Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan orang lain. Ia ingin
mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Rasa
ingin tahu inilah yang memaksa manusia untuk berkomunikasi.
Komunikasi merupakan bagian kekal bagi manusia seperti halnya bernafas. Sepanjang
manusia ingin hidup, maka ia perlu komunikasi. Komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat
fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat karena tanpa adanya komunikasi
masyarakat tidak akan terbentuk. Adanya komunikasi disebabkan oleh adanya bkebutuhan akan
mempertahankan kelangsungan hidup dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkunngannya. Dalam berkomunikasi keberhasilan komunikator atau komunikan sangat
ditentuka.n oleh beberapa factor yaitu : cakap, pengetahuan, sikap, system social, kondisi lahiriah.
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga
komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus-menerus. Komunikasi bertujuan untuk
memudahkan, melaksanakan, kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal,
baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hunbungan antar manusia Kemajuan ilmu
pengetahuan dan tehnologi Bidang tenaga kesehatan serta perubahan konsep petugas kesehatan
dari perawatan orang sakit secara individual kepada perawatan paripurna serta peralihan dari
pendekatan yang berorientasi medis penyakit kemodel penyakit yang berfokus pada orang yang
bersifat pribadi menyebabkan komunikasi menjadi lebih penting dalam memberikan asuhan.
Petugas kesehatan dituntut untuk menerapkan model komunikasi yang tepat dan disesuaikan
dengan tahap perkembangan pasien. Pada orang dewasa mereka mempunyai sikap,pengetahuan
dan keterampilan yang lama menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat
sulit. Oleh sebab itu perlu kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi
dapat tercapai dengan efektif. Bertolak dari hal tersebut kami mencoba membuat makalah yang
mencoba menerapkan model konsep komunikasi yang tepat pada dewasa.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Komunikasi Tarapeutik?
2. Apa jenis-jenis dari Komunikasi Tarapeutik?
3. Bagaimana karakteristik Komunikasi Tarapeutik?
4. Bagaimana Fase-fase Komunikasi Tarapeutik?
5. Apa yang dimaksud Komunikasi Tarapeutik Dewasa?
6. Apa faktor yang menghambat dalam Proses Komunikasi Terapeutik?
7. Bagaimana Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik pada klien dewasa?
8. Bagaimana suasana komunikasi Terapeutik pada klien dewasa?
9. Bagaimana penerapan model-model Komunikasi Terapeutik pada klien dewasa?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Komunikasi Tarapeutik.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis Komunikasi Tarapeutik.
3. Untuk mengetahui karakteristik Komunikasi Tarapeutik
4. Untuk mengrtahui fase-fase Komunikasi Tarapeutik.
5. Untuk mengetahui bagaimana Komunikasi Tarapeutik dewasa.
6. Untuk mengetahui faktor yang menghambat dalam Proses Komunikasi Terapeutik.
7. Untuk mengetahui Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik pada klien dewasa.
8. Untuk mengetahui suasasan Komunikasi Tarapeutik pada klien dewasa.
9. Untuk mengetahui penerapan model-model komunikasi pada klien dewasa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Tarapeutik


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48).
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in
adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke
dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima
bantuan (Indrawati, 2003 : 48).
Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus
direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai
karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar
belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).
Berikut pengertian komunikasi terapeutik dalam keperawatan menurut beberapa ahli:

 Northouse (1998): Komunikasi terapeutik adalah kemampuan perawat dalam membantu


klien untuk dapat beradaptasi dengan stress yang dialaminya. Serta mengatasi gangguan
psikologis, dan belajar untuk berhubungan baik dengan orang lain. (baca: Teori Semiotika
Ferdinand De Saussure)
 Stuart G.W (1998): komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal
antara perawat dan pasiennya. Dimana dalam hubungan ini, perawat dan klien bersama-
sama belajar untuk memperbaiki pengalaman emosional klien. (baca: Sistem Pers di
Indonesia)
 Sundeen (1990): hubungan terapeutik merupakan sebuah hubungan kerjasama. Hubungan
ini ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman antara
perawat dan pasien untuk membina hubungan intim yang terapeutik. (Baca: Komunikasi
Asertif)
 Mahmud Machfoedz (2009): Komunikasi Terapeurik merupakan pengalaman interaktif
antara perawat dan pasien ya ng didapatkan secara bersama melalui komunikasi.
Komunikasi disini bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang pasien hadapi.
(baca: Jurnalistik Televisi)
 Wahyu Purwaningsih dan Ina Karlina (2010): komunikasi terapeutik berfokus pada klien
dalam memenuhi kebutuhan klien, serta memiliki tujuan spesifik, dan batas waktu yang
ditetapkan bersama. Merupakan hubungan timbal balik saling berbagi perasaan yang
berorientasi pada masa sekarang.

