Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INTENSITAS NYERI PASIEN

PASCA OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH


DI BRSU TABANAN

Factors Influence Pain Intensity Patient Post Operation Lower Limb Fracture In
BRSU Tabanan

I Putu Artha Wijaya1, Kadek Evi Yantini2, I Made Dwie Pradnya Susila3
1,3
Dosen Departemen Keperawatan Medikal Bedah STIKes Bina Usada Bali
2
Mahasiswa Pogram Studi S1 Keperawatan STIKes Bina Usada Bali
Korespondensi: artha_wijaya001@yahoo.com

ABSTRAK
Nyeri yang dirasakan pasca operasi disebabkan karena terjadinya torehan, tarikan, manipulasi
jaringan dan organ. Hasil penelitian ini memberikan deskripsi karakteristik dari responden dan
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri pasien pasca operasi fraktur
ekstremitas bawah. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional pada 30 responden pasca operasi fraktur ekstremitas bawah. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik insidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor –
faktor yang berhubungan secara signifikan terhadap intensitas nyeri pasien pasca operasi fraktur
ekstremitas bawah adalah jenis kelamin (p = 0,001), tingkat pendidikan (p = 0,001), mekanisme
koping (p = 0,001) dan dukungan keluarga (p = 0,001) dengan nilai α = 0,05 sedangkan faktor
usia (p= 0,330) dan pengalaman tindakan operasi yang menyebabkan nyeri (p= 0,770) yang
artinya tidak ada hubungan faktor usia dan pengalaman tindakan operasi yang menyebabkan
nyeri terhadap intensitas nyeri pasien pasca operasi fraktur ekstremitas bawah (p>0,05). Hasil
penelitian ini bermanfaat bagi praktisi keperawatan sebagai acuan asuhan keperawatan dalam
melakukan manajemen nyeri pasca operasi fraktur ekstremitas bawah untuk mempertimbangkan
faktor jenis kelamin, tingkat pendidikan, mekanisme koping dan dukungan keluarga.

Kata Kunci: Faktor nyeri, operasi fraktur ekstremitas bawah

ABSTRACT
Fracture post-surgery patients often complain pain, pain which is felt after surgery caused by
nick, pull, and also manipulation of tissues and organs. The results of this study aimed at
providing description of respondents’ characteristics and explaining the factors affecting
patients’ pain intensity of post-surgery lower limb fracture.The design of this study was
descriptive analytic with cross sectional approach on 30 respondents of post-surgery lower limb
fracture. Sampling was done by incidental sampling technique. The results of this study
indicated that the factors significantly related to the patients’ pain intensity of post-surgery
lower limb fracture were gender (p = 0.001), education level (p = 0.001), coping mechanism (p
= 0.001) and family support = 0.001) with α = 0.05 while age factor (p = 0,330) and
experience of surgery action causing pain (p = 0,770) meant that there was no relation of age
factor and experience of operation action causing patients’ pain intensity of post-surgery lower
limb fracture (p> 0.05).The results of this study are benefit for nursing practitioners as a
reference of nursing care in performing post-surgery lower limb fracture pain management in
order to consider gender factors, educational level, coping mechanisms and family support. It is
suggested that further research with a larger number of samples and other factors that can
affect pain should be developed.

Keywords: Pain factor, fracture operation lower limbs

CARING, Volume 2 Nomor 1, Juni 2018 1


I Putu Artha Wijaya: Faktor-faktor Yang Memengaruhi Intensitas Nyeri Pasca Operasi Fraktur
Ekstremitas Bawah

Pendahuluan atau odema dan dapat juga terjadi akibat


Fraktur merupakan suatu keadaan dimana stimulasi ujung saraf oleh bahan kimia yang
terjadinya disintegritas tulang atau dilepaskan pada saat operasi (Nurhafisah,
terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang 2012).
ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur Pasien pasca operasi fraktur seringkali
terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih mengeluh rasa nyeri. Nyeri merupakan suatu
besar dari yang dapat diabsorpsi, apabila sensasi subjektif, nyeri menurut IASP
tekanan eksternal yang datang lebih besar (International Association for the Study of
dari yang dapat diserap tulang, maka Pain) adalah pengalaman sensori dan
terjadilah trauma pada tulang yang emosional yang tidak menyenangkan akibat
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya dari kerusakan jaringan yang aktual dan
kontinuitas tulang(Rendy & Margareth, potensional (Hidayati, 2013). Stimulus
2012). penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui
Penyebab terjadinya fraktur adalah insiden serabut saraf perifer. Serabut nyeri
kecelakaan, peristiwa trauma dan patologi memasuki medula spinalis dengan menjalani
seperti infeksi, dan osteoporosis (Septiani, salah satu dari beberapa rute saraf. Terdapat
2015). World Health Organization (WHO) pesan nyeri berinteraksi dengan sel-sel saraf
mencatat pada tahun 2011 terdapat 1,3 juta inhibitor mencegah stimulasi nyeri, sehingga
orang menderita fraktur akibat kecelakaan tidak mencapai otak atau ditransmisikan
lalu lintas. Depkes RI (2011), fraktur pada tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali
ekstremitas bawah akibat kecelakaan stimulus nyeri mencapai korteks serebral,
memiliki prevalensi yang paling tinggi yaitu maka otak akan menginterpretasikan
sekitar 46,2%. Data registrasi Dinas kualitas nyeri dan memproses informasi
Kesehatan Provinsi Bali (2011), didapatkan tentang pengalaman dan pengetahuan yang
data fraktur sebanyak 3065 kasus (8,9%) lalu serta kebudayaan dalam
dari seluruh penyakit yang dirawat di mempersepsikan nyeri (Pasaribu 2011).
Rumah Sakit di Bali (Damayanti, 2014). Hasil observasi dan wawancara yang
Berdasarkan studi pendahuluan di BRSU dilakukan oleh peneliti dengan perawat dan
Tabanan Bali pada tanggal 5 Juni 2017, di pasien pada tanggal 5 Juni 2017 di ruang
ruang Unit Data Pelayanan BRSU Tabanan Bougenvile BRSU Tabanan Bali, didapatkan
Bali pada tahun 2015 tercatat kasus fraktur data bahwa masalah utama yang terjadi pada
sebanyak 762 kasus. Pada tahun 2016 pasien pasca operasi fraktur ekstremitas
tercatat kasus fraktur meningkat yaitu bawah adalah nyeri. Pengkajian intensitas
sebanyak 810 kasus. Pada tahun 2017, nyeri yang dilakukan peneliti kepada 5
Januari sampai September tercatat 629 kasus orang pasien, didapatkan dua orang pasien
dengan prevalensi cukup tinggi yaitu kasus mengalami nyeri sedang, yaitu satu orang
fraktur ekstremitas bawah 286 orang atau pasien mengeluh nyeri dengan intensitas
sekitar 46% pasien fraktur ekstremitas nyeri 5, dan satu orang pasien mengeluh
bawah dilakukan tindakan operasi (Unit nyeri dengan intensitas nyeri 6, dan tiga
Data Pelayanan BRSU Tabanan Bali, 2017). orang pasien mengalami nyeri ringan yaitu
Operasi atau pembedahan merupakan dua orang pasien mengeluh nyeri dengan
tindakan pengobatan yang menggunakan intensitas nyeri 2, dan satu orang pasien
cara invasif yaitu dengan membuka atau mengeluh nyeri dengan intensitas nyeri 3
memperlihatkan bagian tubuh yang akan pasca operasi fraktur ekstremitas
ditangani. Tindakan pembedahan dapat bawah.Nyeri pasca bedah fraktur
dipastikan mengakibatkan kerusakan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti,
jaringan tubuh yang menimbulkan rasa nyeri pengharapan tentang penghilang nyeri,
pada pasien pasca operasi, nyeri yang makna nyeri, koping individu, keletihan,
dirasakan ini disebabkan karena terjadinya pengalaman nyeri masa lalu, usia, dukungan
torehan, tarikan, manipulasi organ, iskhemia keluarga dan sosial (Hamdani, 2014).
jaringan akibat gangguan suplai darah Faktor-faktor ini dapat meningkatkan atau
kesalah satu bagian seperti spasmus otot menurunkan persepsi dan respon terhadap

