Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN

PASCA OPERASI DI RSUD SWADANATARUTUNG


TAHUN 2010

Karnirius Harefa*, Kesaktian Manurung**, Mega Adelia Nainggolan***

ABSTRACT

Every operations proces will cause most complaints and the most frequent complaint is pain. Pain slowed healing
process of patients. Distraction is one of the techniques reduce pain. Music therapy is a distraction technique that
can reduce pain of postoperative patients. This study was aims to evaluating the effect of music therapy on pain
intensity in postoperative patients at Tarutung hospital Resort. The design of this study was quasi eskperimen by
using purposive technique sampling. The population sample in this study were patients with medium postoperative is
the average amount every month are 29 patients, and 28 patient divided into 2 groups were control group and
intervention group, the determination of patients entered into the control or intervention group by using simple
random sampling. The results of study showed that pain intensity pre and post in intervention group has a different
significant (P=0,000 ; P<0,05). Music therapycanreduce pain intensity of post-operativepatient.The results of this
study recommends that nurses can use music therapy in nursing care of postoperative patient in reducing the
intensity of pain patients.

Keywords : Music therapy, Pain Intensity, Postoperative Patient

Latar Belakang muntah dan konstipasi. Efek samping tersebut


harus dipertimbangkan dan diantisipasi (Brunner
Nyeri adalah suatu sensori subjektif dan & Suddarth, 2002).
pengalaman emosional yang tidak Metoda pereda nyeri nonfarmakologis
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan biasanya mempunyai resiko yang sangat
jaringan yang bersifat aktual atau potensial atau rendah.Salah satu tindakan nonfarmakologis
yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di mana adalah distraksi. Distraksi mengalihkan
terjadi kerusakan (International Association for perhatian pasien ke hal yang lain dan dengan
Study of pain, 1979. Nyeri adalah alasan utama demikian menurunkan kewaspadaan terhadap
seseorang untuk mencari bantuan perawatan nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap
kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses nyeri.
penyakit atau bersamaan dengan pemeriksaan Salah satu distraksi yang efektif adalah
diagnostik atau pengobatan (Brunner & musik, yang dapat menurunkan nyeri fisiologis,
Suddarth, 2002). stres, dan kecemasan dengan mengalihkan
Salah satu ketakutan terbesar pasien perhatian seseorang dari nyeri.Musik terbukti
bedah adalah nyeri. Tingkat keparahan nyeri menunjukkan efek yaitu menurunkan tekanan
pasca operasi tergantung pada anggapan darah, dan mengubah persepsi waktu (Guzzetta,
fisiologi dan psikologi individu, toleransi yang 1989).Perawat dapat menggunakan musik
ditimbulkan untuk nyeri, letak insisi, sifat dengan kreatif diberbagai situasi klinik, pasien
prosedur, kedalaman trauma bedah dan jenis umumnya lebih menyukai melakukan suatu
agens anastesia dan bagaimana agens tersebut kegiatan memainkan alat musik, menyanyikan
diberikan (Brunner & Suddarth, 2002). lagu atau mendengarkan musik.Musik yang
Nyeri setelah pembedahan adalah hal sejak awal sesuai dengan suasana hati individu,
yang normal.Nyeri yang dirasakan pasien bedah merupakan pilihan yang paling baik (Potter &
meningkat seiring dengan berkurangnya Perry, 2006).
pengaruh anastesi. Pasien lebih menyadari Musik menghasilkan perubahan status
lingkungannya dan lebih sensitif terhadap rasa kesadaran melalui bunyi, kesunyian, ruang, dan
nyaman. Area insisi mungkin menjadi satu- waktu.Musik harus didengarkan minimal 15
satunya sumber nyeri. Iritasi akibat selang menit agar dapat memberikan efek teraupeutik.
drainase, balutan atau gips yang ketat dan Dikeadaan perawatan akut, mendengarkan
regangan otot akibat posisi ketika pasien berada musik dapat memberikan hasil yang sangat
diatas meja operasi menyebabkan pasien merasa efektif dalam upaya mengurangi nyeri pasca
tidak nyaman. Secara signifikan nyeri dapat operasi pasien (Potter & Perry, 2006).
memperlambat pemulihan (Potter & Perry, Musik dan nyeri mempunyai persamaan
2006). penting yaitu bahwa keduanya bisa digolongkan
Metode penatalaksanaan nyeri sebagai input sensor dan output. Sensori input
mencakup pendekatan farmakologis dan non berarti bahwa ketika musik terdengar, sinyal
farmakologis. Salah satu pendekatan dikirim keotak ketika rasa sakit dirasakan. Jika
farmakologis yang biasa digunakan adalah getaran musik dapat dibawa kedalam resonansi
analgetik golongan opioid, tujuan pemberian dekat dengan getaran rasa sakit, maka persepsi
opioid adalah untuk meredakan nyeri dengan psikologis rasa sakit akan diubah dan
pemberian dari rute apa saja, efek samping dihilangkan (Journal of the American
opioid seperti depresi pernafasan, sedasi, mual Association for Musik Therapist, 1999).
yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan
Penelitian yang dilakukan McCaffrey ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah
menemukan bahwa intensitas nyeri menurun diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2007).
sebanyak 33% setelah terapi musik dengan Kriteria inklusi sampel sebagai berikut :
menggunakan musik klasik Mozart terhadap 1. Umur 14-60 tahun
pasien osteoarthritis selama 20 menit dengan 2. Pasien pasca operasi 1 jam setelah
musik Mozart (Jerrard, 2004). keluar dari kamar bedah
Secara kronologis, profesi terapis musik 3. Bersedia menjadi responden.
di negara maju seperti Amerika Serikat mulai Untuk mendapatkan sejumlah populasi
