ABSTRACT
Every operations proces will cause most complaints and the most frequent complaint is pain. Pain slowed healing
process of patients. Distraction is one of the techniques reduce pain. Music therapy is a distraction technique that
can reduce pain of postoperative patients. This study was aims to evaluating the effect of music therapy on pain
intensity in postoperative patients at Tarutung hospital Resort. The design of this study was quasi eskperimen by
using purposive technique sampling. The population sample in this study were patients with medium postoperative is
the average amount every month are 29 patients, and 28 patient divided into 2 groups were control group and
intervention group, the determination of patients entered into the control or intervention group by using simple
random sampling. The results of study showed that pain intensity pre and post in intervention group has a different
significant (P=0,000 ; P<0,05). Music therapycanreduce pain intensity of post-operativepatient.The results of this
study recommends that nurses can use music therapy in nursing care of postoperative patient in reducing the
intensity of pain patients.
kelompok kontrol.
Tabel 1.2 Jumlah 28 100
Analisis bivariat Variabel
Variabel Data Uji statistik
Berdasarkan tabel 1.5 dapat dilihat bahwa usia
Tingkat nyeri pada Numerik Paired Sample responden sebagian besar ≤30 tahun berjumlah
kelompok kontrol t Test 11 orang pasien (39,3%), beedasarkan
(pre dan pasca) karasteristik jenis kelamin responden perempuan
sebanyak 14 orang (50%) dan responden laki-
Tingkat nyeri pada Numerik Paired Sample
kelompok intervensi t Test laki sebanyak 14 orang (50%), berdasarkan
(pre dan pasca) karakteristik suku sebagian besar responden
suku batak sebanyak 16 orang pasien (57,1%),
Perbandingan Numerik Independent
tingkat nyeri pre Sample t Test dan semua responden diberikan obat penurun
antara kelompok nyeri (100%).
kontrol dengan
kelompok intervensi Uji homogenitas Usia, Jenis kelamin, Suku,
Perbandingan Numerik Independent
tingkat nyeri post Sample t Test
obat penurun nyeri
antara kelompok Tabel 1.5
kontrol dengan Homogenitas usia, jenis kelamin, suku, obat
kelompok intervensi penurun nyeri
nyata dengan menggunakan chi-square hal ini Dari tabel 1.8 dapat dilihat sebelum intervensi
karena obat penurun nyeri kelompok kontrol dan nilai P=0,067;(P>0,05) hal ini menunjukan tidak
intervensi adalah konstan semua kelompok adanya perbedaan intensitas nyeri pre yang
diberikan obat penurun nyeri.pada tempat signifikan antara kelompok intervensi dengan
penelitian semua pasien setelah operasi kelompok kontrol. Sedangkan sesudah intervensi
diberikan obat penurun nyeri baik untuk intensitas nyeri post kelompok intervensi dengan
kelompok kontrol maupun kelompok intervensi kelompok kontrol memiliki nilai P=0,000
maka tanpa diuji jelas tidak ada perbedaan ;(<0,05) , hal ini menunjukkan ada perbedaan
signifikan pemberian obat penurun nyeri pada signifikan tingkat nyeri pada kelompok kontrol
kelompok kontrol dan intervensi. dan intervensi setelah diberikan terapi musik.
Uji Perubahan intensitas nyeri sebelum dan Pembahasan
sesudah terapi musik pada kelompok kontrol dan Penelitian ini membandingkan
intervensi kelompok intervensi dan kelompok
kontrol.Kelompok intervensi diberikan terapi
Tabel 1.6 musik dan kelompok kontrol tidak diberikan
Perubahan intensitas nyeri kelompok kontrol dan terapi musik.Sebelum intervensi intensitas nyeri
kelompok intervensi diukur terlebih dahulu dan setelah intervensi
N Kel Inte Me SD St 95% CI Perbedaan P
o om nsi- an d. low upp Me St selama 20 menit, intensitas nyeri diukur
pok tas Er er er an d.
nye or de
kembali.Jumlah responden terdiri dari 28 orang
ri vi pasien pasca operasi yang berada di recovery
asi
1 Kon Pre 5,14 0,66 0, - - - 0, 0
room RSUD Swadana Tarutung.