CARING, Volume 2 Nomor 1, Juni 2018 2


I Putu Artha Wijaya: Faktor-faktor Yang Memengaruhi Intensitas Nyeri Pasca Operasi Fraktur
Ekstremitas Bawah

nyeri yang dialami oleh pasien secara Hasil


individual. Karena keterbatasan Hasil Uji Univariat
karakteristik, beberapa faktor yang Usia
diteliti oleh peneliti adalah usia, jenis Tabel 1 Distribusi Responden menurut Usia
kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman Varia-
Mean SD Min Max
95%
nyeri sebelumnya, mekanisme koping bel CI
dan dukungan keluarga. Usia 14,4 38,47 –
43,87 20 72
Berdasarkan latar belakang di atas (tahun) 43 49,26
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut tentang “Faktor - Berdasarkan tabel 1 didapatkan rata-rata usia
faktor yang Mempengaruhi Intensitas responden yang mengalami nyeri pasca
Nyeri Pasien Pasca Operasi Fraktur operasi fraktur ekstremitas bawah adalah
Ekstremitas Bawah di BRSU Tabanan”. 43,87 tahun (95% CI : 38,47 – 49,26),
dengan standar deviasi 14,443 tahun, usia
Tujuan termuda 20 tahun dan tertua 72 tahun.
Adapun tujuan dari penelitian ini Diyakini 95% responden adalah diantara 38
yaitu bertujuan untuk mengetahui tahun sampai dengan 49 tahun.
faktor-faktor yang mempengaruhi
Jenis Kelamin
intensitas nyeri pasien pasca operasi Tabel 2 Distribusi Responden menurut
fraktur ekstremitas bawah di Ruang Jenis Kelamin
Bougenvile BRSU Tabanan. Jenis Kelamin f %
Laki-laki 20 66,7
Metode Perempuan 10 33,3
Penelitian ini merupakan penelitian Total 30 100
kuantitatif dengan rancangan penelitian
deskriptif analitik melalui pendekatan Berdasarkan tabel2 menunjukkan bahwa
cross sectional. Populasi dalam jenis kelamin responden yang
penelitian ini adalah semua pasien pasca mengalami nyeri pasca operasi fraktur
operasi fraktur ekstremitas bawah yang ekstremitas bawah yaitu laki-laki
dirawat di BRSU Tabanan Bali. berjumlah 20 responden (66,7%) dan
Pengambilan sampel dalam penelitian ini
perempuan berjumlah 10 responden
menggunakan teknik Insidental Sampling
yaitu metode pengambilan sampel (33,3%).
dengan memilih siapa yang kebetulan
ada/dijumpai dan jumlah sampel dalam Tingkat Pendidikan
penelitian ini yaitu 30 responden. Tabel 3 Distribusi Responden menurut
Penelitian ini dilakukan di ruang Tingkat Pendidikan
Bougenvile BRSU Tabanan Bali. Pendidikan f %
Penelitian dimulai pada tanggal 1 Januari Tingkat Dasar 5 16,7
Tingkat Menengah 13 43,3
sampai 30 Maret 2018. Alat
Perguruan Tinggi 12 40,0
pengumpulan data pada penelitian ini
Total 30 100
melalui kuesioner. Analisa data dalam
penelitian ini menggunakan Uji Korelasi
Berdasarkan tabel3 menunjukkan bahwa
untuk variabel usia, Uji T-independen
tingkat pendidikan responden dengan
untuk variabel jenis kelamin,
pendidikan dasar yang mengalami nyeri
pengalaman operasi yang menyebabkan
pasca operasi fraktur ekstremitas bawah
nyeri, mekanisme koping, dukungan
adalah sebanyak 5 responden (16,7%),
keluarga, dan Uji Anova untuk variabel
responden dengan pendidikan menengah
tingkat pendidikan.
sebanyak 13 responden (43,3%) dan
responden dengan pendidikan tinggi
sebanyak 12 responden (40,0%).