berkembang selama perang Dunia I. Ketika itu (dimana rata-rata pasien operasi sedang per
musik masih digunakan dirumah sakit bagi bulan berjumlah 29 orang) yang akan dijadikan
veteran perang hanya sebatas media untuk sampel dilakukan dengan rumus Nursalam
menyembuhkan gangguan trauma. Para veteran (2008) :
perang baik secara aktif maupun pasif n
N
melakukan aktivitas musik terutama sekali untuk 1  N (d ) 2
mengurangi rasa sakit sehingga banyak dokter Keterangan:
dan perawat menjadi saksi bagaimana musik n = Besar Sampel
sangat berperan dalam penanganan psikologis, N = Besar Populasi
fisiologis, kognitif, dan terutama sekali d = Tingkat signifikan ( 0,05)
memperbaiki kondisi emosional (Djohan, 2009). Keterangan:
Hasil studi awal yang diperoleh peneliti n = Besar Sampel
dari Medical Record RSUD N = Besar Populasi
SwadanaTarutung,tanggal 23 Desember 2009 d = Tingkat signifikan ( 0,05)
didapat data sebagai berikut : jumlah pasien 29
n
operasi tahun 2009 adalah 1001 orang, operasi 1  29(0,0025)
besar 653 orang dan operasi sedang 348 orang, 29
dengan rata-rata operasi besar 54 orang dan n
1  0,0725
operasi sedang 29 orang setiap bulannya. Dari 29
hasil wawancara peneliti dengan 9 orang klien n
1,0725
pasca operasi semua klien mengalami nyeri dan
n = 27,03
semua pasien senang mendengar musik. Dan
karena sampel terdiri dari kelompok intervensi
dari hasil pengamatan peneliti belum pernah
dan kelompok kontrol maka sampel yang
dilakukan tindakan nonfarmakologi seperti
diambil sebanyak 28, sampel yang diberi
teknik distraksi dengan mendengarkan musik
intervensi sebanyak 14 dan sampel yang tidak
dirumah sakit ini.
diberi intervensi (kontrol) sebanyak 14 pasien.
Berdasarkan hal-hal yang dijabarkan
Teknik menentukan sampel apakah
diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
masuk dalam kelompok perlakuan atau kontrol
penelitian tentang pengaruh terapi musik
dilakukan secara simpel random yaitu dengan
terhadap intensitas nyeri pasien pasca operasi
menulis intervensi sebanyak 14 dan kontrol
diRSUDTarutung..
sebanyak 14.Dimasukkan kedalam tabung dan
dikocok, setelah diambil keluar kontrol maka
METODE PENELITIAN
pasien pertama masuk ke dalam kelompok
kontrol, yang kedua dikocok lagi dan keluar
Desain Penelitian
intervensi maka pasien kedua masuk kelompok
Dalam penelitian ini digunakan desain
intervensi. Proses ini dilanjutkan sampai 28 kali.
penelitian eksperimen semu (quasy experiment) Tabel 1.1.
yang bertujuan untuk mengetahui apakah terapi Model Random Sederhana
musik memiliki pengaruh terhadap intensitas Nomor Kelompok Intensitas Nyeri
nyeri pasca operasi. Rancangan ini berupaya Masuk Sebelum Sesudah
Recovery
untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat Room
dengan cara melibatkan kelompok kontrol 1 Intervensi
disamping kelompok eksperimen. 2 Kontrol
3 Kontrol
4 Kontrol
Tempat dan Waktu Penelitian` 5 Intervensi
Penelitian dilaksanakan di Recovery 6 Kontrol
7 Kontrol
Room RSUD SwadanaTarutung.Penelitian ini 8 Intervensi
dilaksanakan pada bulan Maret-April 2010. 9 Kontrol
10 Intervensi
11 Intervensi
Populasi dan Sampel 12 Intervensi
Populasi dalam penelitian ini adalah 13 Kontrol
seluruh pasien pasca operasi sedang yang 14 Intervensi
15 Intervensi
dirawat di Recovery Room RSUDSwadana
16 Kontrol
Tarutung.Sampel adalah bagian populasi yang 17 Kontrol
dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian 18 Kontrol
(Nursalam, 2008). Pengambilan sampel 19 Kontrol
20 Intervensi
dilakukan dengan menggunakan purposive 21 Intervensi
samplingyaitu pengambilan sampel yang 22 Kontrol
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu 23 Intervensi
24 Intervensi Jenis Kategorik Kelompok Chi
25 Intervensi kelamin intervensi dan square
26 Kontrol kontrol
27 Kontrol Suku Kategorik Kelompok Chi
28 Intervensi
intervensi dan square
kontrol
obat Kategorik Kelompok Chi
Analisa Data penurun intervensi dan square
nyeri kontrol
1. Analisis Univariat
Data yang dianalisis secara univariat untuk
melihat rata-rata usia, jenis kelamin, suku, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dan pemberian obat penurun nyeri untuk Hasil
menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari variabel. Hasil penelitian serta pembahasan
mengenai pengaruh terapi musik terhadap
2. Analisis Bivariat
Data yang dianalisis dengan bivariat untuk intensitas nyeri pada pasien pasca operasi di
melihat pengaruh terapi musik terhadap RSUD SwadanaTarutung.
intensitas nyeri pasca operasi, serta
mengetahui homogenitas variabel potensial 1. Karakteristik Responden
Tabel 1. 4
kounfonding antara kelompok intervensi Distribusi frekwensi berdasarkan usia, jenis
dengan kelompok kontrol. Data yang kelamin, suku dan obat penurun nyeri di
digunakan adalah data yang berasal dari dua RSUDSwadana Tarutung, (N=28)
No Karakteristik Jumlah Persentase (%)
kelompok yang diberi intervensi dan yang
1 Menurut Usia
tidak diberi intervensi. Data dari setiap  ≤ 30 tahun 11 39,3
kelompok analisis diuji dengan menggunakan  31-40 tahun 8 28,6
 ≥ 41 tahun 9 32,1
Paired Sample t Test, tingkat kepercayaan
5% (α = 0,05). Uji Paired Sample t Test
Jumlah 28 100
digunakan untuk melihat perubahan intensitas
2 Menurut jenis kelamin 14 50
nyeri pre dan post pada kelompok kontrol  Laki-laki 14 50
dan kelompok intervensi. Jika pada kelompok  Perempuan
intervensi nilai P<0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa terapi musik efektif Jumlah 28 100
3 Menurut suku
untuk menurunkan nyeri pasca operasi dan  Jawa 7 25
jika pada kelompok kontrol nilai P>0,05  Batak 16 57,1
 Aceh 3 10,7
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada  Nias 1 3,6
perubahan sama sekali jika tidak ada  Dan lain-lain 1 3,6