trol 3 17 0,94 0,19 0,57 64 , Penetapan responden masuk kelompok
7 5 8 1 6 0
0 intervensi atau kelompok kontrol dilakukan
Post 5,71 0,61 0, 6 secara random, tujuan randomisasi sampling
1 16
3 pada penelitian ini adalah mengurangi bias
2 Inte Pre 5,57 0,51 0, 1,21 2,07 1,64 0, 0 seleksi dan meningkatkan homogenitas variabel
rve 4 13 3 3 3 74 ,
nsi 7 5 0 kounfonding. .
post 3,93 0,73 0, 0 Nyeri dipengaruhi oleh berbagai faktor,
0 19 0
5 Faktor-faktor tersebut antara lain faktor usia,
jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, lokasi
Pada table 1.7 dapat dilihat bahwa kelompok dan tingkat keparahan nyeri, perhatian, ansietas,
intervensi nilai P=0,000(<0,05), Hal ini berarti keletihan, pengalaman sebelumnya, dan
dukungan keluarga dan sosial. Sebagian dari kelompok intervensi didapatkan nilai P=0,345
faktor tersebut telah ditemukan pada lembar (≥0,05) yang membuktikan bahwa tidak ada
observasi seperti usia, jenis kelamin, suku dan perbedaan responden berdasarkan suku pada
pemberian obat penurun nyeri. Namun dalam kelompok intervensi. Sehingga faktor
penelitian ini faktor tersebut tidak dibahas lebih kounfonding suku tidak menyebabkan bias hasil
mendalam, karena fokus utama penelitian ini pada penelitian ini.
adalah untuk melihat pengaruh terapi terhadap Usia merupakan variabel yang penting
intensitas nyeri. Namun tetap peneliti tidak dalam mempengaruhi nyeri pada individu. Anak
mengabaikan faktor-faktor tersebut, peneliti yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam
melakukan analisis untuk melihat memahami nyeri dan prosedur pengobatan yang
kehomogenitasan faktor-faktor kounfounding dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak kecil yang
tersebut antara kelompok kontrol dengan belum dapat mengucapakan kata-kata juga
kelompok intervensi. mengalami kesulitan dalam mengungkapkan
Jenis kelamin dapat mempengaruhi secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada
respon nyeri. Secara umum pria dan wanita tidak kedua orang tuanya ataupun pada perawat.
berbeda secara bermakna dalam berespon Sebagian anak-anak terkadang segan untuk
terhadap nyeri (Gill, 1990, dari Potter & Perry, mengungkapkan keberadaan nyeri yang ia alami,
2006). Hanya beberapa budaya yang mereka takut akan tindakan perawatan yang
menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus harus mereka terima nantinya.
lebih berani dan tidak boleh menangis Pada pasien lansia seorang perawat harus
dibandingkan anak perempuan dalam situasi melakukan pengkajian lebih rinci ketika seorang
yang sama ketika mengalami nyeri. Akan tetapi lansia melaporkan adanya nyeri. Seringkali
dari peneliti terakhir memperlihatkan hormon lansia memiliki sumber nyeri lebih dari satu.
seks pada mammalia berpengaruh terhadap Terkadang penyakit yang berbeda-beda yang
tingkat toleransi terhadap an nyeri. Hormon seks diderita lansia menimbulan gejala yang sama,
testosteron menaikkan ambang nyeri pada sebagai contoh nyeri dada tidak selalu
percobaan binatang, sedangkan estrogen mengindikasikan serangan jantung, nyeri dada
meningkatkan pengenalan/sensitivitas terhadap dapat timbul karena gejala arthtritis pada spinal
nyeri. dan gejala gangguan abdomen. Sebagian lansia
Responden penelitian ini terdiri dari 14 terkadang pasrah terhadap apa yang mereka
pasien laki-laki dan 14 orang pasien perempuan, rasakan, mereka menganggap bahwa hal tersebut
ketika diuji kehomogenitasannya dapat dilihat merupakan konsekuensi penuaan yang tidak bisa
pada kelompok kontrol terdapat 7 responden dihindari.