3
2.2 Jenis-jenis Komunikasi Tarapeutik
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry
(1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal,
interpersonal dan publik.
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995)
dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal yang
dimanifestasikan secara terapeutik.
1. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah
sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka.
Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang
dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau
menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang
tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka
yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.
Komunikasi Verbal yang efektif harus:
1) Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit
kata-kata yang digunakan makin kecil keniungkinan teijadinya kerancuan. Kejelasan
dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas.
Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang
bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui
apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan
kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.
2) Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan
kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan
kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak
mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan
istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan
mengauskultasi paru paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara
saya mendengarkan paru-paru anda”.
3) Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu
kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi
perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati
kematian. Ketika berkomunikasi dengan keperawat harus hati-hati memilih kata-kata
sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika
menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
4) Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi
verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain
mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu

4
terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak
jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu
kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat
dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum
mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin
menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara
terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
5) Waktu dan Relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang
menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun
pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi
penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan
waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika
pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
6) Humor
Dugan (1989) dalam Purba (2003) mengatakan bahwa tertawa membantu
pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan
keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan
dan Deane (1988) dalam Purba (2006) melaporkan bahwa humor merangsang
produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan
toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan
dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi
ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

2. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam
bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan di surat
kabar dan lain- lain.
Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :
1) Lengkap
2) Ringkas
3) Pertimbangan
4) Konkrit
5) Jelas
6) Sopan
7) Benar
Fungsi komunikasi tertulis adalah:
1) Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.
2) Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan.
3) Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk
mengetahui perkembangan masa lampau.
4) Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
5) Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat pengangkatan.

5
Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:
1) Adanya dokumen tertulis
2) Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
3) Dapat meyampaikan ide yang rumit
4) Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
5) menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
6) Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.
7) Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
8) Untuk penelitian dan bukti di pengadilan
Kerugian Komunikasi tertulis adalah:
1) Memakan waktu lama untuk membuatnya
2) Memakan biaya yang mahal
3) Komunikasi tertulis cenderung lebih formal
4) Dapat menimbulkan masalah karena salah penafsiran
5) Susah untuk mendapatkan umpan balik segera
6) Bentuk dan isi surat tidak dapat di ubah bila telah dikirimkan
7) Bila penulisan kurang baik maka akan membingungkan Si pembaca.

3. Komunikasi Non Verbal


Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata.
Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dan saat
pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti
terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan
asuhan keperawatan.
Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:
1) Kinesik
Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat
tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan informasi mengenai kesehatan,
para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-
pesan itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat yang
mujarab, cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.
2) Proksemik
Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak” antara
individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individu dengan objek.
3) Haptik
Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua orang
waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli kumunikasi non verbal yang mengatakan
haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit.
Haptik mengkomunikasikan relasi anda dengan seseorang.
4) Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalau kita hendak
menginterprestasikan simbol verbal. Sebagai contoh, orang-orang Muang Thai merupakan
orang yang rendah hati, mirip dengan orang jawa yang tidak mengungkapkan kemarahan
dengan suara yang keras. Mengeritik orang lain biasanya tidak diungkapkan secara langsung

6
tetapi dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang Batak dan Timor yang mengungkapkan segala
sesuatu dengan suara keras.
5) Artifak
Kita memehami artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan pelbagai benda
material disekitar kita, lalu bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk menampilkan
pesan tatkala dipergunakan. Sepeda motor, mobil, kulkas, pakaian, televisi, komputer mungkin
sekedar benda. Namun dalam situasi sosial tertentu benda-benda itu memberikan pesan kepada
orang lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dan pakaian atau mobil yang mereka
gunakan. Makin mahal mobil yang mereka pakai, maka makin tinggi status sosial orang itu.
6) Logo dan Warna
Kreasi pan perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupaka karya
komunikasi bisnis, namun model keija m dapat ditirn dalam komunikasi kesehatan. Biasanya
logo dirancang untuk dijadikan simbol da suatu karaya organisasi atau produk da suatu
organisasi, terutama bagi organisasi swasta. Bentuk logo umumnya berukuran kecil dengan
pilihan bentuk, warna dan huruf yang mengandung visi dan misi organisasi.
7) Tampilan Fisik Tubuh
Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari lawan bicara
anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya, tipe tubuh (atletis, kurus, ceking,
bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan cap atau warna yang kita
berikan kepada orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah
persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampu
mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi, menikmati informasi,
memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yang disebarluaskan oleh sumber
informasi. (Liliweri, 2007:108).