intervensi. Setelah itu dilakukan pengujian


dengan menggunakan uji Independent Jumlah 28 100
Sample t Test. Uji ini digunakan untuk 4 Obat penurun nyeri
mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat  Diberikan 28 100
nyeri pada kelompok intervensi dengan  Tidak diberikan 0 0

kelompok kontrol.
Tabel 1.2 Jumlah 28 100
Analisis bivariat Variabel
Variabel Data Uji statistik
Berdasarkan tabel 1.5 dapat dilihat bahwa usia
Tingkat nyeri pada Numerik Paired Sample responden sebagian besar ≤30 tahun berjumlah
kelompok kontrol t Test 11 orang pasien (39,3%), beedasarkan
(pre dan pasca) karasteristik jenis kelamin responden perempuan
sebanyak 14 orang (50%) dan responden laki-
Tingkat nyeri pada Numerik Paired Sample
kelompok intervensi t Test laki sebanyak 14 orang (50%), berdasarkan
(pre dan pasca) karakteristik suku sebagian besar responden
suku batak sebanyak 16 orang pasien (57,1%),
Perbandingan Numerik Independent
tingkat nyeri pre Sample t Test dan semua responden diberikan obat penurun
antara kelompok nyeri (100%).
kontrol dengan
kelompok intervensi Uji homogenitas Usia, Jenis kelamin, Suku,
Perbandingan Numerik Independent
tingkat nyeri post Sample t Test
obat penurun nyeri
antara kelompok Tabel 1.5
kontrol dengan Homogenitas usia, jenis kelamin, suku, obat
kelompok intervensi penurun nyeri

