Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan
hidayahnya kepada ilahi sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Adapun makalah yang kami buat ini yang berjudul ‘’ Fungsi Controlling Dalam
Manajemen”. Penulisan makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan terima
kasih kepada:
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi.
Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan.
Suatu Pengawasan dikatakan penting karena tanpa adanya pengawasan yang baik
tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya
itu sendiri maupun bagi para pekerjanya. Di dalam suatu organisasi terdapat tipe-tipe
pengawasan yang digunakan, seperti pengawasan Pendahuluan (preliminary
control), Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control), Pengawasan
Feed Back (feed back control).
Di dalam proses pengawasan juga diperlukan tahap-tahap pengawasan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Tahap-tahap pengawasan tersebut terdiri dari
beberapa macam, yaitu Tahap Penetapan Standar, Tahap Penentuan Pengukuran
Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap
Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan dan Tahap
Pengambilan Tindakan Koreksi.
Suatu organisasi juga memiliki perancangan proses pengawasan yang berguna
untuk merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar proses pengawasan
berjalan sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau direncanakan. Untuk menjalankan
proses pengawasan tersebut dibutuhkan alat bantu manajerial dikarenakan jika terjadi
kesalahan dalam suatu proses dapat langsung diperbaiki. Selain itu, pada alat-alat
bantu pengawasan ini dapat menunjang terwujudnya proses pengawasan yang sesuai
dengan kebutuhan. Pengawasan juga meliputi bidang-bidang pengawasan yang
menunjang keberhasilan dari suatu tujuan organisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi fungsi controlling?
2. Apa saja prinsip fungsi controlling?
3. Apa saja prinsip pokok fungsi controlling?
4. Apa manfaat fungsi controlling?
5. Bagaimana proses fungsi controlling?
6. Apa saja objek fungsi controlling?
7. Apa saja jenis fungsi controlling?
8. Apa tujuan fungsi controlling?
9. Apa saja asas fungsi controlling?
10. Bagaianakah cara – cara untuk melakukan controlling ?
11. Apa saja sifat dan waktu controlling ?
12. Apa saja alat fungsi controlling ?
13. Apa saja tipe- tipe controlling ?
14. Apa saja faktor yang membuat controlling diperlukan ?
15. Apa saja syarat controlling ?
16. Apakah pentingnya controlling ?
17. Bagaimana tahap – tahap controlling ?
18. Apa saja metode controlling ?
19. Bagaimana karakteristik – karakteristik controlling yang efektif itu ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi fungsi controlling
2. Mengetahui prinsip – prinsip fungsi controlling
3. Mengetahui prinsip pokok controlling
4. Mengetahui manfaat controlling
5. Mengetahui proses controlling
6. Mengetahui obyek controlling
7. Mengetahui jenis controlling
8. Mengetahui tujuan controlling
9. Mengetahui asas- asas controlling
10. Mengetahui cara - cara controlling
11. Mengetahui sifat dan waktu controlling
12. Mengetahui alat fungsi controlling
13. Mengetahui tipe- tipe controlling
14. Mengetahui faktor yang membuat controlling diperlukan
15. Mengetahui syarat controlling
16. Mengetahui pentingnya controlling
17. Mengetahui tahap – tahap controlling
18. Mengetahui metode controlling
19. Mengetahui karakteristik – karakteristik controlling yang efektif
BAB II
PEMBAHASAN
4. Manfaat Controlling
Bila fungsi wasdal dilaksanakan dengan tepat, organisasi akan memperoleh manfaat
berupa:
a. Dapat mengetahui sejauh mana program sudah dilaukan oleh staf, apakah sesuai
dengan standar atau rencana kerja, apakah sumberdaya telah digunakan sesuai
dengan yang telah ditetapkan. Fungsi wasdal akan meningkatkan efisiensi
kegiatan program.
b. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
c. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan
dan telah dimanfaatkan secara efisien.
d. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
e. Untuk memberikan ruang regular untuk superviesees untuk merenungkan isi dan
pekerjaan mereka.
f. Untuk menerima informasi dan perspektif lain mengenai pekerjaan seseorang.
g. Untuk menjadi dukungan baik segi pribadi ataupun pekerjaan
h. Untuk memastikan bahwa sebagai pribadi dan sebagai orang pekerja tidak
ditinggalkan tidak perlu membawa kesulitan, masalah dan proyeksi saja.