CARING, Volume 2 Nomor 1, Juni 2018 3


I Putu Artha Wijaya: Faktor-faktor Yang Memengaruhi Intensitas Nyeri Pasca Operasi Fraktur
Ekstremitas Bawah

Pengalaman Operasi yang Menyebabkan Tabel 7 Distribusi Responden menurut


Nyeri Intensitas Nyeri
Tabel 4 Distribusi Responden menurut Varia-
Mean SD
M
Max
95%
Pengalaman Operasi bel in CI
3,46
Pengalaman Operasi f % Intensitas
4,00 1,44 2 8 –
Pernah 7 23,3 Nyeri
4,54
Tidak pernah 23 76,7 Berdasarkan tabel 7 menunjukkan rata-rata
Total 298 100
intensitas nyeri pasien pasca operasi fraktur
ekstremitas bawah adalah 4 dengan standar
Berdasarkan tabel4 menunjukkan bahwa deviasi 1,438 (95% CI : 3,46 – 4,54),
pengalaman nyeri responden sebelumnya intensitas nyeri terendah adalah 2 dan
selama 3 bulan terakhir menunjukkan tertinggi adalah 8. Diyakini 95% intensitas
bahwa responden yang pernah mengalami nyeri pasien pasca operasi fraktur
nyeri karena tindakan pembedahan atau ekstremitas bawah diantara 3,46 sampai
operasi sebelumnya berjumlah 7 dengan 4,54.
responden (23,3%), sedangkan yang tidak
pernah mengalami nyeri karena tindakan Hasil Analisa Uji Bivariat
pembedahan atau operasi sebelumnya
Hubungan Usia Responden dengan
berjumlah 23 responden (76,7%). Intensitas Nyeri Pasien Pasca Operasi
Mekanisme Koping Fraktur Ekstremitas Bawah
Tabel 5 Distribusi Responden menurut Menggunakan Uji Korelasi
Mekanisme Koping Tabel 8 Hubungan Usia Responden
Mekanisme Koping f % Responden dengan Intensitas Nyeri Pasien
Adaptif 13 43,3 Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas bawah
Maladaptif 17 56,7 di BRSU Tabanan Bali (N = 30)
Total 30 100 Intensitas Nyeri Pasien Pasca
Operasi
Berdasarkan tabel5 menunjukkan bahwa Variabel P
r R2 value
mekanisme koping responden dengan
mekanisme koping adaptif berjumlah 13 usia - 0,184 0,33 0,330
responden (43,3%), dan mekanisme
koping maladaptif berjumlah 17 responden Berdasarkan tabel 8 di atas hubungan usia
(56,7%). responden dengan intensitas nyeri pasien
pasca operasi fraktur ekstremitas bawah
Dukungan Keluarga menunjukkan hubungan yang lemah (r = -
Tabel 6 Distribusi Responden menurut 0,184) dan berpola negatif yang artinya
Dukungan Keluarga semakin muda usia responden semakin
Dukungan Keluarga f % tinggi intensitas nyerinya. Nilai koefisien
Kurang 16 53,3 dengan determinasi 0,033 yang artinya
Baik 14 46,7 intensitas nyeri pasien pasca operasi fraktur
Total 30 100 ekstremitas bawah dipengaruhi oleh usia
responden sebesar 3,3% dan sisanya
Berdasarkan tabel6 menunjukkan bahwa dipengaruhi oleh faktor yang lain. Hasil uji
dukungan keluarga responden dengan statistik didapatkan p value = 0,330 yang
dukungan keluarga kurang berjumlah 16 berarti tidak ada hubungan signifikan antara
responden (53,3%), dan dukungan usia dengan intensitas nyeri pasien pasca
keluarga baik berjumlah 14 responden operasi fraktur ekstremitas bawah ( p value
(46,7%). > 0,05).
Intensitas Nyeri

CARING, Volume 2 Nomor 1, Juni 2018 4


I Putu Artha Wijaya: Faktor-faktor Yang Memengaruhi Intensitas Nyeri Pasca Operasi Fraktur
Ekstremitas Bawah

Hubungan Jenis Kelamin, Pengalaman Operasi yang Menyebabkan Nyeri,


Mekanisme Koping dan Dukungan Keluarga dengan Intensitas Nyeri Pasien Pasca
Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah Menggunakan Uji T-Independen
Tabel 9 Hubungan Jenis Kelamin, Pengalaman Operasi, Mekanisme Koping dan
Dukungan Keluarga dengan Intensitas Nyeri Pasien Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas
bawah di BRSU Tabanan Bali (N = 30)
Intensitas Nyeri Pasien
Variabel
Mean SD SE P N
value
Jenis kelamin
Laki-laki 3,40 0,995 0,222 0,001 20
Perempuan 5,20 1,476 0,467 10
Pengalaman
Operasi 3,86 1,215 0,459 0,770 7
Pernah Tidak Pernah 4,04 1,522 0,317 23
Mekanisme Koping
Adaptif 2,77 0,599 0,166 0,001 13
Maladaptif 4,94 1,144 0,277 17
Dukungan Keluarga
Kurang 4,81 1,377 0,344 0,001 16
Baik 2,86 0,633 0,177 14