NO Variabel Kelompok Kelompok P


Tabel 1.3 control intervensi
Analisis homogenitas variabel potensial kounfounding Ju % Ju %
mla mla
Potensial Data Variabel Uji h h
Kounfoun Statistik 1 Usia
ding  ≤ 30 4 28,6 7 50
Usia Kategorik Kelompok Chi tahun 5 35,7 3 21,4 0,6
 31-40 5 35,7 4 28,6 75
intervensi dan square tahun
kontrol  ≥41
tahun
Jumlah 14 100 14 100 terjadi perbedaan yang signifikan, tingkat nyeri
2 Jenis
kelamin 7 50 7 50 yang diderita pasien kelompok intervensi
 Laki- 7 50 7 50 0,5
menjadi lebih rendah. Rata-rata intensitas nyeri
laki 93
 Pere awal adalah 5,57 dan rata-rata tingkat nyeri
mpua
n
setelah 20 menit dengan diberikan terapi musik
adalah 3,93.
Jumlah 14 100 14 100
Pada kelompok kontrol dilihat bahwa
3 Suku nilai sig =0,006 >0,05. Hal ini berarti ada
 Jawa 4 28,6 3 21,4
 Batak 9 64,3 7 50 perbedaan yang signifikan antara tingkat nyeri
 Aceh 1 7,1 2 14,3 0,3
awal dengan tingkat nyeri setelah 20 menit tanpa
 Nias 0 0 1 7,1 45
 Dll 0 0 1 7,1 diberikan terapi musik. Nyeri yang dialami
kelompok kontrol meningkat dari rata-rata
intensitas nyeri awal adalah 5,14 dan rata-rata
intensitas nyeri setelah 20 menit tanpa diberikan
Jumlah 14 100 14 100
4 Obat
terapi musik adalah 5,71.
penurun 14 100 14 100
nyeri 0 0 0 0
 Diberi
kan
Analisis Perbandingan tingkat nyeri antara
 Tidak kelompok kontrol dengan kelompok intervensi.
diberi
kan
Jumlah 14 100 14 100
Tabel 1.7
Perbandingan tingkat nyeri antara kelompok kontrol
Berdasarkan tabel 1.6 dapat dilihat usia memiliki dengan kelompok intervensi
nilai P=0,675 (>0,05) hal ini menunjukkan tidak
ada perbedaan yang signifikan antara usia pada N
o
Inte
nsi-
kelo
mpok
mea
n
S
D
St
d.
95% CI Perbedaan P
l upp m Std.
kelompok kontrol dengan usia pada kelompok tas er o er ea eror
nye or w n
intervensi. Jenis kelamin memiliki nilai ri e
P=0,595(>0,05) menunjukkan tidak ada r
1 Pre kontr 5,1 0, 0, - - - - 0,
perbedaan nyata antara umur di kelompok ol 4 66 17 0 0,0 0, 0,2 06
kontrol dan kelompok intervensi. Suku memiliki 3 7 , 32 42 24 7
inter 5,5 0, 0, 8 9
nilai P=0,345 (>0,05) hal ini menunjukkan tidak vensi 7 51 13 8
ada perbedan yang signifikan antara suku 4 7 9
2 Pos Kont 5,7 0, 0, 1 2,3 1, 0,2 0,
dikelompok kontrol dengan suku dikelompok t rol 1 61 16 , 09 78 54 00
intervensi. 1 3 2 6 0
inter 3,9 0, 0, 6
Secara statistik uji homogenitas obat vensi 3 73 19 3
penurun nyeri, hasil tidak dapat dihitung taraf 0 5