2.3 Karakteristik Komunikasi Tarapeutik

Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai berikut:
(Arwani, 2003 : 54).
1. Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima dan pendekatan
individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk
mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
2. Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan
penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.
3. Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan
mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya
lebih mendalam.

7
2.4 Fase-fase Komunikasi Tarapeutik

1. Orientasi (Orientation)
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi bersifat
penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan oleh lima kegiatan pokok
yaitu testing, building trust, identification of problems and goals, clarification of
roles dan contract formation.
2. Kerja (Working)
Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan
pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masalah-masalah
yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menyatukan
proses komunikasi dengan tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung
untuk proses perubahan.
3. Penyelesaian (Termination)
Paa fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan telah dicapai,
agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan
pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 61).

2.5 Komunikasi Tarapeutik Dewasa


Pada orang dewasa, mereka mempunyai sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang lama
menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat sulit. oleh sebab itu perlu
kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi dapat tercapai dengan
efektif. Bertolak dari hal tersebut kami mencoba membuat makalah yang mencoba untuk
menerapkan model konsep kornunikasi yang tepat pada klien dewasa.
Menurut Ericsson 1985, pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi vs isolasi, dimana
pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta kasih, minat, masalah
dengan orang lain.
Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan tertentu, bahkan tidak
jarang sikap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya, sehingga tidak mudah untuk
mengubahnya. Juga Pengetahuan yang selarna ini dianggapnya benar dan bermanfaat belum
tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang
lama. Tegasnya orang dewasa bukan seperti gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu. Oleh
karena itu dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu unfuk merubah
tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa belajar kalau ia sendiri ingin belajar, terdorong
akan tidak puas lagi dengan perilakunya yang sekarang, maka menginginkan suaru perilaku
lain di masa mendatang, lalu mengambil langkah untuk mencapai perilaku baru itu.

8
Dari segi psikologis, orang dewasa dalarn situasi. Komunikasi mempunyai sikap-sikap
tertentu yairu :
1. Komunikasi adalah suatu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri,
maka orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih
mutakhir.
2. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya
perasaan dan pikiran.
3. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi dan
menerima, akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan reaksi
dan tanggapannya mengenai suatu masalah.

2.6 Faktor yang Menghambat dalam Proses Komunikasi Terapeutik


a. Kemampuan pemahaman yang berbeda
b. Pengamatan atau penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu
c. Komunikasi satu arah
d. Kepentingan yang berbeda
e. Memberikan jaminan yang tidak mungkin
f. Memberi tahu apa yang harus dilakukan kepada penderita
g. Membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi
h. Menurut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakan
i. Menghentikan atau mengalihkan pembicaraan
j. Memberikan kritik mengenai perasaan penderita
k. Terlalu banyak bicara
l. Memperlihatkan sifat jemu, bosan, dan pesimis.

9
2.7 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
a. Hubungan perawat dengan kliein adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan.
b. Prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal devitoyaitu keterbukaan, empati, sifat
mendukung, sikap positif dan kesetaraan.
c. Kualitas hubungan perawat dan klien ditentukan oleh bagaimana perawat mendefinisikan
dirinya sebagai manusia
d. Perawat menggunakan dirinya dengan teknik pendekatan yang khusus untuk memberi
pengertian dan merubah prilaku klien.
e. Perawat harus menghargai keunikan klien.
f. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri.

2.8 Suasana Komunikasi Pada Klien Dewasa


Dengan adanya faktor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi orang dewasa,
maka perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana komunikasi yang diharapkan dapat mencapai
tujuan yang diinginkan. Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa adalah :
1. Suasana hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya
dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan mengemukakan pikirannya.
2. Suasana saling menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan mengesampingkan harga
kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai. Meremehkan diri mereka akan dapat menjadi
komunikasi.
3. Suasana saling percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat membawa
hasil yang diharapkan.
4. Suasana saling terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain. Hanya
dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.