Berdasarkan tabel 5.9 di atas, hasil Berdasarkan mekanisme koping


analisis bivariat didapatkan rata-rata didapatkan rata-rata intensitas nyeri
intensitas nyeri pasien pasca operasi pasien pasca operasi fraktur ekstremitas
fraktur ekstremitas bawah pada bawah pada responden yang memiliki
responden laki-laki adalah 3,40 dengan mekanisme koping adaptif adalah 2,77
standar devisiasi 0,995, sedangkan pada dengan standar deviasi 0,599, sedangkan
responden perempuan adalah 5,20 pada responden yang memiliki
dengan standar deviasi 1,476, hasil uji mekanisme koping maladaptif adalah
statistik didapatkan nilai p = 0,001, yang 4,94 dengan standar deviasi 1,144. Hasil
berarti ada hubungan yang signifikan uji statistik didapatkan nilai p = 0,001,
antara jenis kelamin dengan intensitas yang berarti ada hubungan yang
nyeri pasien pasca operasi fraktur signifikan antara mekanisme koping
ekstremitas bawah (p value> 0,05). dengan intensitas nyeri pasien pasca
Berdasarkan pengalaman operasi yang operasi fraktur ekstremitas bawah (p
menyebabkan nyeri didapatkan rata-rata value> 0,05).
intensitas nyeri pasien pasca operasi Berdasarkan dukungan keluarga
fraktur ekstremitas bawah pada didapatkan rata-rata intensitas nyeri
responden yang pernah mengalami pasien pasca operasi fraktur ekstremitas
operasi sebelumnya adalah 3, 86 dengan bawah pada responden yang memiliki
standar deviasi 1,215, sedangkan pada dukungan keluarga kurang adalah 4,81
responden yang tidak pernah mengalami dengan standar deviasi 1,377, sedangkan
operasi sebelumnya adalah 4,04 dengan pada responden yang memiliki dukungan
standar deviasi 1,522. Hasil uji statistik keluarga baik adalah 2,86 dengan standar
didapatkan nilai p = 0, 770, yang berarti deviasi 0,663. Hasil uji statistik
tidak ada hubungan yang signifikan didapatkan nilai p = 0,001, yang berarti
antara pengalaman nyeri sebelumnya ada hubungan yang signifikan antara
dengan intensitas nyeri pasien pasca mekanisme koping dengan intensitas
operasi fraktur ekstremitas bawah (p nyeri pasien pasca operasi fraktur
value< 0,05). ekstremitas bawah (p value> 0,05).

CARING, Volume 2 Nomor 1, Juni 2018 5


I Putu Artha Wijaya: Faktor-faktor Yang Memengaruhi Intensitas Nyeri Pasca Operasi Fraktur
Ekstremitas Bawah

orang tua membutuhkan intensitas lebih


Pembahasan tinggi dari rangsangan nyeri
Hubungan Faktor Usia dengan dibandingkan orang usia muda.Pada
Intensitas Nyeri Pasien Pasca Operasi pasien dewasa tua menganggap bahwa
Fraktur Ekstremitas Bawah nyeri merupakan komponen alamiah
Hasil penelitian yang telah dilakukan di yang harus mereka terima dari respon
BRSU Tabanan, pada bulan Januari - penuaan, sehingga keluhan sering
Maret 2018 terhadap 30 responden, diabaikan. Biasanya kondisi nyeri hebat
hubungan usia responden dengan pada dewasa muda dapat dirasakan
intensitas nyeri pasien pasca operasi sebagai keluhan ringan pada dewasa tua.
fraktur ekstremitas bawah menunjukkan Penjelasan di atas memberikan gambaran
hubungan berpola negatif (r = - 0,184) pada penelitian ini bahwa dapat
yang artinya semakin muda usia disimpulkan intensitas nyeri terkait
responden semakin tinggi intensitas dengan usia didominasi atau lebih banyak
nyerinya. Hasil uji statistik didapatkan p disebabkan oleh kesalahan persepsi,
value = 0,330 yang berarti tidak ada emosi yang labil, prasangka, dan sikap
hubungan signifikan antara usia dengan defensif, sehingga individu menutupi
intensitas nyeri pasien pasca operasi sensasi nyeri yang sebenarnya dirasakan.
fraktur ekstremitas bawah (p value >
0,05). Hubungan Faktor Jenis kelamin
Menurut Raoul dan Jean (2015), dimana dengan Intensitas Nyeri Pasca Operasi
usia menunjukkan ukuran waktu Fraktur Ekstremitas Bawah
pertumbuhan dan perkembangan seorang Hasil penelitian yang telah dilakukan di
individu. Usia berkolerasi dengan BRSU Tabanan, pada bulan Januari -
pengalaman, pengalaman berkolerasi Maret 2018 terhadap 30 responden,
dengan pengetahuan, pemahaman dan hubungan jenis kelamin responden
pandangan terhadap suatu penyakit atau menunjukkan bahwa intensitas nyeri
kejadian sehingga akan membentuk pasien pasca operasi fraktur ekstremitas
persepsi dan sikap. Ditemukan sebagian bawah pada laki-laki lebih rendah (3,40)
besar kelompok usia yang lebih muda dari pada perempuan (5,20). Analisis
cenderung mengalami respon nyeri yang lebih lanjut menunjukkan bahwa nilai p =
berat dibandingkan kelompok usia 0,001, yang berarti ada hubungan yang
dewasa (Lukman, 2011). signifikan antara jenis kelamin dengan
Hasil penelitian yang dikemukakan oleh intensitas nyeri pasien pasca operasi
Septiani (2015) bahwa tidak ada fraktur ekstremitas bawah (p value <
hubungan yang signifikan antara usia 0,05).
muda (20-40 tahun) dengan usia madya Menurut Anggriani (2015), perbedaan
(41-60 tahun) terhadap tingkat nyeri jenis kelamin yang menunjukkan bahwa
fraktur. Sebagian besar responden yang wanita lebih nyeri dari laki-laki ini dapat
mempunyai faktor usia dengan kategori dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu laki-
usia madya mayoritas memiliki nyeri laki memiliki sensitifitas yang lebih
fraktur yang mengganggu aktifitas yaitu rendah dibandingkan wanita atau kurang
sebanyak 18 orang (60%). Dengan nilai merasakan nyeri dan wanita kurang
signifikasi 0,932 (p>0,05), maka toleransi terhadap stimulus nyeri dari
hipotesis Ho tidak diterima yang artinya pada laki-laki. Saat mengalami nyeri
tidak ada hubungan faktor usia dengan pengobatan ditemukan lebih sedikit pada
nyeri. perempuan, perempuan lebih suka
Usia mempunyai peranan yang penting mengkomunikasikan rasa sakitnya,
dalam mempersepsikan dan sedangkan laki-laki menerima analgesik
mengekspresikan rasa nyeri. Pasien opioid lebih sering sebagai pengobatan
dewasa muda memiliki respon yang untuk nyeri (Lukman, 2011).
berbeda terhadap nyeri dibandingkan Hasil penelitian ini sejalan dengan
pada lansia.Menurut Prawani (2008), penjelasan yang dikemukakan oleh

