Makalah Gizi Dan Diet

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 19

BAB I

LANDASAN TEORI

A. Definisi
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi
yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yang disebabkan oleh penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati. (Yuliana elin, 2009)
Klasifikasi diabetes mellitus
1. Klasifikasi Klinis:
a. DM
 Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses
autoimun.
 Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan isulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati :
 Tipe II dengan obesitas
 Tipe II tanpa obesitas
b. Gangguan Toleransi Glukosa
c. Diabetes Kehamilan
2. Klasifikasi Resiko Statistik :
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan glukosa
B. Etiologi
1. DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pankreas yang disebabkan oleh:
 Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes mellitus itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe I
 Faktor imunologi (autoimun)
 Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.
2. DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensti insulin. Faktor resiko
yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II: usia, obesitas,
riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu
(Sudoyo Aru,dkk 2009):
1) < 140 mg/dl : normal
2) 140- < 200 mg/dl : toleransi glukosa terganggu
3) ≥ 200 mg/dl : diabetes

C. Patofisiologi
Karena proses penuaan, gaya hidup, infeksi, keturunan, obesitas dan
kehamilan akan menyebabkan kekurangan insulin atau tidak efektifnya insulin
sehingga sehinga terjadi gangguan permeabilitas glukosa di dalam sel.
Di samping itu juga dapat di sebabkan oleh karena keadaan akut kelebihan
hormon tiroid, prolaktin dan hormon pertumbuhan dapat menyebabkan peningkatan
glukosa darah.peningkatan kadar hormon – hoormon tersebut dalam jangka panjang
terutama hormon pertumbuhan di anggap diabetogenik ( menimbulkan diabet ).
Hormon – hormon tersebut merangsang pengeluaran insulin secara berlebihan oleh
sel-sel beta pulau lengerhans paankreas, sehingga akhirnya terjadi penurunan respon
sel terhadap innsulin dan apabila hati mengalami gangguan dalam mengolah glukoosa
menjadi glikogen atau proses glikogenesis maka kadar gula dalam darah akan
meningkat.
Dan apabila ambang ginjal dilalui timbullah glukosuria yang menybebkan
peningkatan volume urine, rasa haus tersimulasi dan pasien akan minum air dalam
jumlah yang banyak ( polidipsi )karena glukosa hilang bersama urine, maka terjadi
ekhilangan kalori dan starvasi seeluler, slera makan dan orang menjadi sering makan (
polifagi ).
Hiperglikemia menyebabkan kadar gula dalam keringat meningkat, keringat
menguap, gula tertimbun di dalam kulit dan menyebabkan iritasi dan gatal – gatal.
Akibat hiperglikemia terjadi penumpukan glukosa dalam sel yang yang merusak
kapiler dan menyebabkan peningkaatan sarbitol yang akan menyebabkann gangguan
fungsi endotel. Kebocoran sklerosis yang menyebabkan gangguan – ganguan pada
arteri dan kepiler.
Akibat hiperglikemia terjadi penimbunan glikoprotein dan penebalan
membran dasar sehingga kapiler terganggu yang akan menyebebkan gangguan perfusi
jaringan turun yang mempengaruhi organ ginjal, mata, tungkai bawah, saraf. (
Elizabeth J. Corwin, 2001 )

D. Pathway

E. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin


(Price & Wilson)

1. Kadar glukosa puasa tidak normal


2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria)dan timbul rasa haus (polidipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peruritas
vulva.
Kriteria diagnosis DM: (Sudoyo Aru, dkk 2009)

1. Gejala klasik DM+glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/Dl (11,1 mmol/L)


2. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu
3. Gejala klasik DM+glukosa plasma ≥ 126 mg/Dl (7,0 mmol/L). Puasa diartikan pasien
tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
4. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/Dl (11,1 mmol/L). TTGO dilakukan
dengan standar WHO, menggunakan beban setara dengan 75 gram glukosa anhidrus
dilarutkan kedalam air.

Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994): (Sudoyo Aru,dkk 2009)

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa (dengan karbohidrat yang
cukup)
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/kg BB (anak-anak),
dilarutkan dalam air 250 Ml dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
6. Periksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.

Pemeriksaan penunjang

1. Kadar glukosa darah


Tabel: kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring

Kadar Glukosa Darah


Sewaktu (mg/dl)
Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM
sewaktu
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100
Kadar Glukosa Darah
Puasa (mg/dl)
Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM
puasa
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 90-110

2. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
 Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
 Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
 Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl).

3. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes pemantauan
terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.

