi
DO : Kurang pengetahuan
- pasien tampak tegang
- pasien tampak gelisah
- pasien sering menanyakan Kekuatiran mengalami
operasi yang akan dijalaninya kegagalan
-Tingkat kecemasan sedang
- TTV Cemas
TD : 130/80 mmHg
N : 96 x/m
RR : 22 x/m

2. Intra DS : - Intra OP Resiko


Op DO : Perdarahan
- Pasien menjalani pembedahan Tindakan Pembedahan
pada paha kiri
- Pasien dalam keadaan tidak Terputusnya
sadar karena dalam pengaruh kontinuitas jaringan
anastesi kulit
- Tampak keluar darah selama
pembedahan + 150 cc Kerusakan Integritas
- Tranfusi darah prc 1 kolf gol b kulit
- HB terakhir 11,5 g/dl
- TTV Perdarahan
TD : 110/70 mmHg
N : 82 x/m, RR 20x/m

NO Data Subjective Dan Data Kemungkinan Masalah


Objctive Penyebab

3. Post DS : - Post OP
Op DO :
- Pasien tidak sadar dibawah Tindakan Pembedahan
pengaruh anastesi Risiko infeksi
- terdapat luka yang sudah Luka insisi
dijahit pada paha kiri pasien
- luka tertutup kasa steril dan Inflamasi bakteri
terbalut perban elastis
- panjang luka sekitar 20 cm Risiko infeksi
- leukosit terakhir 7.120/ul
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 84 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,4 c
16

PRIORITAS MASALAH

1. Risiko perdarahan berhubungan tindakan pembedahan


2. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.
3. Ansietas berhubungan dengan kekuatiran mengalami kegagalan
17

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn .S
Ruang Rawat : IBS
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Pre Operatif : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor tanda –tanda ancietas verbal dan non verbal
Ansietas berhubungan selama 10 menit, diharapkan masalah 2. Mendengarkan dengan penuh perhatian dengan kontak mata.
dengan kekuatiran teratasi dengan kriteria hasil : 3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengontrol mengurangi kecemasan
mengalami kegagalan. 1. pasien tampak tenang pasien
2. pasien tidak gelisah 4. Identifikasi saat tingkat kebingungan berubah
3. TTV dalam batas normal 5. pahami situasi yang membuat ancietas
6. Berikan pengetahuan prosedur, pengobatan dan prognosis tindakan
Intra Operatif : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
Risiko Pendarahan selama 1 jam diharapkan masalah teratasi 2. Monitor TTV
berhubungan tindakan dengan kriteria hasil : 3. Observasi jumlah pendarahan
pembedahan 1. Luka pasien tidak terjadi pendarahan 4. Kolaborasi pemberian produk darah
2. penyembuhan luka sesuai waktu 5. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan
3. TTV dalam batas normal 6. Monitor nilai hb sebelum dan sesudah operasi
Post Operatif : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi lokasi adanya tanda – tanda infeksi
Risiko infeks i berhubungan selama 1 jam diharapkan masalah teratasi 2. monitor keadaan luka pasien
dengan efek prosedur dengan kriteria hasil : 3. Tutup daerah luka dengan kasa steril
invasive 1. Tidak ada tanda – tanda infeksi pada luka 4. Kolaborasi pemberian antibiotic
2. luka pasien tidak ada pendarahan 5. Rawat luka fraktur dengan teknik aseptic
6. Observasi TTV
7. Jaga daerah luka tetap bersih dan kering

17
18

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Pasien : Tn. S
Ruang Rawat : IBS
Hari / tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP)
Jumat, 31 jan 2020 jam Pre Operatif : S : pasien mengatakan “ berarti aman aja lah bu‘
07.30 WIB 1. Monitor tanda –tanda ancietas verbal dan non verbal O : Pasien tampak tersenyum ,tidak tegang lagi , tidak
2. Mendengarkan dengan penuh perhatian tampak gelisah, nadi 84 x/menit
3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengontrol mengurangi A : masalah ansietas teratasi
kecemasan pasien P : hentikan Intervensi
4. Berikan pengetahuan prosedur tentang tindakan umum
5. Monitor TTV
Jumat , 31 jan 2020 Intra Operatif : S:-
Jam 08.15 wib 1. Monitor TTV O : -Perdarahan sekitar 150 cc
2. Mengobservasi jumlah pendarahan - TD 110/70 mmhg, nadi 82 x/mnt, respirasi 20
3. Memasang tranfusi darah 1 kolf x/mnt
A : Masalah risiko perdarahan teratasi
P : Lanjutkan Intervesi :
-Monitor tanda dan gejala perdarahan
-Monitor TTV
-Cek Hb post operasi
rabu, 31j anuari 2020 Post Operatif : S:-
Jam 09.15 1. Mengobservasi tanda – tanda infeksi O : -luka operasi ditutup dengan elastic verban
2. Memonitor keadaan luka pasien A : masalah risiko infeksi teratasi
3. memasang dower kateter P : lanjutkan Intervensi :
-Monitor tanda –tanda infeksi
-Monitor keadaan luka, Jaga daerah luka tetapkering
-Rawat luka dengan teknik aseptik

18

Anda mungkin juga menyukai