CARING, Volume 2 Nomor 1, Juni 2018 6


I Putu Artha Wijaya: Faktor-faktor Yang Memengaruhi Intensitas Nyeri Pasca Operasi Fraktur
Ekstremitas Bawah

Wijaya (2014) yang bertujuan untuk pendidikan adalah salah satu faktor yang
meneliti faktor-faktor yang menentukan terhadap terjadinya
mempengaruhi intensitas nyeri pasien perubahan perilaku, dimana semakin
pasca bedah abdomen dalam Konteks tinggi tingkat pendidikan seseorang ini
Asuhan Keperawatan. Jumlah responden menyebabkan semakin banyak bahan,
sebesar 71 pasien (21 laki-laki dan 50 materi dan pengetahuan yang dimiliki
wanita). Intensitas nyeri menggunakan untuk mencapai perubahan tingkah laku
Visual Analog Scale (VAS) dan Numeric yang baik.Menurut lukman (2011),
Rating Scale (NRS). Hasil penelitian responden yang berpendidikan tinggi
menunjukkan bahwa pasien wanita lebih mampu menggunakan pemahaman
mempunyai intensitas nyeri lebih tinggi mereka dalam merespon kejadian secara
dari pada laki-laki dimana data diperoleh adaptif dibandingkan kelopok responden
setelah 30 menit pemberian analgesik. yang berpendidikan redah.
Karakteristik jenis kelamin memegang Berbeda halnya dengan penelitian yang
peranan tersendiri dalam merespon nyeri, dilakukan oleh Wijaya (2014) yang
dalam pengkajian keperawatan dapat terkait dengan hubungan tingkat
dijadikan sebagai pedoman dalam pendidikan terhadap intensitas nyeri
merumuskan asuhan keperawatan pasca bedah abdomen menunjukkan
sehingga dalam melaksanakan asuhan bahwa tidak ada hubungan signifikan
keperawatan pada pasien laki-laki dapat antara tingkat nyeri dengan tingkat
menggunakan cara pendekatan yang pendidikan. Hasil penelitian
berbeda dibandingkan dengan pasien menunjukkan bahwa intensitas nyeri
perempuan khususnya untuk pengelolaan pasien pasca bedah abdomen pada tingkat
nyeri. pendidikan tinggi lebih tinggi dari pada
tingkat pendidikan rendah dan menengah.
Hubungan Faktor Tingkat Pendidikan Analisis lebih lanjut didapatkan nilai p =
dengan Intensitas Nyeri Pasca Operasi 0,409, berarti tidak ada hubungan yang
Fraktur Ekstremitas Bawah signifikan antara tingkat pendidikan
Hasil penelitian yang telah dilakukan di dengan intensitas nyeri pasien pasca
BRSU Tabanan, pada bulan Januari - bedah abdomen (p value> 0,05).
Maret 2018 terhadap 30 responden, Tingkat pendidikan mempunyai
hubungan tingkat pendidikan responden hubungan negatif dengan persepsi nyeri,
menunjukkan bahwa intensitas nyeri semakin rendah pendidikan
pasien pasca operasi fraktur ekstremitas menyebabkan peningkatan intensitas
bawah dengan pendidikan menengah nyeri dan disabilitas akibat nyeri. Di
lebih tinggi (5,08), dibandingkan dengan dalam pengkajian keperawatan tingkat
pendidikan dasar (4,00) dan pendidikan pendidikan diperlukan karena erat
tinggi (2,83). Analisis lebih lanjut kaitannya terhadap tingkat pengetahuan
menunjukkan bahwa nilai p = 0,001, pasien tentang pengelolaan nyeri. Tingkat
yang berarti ada hubungan yang pendidikan sering dihubungkan dengan
signifikan antara jenis tingkat pendidikan pengetahuan, oleh sebab itu seseorang
dengan intensitas nyeri pasien pasca berpendidikan tinggi diasumsikan lebih
operasi fraktur ekstremitas bawah (p mudah untuk menyerap informasi,
value < 0,05). sehingga dalam pemberian asuhan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia keperawatan dapat disesuaikan dengan
pendidikan merupakan proses perubahan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan
sikap dan tingkah laku seseorang dalam adalah salah satu faktor yang menentukan
usaha mendewasakan diri manusia tingkat kemampuan pemahaman pasien
melalui upaya pengajaran dan latihan. dalam mengatasi nyeri yang dialami.
Hal tersebut berhubungan dengan strategi
koping yaitu konsekuensi masing-masing
individu untuk menilai suatu keadaan.
Menurut Notoadmodjo (2010), tingkat

CARING, Volume 2 Nomor 1, Juni 2018 7


I Putu Artha Wijaya: Faktor-faktor Yang Memengaruhi Intensitas Nyeri Pasca Operasi Fraktur
Ekstremitas Bawah