4. Tes saring
Tes-tes saring pada DM adalah:
 GDP,GDS
 Tes glukosa urin:
o Tes konvensional (metode reduksi/Benedict)
o Tes carik celup (metode glucose oxidase/Hexokinase)

5. Tes diagnostik
Tes-tes diagnostik pada DM adalah: GDP,GDS,GD2PP (Glukosa darah 2 jam post
prandial), Glukosa jam ke 2 TTGO

6. Tes monitoring terapi


Tes-tes monitoring terapi DM adalah:
 GDP: plasma vena, darah kapiler
 GD2PP: plasma vena
 A1c: darah vena, darah kapiler

7. Tes untuk mendeteksi komplikasi


Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah:
 Mikrobalbuminuria: urin
 Ureum, Kreatinin, Asam urat
 Kolestrol total: plasma vena (puasa)
 Kolestrol LDL: plasma vena (puasa)
 Kolestrol HDL: plasma vena (puasa)
 Trigliserida: plasma vena (puasa).

Penatalaksanaan
Insulin pada DM tipe 2 diperlukan pada keadaan:
1. Penurunan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3. Ketoasidosis diabetik (KAD) atau Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
(HONK)
4. Hoperglikemia dengan asidosis laktat
5. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
6. Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA stroke)
7. Kehamilan dengan DM/ diabetes mellitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
8. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
9. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

F. Tanda dan Gejala

Beberapa gejala DM tipe 2 yaitu sering berkemih (poliuria), meningkatnya rasa


haus (polidipsia), banyak makan (polifagia), kehilangan berat badan secara drastis,
pandangan kabur, dan merasa kelelahan (fatigue). Selain itu, ditandai dengan sering
buang air kecil pada malam hari (nokturia) dan lesu (lethargy). Gejala yang dikeluhkan
pada penderita antara lain kesemutan, penurunan berat badan, serta 3 gejala khas DM
yaitu polidipsia,poliuria, dan polifagia.
G. Komplikasi
a. Akut

 Koma hipoglikemia
 Ketoasidosis
 Koma hiperosmolar nonketotik

b. Kronik

 Makroangiopati, menegnai pembuluh darah besar, pembukluh darah jantung,


pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak
 Mikroangiopati, mengenaipembuluh darah kecil, retino diabetik, nefropati
diabetik
 Neuropati diabetik
 Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru, gingivitas, dan infeksi saluran kemih
 Kaki diabetik.
BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus semu:

Pada tanggal 12 april 2017, seorang klien merasa sakit dengan keluhan utama nyeri seperti
ditusuk-tusuk pada daerah kaki. Karena keadaan klien yang tidak membaik maka dibawa oleh
anak nya ke rumah sakit, dan dianjurkan untuk rawat inap sejak tanggal 12 april 2017 dan
ditempatkan di ruang Angsoka.

A. Pengkajian

Pada tahap pengkajian penulis mengumpulkan data denga cara wawancara kepada
klien dan anak kandung klien (Ny. A dan Tn.M), observasi, melihat catatan medik dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Ny. A dengan diabetes mellitus yang dirawat di
Ruang Flamboyan RSUD. Abdul Wahab Syahranie Samarinda.

1. Biodata

Nama : Ny. A
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Janda
Pendidikan : SMP/SLTP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl.Pangeran Antasari Rt.07 No.52 Samarinda
Tanggal masuk : 12 April 2017
Tanggal pengkajian : 13 April 2017 jam 10.00 pagi
No. Register : 6118182
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama:
“Nyeri seperti ditusuk-tusuk pada daerah kaki’’
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien selain mempunyai DM juga mempunyai penyakit hipertensi.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan sudah mempunyai riwayat diabetes mellitusnya 5 tahun yang lalu
sudah berulang kali dirawat di rumah sakit sebanyak 4 kali.
d. Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang mempunyai penyakit keturunan diabetes mellitus dan
hipertensi.
e. Pola aktivitas sehari-hari
Adapun pola aktivitas sehari-hari klien meliputi beberapa aktivitas sebagai berikut:
1) Istirahat dan tidur
Sebelum sakit pasien tidur 7- 8 jam pada malam hari dan kadang tidur siang
selama 2 jam. Selama sakit pasien tidur 4-5 jam dan kadang-kadang sering
terbangun tidur siang hanya 1-2 jam.
2) Pola eliminasi
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB satu kali sehari
dengan BAK 8-50 kali sehari, selama sakit BAB satu kali dengan konsistensi
padat, BAK 6-8 kali sehari.
3) Pola makan dan minum
Sebelum sakit pasien makan 2-3 kali sehari, pasien minum 6-7 gelas. Selama
sakit keluarga mengatakan setiap kali makan habis setengah porsi,. Pasien
minum 3-5 gelas.
4) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit pasien mengatakan dapat beraktivitas normal. Makan/ minum,
mandi, berpakaian, mobilisasi di tempat tidur, berpindah.
f. Data psiko sosial
1) Pola komunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar. Pasien mengatakan nyeri
pada kedua kakinya pasien diskontinuitas jaringan. Seperti ditusuk-tusuk saat
pasien aktivitas.
2) Orang yang paling dekat dengan pasien
Pasien berperan sebagai nenek dari ketiga cucunya selama di rumah
sakit selalu ditunggui cucu dan anaknya, hubungan keluarga sangat baik.
3) Pola persepsi diri dan konsep diri