nyata dengan menggunakan chi-square hal ini Dari tabel 1.8 dapat dilihat sebelum intervensi
karena obat penurun nyeri kelompok kontrol dan nilai P=0,067;(P>0,05) hal ini menunjukan tidak
intervensi adalah konstan semua kelompok adanya perbedaan intensitas nyeri pre yang
diberikan obat penurun nyeri.pada tempat signifikan antara kelompok intervensi dengan
penelitian semua pasien setelah operasi kelompok kontrol. Sedangkan sesudah intervensi
diberikan obat penurun nyeri baik untuk intensitas nyeri post kelompok intervensi dengan
kelompok kontrol maupun kelompok intervensi kelompok kontrol memiliki nilai P=0,000
maka tanpa diuji jelas tidak ada perbedaan ;(<0,05) , hal ini menunjukkan ada perbedaan
signifikan pemberian obat penurun nyeri pada signifikan tingkat nyeri pada kelompok kontrol
kelompok kontrol dan intervensi. dan intervensi setelah diberikan terapi musik.
Uji Perubahan intensitas nyeri sebelum dan Pembahasan
sesudah terapi musik pada kelompok kontrol dan Penelitian ini membandingkan
intervensi kelompok intervensi dan kelompok
kontrol.Kelompok intervensi diberikan terapi
Tabel 1.6 musik dan kelompok kontrol tidak diberikan
Perubahan intensitas nyeri kelompok kontrol dan terapi musik.Sebelum intervensi intensitas nyeri
kelompok intervensi diukur terlebih dahulu dan setelah intervensi
N Kel Inte Me SD St 95% CI Perbedaan P
o om nsi- an d. low upp Me St selama 20 menit, intensitas nyeri diukur
pok tas Er er er an d.
nye or de
kembali.Jumlah responden terdiri dari 28 orang
ri vi pasien pasca operasi yang berada di recovery
asi
1 Kon Pre 5,14 0,66 0, - - - 0, 0
room RSUD Swadana Tarutung.
trol 3 17 0,94 0,19 0,57 64 , Penetapan responden masuk kelompok
7 5 8 1 6 0
0 intervensi atau kelompok kontrol dilakukan
Post 5,71 0,61 0, 6 secara random, tujuan randomisasi sampling
1 16
3 pada penelitian ini adalah mengurangi bias
2 Inte Pre 5,57 0,51 0, 1,21 2,07 1,64 0, 0 seleksi dan meningkatkan homogenitas variabel
rve 4 13 3 3 3 74 ,
nsi 7 5 0 kounfonding. .
post 3,93 0,73 0, 0 Nyeri dipengaruhi oleh berbagai faktor,
0 19 0
5 Faktor-faktor tersebut antara lain faktor usia,
jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, lokasi
Pada table 1.7 dapat dilihat bahwa kelompok dan tingkat keparahan nyeri, perhatian, ansietas,
intervensi nilai P=0,000(<0,05), Hal ini berarti keletihan, pengalaman sebelumnya, dan
dukungan keluarga dan sosial. Sebagian dari kelompok intervensi didapatkan nilai P=0,345
faktor tersebut telah ditemukan pada lembar (≥0,05) yang membuktikan bahwa tidak ada
observasi seperti usia, jenis kelamin, suku dan perbedaan responden berdasarkan suku pada
pemberian obat penurun nyeri. Namun dalam kelompok intervensi. Sehingga faktor
penelitian ini faktor tersebut tidak dibahas lebih kounfonding suku tidak menyebabkan bias hasil
mendalam, karena fokus utama penelitian ini pada penelitian ini.
adalah untuk melihat pengaruh terapi terhadap Usia merupakan variabel yang penting
intensitas nyeri. Namun tetap peneliti tidak dalam mempengaruhi nyeri pada individu. Anak
mengabaikan faktor-faktor tersebut, peneliti yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam
melakukan analisis untuk melihat memahami nyeri dan prosedur pengobatan yang
kehomogenitasan faktor-faktor kounfounding dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak kecil yang
tersebut antara kelompok kontrol dengan belum dapat mengucapakan kata-kata juga
kelompok intervensi. mengalami kesulitan dalam mengungkapkan
Jenis kelamin dapat mempengaruhi secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada
respon nyeri. Secara umum pria dan wanita tidak kedua orang tuanya ataupun pada perawat.
berbeda secara bermakna dalam berespon Sebagian anak-anak terkadang segan untuk
terhadap nyeri (Gill, 1990, dari Potter & Perry, mengungkapkan keberadaan nyeri yang ia alami,
2006). Hanya beberapa budaya yang mereka takut akan tindakan perawatan yang
menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus harus mereka terima nantinya.
lebih berani dan tidak boleh menangis Pada pasien lansia seorang perawat harus
dibandingkan anak perempuan dalam situasi melakukan pengkajian lebih rinci ketika seorang
yang sama ketika mengalami nyeri. Akan tetapi lansia melaporkan adanya nyeri. Seringkali
dari peneliti terakhir memperlihatkan hormon lansia memiliki sumber nyeri lebih dari satu.
seks pada mammalia berpengaruh terhadap Terkadang penyakit yang berbeda-beda yang
tingkat toleransi terhadap an nyeri. Hormon seks diderita lansia menimbulan gejala yang sama,
testosteron menaikkan ambang nyeri pada sebagai contoh nyeri dada tidak selalu
percobaan binatang, sedangkan estrogen mengindikasikan serangan jantung, nyeri dada
meningkatkan pengenalan/sensitivitas terhadap dapat timbul karena gejala arthtritis pada spinal
nyeri. dan gejala gangguan abdomen. Sebagian lansia
Responden penelitian ini terdiri dari 14 terkadang pasrah terhadap apa yang mereka
pasien laki-laki dan 14 orang pasien perempuan, rasakan, mereka menganggap bahwa hal tersebut
ketika diuji kehomogenitasannya dapat dilihat merupakan konsekuensi penuaan yang tidak bisa
pada kelompok kontrol terdapat 7 responden dihindari.