Hubungan Faktor Pengalaman pengalaman nyeri sebelumnya, tidak


Operasi Yang Menyebabkan Nyeri pernah mengalami nyeri sebelumnya
dengan Intensitas Nyeri Pasca Operasi lebih tinggi dari pada responden yang
Fraktur Ekstremitas Bawah pernah mengalami nyeri sebelumnya.
Analisis lebih lanjut didapatkan nilai p =
Hasil penelitian yang telah dilakukan di 0,634, berarti tidak ada hubungan yang
BRSU Tabanan, pada bulan Januari - signifikan antara pengalaman nyeri
Maret 2018 terhadap 30 responden, sebelumnya dengan intensitas nyeri pasca
hubungan pengalaman operasi yang bedah abdomen (p value > 0,05).
menyebabkan nyeri menunjukkan bahwa Pengalaman masa lalu terhadap penyakit
intensitas nyeri pasien pasca operasi baik yang positif maupun negatif dapat
fraktur ekstremitas bawah yang pernah mempengaruhi perkembangan
mengalami tindakan operasi yang keterampilan dalam menggunakan
menyebabkan nyeri memiliki intensitas koping. Pengalaman operasi yang
nyeri lebih rendah (3,83) dibandingkan menyebabkan nyeri mempunyai
(4,04). Hasil uji statistik didapatkan nilai implikasi terhadap pengkajian
p = 0, 770, yang berarti tidak ada keperawatan. Jika pasien tidak pernah
hubungan yang signifikan antara merasakan nyeri, maka persepsi negatif
pengalaman nyeri sebelumnya dengan pertama nyeri yang timbul dapat
intensitas nyeri pasien pasca operasi mengganggu koping terhadap nyeri.
fraktur ekstremitas bawah (p value< Apabila pasien tidak menyadari hal ini
0,05). pasien akan memandang awitan nyeri
Pengalaman operasi yang menyebabkan sebagai komplikasi yang serius dan
nyeri tidak selalu berarti bahwa individu menjadi stressor di dalam dirinya.
tersebut akan menerima nyeri dengan Sedangkan pasien yang pernah
lebih mudah pada masa yang akan mengalami nyeri sebelumnya maka
datang. Apabila individu mengalami persepsi pasca operasi fraktur adalah hal
nyeri, dengan jenis yang berulang-ulang, umum bagi pasien untuk mengalami
tetapi kemudian nyeri tersebut dengan nyeri insisi selama beberapa hari.
berhasil dihilangkan, akan lebih mudah Sehingga ini akan membantu pasien
individu tersebut menginterpretasikan untuk lebih siap dalam melakukan
sensasi nyeri. Akibatnya pasien akan tindakan-tindakan untuk menghilangkan
lebih siap dalam melakukan tindakan- nyeri.
tindakan untuk menghilangkan nyeri
tersebut (Andarmoyo, 2013). Hal ini Hubungan Faktor Mekanisme Koping
sesuai dengan teori yang menyatakan dengan Intensitas Nyeri Pasca Operasi
responden yang pernah mengalami Fraktur Ekstremitas Bawah
tindakan operasi sebelumnya memiliki Hasil penelitian yang telah dilakukan di
intensitas nyeri yang lebih rendah BRSU Tabanan, pada bulan Januari -
dibandingkan dengan yang tidak pernah Maret 2018 terhadap 30 responden,
mengalami tindakan operasi sebelumnya hubungan mekanisme koping
ini disebabkan karena nyeri yang dialami menunjukkan bahwa intensitas nyeri
pasca tindakan operasi sebelumnya dapat pasien pasca operasi fraktur ekstremitas
berhasil untuk dihilangkan, maka akan bawah dengan mekanisme koping adaftif
lebih mudah untuk individu tersebut memiliki intensitas nyeri lebih rendah
melakukan tindakan-tindakan yang (2,77) dibandingkan dengan responden
diperlukan dalam menghilangkan nyeri dengan mekanisme koping maladaftif
yang dirasakan (Dewi, 2017) (4,94). Hasil uji statistik didapatkan nilai
Hasil penelitian ini sejalan dengan p = 0,001, yang berarti ada hubungan
penjelasan yang dikemukakan oleh yang signifikan antara mekanisme koping
Wijaya (2014) dimana hasil penelitian dengan intensitas nyeri pasien pasca
menunjukkan bahwa intensitas nyeri operasi fraktur ekstremitas bawah (p
pasien pasca bedah abdomen pada value> 0,05).

CARING, Volume 2 Nomor 1, Juni 2018 8


I Putu Artha Wijaya: Faktor-faktor Yang Memengaruhi Intensitas Nyeri Pasca Operasi Fraktur
Ekstremitas Bawah

Mekanisme koping adalah cara yang pernafasan untuk mengurangi nyeri pasca
dilakukan untuk merubah lingkungan, operasi.
situasi atau menyelesaikan masalah yang Di dalam asuhan keperawatan perawat
sedang dirasakan atau dihadapinya sangat perlu mengetahui bagaimana
(Dewi, 2017). Berhasil atau tidaknya pasien dalam merespon nyeri baik
strategi koping yang digunakan pasien dengan mekanisme koping adaptif atau
dapat mempengaruhi intensitas nyeri maladaptif sehingga ini akan
yang dirasakannya. Setiap individu dalam mempermudah dalam menentukan cara
menghadapi masalah akan selalu bereaksi pendekatan atau penjelasan yang bisa
positif atau negatif, perbedaan ini akan diberikan untuk mengurangi atau
mempengaruhi dalam penilaian menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan
mekanisme koping yang digunakan pasien pasca operasi.
seorang pasien dalam menghadapi
masalah nyeri yang dialaminya (Kemp, Hubungan Faktor Dukungan
2010) Keluarga dengan Intensitas Nyeri
Hasil penelitian ini sejalan dengan Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas
penjelasan yang dikemukakan oleh Bawah
Nurhafizah (2012) yang bertujuan untuk Hasil penelitian yang telah dilakukan di
meneliti hubungan strategi koping BRSU Tabanan, pada bulan Januari -
dengan intensitas nyeri pasien post Maret 2018 terhadap 30 responden,
operasi, terhadap 54 responden. Analisa hubungan dukungan keluarga
data yang digunakan adalah Chi-Square menunjukkan bahwa intensitas nyeri
Test. Hasil penelitian pasien pasca operasi fraktur ekstremitas
menujukkanterdapat hubungan yang bawah dengan dukungan keluarga baik
signifikan antara strategi koping dengan memiliki intensitas nyeri lebih rendah
intensitas nyeri pasien pasca bedah (2,86) dari pada responden dengan
abdomen dengan nilai signifikansi (p) = dukungan keluarga kurang (4,81). Hasil
0,018 (<0,05). uji statistik didapatkan nilai p = 0,001,
Koping yang adaptif akan menghasilkan yang berarti ada hubungan yang
adaptasi yang menetap yang merupakan signifikan antara mekanisme koping
kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi dengan intensitas nyeri pasien pasca
lama, sedangkan koping yang tidak operasi fraktur ekstremitas bawah (p
efektif berakhir dengan maladaptif yaitu value> 0,05)
perilaku yang menyimpang dari Dukungan keluarga adalah sikap,
keinginan normatif dan dapat merugikan tindakan dan penerimaan keluarga
diri sendiri maupun orang lain atau terhadap anggotanya(McWilliams,
lingkungannya. Higgins, Dick, & Verrier, 2014).
Umumnya pasien belum mengetahui cara Anggota keluarga memandang bahwa
yang bisa dilakukan untuk mengurangi orang yang bersifat mendukung selalu
nyeri selain dengan obat-obatan, dalam siap memberikan pertolongan dan
hal ini erat kaintannya dengan bantuan jika diperlukan. Jenis dukungan
penggunaan mekanisme koping pasien. yang diberikan keluarga untuk
Sehingga ini menyebabkan pasien sering mengurangi nyeri pasien itu sendiri
bereaksi terhadap nyeri secara salah atau adalah dukungan informasional, dimana
dengan kata lain pasien umumnya keluarga memberikan nasehat, saran,
menggunakan mekanisme koping yang dukungan jasmani maupun rohani
maladaptif dalam usaha untuk mencegah (Setiadi, 2008).
serangan nyeri yang dirasakannya, hal Hasil penelitian ini sejalan dengan
tersebut akan menambah nyeri karena penjelasan yang dikemukakan oleh
rasa nyeri menjadi pusat perhatiannya Saraswati (2015), hubungan
padahal sebenarnya pasien dapat pendampingan suami dengan intensitas
berpartisipasi aktif dalam latihan nyeri persalinan kala I, terhadap 31
responden. Menunjukkan hasil uji

