Anda di halaman 1dari 7

TUGAS METALURGI II

LIQUID PENETRANT INSPECTION

KELOMPOK 3
1. Zhulkivly Rumahorbo 02111540000111
2. Titania Eriani 02111640000068
3. Denny Oktavianto 02111740000062
4. Muhammad Firzi El Fauzi 02111740000119

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
LIQUID PENETRANT INSPECTION
Denny Oktavianto, Muhammad Firzi El Fauzi, Titania Eriani, Zhulkivly Rumahorbo
Departemen Teknik Mesin – Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Abstrak
Dunia industri identik dengan logam baik alat yang digunakan dalam proses industri
maupun komponennya, maka dari itu penting untuk mengetahui kualitas material atau logam
agar dapat menentukan metode pemeliharaan dan biaya suatu material tersebut. Salah satu uji
logam yaitu NDT (Non Destructive Test). Dimana NDT digunakan menguji suatu logam untuk
mengetahui adanya kecacatan atau diskontinuitas tanpa merusak material atau logam tersebut.
Salah satu metode yang digunakan ialah dye penetrant.
Prinsip kerja dari dye penetrant test meliputi pre clean material, apply penetrant, excess
penetrants, apply developer, visual inspection, dan post clean. Metodologinya yaitu Dye
penetrant di semprotkan ke benda uji agar meresap dan teridentifikasi adanya kecacatan atau
keretakan suatu material, dan untuk memperjelas bahwa dye penetrant dapat mengetahui
adanya diskontinuitas maka dibantu oleh developer. Nantinya developer tersebut yang akan
mengangkat dye penetrant yang tersisa didalam benda uji.
Dye penetrant test hanya dapat mengidentifikasi adanya kecacatan permukaan, dapat
dilakukan terhadap material yang tidak berpori, dan sisa zat kimia dari pengujian dapat
menyebabkan material atau benda uji kekurangan performa, namun selain itu dye penetrant
test mudah diaplikasikan karena bentuk botol aerosol dan biaya yang murah dan dapat
digunakan baik ferrous maupun non ferrous.
Kata Kunci: Dye penetrant, Non Destructive Test, Uji Logam