laki-laki dan 7 responden perempuan dan pada Responden penelitian ini yaitu pasien
kelompok intervensi juga terdapat 7 orang berusia 14-60 tahun. Peneliti memulai kriteria
responden laki-laki dan 7 orang responden usia termuda 14 tahun disebabkan karena anak-
perempuan dengan nilai P=0,593 (≥0,05) hal uji anak memiliki respon nyeri yang berbeda
ini membuktikan tidak ada perbedaan yang dengan orang dewasa dan skala pengukuran
signifikan antara jenis kelamin pada kelompok nyeri yang berbeda juga dan usia tertua 60 tahun
intervensi dengan jennis kelamin pada kelompok disebabkan lansia juga memiliki respon nyeri
kontrol yang dapat membuat perbedaan yang berbeda dengan orang dewasa, lansia
intensitas nyeri yang menyebabkan bias hasil terkadang memiliki sumber nyeri lebih dari satu
penelitian. dan kadang juga mengabaikan nyeri yang ada.
Suku responden mempengaruhi respon Meskipun usia responden sudah dibatasi tapai
nyeri.Kultur atau budaya memiliki peran yang peneliti tetap melihat kehomogenitasan usia
kuat untuk menentukan faktor sikap individu pada kelompok kontrol dengan kelompok
dalam mempersepsikan dan merespon intervesi. Dari hasil uji statistik didapat nilai
nyerinya.McGuire (1984) menemukan bahwa P=0,675 (P≥0,05), hasil ini menunjukkan tidak
wanita berkulit non-putih dan yang berkulit adanya perbedaan signifikan antara usia
putih memiliki perbedaan yang signifikan dalam responden kelompok kontrol dengan kelompok
melaporkan nyerinya.Wanita berkulit bukan intervensi.
putih melaporkan nyeri yang lebih rendah bila Pemberian obat penurun nyeri juga bisa
dibandingkan dengan wanita berkulit putih menjadi faktor perancu penelitian ini, tetapi
ketika mengalami nyeri.Suku asal juga berperan karena semua responden mendapat obat penurun
penting dalam hal ini, Suza (2003) menemukan nyeri setelah operasi maka tidak ada perbedaan
bahwa di Indonesia nyeri yang dialami oleh antara kelompok intervensi dengan kelompok
pasien yang berasal dari suku Batak dan Jawa kontrol dalam pemberian obat penurun nyeri.
ternyata berbeda. Berbeda dalam laporan Semua hasil uji homogenitas faktor
nyerinya serta respon terhadap nyeri itu sendiri kounfonding menunjukkan tidak ada perbedaan
(Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera yang signifikan antara faktor kounfonding yang
Utara,2007) ada pada kelompok kontrol dengan faktor
Responden berasal dari berbagai suku, kounfonding yang ada pada kelompok
sebagian besar responden penelitian ini berasal intervensi. Sehingga intensitas nyeri yang
dari suku batak sebanyak 16 responden, berkurang pada kelompok intervensi
sedangkan suku jawa sebanyak 7 orang,aceh 3 dikarenakan oleh terapi musik bukan karena
orang, nias 1 orang dan minang 1 orang. Dari faktor kounfonding yang tidak setara antara
hasil perbandingan suku antar responden pada kelompok kontrol dengan kelompok intervensi.
kelompok kontrol dengan responden pada
Berdasarkan hasil analisa data secara eksperimen maupun kontrol sebelum diberikan
bivariat dengan menggunakan uji Independent terapi musik sebagian besar nyeri sekali, (2)
Sample t Test. Dari hasil penelitian didapatkan tingkat nyeri pasien post operasi fraktur femur
sebelum intervensi rata-rata intensitas nyeri pada di ruang rawat inap bedah RS Karima
kelompok kontrol dengan kelompok intervensi Utama Kartasura pada kelompok eksperimen
tidak berbeda signifikan (P=0,067;P>0,05) tetapi sesudah diberikan terapi musik sebagian besar
setelah diberikan terapi musik klasik rata-rata sedang, sedangkan kelompok kontrol tetap nyeri
intensitas nyeri kelompok kontrol dengan sekali, dan (3) terdapat perbedaan tingkat nyeri
kelompok intervensi berbeda signifikan setelah diberikan terapi musik antara kelompok
(P=0,000; P<0,05). Rata-rata intensitas nyeri kontrol dan eksperimen pada pasien post operasi
kelompok intervensi menurun sebanyak 1,64 fraktur femur pada di ruang rawat inap bedah RS
dari rata-rata intensitas nyeri awal 5,57 menjadi Karima Utama Kartasura.