10
Komunikasi verbal dan non verbal adalah saling mendukung satu sama lain. seperti pada anak-
anak, perilaku non verbal sanna pentingnya pada orang dewasa. Ekspresi wajah, gerakan tubuh
dan nada suara. memberi tanda tentang status emosional dari orang dewasa. Tetapi harus
ditekankan bahwa orang dewasa mempunyai kendala pada hal-hal ini.

Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit bisa merasa tidak berdaya, tidak aman dan tidak
mampu ketika dikeiilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status kemandirian mereka telah
berubah menjadi status dimana orang lain yang memutuskan kapan mereka makan dan kapan
mereka tidur. Ini merupakan pegalaman yang mengancam dirinya, dirnana orang dewasa tidak
berdaya dan cemas, dan ini dapat terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi.
Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang dewasa oleh para
profesional, pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari immobilitas biopsikososialnya
untuk mencapai penerimaan terhadap masalahnya.

2.9 Model-model Komunikasi pada Klien Dewasa


1. Model Shanon & Weaver
Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatan
nya. Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa sandi atau menciptakan pesan dan
menyampaikan melalui suatu saluran kepada penerima. Dengan kata lain model shannon &
weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk di
komunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (Transmitter) mengubah
pesan menjadi suatu signal yang sesuai dengan saluran yang digunakan.
Suatu konsep penting dalam model ini adalah adanya gangguan (Noise) yang dapat
menganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Model Shannon-Weaver dapat diterapkan
kepada konsep komunikasi interpersonal. Model ini memberikan keuntungan bahwa sumber
informasi jelas dan berkompeten, pesan langsung kepada penerima tanpa perantara. Tetapi
model ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihat nya hubungan tansaksional diantara
sumber pesan dan penerima.

11
Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :
Bila komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa, klien akan lebih mudah untuk menerima
penjelasan yang disampaikan karena tanpa adanya perantara yang dapat mengurangi kejelasan
informasi. Tetapi tidak ada hubungan transaksional antara klien dan perawat, juga tidak ada
feedback untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.

2. Model Komunikasi Leary


Refleksi dari model komunikasi interaksi dari Leary (1950) ini menggabungkan
multidimensional yang ditekankan pada hubungan interaksional antara 2 (dua) orang, dimana
antara individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi .
Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku tersebut dipengaruhi
oleh lingkungan sekitar. Dari gambaran model leary pesan komunikasi terbagi dalam 2 dimensi
yaitu Dominan -Submission, dan Hate – love.
Model Leary dapat diterapkan di bidang kesehatan karena dalam bidang kesehatan ada
keseimbangan kekuatan antara professional dengan klien. Selama beberapa tahun pasien akut
ditempatkan pada peran submission dan profesi kesehatan selalu mondominasi peran dan klien
ditempatkan dalam keadaan yang selalu patuh. Seharusnya dalam berkomunikasi ada
keseimbangan asertif dalam menerima dan memberi antara pasien dan profesional.
Penerapan Pada Klien Dewasa :
Bila model konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran dominan oleh perawat hanya
mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut untuk menyelamatkan kehidupan klien,
sehingga klien harus patuh terhadap segala yang dilakukan perawat. Kita tidak dapat
menerapkan posisi dominan ini pada klien dewasa yang dalarn keadaan kronik karena klien
dewasa mempunyai komitmen yang kuat terhadap sikap dan pengetahuan yang kuat dan sukar
untuk dirubah dalam waktu yang singkat. Feran Love yang berlebihan juga tidak boleh
diterapkan terhadap klien dewasa, karena dapat mengubah konsep hubungan profesional yang
dilakukan lebih kearah hubungan pribadi.

12
Model ini menekankan pentingnya "Relationship" dalam membantu klien pada pelayanan
kesehatan secara langsung. Komunikasi therapeutik adalah ketrampilan untuk mengatasi stress
yang menghambat psikologikal dan belajar bagaimana berhubungan efektif dengan orang lain.
Pada komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai dengan situasi dan
kondisi), dan penghargaan yang positif (positive regard). Sedangkan hasil yang diharapkan dari
klien melalui model kornunikasi ini adalah adanya saling pengertian dan koping yang lebih
efektif. Apabila diterapkan pada klien dewasa dikondisikan untuk lebih mengarah pada kondisi
dimana
individu dewasa berada di dalam keadaan stress psikologis.

