Anda di halaman 1dari 3

Jawaban Uji Kompetensi Akuntansi Keperilakuan

Nama : Decky Allam


NIM : 20180420289
Kelas : C

1. Eskalasi komitmen adalah tendensi dari pengambil keputusan untuk tetap bertahan atau
mengeskalasi komitmennya pada serangkaian tindakan yang gagal. Fenomena eskalasi sebagai
keputusan untuk tetap melanjutkan proyek meskipun prospek ekonominya mengindikasikan
bahwa proyek tersebut harus dihentikan. Pengambilan keputusan adalah suatu proses penetapan
pilihan berbagai alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi.
Eskalasi komiten merupakan kecenderungan yang dilakukan oleh pengambil keputusan untuk
tetap melakukan suatu tindakan meskipun tindakan tersebut memberikan umpan balik yang
bersifat negative dan berbeda dengan keyakinan awal dari hasil yang diinginkan atas tindakan
tersebut. Penelitian di bidang akuntansi yang berkaitan dengan eskalasi komitmen sebelumnya
terfokus kepada eskalasi komitmen yang terjadi dalam konteks individu secara pribadi
bertanggung jawab terhadap suatu tindakan tertentu. Fokus penelitian ini adalah pada tanggung
jawab pribadi sebagai antesenden dari perilaku eskalasi, yang menunjukkan bahwa salah satu
prosedur pengendalian yang berpotensi untuk mengendalikan eskalasi komitmen adalah
konsultasi dengan pihak ketiga yang independen. Penelitian ini merupakan pengembangan dari
penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan eskalasi komitmen khsusunya yang
berkaitan dengan independensi manager dalam keputusan awal proyek investasi seperti yang
pernah dilakukan oleh (Ross and Staw 1993) dan (Jeffrey 1992; Bobocel and Meyer 1994).
Pengembangan yang dilakukan adalah berkaitan dengan kejelasan dari peran konsultasi pihak
ketiga untuk mencegah eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan. Berkaitan dengan
konsultasi terhadap pihak ketiga, penelitian ini memiliki hipotesis bahwa konsultan yang
menetapkan suatu tujuan untuk merekomendasikan apakan melanjutkan ataukah tidak
melanjutkan proyek (tujuan yang relevan) lebih mungkin untuk tersimpan di dalam memori
mengenai informasi yang berkaitan dengan ancaman yang kritis dari kesinambungan suatu proyek,
dibandingkan dengan konsultan yang tidak memberikan tujuan yang relevan.

2. Moral manusia dapat dilihat dari kepribadian dan pola pikir mereka yang menjunjung tinggi
kejujuran dan keadilan. Pola pikir ini akan berdampak pada berkurangnya rasa ingin melakukan
kecurangan dari dalam diri seseorang. Banyaknya kasus kecurangan bisa dikaitkan dengan
moralitas individunya. Moralitas Individu dan perilaku yang melekat pada diri individu tersebut
menjadi aspek yang berhubungan dengan faktor internal seseorang. Salah satu Teori
Perkembangan Moral yang sering digunakan dalam penelitian tentang etika seseorang adalah
model Kohlberg. Kohlberg (1971) menjelaskan bahwa moral berkembang melalui tiga tahapan,
yaitu tahapan pre-conventional, tahapan conventional dan tahapan post-conventional. Seorang
individu yang idealis akan menghindari berbagai tindakan yang dapat menyakiti maupun
merugikan orang disekitarnya, seorang idealis akan mengambil tindakan tegas terhadap suatu
kejadian yang tidak etis ataupun merugikan orang lain. Hasil penelitian Mella (2015) menemukan
bahwa tingkat idealisme mahasiswa berpengaruh terhadap krisis etika akuntan. Mahasiswa yang
memiliki idealisme tinggi akan menilai perilaku tidak etis akuntan secara tegas. Namun, ketika
individu memiliki idealisme yang rendah, maka individu tersebut itu akan menganggap prinsip
moral sebaiknya dihindari dan tidak menutup kemungkinan perilaku negatif dibutuhkan dalam
situasi tertentu. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui jika semakin idealis individu maka akan
semakin kecil kemungkinan untuk bertindak merugikan orang lain. Akutan yang memiliki
pemahaman kode etik akuntan yang baik, tentu hasil kerjanya akan lebih baik dan informasi yang
diberikan lebih mudah dipercaya. Menurut Alfianto (2002) akuntan adalah profesi yang memberi
informasi bagi pembuatan keputusan masyarakat dan sebagai seorang profesional, akuntan
memiliki kewajiban untuk menyajikan informasi keuangan yang handal.

3. Pengambilan keputusan secara berkelompok terbagi menjadi dua tipe yaitu: (1) kelompok hirarki
(hierarchical group) dan (2) kelompok berkawan (peer group). Sebagian besar penelitian audit
fokus pada penilaian audit secara individual. Studi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan
yang melibatkan banyak pihak sebagian besar hanya terkonsentrasi pada proses review. Riset-riset
audit yang berkaitan dengan tekanan waktu secara umum dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu:
(1) studi tentang respon perilaku terhadap tekanan waktu; dan (2) studi tentang dampak tekanan
waktu dalam proses pengambilan keputusan. Libby (1987) menemukan bahwa kelompok
mempengaruhi kualitas keputusan yang diambil. Bamber et al (1996) menemukan bahwa
kelompok memiliki analisis yang lebih baik mengenai suatu permasalahan dan meningkatkan
konsensus dalam keputusan. Pada lingkungan tempat auditor bekerja yang di dalamnya terdapat
tekanan waktu, keperluan riset yang berkaitan dengan pengambilan keputusan kelompok dan
tekanan waktu sangat dibutuhkan. Kualitas keputusan yang dihasilkan oleh kelompok dibawah
tekanan waktu akan lebih rendah dibandingkan dengan kualitas keputusan yang dihasilkan tanpa
adanya tekanan waktu. Kelompok akan mengurangi waktu yang diperlukan dalam melihat isyarat-
isyarat informasi ketika berada dibawah waktu. Asumsi implisit yang diperoleh dari perancangan
suatu tim fungsional adalah, keputusan kelompok akan memperbaiki kinerja perusahaan.
4. Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi, khususnyaaspek-aspek
yang terkait dengan proses pengambilan keputusan dan aktivitas-aktivitas auditordalam
mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan. Terdapat banyak hal yangdapat
dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada aspek
keperilakuan auditor.Bagian audit merupakan bagian dari keseluruhan organisasi yang berdedikasi
untukmemperbaiki operasi organisasi tersebut. Pihak yang diaudit dapat dijanjikan bahwa
pendapatmereka akan diterima dan dipertimbangkan untuk dimasukan dalam pertimbangan
keseluruhanmanajemen guna memperbaiki kondisi operasi organisasi.Kebutuhan akan rasa
dihormati dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak yang diaudit untuk bertindak langsung dalam
kerja sama dengan staf audit untuk mengidentifikasi bidang-bidangyang bermasalah, membantu
dalam mengidentifikasi kinerja, serta mengembangkan tindakan-tindakan korektif. Auditor
merupakan profesi yang memiliki kualifikasi tertentu untuk mengoreksi sekaligus memberikan
opini terhadap laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban atas kegiatan suatu organisasi atau
perusahaan, maupun instansi pemerintahan. Menurut Yusup (2007) dalam Menezes (2008) (
Analisis Aspek Keprilakuan Pada Auditor Disfunctional Audit Behavior )

Anda mungkin juga menyukai