i. Untuk menjadi pro-aktif bukan re-aktif
j. Untuk memastikan kualitas pekerjaan
5. Proses Controlling
1) Penetapan standar pelaksanaan (perencanaan)
Tahap pertama dalam pengendalian adalah penetapan standar pelaksanaan. Standar
mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai
“patokan” untuk penilaian hasil-hasil. Standar adalah kriteria-kriteria untuk mengukur
pelaksanaan pekerjaan. Kriteria tersebut dapat dalam bentuk kuantitatif ataupun
kualitatif. Standar pelaksanaan (standard performance) adalah suatu pernyataan
mengenai kondisi-kondisi yang terjadi bila suatu pekerjaan dikerjakan secara
memuaskan.
Standar pelaksanaan pekerjaan bagi suatu aktifitas menyangkut kriteria: ongkos,
waktu, kuantitas, dan kualitas. Tipe bentuk standar yang umum adalah:
a) Standar-standar fisik, meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah langganan,
atau kualitas produk.
b) Standar-standar moneter, yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup biaya
tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan lain-lain.
c) Standar-standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu
pekerjaan harus diselesaikan.
2) Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
Penentuan standar akan sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur
pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam pengendalian adalah
menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat.
3) Pengukuran pelaksanaan kegiatan
Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan pengukuran
pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus-menerus. Ada
berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan yaitu pengamatan
(observasi), laporan-laporan (lisan dan tertulis), pengujian (tes), atau dengan
pengambilan sampel.
4) Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan
pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.
5) Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil.
Tindakan koreksi mungkin berupa:
a. Mengubah standar mulu-mulu (barangkali terlalu tinggi atau terlalu rendah)
b. Mengubah pengukuran pelaksanaan
c. Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpangan-
penyimpangan.
6. Obyek Controlling
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan manajerial, ada lima jenis obyek yang perlu
dijadikan sasaran pengawasan.
1. Obyek yang menyangkut kuantitas dan kualitas barang atau jasa. Pengawasan ini
bersifat fisik.
2. Keuangan
3. Pelaksanaan program dilapangan
4. Obyek yang bersifat strategis
5. Pelaksanaan kerja sama dengan sektor lain yang terkait.
7. Jenis Controlling
Berdasarkan bagian yang akan diawasi pengawasan dibedakan atas :
1) Pengendalian karyawan (Personal control).
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan
pegawai, apakah pegawai bekerja sesuai dengan perintah, rencana, tata kerja, absensi
pegawai dan lain-lain.
2) Pengendalian keuangan (Financial control)
Pengendalian ini ditujukan untuk hal-hal yang menyangkut keuangan,tentang
pemasukan dan pengeluaran,biaya-biaya perusahaaan termasuk pengendalian
anggaranya.
3) Pengendalian produksi (Production control).
Yaitu pengendalian yang difokuskan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas
produksi yang dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
4) Pengendalian waktu (Time control)
Pengendalian ini ditujukan kepada penggunaan waktu, artinya apakah waktu untuk
mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.
5) Pengendalian teknis (Technical control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan
dengan tindakan dan teknis pelaksanaan.
6) Pengendalian kebijaksanaan (Policy control).
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai apakah kebijaksanaan
organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang digariskan.
7) Pengendalian penjualan (Sales control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah produksi yang dihasilkan terjual
sesuai rencana yang ditentukan.
8) Pengendalian inventaris (Inventory control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah inventaris perusahaan masih ada
semuanya atau ada yang hilang.
9) Pengendalian pemeliharaan (Maintenance control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah semua inventaris perusahaan
dan kantor terprlihara atau tidak,dan mengetahui kerusakan.
8. Tujuan Controlling
Adapun tujuannya adalah:
1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, hambatan, dan ketidakadilan
2. Mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, hambatan, dan ketidakadilan
3. Mendapatkan cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik
4. Menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi, dan akuntabilitas
organisasi
5. Meningkatkan kelancaran operasi organisasi
6. Meningkatkan kinerja organisasi
7. Memberikan opini atas kinerja organisasi
8. Mengarahkan manajemen untuk melakukan koreksi atas masalah-masalah
pencapaian kerja yang ada
9. Menciptakan terwujudnya organisasi yang bersih
9. Asas-Asas Controlling
Harold Koontz dan Cyril O’Donnel menetapkan asas pengawasan sebagai berikut :
1. Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective), pengawasan harus
ditujukan kearah tercapainya tujuan, yaitu dengan mengadakan perbaikan (koreks)
untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan/deviasi dari perencanaan.