3,93. Penelitian yang dilakukan oleh Hanifah
Penelitian ini menggunakan jenis musik (2007) juga mendukung hasil penelitian yang
klasik karya Mozart .karena dari beberapa dilakukan oleh peneliti.Dimana Hanifah
penelitian musik yang paling banyak digunakan melakukan penelitian tentang Pengaruh Terapi
dalam terapi mengurangi nyeri adalah musik Musik Terhadap Intensitas Nyeri akibat
klasik Mozart dari sekian banyak karya musik Perawatan Luka Bedah Abdomen Di Badan
klasik, ciptaan milik Wolfgang Amadeus Mozart Pelaksana Kesehatan MasyarakatRumah Sakit
(1756-1791) yang paling dianjurkan. Penelitian Umum Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten
yang dilakukan Dr. Alfred Tomatis dan Don Blitar.Rancangan penelitian menggunakan Pre
Campbell sudah membuktikan musik klasik Eksperimental After Only Designdengan
mozart mengurangi tingkat ketegangan emosi metodeStatic Group Comparism. Sampel
atau nyeri fisik (Qittun, 2008). Musik yang diambil dari pasien yang menjalani perawatan
diberikan untuk terapi ini adalah musik klasik luka bedah abdomen dengan metode non
Mozart dari hasil penelitian nyeri berkurang probability sampling teknikpurposive sampling,
setelah diberikan terapi musik dengan musik berjumlah 18 orang yang terdiri dari 9
klasik, hal ini membuktikan walaupun orangkelompok kontrol dan 9 orang kelompok
responden berasal dari suku, umur dan jenis perlakuan. Pengumpulan data
kelamin yang berbeda yang membuat perbedaan menggunakanlembar observasi pengkajian nyeri
selera aliran musik, musik klasik secara umum dengan skala perilaku dari Margaret
bisa diterima dan dinikmati oleh semua Campbell.Sebagian besar (56%) intensitas nyeri
responden. pada kelompok kontrol adalah nyeri
Hasil penelitian ini sesuai dengan sedang,sedangkan yang terbanyak pada
penelitian McCaffrey yang menemukan bahwa kelompok perlakuan adalah intensitas nyeri
intensitas nyeri menurun sebanyak 33% setelah ringan(67%). Hasil uji statistikMann Whitney
terapi musik dengan musik klasik Mozart selama Test menggunakan tingkat kemaknaan P ≤ 0,05
20 menit terhadap pasien osteoarthritis (Jerrard, menunjukkan hasil signifikan dengan nilai P =
2004). 0,039, hal ini berarti bahwa adapengaruh terapi
Marvia (2008), melakukan penelitian musik terhadap penurunan intensitas nyeri akibat
tentang Pengaruh Tehnik Distraksi perawatan lukabedah abdomen.
(Mendengarkan Musik) Terhadap Penurunan Hasil penelitian Hartati, dkk juga
Nyeri Saat Menstruasi Hari Ke-1 Pada mendukung penelitian ini, dimana Hartati
Mahasiswa PSIK Universitas Muhammadiyah melakukan penelitian tentang pengaruh terapi
Yogyakarta dengan menggunakan musik klasik music klasik terhadap intensitas nyeri pada anak
mozart dan Kenny G, dari hasil penelitian ini usia sekolah saat dilakukan prosedur invasive di
didapatkan bahwa pada kelompok kontrol tidak RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, hasil
dilihat perbedaan yang signifikan sedangkan penelitian dianalisa dengan uji independent
pada kelompok intervensi terdapat perbedaan sample t.test didapatkan nilai mean ± SD untu
yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok control dan kelompok eksperimen
terapi musik dapat mengurangi nyeri secara masing-masing 3,00 ± 1,509 dan 6,73 ± 2,532
bermakna. (P= 0,001). Hal ini menunjukkan bahwa secara
Penelitian yang dilakukan oleh Sulastri statistic asa perbedaan bermakna antara
(2009) pada pasien pasca operasi fraktur femur kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
di ruang rawat inap bedah RS Karima Utama Terapi musik klasik punya pengaruh efektif dan
Kartasura juga terkait dengan efek terapi musik mengurangi intensitas nyeri anak usia sekolah
mengurangi nyeri paca operasi. Penelitian ini saat prosedur invasive (jurnal kebidanan dan
merupakan penelitian quasi eksperiment dengan keperawatan, 2008).
