28-Article Text-110-2-10-20180628 PDF
28-Article Text-110-2-10-20180628 PDF
Factors Influence Pain Intensity Patient Post Operation Lower Limb Fracture In
BRSU Tabanan
I Putu Artha Wijaya1, Kadek Evi Yantini2, I Made Dwie Pradnya Susila3
1,3
Dosen Departemen Keperawatan Medikal Bedah STIKes Bina Usada Bali
2
Mahasiswa Pogram Studi S1 Keperawatan STIKes Bina Usada Bali
Korespondensi: artha_wijaya001@yahoo.com
ABSTRAK
Nyeri yang dirasakan pasca operasi disebabkan karena terjadinya torehan, tarikan, manipulasi
jaringan dan organ. Hasil penelitian ini memberikan deskripsi karakteristik dari responden dan
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri pasien pasca operasi fraktur
ekstremitas bawah. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional pada 30 responden pasca operasi fraktur ekstremitas bawah. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik insidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor –
faktor yang berhubungan secara signifikan terhadap intensitas nyeri pasien pasca operasi fraktur
ekstremitas bawah adalah jenis kelamin (p = 0,001), tingkat pendidikan (p = 0,001), mekanisme
koping (p = 0,001) dan dukungan keluarga (p = 0,001) dengan nilai α = 0,05 sedangkan faktor
usia (p= 0,330) dan pengalaman tindakan operasi yang menyebabkan nyeri (p= 0,770) yang
artinya tidak ada hubungan faktor usia dan pengalaman tindakan operasi yang menyebabkan
nyeri terhadap intensitas nyeri pasien pasca operasi fraktur ekstremitas bawah (p>0,05). Hasil
penelitian ini bermanfaat bagi praktisi keperawatan sebagai acuan asuhan keperawatan dalam
melakukan manajemen nyeri pasca operasi fraktur ekstremitas bawah untuk mempertimbangkan
faktor jenis kelamin, tingkat pendidikan, mekanisme koping dan dukungan keluarga.
ABSTRACT
Fracture post-surgery patients often complain pain, pain which is felt after surgery caused by
nick, pull, and also manipulation of tissues and organs. The results of this study aimed at
providing description of respondents’ characteristics and explaining the factors affecting
patients’ pain intensity of post-surgery lower limb fracture.The design of this study was
descriptive analytic with cross sectional approach on 30 respondents of post-surgery lower limb
fracture. Sampling was done by incidental sampling technique. The results of this study
indicated that the factors significantly related to the patients’ pain intensity of post-surgery
lower limb fracture were gender (p = 0.001), education level (p = 0.001), coping mechanism (p
= 0.001) and family support = 0.001) with α = 0.05 while age factor (p = 0,330) and
experience of surgery action causing pain (p = 0,770) meant that there was no relation of age
factor and experience of operation action causing patients’ pain intensity of post-surgery lower
limb fracture (p> 0.05).The results of this study are benefit for nursing practitioners as a
reference of nursing care in performing post-surgery lower limb fracture pain management in
order to consider gender factors, educational level, coping mechanisms and family support. It is
suggested that further research with a larger number of samples and other factors that can
affect pain should be developed.
Wijaya (2014) yang bertujuan untuk pendidikan adalah salah satu faktor yang
meneliti faktor-faktor yang menentukan terhadap terjadinya
mempengaruhi intensitas nyeri pasien perubahan perilaku, dimana semakin
pasca bedah abdomen dalam Konteks tinggi tingkat pendidikan seseorang ini
Asuhan Keperawatan. Jumlah responden menyebabkan semakin banyak bahan,
sebesar 71 pasien (21 laki-laki dan 50 materi dan pengetahuan yang dimiliki
wanita). Intensitas nyeri menggunakan untuk mencapai perubahan tingkah laku
Visual Analog Scale (VAS) dan Numeric yang baik.Menurut lukman (2011),
Rating Scale (NRS). Hasil penelitian responden yang berpendidikan tinggi
menunjukkan bahwa pasien wanita lebih mampu menggunakan pemahaman
mempunyai intensitas nyeri lebih tinggi mereka dalam merespon kejadian secara
dari pada laki-laki dimana data diperoleh adaptif dibandingkan kelopok responden
setelah 30 menit pemberian analgesik. yang berpendidikan redah.