laki-laki dan 7 responden perempuan dan pada Responden penelitian ini yaitu pasien
kelompok intervensi juga terdapat 7 orang berusia 14-60 tahun. Peneliti memulai kriteria
responden laki-laki dan 7 orang responden usia termuda 14 tahun disebabkan karena anak-
perempuan dengan nilai P=0,593 (≥0,05) hal uji anak memiliki respon nyeri yang berbeda
ini membuktikan tidak ada perbedaan yang dengan orang dewasa dan skala pengukuran
signifikan antara jenis kelamin pada kelompok nyeri yang berbeda juga dan usia tertua 60 tahun
intervensi dengan jennis kelamin pada kelompok disebabkan lansia juga memiliki respon nyeri
kontrol yang dapat membuat perbedaan yang berbeda dengan orang dewasa, lansia
intensitas nyeri yang menyebabkan bias hasil terkadang memiliki sumber nyeri lebih dari satu
penelitian. dan kadang juga mengabaikan nyeri yang ada.
Suku responden mempengaruhi respon Meskipun usia responden sudah dibatasi tapai
nyeri.Kultur atau budaya memiliki peran yang peneliti tetap melihat kehomogenitasan usia
kuat untuk menentukan faktor sikap individu pada kelompok kontrol dengan kelompok
dalam mempersepsikan dan merespon intervesi. Dari hasil uji statistik didapat nilai
nyerinya.McGuire (1984) menemukan bahwa P=0,675 (P≥0,05), hasil ini menunjukkan tidak
wanita berkulit non-putih dan yang berkulit adanya perbedaan signifikan antara usia
putih memiliki perbedaan yang signifikan dalam responden kelompok kontrol dengan kelompok
melaporkan nyerinya.Wanita berkulit bukan intervensi.
putih melaporkan nyeri yang lebih rendah bila Pemberian obat penurun nyeri juga bisa
dibandingkan dengan wanita berkulit putih menjadi faktor perancu penelitian ini, tetapi
ketika mengalami nyeri.Suku asal juga berperan karena semua responden mendapat obat penurun
penting dalam hal ini, Suza (2003) menemukan nyeri setelah operasi maka tidak ada perbedaan
bahwa di Indonesia nyeri yang dialami oleh antara kelompok intervensi dengan kelompok
pasien yang berasal dari suku Batak dan Jawa kontrol dalam pemberian obat penurun nyeri.
ternyata berbeda. Berbeda dalam laporan Semua hasil uji homogenitas faktor
nyerinya serta respon terhadap nyeri itu sendiri kounfonding menunjukkan tidak ada perbedaan
(Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera yang signifikan antara faktor kounfonding yang
Utara,2007) ada pada kelompok kontrol dengan faktor
Responden berasal dari berbagai suku, kounfonding yang ada pada kelompok
sebagian besar responden penelitian ini berasal intervensi. Sehingga intensitas nyeri yang
dari suku batak sebanyak 16 responden, berkurang pada kelompok intervensi
sedangkan suku jawa sebanyak 7 orang,aceh 3 dikarenakan oleh terapi musik bukan karena
orang, nias 1 orang dan minang 1 orang. Dari faktor kounfonding yang tidak setara antara
hasil perbandingan suku antar responden pada kelompok kontrol dengan kelompok intervensi.
kelompok kontrol dengan responden pada
Berdasarkan hasil analisa data secara eksperimen maupun kontrol sebelum diberikan
bivariat dengan menggunakan uji Independent terapi musik sebagian besar nyeri sekali, (2)
Sample t Test. Dari hasil penelitian didapatkan tingkat nyeri pasien post operasi fraktur femur
sebelum intervensi rata-rata intensitas nyeri pada di ruang rawat inap bedah RS Karima
kelompok kontrol dengan kelompok intervensi Utama Kartasura pada kelompok eksperimen
tidak berbeda signifikan (P=0,067;P>0,05) tetapi sesudah diberikan terapi musik sebagian besar
setelah diberikan terapi musik klasik rata-rata sedang, sedangkan kelompok kontrol tetap nyeri
intensitas nyeri kelompok kontrol dengan sekali, dan (3) terdapat perbedaan tingkat nyeri
kelompok intervensi berbeda signifikan setelah diberikan terapi musik antara kelompok
(P=0,000; P<0,05). Rata-rata intensitas nyeri kontrol dan eksperimen pada pasien post operasi
kelompok intervensi menurun sebanyak 1,64 fraktur femur pada di ruang rawat inap bedah RS
dari rata-rata intensitas nyeri awal 5,57 menjadi Karima Utama Kartasura.
3,93. Penelitian yang dilakukan oleh Hanifah
Penelitian ini menggunakan jenis musik (2007) juga mendukung hasil penelitian yang
klasik karya Mozart .karena dari beberapa dilakukan oleh peneliti.Dimana Hanifah
penelitian musik yang paling banyak digunakan melakukan penelitian tentang Pengaruh Terapi
dalam terapi mengurangi nyeri adalah musik Musik Terhadap Intensitas Nyeri akibat
klasik Mozart dari sekian banyak karya musik Perawatan Luka Bedah Abdomen Di Badan
klasik, ciptaan milik Wolfgang Amadeus Mozart Pelaksana Kesehatan MasyarakatRumah Sakit
(1756-1791) yang paling dianjurkan. Penelitian Umum Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten
yang dilakukan Dr. Alfred Tomatis dan Don Blitar.Rancangan penelitian menggunakan Pre
Campbell sudah membuktikan musik klasik Eksperimental After Only Designdengan
mozart mengurangi tingkat ketegangan emosi metodeStatic Group Comparism. Sampel
atau nyeri fisik (Qittun, 2008). Musik yang diambil dari pasien yang menjalani perawatan
diberikan untuk terapi ini adalah musik klasik luka bedah abdomen dengan metode non
Mozart dari hasil penelitian nyeri berkurang probability sampling teknikpurposive sampling,
setelah diberikan terapi musik dengan musik berjumlah 18 orang yang terdiri dari 9