CARING, Volume 2 Nomor 1, Juni 2018 9


I Putu Artha Wijaya: Faktor-faktor Yang Memengaruhi Intensitas Nyeri Pasca Operasi Fraktur
Ekstremitas Bawah

statistik Kendall Tau diketahui bahwa tinggi sebanyak 12 responden


nilai t hitung sebesar 0,522 dengan (40,0%). Responden yang sudah
signifikansi p = 0,000 (p<0,05) maka Ha pernah memiliki pengalaman operasi
diterima sehingga dapat disimpulkan yang menyebabkan nyeri sebanyak 7
bahwa terdapat hubungan yang bermakna responden (23,3%) dan yang tidak
secara statistik antara pendampingan
pernah sebanyak 23 responden
suami dengan intensitas nyeri persalinan
kala I di RS PKU Muhammadiyah (76,7%). Responden dengan
Yogyakarta. Nilai t hitung sebesar 0,522 mekanisme koping adaptif sebanyak
menunjukkan keeratan hubungan sedang 13 responden (43,3%), dan
dan koefisien korelasi berpola negatif mekanisme koping maladaptif
artinya semakin rendah pendampingan sebanyak 17 responden (56,7%).
suami maka intensitas nyeri persalinan Responden dengan dukungan
kala I semakin berat. keluarga kategori dukungan kurang
Dukungan dari orang yang terdekat sebanyak 16 responden (53,3%) dan
merupakan bentuk dukungan sosial yang dukungan baik sebanyak 14
dapat digunakan sebagai motivasi untuk responden (46,7%).
meningkatkan aktivitas fisik. Individu
yang mengalami nyeri sering kali
bergantung kepada anggota keluarga atau
Berdasarkan hasil uji statistik faktor-
teman dekat untuk mendapatkan faktor yang berhubungan secara
dukungan dan perlindungan. Individu signifikan dengan intensitas nyeri
yang sedang mengalami nyeri lebih pasien pasca operasi fraktur
sering bergantung kepada keluarga untuk ekstremitas bawah adalah jenis
membantu dalam aktifitas, memperoleh kelamin (p = 0,001), tingkat
dukungan dan bisa melindunginya. Tidak pendidikan (p = 0,001), mekanisme
adanya dukungan dari keluarga atau koping (p = 0,001), dukungan
teman dekat lebih memungkinkan untuk keluarga (p = 0,001). Sedangkan
nyeri yang dirasakan individu tersebut faktor-faktor yang tidak berhubungan
menjadi bertambah. Dukungan keluarga dengan intensitas nyeri pasien pasca
dapat menimbulkan efek penyangga yaitu
operasi fraktur ekstremitas bawah
dukungan keluarga menahan efek-efek
negatif dari stres terhadap kesehatan. adalah usia (p = 0,330), pengalaman
operasi yang menyebabkan nyeri (p =
Kesimpulan 0,770).
Berdasarkan hasil uji univariat
didapatkan gambaran karakteristik Daftar Pustaka
dari 30 responden menunjukkan Apley, G., & Solomon, L. (2013). Buku
angka usia yang mengalami nyeri Ajar Orthopedi dan Fraktur
SistemApley. Jakarta : Widya
pasca operasi fraktur ekstremitas Medika.
bawah adalah rata-rata berusia 44 Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan
tahun Jenis kelamin responden yang Proses Keperawatan Nyeri.
mengalami nyeri pasca operasi fraktur Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
ekstremitas bawah didominasi Dickson, W. L. (2006). Increasing
berjenis kelamin laki-laki sebanyak Coping resource: an experimental
20 responden (66,7%) sedangkan intervention apprroach. Journal
perempuan sebanyak 10 responden medical association. Diakses
33,3%. Responden berpendidikan pada tanggal 16 Juli 2017 dari
dasar sebanyak 5 responden (16,7%), http://scholarworks.gsu.edu/cgi/vie
berpendidikan menengah sebanyak 13 wcontent.cgi?article=1005&contex
responden (43,3%) dan berpendidikan t=cps

CARING, Volume 2 Nomor 1, Juni 2018 10


I Putu Artha Wijaya: Faktor-faktor Yang Memengaruhi Intensitas Nyeri Pasca Operasi Fraktur
Ekstremitas Bawah