Pasien selama dirawat di rumah sakit tidak dapat melakuakan aktivitas,


pasien tidak menyukai keadaannya saat ini, pasien sebagai nenek bagi ketiga
cucunya. Pasien berharap dapat sembuh dan dapat menjalankan aktivitasnya.

g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah, kesadaran composmentis.
2) Tanda-tanda vital
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 160/80 mmHg,
o
denyut nadi 84 x/menit, suhu badan 36,5 C, berat badan sebelum sakit 43 kg
sedangkan berat badan sekarang 38 kg.
3) Kepala dan rambut
Kepala berbentuk mesochepalu, simetris kiri dan kanan. Warna rambut hitam
keputihan dan panjang. Pada mata simetris, konjungtiva anemis, sclera tdak
ikterik, penglihatan jelas tidak menggunakan alat bantu. Telinga simetris, bersih,
tidak ada serumen, dan tidak ada gangguan pendengaran. Pada hidung tidak ada
perdarahan dan tidak ada septum pelasiosi. Wajah tidak pucat. Mukosa mulut
kerig, bibir kering, dehidrasi, dan tidak ada perdarahan pada rongga mulut.
4) Leher
Pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, posisi trakhea berada ditengah,
dan tidak ada kekakuan leher.
5) Pemeriksaan dada/ thoraks
Bentuk dada simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada kesulitan dalam
bernafas/sesak nafas.
6) Pemeriksaan abdomen
Abdomen datar simetris, tidak ada nyeri tekap pada abdomen, tidak asites, dan
tidak ada luka memar atau lesi pada abdomen.
7) Pemeriksaan ekstermitas
Tangan kanan terpasang infus, kedua kaki nyeri, berjalan dengan bantuan
keluarga.
8) Pemeriksaan genetalica
Genetalia bersih tidak ada kelainan dibuktikan dengan tidak terpasangnya kateter.

3. Pemeriksaan penunjang
a. Diagnosa medis: Diabete mellitus
b. Pemeriksaan diagnostik:
Laboratorium
Tanggal 14 april 2017
a) Hematologi
1) Hemoglobin :10,9 G/dl
2) Trombosit :384,000/mm3
3) Sosinofil :3 %
4) Limfosit :20%
5) Eritrosit :3,55 mm/jam
6) Leusosit :10,400 G/dl
7) Damnosit :6%

b) Kimia darah
1) GDS :383 mg/dl
2) Ureum :21 mg/dl
3) Kreatinin :0,6 mg/dl
4) Kolestrol :148 mg/dl
5) Trigliserid :85 mg/dl

4. Data Fokus
Dari hasil pengkajian pada klien Ny. A dengan penyakit diabetes mellitus
didapatkan data fokus, sebagai berikut:
a. Data subyektif
1) Pasien mengeluh nyeri dikedua kaki nya
2) Pasien mengatakan bahwa kencingnya banyak
3) Pasien mengatakan pandangan kabur
4) Pasien mengatakan lemas
5) Pasien mengatakan belum mengerti diet penyakit DM
b. Data obyektif
1) Peningkatan output urin, 8-10 sehari
2) Membran mukosa kerig dan bibir kering, dehidrasi
3) Hiperglisemi GD I: 186 mg/dl, GD II: 371 mg/dl
4) Terpasang infus RL 20+pm di tangan kanan
5) Pasien lemah
6) Diet 1700 kalori
7) Pasien sering menanyakan tentang diet DM
8) Ketika ditanya penatalaksanaan diet DM, pasien tidak mengerti
9) Ekspresi wajah tampak menahan nyeri

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan proses perapuhan tulang


2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebihan
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hiperglikemia
5. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energy
6. Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa
7. Kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan diit DM berhubungan
dengan kurangnya pemahaman terhadap diit DM

