Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH FARMASETIKA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 / A1
ANGGOTA
Ayu febrianti (192FF05004)
Ewith Kurnia (192FF05007)
Hasan (192FF05012)
Indah Santika (192FF05014)
Kadek Asmadi (192FF05016)
Kania Dewi (192FF05017)
Marta Sari (192FF05020)
Neneng Susma (192FF05023)
Noviani Sri (192FF05027)
Oktafiyani (192FF05028)
Pernanda (192FF05029)
Puji Lestari (192FF05031)
Resty Dhamayanti (192FF05032)
Rinaldi Pebriantara (192FF05034)
Siti Sutianingsih (192FF05038)
Wilda Diansa (192FF05045)

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG


FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik ditimbulkan oleh
gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan
tersedia sebagai obat bebas (Wilmana, 1995). Efek analgetik Paracetamol dapat
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Paracetamol menghilangkan
nyeri, baik secara sentral maupun secara perifer. Secara sentral diduga Paracetamol bekerja
pada hipotalamus sedangkan secara perifer, menghambat pembentukan prostaglandin di
tempat inflamasi, mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau
kimiawi. Efek antipiretik dapat menurunkan suhu demam. Pada keadaan demam, diduga
termostat di hipotalamus terganggu sehingga suhu badan lebih tinggi (Zubaidi, 1980).
Asetaminofen (parasetamol) sebagai analgesik, digunakan luas pada penderita sakit gigi
dan sakit kepala.Efek penggunaan parasetamol mulai dapat dirasakan setelah 30 menit
konsumsi obat dan kerjanya berlangsung selama ±3 jam.Asetaminofen dapat berkonjugasi
dengan asam glukuronat atau sulfat dalam kelompok hidroksil fenolik, yang kemudian terjadi
penghilangan konjugatnya di dalam lambung. Pada dosis kecil, sebagian konjugat dioksidasi
menjadi N-asetil-benzoquinonimine .Konsumsi dosis yang tinggi (sekitar 10 g) dapat
menyebabkan kerusakan pada hati. Kerusakan pada hati dapat dihindari dengan pemberian N-
asetilsitein yana diberikan secara intravena. Konsumsi asetaminofen yang rutin dapat
menyebabkan gangguan fungsi ginjal (Lullman, 2005).

1.2.Tujuan

1.3.A
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Paracetamol

2.2. Sifat fisika dan kimia


Rumus bangun paracetamol:

Sinonim : Paracetamolum Asetaminofen.


Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida.
Rumus molekul : C8H9NO2
Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % C8H9NO2,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut
dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya (DitJen POM.,
1995)

2.3. Kromatografi lapis tipis


Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan satu dari banyak teknik kromatografi
yang sering digunakan untuk menganalisis bahan analgesik. Dasar pemisahan pada
KLT adalah perbedaan kecepetan migrasi diantar fasedian yang berupa padatan
(alumina, silika gel, atau selulosa) dan fase gerak yang merupakan campuran solven
(eluen) yang juga dikenal dengan istilah pelarut pengembang campur. KLT
menggunakan parameter karakteristik faktor retardasi (Rf) untuk menganalisis baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Nilai Rf merupakan parameter karakteristik suatu
senyawa sehingga secara kualitatif senyawa dapat diidentifikasi dari nilai Rf (Fatah,
1987).
Fase gerak pada KLT biasanya dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dipilih
dengan trial dan error. Sitem yang paling sederhana adalah sistem dua pelarut organik
karena daya elusi campuran dari dua pelarut ini dapat dengan mudah diatur sedemikian
rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah kriteria yang
harus dipenuhi oleh fase gerak ialah :
1. Fase gerak harus memiliki kemurniaan yang sangat tinggi karena KLT sangat
sensitif
2. Daya elusi fase gerak harus diatur agar harga Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk
pemisahan yang maksimal
3. Untuk pemisahan senyawa yang polar yang biasanya fase diamnya berupa
silika gel, maka polaritas dari fase gerak sangat menentukan kecepatan elusi
atau pengembangan yang berarti juga akan menentukan nilai Rf (Stahl, 1985).

2.4. Spektro
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer
ini, metoda yang digunakansering disebut dengan spektrofotometri (Basset,1994).
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pa
da panjang gelombamg spesifik dengan menggunakanmonokromator prisma atau kisi difraksi
dengan detektor fototube (Underwood,2001).
Spektrofotometer menghasilkan sinar dan spektrum dengan panjanggelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahayayang ditransmisikan atau diabsorbsi.
Spektrofotometer dibandingkan denganfotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih
dapat lebih terseleksidan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau
celahoptis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasimelewatkan
trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidakmungkin diperoleh panjang
gelombang 30-40 nm. Sedangkan padaspektrofotometer, panjang gelombang yang benar-
benar terseleksi dapatdiperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma.
Suatuspektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,monokromator,
sel pengabsorbsi untuk larutan sampel blanko dan suatu alatuntuk mengukur perbedaan
absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding. Sinar
yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa dalam larutan tersebut.
Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa yang
ada, konsentrasi dan tebal atau panjang larutan tersebut.Makin tinggi konsentrasi suatu
senyawa dalam larutan, makin banyak sinaryang diserap

Jenis-jenis Spektrofotometri
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber
cahayayang digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut :a.

Spektrofotometri Vis (Visible)Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai


sumbersinar/energy dalah cahaya tampak (Visible). Cahaya visible termasukspectrum
elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia.Panjang gelombang sinar tampak
adalah 380-750 nm. Sehingga semuasinar yang dapat dilihat oleh mata manusia, maka sinar
tersebut termasukkedalam sinar tampak (Visible)

Spektrofotometri UV (Ultra Violet)Berbeda dengan spektrofotometri Visible, pada


spektrofometri
UV berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 1
90-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakanlampu deuterium. Deuterium disebut juga
heavy hydrogen. Dia merupakanisotop hydrogen yang stabil tang terdapat berlimpah dilaut
dan didaratan.Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata manusia maka senyawayang
dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidakmemiliki warna. Bening
dan transparan.c.
Spektrofotometri UV-VisSpektrofotometri ini merupakan gabungan antara
spektrofotometriUV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda,
sumbercahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebihcanggih sudah
menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UVdan Vis, yaitu photodiode yang
dilengkapi dengan monokromator

Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu
:a. Penyerapan oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan.
b. Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks
c. Penyerapan oleh perpindahan muatan.Interaksi antara energy cahaya dan molekul dapat
digambarkan sbb :
E = hv
Dimana :E = energy (joule/second)h = tetapan plankv = frekuensi fotond.

Spektrofotometri IR (Infra Red)Spektrofotometri ini berdasar kepada penyerapan


panjanggelombang Inframerah. Cahaya Inframerah, terbagi menjadi inframerahdekat,
pertengahan dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalahadalah inframerah jauh dan
pertengahan yang mempunyai panjanggelombang 2.5-1000 mikrometer. Hasil analisa
biasanya berupasignalkromatogram hubungan intensitas IR terhadap
panjang gelombang.Untuk identifikasi, signal sampel akan dibandingkan dengan
signalstandard

2.5. A

2.6. iden

Ditjen POM, 1995,Farmakope IndonesiaEdisi Keempat, Jakarta, Departemen Kesehatan RI.

Lullman, Heinz., 2005. Color Atlas of Pharmacology 2nd edition, revised and expanded, New
York, Thieme.

Fatah, M.A, 1987, Analisis Farmasi Dahulu dan Sekarang, Yogyakarta : Penerbit UGM
Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Bandung, Penerbit ITB

Anda mungkin juga menyukai