3. Model lnteraksi King


Model King memberikan penekanan pada proses komunikasi antara perawat - klien. King
menggunakan sistem perspektif untuk menggambarkan bagaimana profesional kesehatan
(perawat) untuk memberi bantuan kepada klien. Pada dasarnya model ini meyakinkan bahwa
interaksi perawat - klien sZSecara simultan membuat keputusan tentang keadaan mereka dan
tentang orang lain dan berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi.
Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi merupakan proses
dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan dan tindakan perawat -
klien. Transaksi adalah hubungan relationship yang timbal balik antaraperawar-klien seiama
berpartisipasi. Feedback dalam model ini menunjukkan pentingnya arti hubungan perawat-klien.
Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa:
Model ini sesuai untuk klien dewasa karena mempertimbangkan faktor-faktor intrinsik dan
ekstrinsik klien dewasa yang pada akhirnya bertujuan untuk menjalin transaksi. Adanya
feedback menguntungkan untuk mengetahui sejauh mana informasi yang disampaikan dapat
diterima jelas oleh klien atau untuk mengetahui ada tidaknya persepsi yang salah terhadap pesan
yang disampaikan.

13
4. Model Komunikasi Kesehatan
Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan - klien. 3 (tiga)
faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu : 1) Relationship, 2) Transaksi, dar 3)
Konteks.
Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana seorang
profesional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional kesehatan adalah seorang yang
memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, training dan pengalaman dibidang kesehatan.
Klien adalah individu yang diberikan pelayanan. orang lain (significant order) penting untuk
mendukung terjadinya interaksi khususnya mendukung klien untuk mempertahankan kesehatan.
Transaksi merupakan kesepakatan interaksi antar partisipan di dalarn proses komunikasi
tersebut.
Konteks yaitu kornunikasi kesehatan yang memiliki topik utama tentang kesehatan klien dan
biasanya disesuaikan dengan tempat dan situasi

Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :


Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada klien dewasa ,karena profesional
kesehatan (perawat) memperhatikan karakteristik dari klien yang akan mempengaruhi
interaksinya dengan orang lain. Transaksi yang dilakukan terjadi secara berkesinambungan,
tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga melibatkan orang lain yang berpengaruh
terhadap kesehatan klien. Konteks komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan yang
diberikan.
Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan tertentu seperti;
sopan santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, faktor budaya, nilai yang dianut,
faktor psikologi, sehingga perawat harus memperhatikan hal-hal tersebut agar ttdak terjadi
kesalahpahaman. Pada komunikasi orang dewasa diupayakan agar perawat menerima pasien
sebagaimana manusia seutuhnya dan perawat harus dapat menerima setiap orang berbeda satu
dengan yang lain.
Berdasarkan pada hal tersebut diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan dapat
diterapkan pada klien dewasa adalah model komunikasi interaksi King dan model komunikasi
kesehatan. Karena pada kedua model komunikasi ini menunjukkan hubungan relationship yang

14
rnemperhatikan karakteristik dari klien dan melibatkan pengirim dan penerirna, serta adanya
umpan balik untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia ke
arah yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk menguasai tehnik dan model konsep
komunitasi yang tepat untuk setiap karakteristik klien.
Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang menetap dalam dirinya
yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu model komunikasi yang tepat agar
tujuan dapat tercapai.
Model Konsep Komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model interaksi King
dan model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang saling memberi
dan menerima serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah informasi yang disampaikan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga
komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus menerus. Komunikasi bertujuan untuk
memudahkan, melancarkan, melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai
tujuan optimal, baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hubungan antar manusia.
Suasana komunikasi pada klien dewasa antara lain : suasana hormat menghormati, suasana
saling menghargai, suasana saling percaya, dan suasana saling terbuka.
Model-model komunikasi pada klien dewasa yaitu : model komunikasi shanon dan weaver,
model komunikasi leary, model komunikasi king, dan model komunikasi kesehatan.

3.2 Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi agar dapat mengerti dan memahami apa yang
dimaksud dengan komunikasi.
2. Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi agar dapat mengetahui suasana dalam komunikasi pada
klien dewasa.
3. Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi adar dapat mengetahui model-model komunikasi
pada klien dewasa.

16
17

Anda mungkin juga menyukai