C. Perencanaan

Diagnosa Tujuan Intervensi


Nyeri berhubungan setelah dilakukan - Kaji tingkat nyeri pada pasien
dengan proses perawatan 2 х 24 - Ajarkan teknik relaksasi
perapuhan tulang jam nyeri - Ukur tanda-tanda vital
berkurang - Kolaborasikan pemberian
analgesik
- Batasi aktivitas pasien
Kekurangan volume Kebutuhan volume - Kaji adanya riwayat muntah dan
cairan berhubungan cairan terpenuhi kencing banyak
dengan output setelah dilakukan - Monitor nadi perifer, turgor kulit
berlebihan perawatan 2 х 24 mukosa
jam - Monitor intake dan output
- Kolaborasikan pemberian cairan
IV sesuai indikasi

Resiko tinggi infeksi Infeksi tidak terjadi - Observasi tanda-tanda infeksi


berhubungan dengan setelah dilakukan - Kolaborasikan pemberian
hiperglikemia tindakan antibiotik sesuai indikasi
keperawatan 2 х 24 - Anjurkan cuci tangan sebelum
jam dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan
- Pelihara tindakan antiseptik
dalam melakukan tindakan
intesif misal: perawatan infus
Perubahan Kebutuhan nutrisi - Timbang berat badan secara
pemenuhan terpenuhi teratur
kebutuhan nutrisi - Tentukan program diet dan pola
berhubungan dengan makan pasien serta bandingkan
peningkatan glukosa dengan makanan yang dapat
dalam darah dihabiskan pasien.
- Berikan diet DM 1700 kalori
sesuai program.
- Lakukan pemeriksaan GD
secara teratur.
D. Terapi Nutrisi Pada Penyakit Diabetes Mellitus
Diet diabetes mellitus merupakan pengaturan pola makan bagi penderita
diabetes mellitus berdasarkan jumlah, jenis, dan jadwal pemberian makanan
(Sulistyowati,Lilis,2011).
Prinsip diet bagi penderita DM adalah mengurangi dan mengatur konsumsi
karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula
darah.Pengaturan makan (diet) merupakan komponen utama keberhasilan pengelolaan
Diabetes Mellitus, akan tetapi mempunyai kendala yang sangat besar yaitu kepatuhan
seseorang untuk menjalaninya. Prinsip pengaturan makan pada penderita diabetes
hampir sama dengan anjuran makan untuk orang sehat masyarakat umum, yaitu
makanan yang beragam bergizi dan berimbang atau lebih dikenal dengan gizi
seimbang maksudnya adalah sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Hal yang sangat penting ditekankan adalah pola makan yang disiplin
dalam hal Jadwal makan, Jenis dan Jumlah makanan atau terkenal dengan istilah 3 J.
Pengaturan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi tersebar
sepanjang hari.

Syarat Diet

Syarat-syarat diet penyakit Diabetes Melitus adalah:

 Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan
energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal
sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan
keadaan khusus, misalnya kehamilan atau laktasi serta ada tidaknya komplikasi.
Makanan dibagi menjadi 3 porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan
sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan (masing-masing 10-15%).

 Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.

 Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk
<10% dari kebuthan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh
ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan
dibatasi, yaitu ≤ 300 mg/hari.

 Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-70%.
 Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali
jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali,
diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.

 Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah bahan
pemanis selain sakarosa. Ada dua jenis gula alternatif yaitu yang bergizi dan yang
tidak bergizi. Gula alternatif bergizi adalah fruktosa, gula alkohol berupa sorbitol,
monitol, dan silitol, sedangkan gula alternatif tak bergizi adalah aspartam dan sakarin.
Penggunaan gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah
20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol dan LDL, sedangkan
gula alkohol dalam jumlah berlebihan mempunyai pengaruh laksatif.

 Asupan serat dianjurkan 25gr/ hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat
di dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata memenuhi kebutuhan serat sehari.

 Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium


dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari. Apabila
mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi.

 Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup, penambahan
vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak diperlukan.