klasik, hal ini membuktikan walaupun orangkelompok kontrol dan 9 orang kelompok
responden berasal dari suku, umur dan jenis perlakuan. Pengumpulan data
kelamin yang berbeda yang membuat perbedaan menggunakanlembar observasi pengkajian nyeri
selera aliran musik, musik klasik secara umum dengan skala perilaku dari Margaret
bisa diterima dan dinikmati oleh semua Campbell.Sebagian besar (56%) intensitas nyeri
responden. pada kelompok kontrol adalah nyeri
Hasil penelitian ini sesuai dengan sedang,sedangkan yang terbanyak pada
penelitian McCaffrey yang menemukan bahwa kelompok perlakuan adalah intensitas nyeri
intensitas nyeri menurun sebanyak 33% setelah ringan(67%). Hasil uji statistikMann Whitney
terapi musik dengan musik klasik Mozart selama Test menggunakan tingkat kemaknaan P ≤ 0,05
20 menit terhadap pasien osteoarthritis (Jerrard, menunjukkan hasil signifikan dengan nilai P =
2004). 0,039, hal ini berarti bahwa adapengaruh terapi
Marvia (2008), melakukan penelitian musik terhadap penurunan intensitas nyeri akibat
tentang Pengaruh Tehnik Distraksi perawatan lukabedah abdomen.
(Mendengarkan Musik) Terhadap Penurunan Hasil penelitian Hartati, dkk juga
Nyeri Saat Menstruasi Hari Ke-1 Pada mendukung penelitian ini, dimana Hartati
Mahasiswa PSIK Universitas Muhammadiyah melakukan penelitian tentang pengaruh terapi
Yogyakarta dengan menggunakan musik klasik music klasik terhadap intensitas nyeri pada anak
mozart dan Kenny G, dari hasil penelitian ini usia sekolah saat dilakukan prosedur invasive di
didapatkan bahwa pada kelompok kontrol tidak RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, hasil
dilihat perbedaan yang signifikan sedangkan penelitian dianalisa dengan uji independent
pada kelompok intervensi terdapat perbedaan sample t.test didapatkan nilai mean ± SD untu
yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok control dan kelompok eksperimen
terapi musik dapat mengurangi nyeri secara masing-masing 3,00 ± 1,509 dan 6,73 ± 2,532
bermakna. (P= 0,001). Hal ini menunjukkan bahwa secara
Penelitian yang dilakukan oleh Sulastri statistic asa perbedaan bermakna antara
(2009) pada pasien pasca operasi fraktur femur kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
di ruang rawat inap bedah RS Karima Utama Terapi musik klasik punya pengaruh efektif dan
Kartasura juga terkait dengan efek terapi musik mengurangi intensitas nyeri anak usia sekolah
mengurangi nyeri paca operasi. Penelitian ini saat prosedur invasive (jurnal kebidanan dan
merupakan penelitian quasi eksperiment dengan keperawatan, 2008).
metode post test with only control group design. Penelitian lain juga yang mendukung
Populasi pada penelitian ini adalah pasien penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
dengan post op fraktur femur di ruang rawat oleh Syamer (2005) tentang efektifitas terapi
inap bedah RS Karima Utama Kartasura rata- musik untuk penurunan nyeri pada pasien post
rata tiap bulan 30 orang. Sampel penelitian operasi di rumah sakit umum pemerintah
sebanyak 32 pasien.Analisa data menggunakan Medan, penelitian ini dilakukan terhadap pasien
tehnik independen t test. Hasil penelitian post operasi di RSU H. Adam Malik Medan dan
menunjukkan (1) tingkat nyeri pasien post di Rsu Dr. Pirngadi Medan, hasil penelitian di
operasi fraktur femur pada di ruang rawat inap uji dengan paired sample T-test, ditarik
bedah RS Karima Utama Kartasura kelompok kesimpulan bahwa intensitas nyeri sebelum dan
sesudah intervensi pada kelompok eksperimen pasien paska operasi di RSUD
berbeda secara signifikan yaitu 0,005 (P<0,01). SwadanaTarutung dapat disimpulkan sebagai
Terapi musik ternyata memiliki pengaruh berikut:
tterhadap intensitas nyeri yang dirasakan oleh 1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pasien post operasi. nyeri pre intervensi antara kolompok kontrol
Hasil penelitian ini didukung pendapat dan kelompok intervensi, dimana p = 0,067.
Guzzetta (1989) yang berpendapat bahwa musik 2. Terdapat perbedaan yang signifikan nyeri
dapat menurunkan nyeri fisiologis, stres, dan post intervensi antara kelompok kontrol dan
kecemasan dengan mengalihkan perhatian kelompok intervensi dimana p = 0,000
seseorang dari nyeri (Potter & Perry, 2006).
Beberapa hasil penelitian membuktikan Saran
bahwa musik dapat menurunkan tekanan darah, 1. Bagi Rumah sakit
metabolisme dasar, dan pernafasan sehingga Diharapkan rumah sakit dapat menyediakan
mengurangi tekanan terhadap respon fisiologis media yang dapat dipergunakan untuk terapi
(Djohan, 2009). Penurunan intensitas nyeri pada musik.
responden yang mendengarkan terapi 2. Bagi Perawatan
musikdimungkinkan juga oleh adanya Dalam melakukan asuhan keperawatan pada
peningkatan pengeluaran endorfin.Endorfin pasien pasca operasi, nyeri adalah hal yang
merupakan bahan neuroregulator jenis harus dikaji. Nyeri berdampak terhadap
neuromodulator yang terlibat dalam sistem proses kesembuhan pasien karena nyeri
analgesia,banyak ditemukan di hipotalamus dan dapat mengurangi pemenuhan kebutuhan
area sistem analgesia (sistem limbik dan istirahat dan tidur, meningkatkan kecemasan
medulaspinalis).Sifat analgesia ini menjadikan sehingga memperlambat kesembuhan. Salah