metode post test with only control group design. Penelitian lain juga yang mendukung
Populasi pada penelitian ini adalah pasien penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
dengan post op fraktur femur di ruang rawat oleh Syamer (2005) tentang efektifitas terapi
inap bedah RS Karima Utama Kartasura rata- musik untuk penurunan nyeri pada pasien post
rata tiap bulan 30 orang. Sampel penelitian operasi di rumah sakit umum pemerintah
sebanyak 32 pasien.Analisa data menggunakan Medan, penelitian ini dilakukan terhadap pasien
tehnik independen t test. Hasil penelitian post operasi di RSU H. Adam Malik Medan dan
menunjukkan (1) tingkat nyeri pasien post di Rsu Dr. Pirngadi Medan, hasil penelitian di
operasi fraktur femur pada di ruang rawat inap uji dengan paired sample T-test, ditarik
bedah RS Karima Utama Kartasura kelompok kesimpulan bahwa intensitas nyeri sebelum dan
sesudah intervensi pada kelompok eksperimen pasien paska operasi di RSUD
berbeda secara signifikan yaitu 0,005 (P<0,01). SwadanaTarutung dapat disimpulkan sebagai
Terapi musik ternyata memiliki pengaruh berikut:
tterhadap intensitas nyeri yang dirasakan oleh 1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pasien post operasi. nyeri pre intervensi antara kolompok kontrol
Hasil penelitian ini didukung pendapat dan kelompok intervensi, dimana p = 0,067.
Guzzetta (1989) yang berpendapat bahwa musik 2. Terdapat perbedaan yang signifikan nyeri
dapat menurunkan nyeri fisiologis, stres, dan post intervensi antara kelompok kontrol dan
kecemasan dengan mengalihkan perhatian kelompok intervensi dimana p = 0,000
seseorang dari nyeri (Potter & Perry, 2006).
Beberapa hasil penelitian membuktikan Saran
bahwa musik dapat menurunkan tekanan darah, 1. Bagi Rumah sakit
metabolisme dasar, dan pernafasan sehingga Diharapkan rumah sakit dapat menyediakan
mengurangi tekanan terhadap respon fisiologis media yang dapat dipergunakan untuk terapi
(Djohan, 2009). Penurunan intensitas nyeri pada musik.
responden yang mendengarkan terapi 2. Bagi Perawatan
musikdimungkinkan juga oleh adanya Dalam melakukan asuhan keperawatan pada
peningkatan pengeluaran endorfin.Endorfin pasien pasca operasi, nyeri adalah hal yang
merupakan bahan neuroregulator jenis harus dikaji. Nyeri berdampak terhadap
neuromodulator yang terlibat dalam sistem proses kesembuhan pasien karena nyeri
analgesia,banyak ditemukan di hipotalamus dan dapat mengurangi pemenuhan kebutuhan
area sistem analgesia (sistem limbik dan istirahat dan tidur, meningkatkan kecemasan
medulaspinalis).Sifat analgesia ini menjadikan sehingga memperlambat kesembuhan. Salah
endorfin sebagai opioid satu bentuk terapi yang sederhana namun
endogen.Endorfindianggap dapat menimbulkan memberikan manfaat adalah terapi
hambatan presinaptik dan hambatan postsinaptik musik.Oleh karena itu perawat dapat
padaserabut nyeri (nosiseptor) yang bersinaps di memanfaatkan terapi musik sebagai
kornu dorsalis.Serabut ini didugamencapai intervensi keperawatan nonfarmakologi
inhibisi melalui penghambatan neurotransmiter dalam mengurangi nyeri pasien pasca
nyeri seperti kalsium,prostaglandin, dan lain- operasi.
lain, terutama substansi. Hal ini sesuai dengan 3. Bagi peneliti selanjutnya
penelitianBahr (1994) yang membuktikan bahwa Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar
terdapat peningkatan kadar endorfin padapasien meneliti tentang pegaruh terapi musik
yang mendengarkan musik, ini dimungkinkan terhadap pasien pasca operasi besar, untuk
karena musik yang diperdengarkan dapat melihat apakah terapi musik masih memiliki
merangsang pengeluaran endorfin yang manfaat untuk mengurangi intensitas nyeri
berdampak menurunkan nyeri dan menimbulkan hebat (skala 10).
rasa nyaman pada pasien (Hanifah, 2007).