Dewi, A. P. (2017). Faktor-faktor Yang Murni, K. T. (2013). Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Tingkat Mempengaruhi Intensitas Nyeri
Kecemasan Pada Pasien Pra pada Pasien Pasca Bedah
Operasi Sectio Caesarea. Skripsi Laparatomi. Program Studi Ilmu
Program Studi S1 Keperawatan Keperawatan Medistra Lubuk
STIKES Bina Usada Bali. Pakam
Damayanti, W. P. (2014). Faktor-faktor Nurchairiah, A., Hasneliz, Y.,
Yang Mempengaruhi Tingkat Indriati, G. (2013). Efektifitas
Kecemasan Pasien Pra Operasi Kompres Dingin Terhadap
Fraktur di Ruang Bedah RSUD Intensitas Nyeri Pada Pasien
Badung. Skripsi Program Studi S1 Fraktur Tertutup di Ruang
Keperawatan STIKES Bina Usada Dahlia RSUD Arifin Achmad.
Bali. Diperoleh tanggal 10 Mei 2017.
Hung, M. (2016). The relationship Dari
between family support; pain and http://jom.unri.ac.id/index.php/J
depression in elderly with arthritis. OMPSIK/article/download/3438/
Psychiatric Rehabilitation Journal, 3334.
35 (5),403–405. Nursalam. (2016). Konsep dan
Kemp, C. (2010). Klien Sakit Terminal: Penerapan Metodelogi Penelitian
Seri Asuhan Keperawatan (Edisi 2). Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Jakarta: EGC. Salemba Medika.
Katsarou, A. (2012). Validation of a Pasaribu, I. S. (2011). Intensitas
Greek Version of PSS-14; Global Nyeri dan Perilaku Nyeri pada
Measure of Perceived Stress. Cen Pasien Pasca Bedah ORIF di
Eur Journal Public Health, 20 RSUP H. Adam Malik Medan.
(2),104-109 Skripsi. Medan: Fakultas
Li, Liu, & Herr. (2007). Post Operatif Keperawatan Universitas
Pain Intensity Assessment: A Sumatera Utara.
Comparison of Four Scale In Plotino, N. M., Grande, P. F., &
Chinese adult. Journal Intensity of Porciani. (2014). Deformation
Pain. Diperoleh tanggal 12 Mei and fracture incidence of
2017. Dari Reciproc instruments: a clinical
http://www.ncbi.nlm.gov/ evaluation. Quintessence
Lukman, N. (2011). Asuhan International 41, 479-88.
Keperawatan Pada Klien Dengan Rendy, M. C., & Margareth. (2012).
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Asuhan Keperawatan Medikal
Jakarta : Selemba. Bedah dan Penyakit Dalam.
Mackintosh, C. (2007). Assesment and Yogyakarta : Nuha Medika.
management Patients with Post- Raoul, D., & Jean, P. (2015). Impact
Operative pain. Nursing Standard, of Age on Pain Perception for
22 (5). 49 Typical Painful Diagnoses in the
McLafferty, E., & Farley, A. (2008). Emergency Department. The
Assesing pain in patients. Nursing Journal of Emergency
Standard, 22 (25), 42 Medicine.https://doi.org/10.1016/
McWilliams, L. A., Higgins, K. S., Dick, j.jemermed.2015.06.074
B. D., & Verrier, M. J. (2014). A Scheid, T. L., & Brown, T. N. (2010).
longitudinal investigation of pain- A Handbook for Study of Mental
related social support preferences in Health: Social Contexts,
a chronic pain treatment sample.The Theories, and Systems 2nd
Clinical Journal of Pain, 30 (8), Edition. New York: Cambridge
672–678. University Press.

CARING, Volume 2 Nomor 1, Juni 2018 11


I Putu Artha Wijaya: Faktor-faktor Yang Memengaruhi Intensitas Nyeri Pasca Operasi Fraktur
Ekstremitas Bawah

Saputra, I. B. A. (2013). Profil WHO. (2011). Decade of action or road


Penggunaan Analgetika Pada safety: Indonesia. Mei 15 2017,
Pasien Nyeri Akut Pasca Bedah http://who.searo/int.
Di RSUP Sanglah. Diperoleh
pada tanggal 20 mei 2017.
Septiani, L. (2015). Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Pada Klien Fraktur Di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Aisyiyah Yogyakarta
Tzanetakis, G.N., Kontakiotis, E.G.,
Maurikou, D., & Marzelou, M.P.
(2008). Prevalence and management
of instrument fracture in the
postgraduate endodontic program at
the Dental School of Athens: a five-
year retrospective clinical study.
Journal of Endodontics 34, 675–8.
Unit Data Pelayanan BRSU Tabanan
Bali, (2015). Informasi Pasien
Dengan Fraktur Instalasi Rawat
Inap. Tabanan : BRSU Tabanan.
Tidak dipublikasikan.
Unit Data Pelayanan BRSU Tabanan
Bali, (2016). Informasi Pasien
Dengan Fraktur Instalasi Rawat
Inap. Tabanan : BRSU Tabanan.
Tidak dipublikasikan.
Unit Data Pelayanan BRSU Tabanan
Bali, (2017). Informasi Pasien
Dengan Fraktur Instalasi Rawat
Inap. Tabanan : BRSU Tabanan.
Tidak dipublikasikan.
Unit Data Pelayanan BRSU Tabanan
Bali, (2018). Informasi Pasien
Dengan Fraktur Instalasi Rawat
Inap. Tabanan : BRSU Tabanan.
Tidak dipublikasikan.
Videback, S. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Wijaya, I. P. A. (2014). Analisis Faktor-
faktor yang Mempengaruhi
Intensitas Nyeri Pasien Pasca
Bedah Abdomen Dalam Kontek
Asuhan Keperawatan di RSUD
Badung Bali. Diperoleh pada
tanggal 28 mei 2017. Dari
http://www.triatma-
maino.ac.id/ojsstikes/index.php/JDK
3/article/download/35/28.

CARING, Volume 2 Nomor 1, Juni 2018 12

Anda mungkin juga menyukai