Karakteristik jenis kelamin memegang Berbeda halnya dengan penelitian yang
peranan tersendiri dalam merespon nyeri, dilakukan oleh Wijaya (2014) yang
dalam pengkajian keperawatan dapat terkait dengan hubungan tingkat
dijadikan sebagai pedoman dalam pendidikan terhadap intensitas nyeri
merumuskan asuhan keperawatan pasca bedah abdomen menunjukkan
sehingga dalam melaksanakan asuhan bahwa tidak ada hubungan signifikan
keperawatan pada pasien laki-laki dapat antara tingkat nyeri dengan tingkat
menggunakan cara pendekatan yang pendidikan. Hasil penelitian
berbeda dibandingkan dengan pasien menunjukkan bahwa intensitas nyeri
perempuan khususnya untuk pengelolaan pasien pasca bedah abdomen pada tingkat
nyeri. pendidikan tinggi lebih tinggi dari pada
tingkat pendidikan rendah dan menengah.
Hubungan Faktor Tingkat Pendidikan Analisis lebih lanjut didapatkan nilai p =
dengan Intensitas Nyeri Pasca Operasi 0,409, berarti tidak ada hubungan yang
Fraktur Ekstremitas Bawah signifikan antara tingkat pendidikan
Hasil penelitian yang telah dilakukan di dengan intensitas nyeri pasien pasca
BRSU Tabanan, pada bulan Januari - bedah abdomen (p value> 0,05).
Maret 2018 terhadap 30 responden, Tingkat pendidikan mempunyai
hubungan tingkat pendidikan responden hubungan negatif dengan persepsi nyeri,
menunjukkan bahwa intensitas nyeri semakin rendah pendidikan
pasien pasca operasi fraktur ekstremitas menyebabkan peningkatan intensitas
bawah dengan pendidikan menengah nyeri dan disabilitas akibat nyeri. Di
lebih tinggi (5,08), dibandingkan dengan dalam pengkajian keperawatan tingkat
pendidikan dasar (4,00) dan pendidikan pendidikan diperlukan karena erat
tinggi (2,83). Analisis lebih lanjut kaitannya terhadap tingkat pengetahuan
menunjukkan bahwa nilai p = 0,001, pasien tentang pengelolaan nyeri. Tingkat
yang berarti ada hubungan yang pendidikan sering dihubungkan dengan
signifikan antara jenis tingkat pendidikan pengetahuan, oleh sebab itu seseorang
dengan intensitas nyeri pasien pasca berpendidikan tinggi diasumsikan lebih
operasi fraktur ekstremitas bawah (p mudah untuk menyerap informasi,
value < 0,05). sehingga dalam pemberian asuhan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia keperawatan dapat disesuaikan dengan
pendidikan merupakan proses perubahan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan
sikap dan tingkah laku seseorang dalam adalah salah satu faktor yang menentukan
usaha mendewasakan diri manusia tingkat kemampuan pemahaman pasien
melalui upaya pengajaran dan latihan. dalam mengatasi nyeri yang dialami.
Hal tersebut berhubungan dengan strategi
koping yaitu konsekuensi masing-masing
individu untuk menilai suatu keadaan.