Musik dan nyeri mempunyai persamaan DAFTAR PUSTAKA
penting yaitu bahwa keduanya bisa digolongkan
sebagai input sensor dan output. Sensori input Ardinata (2007).Multidimensional nyeri.Jurnal
berarti bahwa ketika musik terdengar, sinyal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara.
dikirim keotak ketika rasa sakit dirasakan. Jika November 2007, volume 2, no. 2.
getaran musik dapat dibawa kedalam resonansi Baradero, dkk.(2008). Keperawatan
dekat dengan getaran rasa sakit, maka persepsi Perioperatif.Jakarta: Penerbit Buku
psikologis rasa sakit akan diubah dan Kedokteran EGC.
dihilangkan (Journal of the American Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan
Association for Musik Therapist, 1999). Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Sebagian besar pasien yang diberikan Kedokteran EGC.
terapi musik mengakui bahwa mereka merasa Djohan. (2009). Psikologi Musik. Yogyakarta:
tenang dan mengantuk.Sehingga mereka lupa Best Publisher.
dengan nyeri yang dirasakannya. Hal ini sesuai Erfandi.(2009). Respon Terhadap
dengan pernyataan Nurseha dan Djaaafar (2002) Nyeri.http://forbetterhealth.wordpress.com
yang mengatakan bahwa Musik klasik /2009/01/20/respon-terhadap-nyeri/.
mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan (diakses tgl 12 Maret)
emosi serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, Hanifah.(2007). Pengaruh Terapi Musik
melodi, dan harmoni yang teratur dan dapat Terhadap Intensitas Nyeri akibat
menghasilkan gelombang alfa serta beta dalam Perawatan Luka Bedah Abdomen Di
gelombang telinga sehingga memberikan Badan Pelaksana Kesehatan
ketenangan yang membuat otak siap menerima MasyarakatRumah Sakit Umum Ngudi
masukan baru, efek rileks dan menidurkan Waluyo Wlingi Kabupaten
(jurnal kebidanan dan keperawatan, 2008). Blitar.Laporan Hasil Penelitian
Mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas
KESIMPULAN DAN SARAN Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang.
Kesimpulan Haris. (1988). Elements Of Pain and Music.
Dari hasil penelitian tentang pengaruh http://people.uwec.edu/rasarla/research/ch
terapi musik terhadap intensitas nyeri pada
ronic_pain/index.htm. (diakses tgl 2
february).
Hartati. (2007). Pengaruh terapi musik klasik
terhadap intensitas nyeri pada anak usia
sekolah saat dilakukan prosedur invasive
di Rs PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. 2008
desember; 87-96; vol. 4, no 2
Jerrard. (2004). The uses & benefits of music
therapy in LTC.
http://www.amda.com/publications/caring/
february2004/musictherapy.cfm. (diakses
tgl 8 Mei)
Juliati. (2004). Efek Komunikasi Terapeutik
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan
Pasien Preoperasi di RSU Dr Pirngadi
Medan. Laporan hasil penelitian
mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan USU.
Notoatmodjo, S. (2007). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
Mettodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. (2006). Fundamental
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokeran EGC
Pratisto, A. (2009). Statistik Menjadi Mudah
Dengan SPSS 17. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Qittun. (2008). Tehnik distraksi.
http://qittun.blogspot.com/2008/10/tehnik-
distraksi.html. (diakses tgl 4 February).
Reynols, A. (1999). Music therapy on chronic
pain journal
articles.http://people.uwec.edu/rasarla/rese
arch/chronic_pain/index.htm. (diakses tgl
2 february).
Salampessy.(2004). Terapi Dengan Music.
Batam: Interaksa.
Sulastri, (2009). Perbedaan Tingkat Nyeri
Antara Kelompok Kontrol dan
Eksperimen Setelah Diberikan Terapi
Musik Pada Pasien Post Op Fraktur Femur
Di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit
Karima Utama Kartasura. Laporan hasil
penelitian mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Syamer.(2005). Efektifitas Terapi Musik Untuk
Penurunan Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Di Rumah Sakit Umum
Pemerintah Di Medan.Laporan Hasil
Penelitian Mahasiswa PSIK FK USU.