endorfin sebagai opioid satu bentuk terapi yang sederhana namun
endogen.Endorfindianggap dapat menimbulkan memberikan manfaat adalah terapi
hambatan presinaptik dan hambatan postsinaptik musik.Oleh karena itu perawat dapat
padaserabut nyeri (nosiseptor) yang bersinaps di memanfaatkan terapi musik sebagai
kornu dorsalis.Serabut ini didugamencapai intervensi keperawatan nonfarmakologi
inhibisi melalui penghambatan neurotransmiter dalam mengurangi nyeri pasien pasca
nyeri seperti kalsium,prostaglandin, dan lain- operasi.
lain, terutama substansi. Hal ini sesuai dengan 3. Bagi peneliti selanjutnya
penelitianBahr (1994) yang membuktikan bahwa Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar
terdapat peningkatan kadar endorfin padapasien meneliti tentang pegaruh terapi musik
yang mendengarkan musik, ini dimungkinkan terhadap pasien pasca operasi besar, untuk
karena musik yang diperdengarkan dapat melihat apakah terapi musik masih memiliki
merangsang pengeluaran endorfin yang manfaat untuk mengurangi intensitas nyeri
berdampak menurunkan nyeri dan menimbulkan hebat (skala 10).
rasa nyaman pada pasien (Hanifah, 2007).
Musik dan nyeri mempunyai persamaan DAFTAR PUSTAKA
penting yaitu bahwa keduanya bisa digolongkan
sebagai input sensor dan output. Sensori input Ardinata (2007).Multidimensional nyeri.Jurnal
berarti bahwa ketika musik terdengar, sinyal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara.
dikirim keotak ketika rasa sakit dirasakan. Jika November 2007, volume 2, no. 2.
getaran musik dapat dibawa kedalam resonansi Baradero, dkk.(2008). Keperawatan
dekat dengan getaran rasa sakit, maka persepsi Perioperatif.Jakarta: Penerbit Buku
psikologis rasa sakit akan diubah dan Kedokteran EGC.
dihilangkan (Journal of the American Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan
Association for Musik Therapist, 1999). Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Sebagian besar pasien yang diberikan Kedokteran EGC.
terapi musik mengakui bahwa mereka merasa Djohan. (2009). Psikologi Musik. Yogyakarta:
tenang dan mengantuk.Sehingga mereka lupa Best Publisher.
dengan nyeri yang dirasakannya. Hal ini sesuai Erfandi.(2009). Respon Terhadap
dengan pernyataan Nurseha dan Djaaafar (2002) Nyeri.http://forbetterhealth.wordpress.com
yang mengatakan bahwa Musik klasik /2009/01/20/respon-terhadap-nyeri/.
mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan (diakses tgl 12 Maret)
emosi serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, Hanifah.(2007). Pengaruh Terapi Musik
melodi, dan harmoni yang teratur dan dapat Terhadap Intensitas Nyeri akibat
menghasilkan gelombang alfa serta beta dalam Perawatan Luka Bedah Abdomen Di
gelombang telinga sehingga memberikan Badan Pelaksana Kesehatan
ketenangan yang membuat otak siap menerima MasyarakatRumah Sakit Umum Ngudi
masukan baru, efek rileks dan menidurkan Waluyo Wlingi Kabupaten
(jurnal kebidanan dan keperawatan, 2008). Blitar.Laporan Hasil Penelitian
Mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas
KESIMPULAN DAN SARAN Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang.
Kesimpulan Haris. (1988). Elements Of Pain and Music.
Dari hasil penelitian tentang pengaruh http://people.uwec.edu/rasarla/research/ch
terapi musik terhadap intensitas nyeri pada
ronic_pain/index.htm. (diakses tgl 2
february).
Hartati. (2007). Pengaruh terapi musik klasik
terhadap intensitas nyeri pada anak usia
sekolah saat dilakukan prosedur invasive
di Rs PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. 2008
desember; 87-96; vol. 4, no 2
Jerrard. (2004). The uses & benefits of music
therapy in LTC.
http://www.amda.com/publications/caring/
february2004/musictherapy.cfm. (diakses
tgl 8 Mei)
Juliati. (2004). Efek Komunikasi Terapeutik
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan
Pasien Preoperasi di RSU Dr Pirngadi
Medan. Laporan hasil penelitian
mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan USU.
Notoatmodjo, S. (2007). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
Mettodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. (2006). Fundamental
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokeran EGC
Pratisto, A. (2009). Statistik Menjadi Mudah
Dengan SPSS 17. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Qittun. (2008). Tehnik distraksi.
http://qittun.blogspot.com/2008/10/tehnik-
distraksi.html. (diakses tgl 4 February).
Reynols, A. (1999). Music therapy on chronic
pain journal
articles.http://people.uwec.edu/rasarla/rese
arch/chronic_pain/index.htm. (diakses tgl
2 february).
Salampessy.(2004). Terapi Dengan Music.
Batam: Interaksa.
Sulastri, (2009). Perbedaan Tingkat Nyeri
Antara Kelompok Kontrol dan
Eksperimen Setelah Diberikan Terapi
Musik Pada Pasien Post Op Fraktur Femur
Di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit
Karima Utama Kartasura. Laporan hasil
penelitian mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Syamer.(2005). Efektifitas Terapi Musik Untuk
Penurunan Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Di Rumah Sakit Umum
Pemerintah Di Medan.Laporan Hasil
Penelitian Mahasiswa PSIK FK USU.

Anda mungkin juga menyukai