Penentuan gizi penderita ditentukan berdasarkan persentase Berat Badan


Relatif (BBR)

BB
BBR = x 100% (BB: Kg, TB: cm)
TB - 100

Kriteria:
• Kurus (underweight) : BBR < 90%
• Normal (ideal) : BBR 90 – 110%
• Gemuk (overweight) : BBR > 110%
• Obesitas : BBR > 120%
Pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari bagi penderita DM :
• Kurus : BB x 40-60 kalori
• Normal : BB x 30 kalori
• Gemuk : BB x 20 kalori
• Obesitas : BB x 10 – 15 kalori

Komposisi diet yang digunakan :


• Karbohidrat : 68%
• Protein : 12%
• Lemak : 20%

Diet DM diberikan dengan interval waktu 3 jam


• Pukul 06.30 = makan pagi
• Pukul 09.30 = snack atau buah
• Pukul 12.30 = makan siang
• Pukul 15.30 = snack atau buah
• Pukul 18.30 = makan malam
• Pukul 21.30 = snack atau buah
• Jumlah makanan yang diberikan harus habis dan sesuai dengan intervalnya

Diet pada DM Tipe 1


Pasien penderita Diabetes Tipe 1 (IDDM) memerlukan terapi diet untuk
mengendalikan kadar glukosa darah.
Tujuan Diet Diabetes Mellitus Tipe 1
a. Mengendalikan kadar glukosa dan lemak darah
b. Mempertahankan asupan energi dan protein untuk tumbuh kembang di
samping kebutuhan gizi lainnya.
c. Menghasilkan status gizi dan kesehatan yang memadai
d. Mencegah komplikasi akut mapupun kronis yang dapat membawa
kematian atau disabilitas

Terapi Diet Diabetes Mellitus Tipe 1


a. Makan makanan secara teratur (3 kali makanan pokok dan 3 kali
cemilan/hari dengan waktu yang kurang lebih sama setiap hari)
b. Makan makanan dengan jumlah kalori yang cukup untuk memungkinkan
tumbuh kembang normal
c. Makan karbohidrat dengan jumlah yang sama setiap kali makan makanan
utama atau makanan camilan untuk meningkatkan pengendalian glukosa darah
d. Batasi asupan lemak khususnya lemak jenuh rantai panjang dan kolesterol
e. Batasi asupan gula sederhana termasuk gula pasir, gula aren, madu, sirup
jagung, dan mungkin pula fruktosa
f. Meningkatkan asupan serat hingga 25 g/hari
g. Mempertahankan BB optimal atau ideal
h. Ikutsertakan olahraga atau latihan jasmani dalam perencaan kesehatan
i. Lakukan olahraga 1 jam sebelum makan untuk meningkatkan
pengendalian glukosa darah

Diet Diabetes Mellitus Tipe 2


Prinsip penanganan diet DM tipe 2 sama seperti DM tipe 1, namun pemberian
insulin mutlak diberikan kepada pasien yang menderita DM tipe 1.
Tujuan diet Diabetes Mellitus Tipe 2
a. Mengendalikan kadar glukosa darah dan lemak darah agar komplikasi
diabetes dapat dicegah atau ditunda
b. Mendapatkan dan mempertahankan BB normal atau ideal
c. Menghasilakn status gizi yang adekuat
d. Menghasilkan kebugaran dan nyaman tubuh karena pengendalian gula
dapat menghilangkan keluhan mudah lelah, sering pusing atau sakit kepala,
kram, kesemutan, gatal-gatal dan sebagainya.

Nutrisi Preventif DM tipe 2


a. Pencegahan obesitas pada pasien-pasien yang beresiko diabetes
b. Asupan serat pangan 25 gram/1000 kalori, khusunya kadar serat larut
yang dapat membantu mengendalikan kadar glukosa dan menambah rasa
kenyang
c. Menghindari asupan kalori yang berlebihan
d. Olahraga teratur
Terapi nutrisi untuk mengendalikan glukosa darah pada penderita DM tipe 2 :
a. Jadwal makan yang teratur, jumlah kalori dari makanan sesuai dengan
kebutuhan dan jenis makanan dengan indeks glikemik yang tinggi harus
dibatasi
b. Asupan kolesterol < 300mg, karena pasien DM tipe 2 beresiko terkenan
penyakit kardiovaskuler. Pada pasien diabetes yang menderita
dislipidemia, asupan kolesterol < 200mg/hari
c. Asupan serat 25 gram/hari, baik larut maupun tidak larut
d. Menghindari suplemen niasin yang berlebihan karena dapat meningkatkan
kadar glukosa darah.
e. Pengendalian BB
f. Olahraga aerobik yang teratur
g. Pemantauan kadar gkukosa darah
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.ump.ac.id/4604/3/KHAERUL%20ANWAR%20ROSADI%20BAB
%20II.pdf

http://eprints.ums.ac.id/25641/10/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

sisanya dari materi yang dikirimin kak piya trus sama dari buku yg difotoin kk fiya
kmrn. Aku ndk bisa buat dapus

Anda mungkin juga menyukai