A. PENDAHULUAN NDT adalah pengujian suatu material


untuk mengetahui adanya cacat atau
Dunia industri identik dengan logam baik
kerusakan pada bagian material tanpa
alat yang digunakan dalam proses industri
merusak. Salah satu metode NDT yang
maupun komponennya, maka dari itu inspeksi
digunakan ialah dye penetrant. Dalam
cacat perlu dilakukan secara kontinu. Dengan
penulisan paper ini mempunyai beberapa
mengetahui terjadinya cacat sejak dini selain
masalah yang akan dibahas yaitu definisi,
akan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan
prinsip , prosedur, contoh aplikasi, kelebihan
kerja, juga akan mengetahui kualitas material
dan keterbatasan dari uji dye penetrant.
atau logam agar dapat menentukan metode
pemeliharaan serta biaya suatu material B. PEMBAHASAN
tersebut. Untuk mengetahui kecacatan suatu 1. Definisi Uji Dye Penetrant
material diperlukan suatu pengujian yang Dye penetrant adalah bahan yang
mampu mendeteksi keberadaan suatu cacat, digunakan dalam pengujian suatu
yaitu Non Destructive Test (NDT). material untuk mengetahui kecacatan
atau retak. Uji dye penetrant merupakan kapilernya, maka cairan masuk kedalam
salah satu metode pengujian jenis NDT retakan, celah atau pori-pori pada
(Non-Destructive Test) untuk mendeteksi permukaan material uji tersebut sampai
cacat permukaan pada benda padat yang ke bagian yang paling dalam.
tidak berpori-pori yang relatif mudah dan Setelah permukaan dibersihkan
praktis untuk dilakukan. Cacat yang dipakai developer untuk menyerap
terjadi bisa diakibatkan dari penetran, sehingga terlihat bekas yang
pembuatannya atau kelelahan material jelas pada retakan, celah atau pori-pori.
saat terus menerus digunakan. Uji dye penetrant digunakan untuk
Keretakan yang diidentifikasi menemukan cacat (diskontinu) di
adalah keretakan yang bersifat mikro atau permukaan terbuka dari komponen solid,
tidak bisa diidentifikasi secara kasat mata. baik ferrous maupun non-ferrous. Untuk
Keretakan ini dapat mengakibatkan cacat yang tidak sampai kepermukaan
terjadinya konsentrasi tegangan yang cara ini tidak dapat dilakukan.
bisa menimbulkan patahan. Pendeteksian 2. Prinsip Dye Penetrant
keretakan dengan cara ini tidak Prinsip dari pengujian ini ialah
bergantung ukuran, bentuk, arah memanfaatkan kemampuan cairan
keretakan, struktur bahan, maupun penetran untuk memasuki celah
komposisinya karena dye penetrant dapat diskontinu. Kerja developer untuk
meresap kedalam cacat di permukaan mengangkat kembali cairan yang
dalam semua jenis benda uji. Berikut ini meresap pada retakan, sehingga cacat
jenis material yang dapat diuji. dapat terdeteksi.
 Klasifikasi Dye Penetrant berdasarkan
cara pembersihannya:
1. The Water Washable Penetrant
System. Sistem ini dapat berupa
fluorescent atau visible dye.
Pembersihan harus dilakukan hati-hati,
karena dye penetrant dapat terhapus
dari permukaan yang retak. Derajat
dan kecepatan dari proses ini
tergantung pada karakteristik dari
spray nozzle, tekanan, temperatur air
selama pembersihan
2. The Post Emulsifisible System. Untuk
Gambar 1.1 menyelidiki keretakan yang sangat
Pengujian ini mempergunakan kecil, digunakan penetran yang tidak
sifat kapiler. Benda cair yang dapat dibasuh dengan air (not water
dipergunakan ialah cairan tidak kental washable). Hal ini penting agar tidak
dan mempunyai tegangan permukaan ada kemungkinan penetran terbasuh
kecil, yang biasanya berwarna sebagai oleh air. Penetran jenis ini dilarutkan
penetrant. Material uji dicelup atau dalam oli dan membutuhkan langkah
disemprot dengan cairan ini, karena sifat tambahan pada saat penyelidikan
yaitu pembubuhan emulsifier yang
dibiarkan pada permukaan benda
kerja. Hal ini harus menjaga batas
waktu agar penetran yang berada di
dalam keretakan tidak menjadi water
washable agar tidak terbasuh. Gambar 3.1
3. The Solvent Removable System. 2. Application of Penetrant
Digunakan pada saat pembersihan Pengujian spesimen dilakukan
permukaan di awal dan pembersihan dengan menyemprotkan atau
penetran. Penetran jenis ini larut mengolesi permukaan material dengan
dalam oli. Pembersihan akan optimal cairan penetran. Setelah itu biarkan
jika permukaan benda kerja di lap penetran bekerja beberapa saat.
dengan solven. Cara ini diterapkan
pada benda kerja yang besar. Proses
seperti ini biasanya dilakukan untuk
aplikasi yang khusus karena
memerlukan tenaga kerja yang relatif
banyak.
Gambar 3.2
 Klasifikasi Dye Penetrant berdasarkan
3. Removal of superfluous penetrant
pengamatan:
Permukaan spesimen dibersihkan
1. Visible Penetrant. Penetran ini pada
dari penetran yang berlebih untuk
umumnya berwarna merah. Proses ini
mendapatkan kontras yang optimal
tidak membutuhkan cahaya ultraviolet,
dan mencegah kesalahan akibat
tetapi membutuhkan cahaya putih yang
indikasi yang keliru.
cukup untuk pengamatan.
2. Fluorencent Penetrant. Jenis adalah
jenis dye penetrant yang dapat berkilau
bila disensitivitas. dye penetrant jenis
ini bergantung pada kemampuan untuk
menampilkan diri terhadap cahaya
ultraviolet.
3. Dual Sensitivity Penetrant. Ini adalah
Gambar 3.3
gabungan antara visible penerant dan
4. Application of Developer
fluorecent penetrant.
Untuk menarik cairan penetran
3. Prosedur
agar muncul ke permukaan
1. Cleaning the surface.
menggunakan cairan pengembang
Permukaan spesimen yang akan
(developer)
diuji harus dalam keadaan bersih agar
tidak terjadi kesalahan dalam
menentukan kegagalan material.

Gambar 3.4
5. Visual Inspection 3. Akurasi pengujian lebih tinggi
Pada tahap ini penetran akan bergerak dibandingkan dengan pengujian visual.
menuju developer yang dapat 4. Pengujian dilakukan dalam waktu yang
mengindetifikasi bahwa pada posisi relatif singkat
tersebut terjadi kecacatan atau 5. Pengujian dapat dilakukan pada lokasi
diskontinuitas. yang berbeda.