Menurut Notoadmodjo (2010), tingkat
Mekanisme koping adalah cara yang pernafasan untuk mengurangi nyeri pasca
dilakukan untuk merubah lingkungan, operasi.
situasi atau menyelesaikan masalah yang Di dalam asuhan keperawatan perawat
sedang dirasakan atau dihadapinya sangat perlu mengetahui bagaimana
(Dewi, 2017). Berhasil atau tidaknya pasien dalam merespon nyeri baik
strategi koping yang digunakan pasien dengan mekanisme koping adaptif atau
dapat mempengaruhi intensitas nyeri maladaptif sehingga ini akan
yang dirasakannya. Setiap individu dalam mempermudah dalam menentukan cara
menghadapi masalah akan selalu bereaksi pendekatan atau penjelasan yang bisa
positif atau negatif, perbedaan ini akan diberikan untuk mengurangi atau
mempengaruhi dalam penilaian menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan
mekanisme koping yang digunakan pasien pasca operasi.
seorang pasien dalam menghadapi
masalah nyeri yang dialaminya (Kemp, Hubungan Faktor Dukungan
2010) Keluarga dengan Intensitas Nyeri
Hasil penelitian ini sejalan dengan Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas
penjelasan yang dikemukakan oleh Bawah
Nurhafizah (2012) yang bertujuan untuk Hasil penelitian yang telah dilakukan di
meneliti hubungan strategi koping BRSU Tabanan, pada bulan Januari -
dengan intensitas nyeri pasien post Maret 2018 terhadap 30 responden,
operasi, terhadap 54 responden. Analisa hubungan dukungan keluarga
data yang digunakan adalah Chi-Square menunjukkan bahwa intensitas nyeri
Test. Hasil penelitian pasien pasca operasi fraktur ekstremitas
menujukkanterdapat hubungan yang bawah dengan dukungan keluarga baik
signifikan antara strategi koping dengan memiliki intensitas nyeri lebih rendah
intensitas nyeri pasien pasca bedah (2,86) dari pada responden dengan
abdomen dengan nilai signifikansi (p) = dukungan keluarga kurang (4,81). Hasil
0,018 (<0,05). uji statistik didapatkan nilai p = 0,001,
Koping yang adaptif akan menghasilkan yang berarti ada hubungan yang
adaptasi yang menetap yang merupakan signifikan antara mekanisme koping
kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi dengan intensitas nyeri pasien pasca
lama, sedangkan koping yang tidak operasi fraktur ekstremitas bawah (p
efektif berakhir dengan maladaptif yaitu value> 0,05)
perilaku yang menyimpang dari Dukungan keluarga adalah sikap,
keinginan normatif dan dapat merugikan tindakan dan penerimaan keluarga
diri sendiri maupun orang lain atau terhadap anggotanya(McWilliams,
lingkungannya. Higgins, Dick, & Verrier, 2014).
Umumnya pasien belum mengetahui cara Anggota keluarga memandang bahwa
yang bisa dilakukan untuk mengurangi orang yang bersifat mendukung selalu
nyeri selain dengan obat-obatan, dalam siap memberikan pertolongan dan
hal ini erat kaintannya dengan bantuan jika diperlukan. Jenis dukungan
penggunaan mekanisme koping pasien. yang diberikan keluarga untuk
Sehingga ini menyebabkan pasien sering mengurangi nyeri pasien itu sendiri
bereaksi terhadap nyeri secara salah atau adalah dukungan informasional, dimana
dengan kata lain pasien umumnya keluarga memberikan nasehat, saran,
menggunakan mekanisme koping yang dukungan jasmani maupun rohani
maladaptif dalam usaha untuk mencegah (Setiadi, 2008).
serangan nyeri yang dirasakannya, hal Hasil penelitian ini sejalan dengan
tersebut akan menambah nyeri karena penjelasan yang dikemukakan oleh
rasa nyeri menjadi pusat perhatiannya Saraswati (2015), hubungan
padahal sebenarnya pasien dapat pendampingan suami dengan intensitas
berpartisipasi aktif dalam latihan nyeri persalinan kala I, terhadap 31
responden. Menunjukkan hasil uji