2. Asas efisiensi pengawasan (principle of efficiency of control). Pengawasan itu
efisien bila dapat menghindari deviasi-deviasi dari perencanaan, sehingga tidak
menimbulkan hal-hal lain yang diluar dugaan.
3. Asas tanggung jawab pengawasan (principle of control responsibility).
Pengawasan hanya dapat dilaksanakan apabila manager bertanggung jawab penuh
terhadap pelaksanaan rencana.
4. Asas pengawasan terhadap masa depan (principle of future control).
Pengawasan yang efektif harus ditujukan kearah pencegahan penyimpangan
perencanaan yang akan terjadi baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan
datang.
5. Asas pengawasan langsung (principle of direct control). Teknik kontrol yang
paling efektif ialah mengusahakan adanya manager bawahan yang berkualitas baik.
Pengawasan itu dilakukan oleh manager atas dasar bahwa manusia itu sering berbuat
salah .Cara yang paling tepat untuk menjamin adanya pelaksanaan yang sesuai dengan
perencanaan ialah mengusahakan sedapat mungkin para petugas memiliki kualitas
yang baik.
6. Asas refleks perencanaan (principle of replection of plane). Pengawasan harus
disusun dengan baik, sehingga dapat mencerminkan karakter dan susunan
perencanaan.
7. Asas penyesuaian dengan organisasi (principle of organizational suitability).
Pengawasan harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. Manager dan
bawahannya merupakan sarana untuk melaksanakan rencana. Dengan demikian
pengawasan yang efektif harus disesuaikan dengan besarnya wewenang manager,
sehingga mencerminkan struktur organisasi.
8. Asas pengawasan individual (principle of individuality of control). Pengawasan
harus sesuai dengan kebutuhan manager. Teknik kontrol harus ditunjukan terhadap
kebutuhan-kebutuhan akan informasi setiap manager. Ruang lingkup informasi yang
dibutuhkan itu berbeda satu sama lain, tergantung pada tingkat dan tugas manager.
9. Asas standar (principle of standard). Control yang efektif dan efisien
memerlukan standar yang tepat, yang akan dipergunakan sebagai tolak ukur
pelaksanaan dan tujuan yang tercapai.
10. Asas pengawasan terhadap strategis (principle of strategic point control).
Pengawasan yang memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-
faktor yang strategis dalam perusahaan.
11. Asas pengecualian (the exception principle). Efisien dalam control membutuhkan
adanya perhatian yang ditujukan terhadapfaktor kekecualian. Kekecualian ini dapat
terjadi dalam keadaan tertentu ketika situasi berubah/atau tidak sama.
12. Asas pengawasan fleksibel (principle of flexibility of control). Pengawasan harus
luwes untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan rencana.
13. Asas peninjauan kembali (principle of review). Sistem kontrol harus ditinjau
berkali-kali agar sistem yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
14. Asas tindakan (principle of action). Pengawasan dapat dilakukan apabila ada
ukuran-ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi,
staffing dan directing.
KEBURUKAN :
Waktu seorang manajer banyak tersita,sehingga waktu untuk pekerjaan lainya
berkurang,misalnya planning lain-lainya.
Mengurangi inisiatif bawahan,karena mereka merasa bahwa atasanya selalu
mengamatinya.
Ongkos semakin besar karena adanya biaya perjalanan dan lain-lainya.
Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara inspeksi langsung,observasi di tempat
(on the spot observation) dan laporan di tempat (on the spot report)
KEBURUKAN :
Laporan kadang-kadang kurang objective,karena ada kecendrungan untuk
melaporkan yang baik-baik saja.
Jika ada kesalahan-kesalahan terlambat mengetahuinya,sehingga perbaikanya
pun terlambat.
Kurang menciptakan hubungan-hubungan antara atasan dan bawahan.