Keterbatasan Dye Penetrant:


1. Pegujian hanya dapat dilakukan pada
permukaan material.
2. Tidak selalu dapat digunakan pada suhu
tinggi, kotor, sudah pernah dicat dan
Gambar 3.5
permukaan yang kasar.
6. Post Cleaning
3. Material uji harus dibersihkan setelah
Spesimen dibersihkan kembali
sehingga tidak tersisa cairan penetran pengujian untuk menghilangkan bahan
maupun cairang pengembang. kimia dari Liquid Penetrant
4. Sangat bergantung pada keahlian
operator.
5. Beberapa produk penetrant dapat
merusak kulit bila menyentuh kulit secara
langsung.
C. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang didapati dari pembahasan
Gambar 3.6 sebagai berikut :
4. Contoh Aplikasi Dye Penetrant  Dye Penetrant dapat mendeteksi
Pengujian Liquid Penetrant dapat adanya cacat permukaan pada
digunakan untuk menganalisa beberapa material ferrous dan non ferrous
jenis ketidaksinambungan pada  Prinsip yang digunakan adalah
permukaan dan daerah sekitar kapilaritas sehingga dye penetrant test
permukaan material seperti; keretakan, tidak dapat digunakan pada material
pori-pori, seam, laps, dan kebocoran. yang berpori-pori
Liquid penetrant sangat mudah  Dapat mencari kerekatan dengan
diaplikasikan karena hanya menggunakan cepat, mudah diaplikasikan karena
sehingga sangat sering digunakan untuk murah dan bentuknya simple
mendeteksi kerusakan di suatu Saran untuk penulis :
komponen vital dalam sebuah alat  Penulis belum paham cara
penerbangan mengidentifikasi dye penetrant test
5. Kelebihan dan Keterbatasan Dye terhadap benda uji.
Penetrant  Tidak didukung dengan ilustrasi pada
Kelebihan Dye Penetrant: bagian prosedur sehingga kurang
1. Biaya untuk pengujian tergolong murah.
2. Pengujian mudah untuk dilakukan.
menggambarkan bagaimana pada
prosese tersebut
 Tidak konsisten dalam menyebut dye
penetrant atau liquid penetrant
sehingga bisa membuat pembaca
kebingungan
D. DAFTAR PUSTAKA
1. ASME 2001 Section V Article 6.
2. Budi Prasojo, ST (2002), Buku
Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan
Teknik Permesinan Kapal, PPNS-ITS
3. Dosen Metallurgi, (1986), Petunjuk
Praktikum Logam, Jurusan Teknik
Mesin FTI, ITS
4. Wanda Saputra, Metalurgi Fisik
Liquid Penetrant Test, Jurusan Teknik
Mesin, UMRI.
Pertanyaan-pertanyaan 5. Luthfi: Ketebalan material yang
1. Arif: Setelah diberikan penetran diuji ada batasan atau tidak?
dibersihkan menggunakan apa? Apakah dapat mendeteksi
Jawab: Digunakan lap kering yang kebocoran?
bahannya lembut dan dilakukan Jawab: Tidak dapat mendeteksi
pembersihan secara searah. kebocan karena liquid penetrannya
2. Bu Kis: Prinsip Kapiler? tidak dapat menempati kebocoran.
Jawab: Kapilaritas adalah gejala Tidak terbatas pada ketebalan
zat cair melalui ceah-celah sempit. berapapun karena hanya
Gejala kapilaritas disebabkan mendeteksi kerusakan pada
adanya gaya adhesi atau kohesi permukaan
antara zat cair dengan dinding 6. Novita: Kondisi Lingkungan yang
celah itu. Akibatnyam bila ideal untuk melakukan pengujian
pembuluh kaca dimasukkan dalam ini? Kondisi benda?
zat cair, permukaannya menjadi Jawab: Kondisi benda harus benar-
tidak sama. benar bersih, dan dilakukan pada
3. Vano: Sisa penetran apakah bisa suhu kamar.
berefek melemahkan benda uji?
Jawab: Tidak, tetapi dapat
mempengaruhi percobaan dalam
Dye Penetrant ini.
4. Wahyu: Tidak ada batasan untuk
temperatur? Apakah material harus
off/on operation?
Jawab: Berdasarkan ASTM
E1417, suhu yang dapat digunakan
pada rentang 40°F - 125°F (4°C -
52°C) agar penetran tidak
membeku atau menguap.
Pengujian juga dilakukan pada
kondisi off karena pada saat
operasi pastinya akan
menimbulkan panas yang dapat
memengaruhi hasil pengujian.

Anda mungkin juga menyukai