Pengawasan berdasarkan kekecualian, pengendalian yang dikhususkan untuk
kesalahan-kesalahan yang luar biasa dari hasil atau standar yang
diharapkan,pengendalian ini dilakukan dengan cara kombinasi langsung dan tidak
langsung oleh manajer.
7. Menurut G. R. Terry dalam Sukama (1992, hal. 116) proses pengawasan terbagi
atas 4 tahapan, yaitu:
a) Menentukan standar atau dasar bagi pengawasan.
b) Mengukur pelaksanaan
c) Membandingkan pelaksanaan dengan standar dan temukanlah perbedaan jika ada.
d) Memperbaiki penyimpangan dengan cara-cara tindakan yang tepat.
9. Menurut Maman Ukas (2004:338) menyebutkan tiga unsur pokok atau tahapan-
tahapan yang selalu terdapat dalam proses pengawasan, yaitu:
a) Ukuran-ukuran yang menyajikan bentuk-bentuk yang diminta. Standar ukuran ini
bisa nyata, mungkin juga tidak nyata, umum ataupun khusus, tetapi selama seorang
masih menganggap bahwa hasilnya adalah seperti yang diharapkan.
b) Perbandingan antara hasil yang nyata dengan ukuran tadi. Evaluasi ini harus
dilaporkan kepada khalayak ramai yang dapat berbuat sesuatu akan hal ini.
c) Kegiatan mengadakan koreksi. Pengukuran-pengukuran laporan dalam suatu
pengawasan tidak akan berarti tanpa adanya koreksi, jikalau dalam hal ini diketahui
bahwa aktivitas umum tidak mengarah ke hasil-hasil yang diinginkan.
1. Kesimpulan
Pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.
Tipe-tipe pengawasan yaitu ; Pengawasan Pendahuluan (preliminary
control),Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control), Pengawasan
Feed Back (feed back control). Tahap Proses Pengawasan ; Menetapkan standar
pelaksanaan (perencanaan), Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan,
Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standard dan penganalisa penyimpangan
–penyimpangan, Pengambilan tindakan koreksi.
Pengawasan penting disebabkan karena Perubahan lingkungan organisasi,
Peningkatan kompleksitas organisasi, Meminimalisasikan tingginya kesalahan-
kesalahan, Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang, Komunikasi dan
Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi.
Tahap-tahap dalam proses controlling adalah :
1. Penetapan standar pelaksanaan
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan
4. Pembanding pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan
5. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan.
Karakteristik-karakteristik proses controlling yang efektif diantaranya adalah :
akurat, tepat waktu, obyektif dan menyeluruh, terpusat pada titik-titik controlling
strategik, realistik secara ekonomis, terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi,
fleksibel, bersifat sebagai petunjuk dan operasional, realistic secara organisasional,
serta diterima para anggota organisasi.
2. Saran
Pengawasan dirasa sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi. Karena jika
tidak ada pengawasan dalam suatu organisasi akan menimbulkan banyaknya
kesalahan-kesalahan yang terjadi baik yang berasal dari bawahan maupun lingkungan.
Pengawasan menjadi sangat dibutuhkan karena dapat membangun suatu
komunikasi yang baik antara pemimpin organisasi dengan anggota organisasi. Serta
pengawasan dapat memicu terjadinya tindak pengoreksian yang tepat dalam
merumuskan suatu masalah.
Pengawasan lebih baik dilakukan secara langsung oleh pemimpin organisasi.
Disebabkan perlu adanya hak dan wewenang ketegasan seorang pemimpin dalam
suatu organisasi. Pengawasan disarankan dilakukan secara rutin karena dapat merubah
suatu lingkungan organisasi dari yang baik menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://rheinduniatulisan.blogspot.com/2010/08/fungsi-controlling-pengawasan-dan.html
http://ghiezaenimotivator.blogspot.com/2012/06/pengendalian-controlling.html
http://ardanpraja.blogspot.com/2012/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
http://Ariel.blogspot.com/2012/05/Controlling dalam perspektif islam.html
http://ardanpraja.blogspot.com/2012/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
http://evynurhidayah.blogspot.com/2011/04/makalah-mpk-pengawasan-manajemen.html
http:\\www.anakciremai.com/.../makalah-manajemen-tentang-dasar-dan.html
http:\\www.elearning.gunadarma.ac.id/...
http://www.zulfikarfathoni.com/2013/04/controling.html
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, hlm.243