Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN TN. N DI RUANG DAHLIA DENGAN PERITONITIS

DI RSUD BANYUMAS

DISUSUN OLEH :

Dewi Purnama Sari

106117011

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-IRSYAD AL-


ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN AJARAN 2019/2020


A. PENGERTIAN

Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput organ perut
(peritonieum). Peritonieum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan
dinding perut sebelah dalam. Lokasi peritonitis bisa terlokalisir atau difuse, riwayat akut atau
kronik dan patogenesis disebabkan oleh infeksi atau aseptik. Peritonitis merupakan suatu
kegawat daruratan yang biasanya disertai dengan bakterecemia atau sepsis. Akut peritonitis
sering menular dan sering dikaitkan dengan perforasi viskus(secondary peritonitis). Apabila
tidak ditemukan sumber infeksi pada intraabdominal, peritonitis diketagori sebagai primary
peritonitis. (Fauci et al, 2008).

Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput
rongga perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus
organ perut dan dinding perut sebelah dalam.

Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera


dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau supuratif dari peritoneum
yang disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi bakteri.

B. ETIOLOGI

1. Infeksi bakteri

1. Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal


2. Appendisitis yang meradang dan perforasi
3. Tukak peptik (lambung / dudenum)
4. Tukak thypoid
5. Tukan disentri amuba / colitis
6. Tukak pada tumor
7. Salpingitis
8. Divertikulitis

Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus alpha dan beta
hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah
clostridium wechii.
2. Secara langsung dari luar.

a. Operasi yang tidak steril


b. Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi
peritonitisyang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai
respon terhadap benda asing, disebut juga peritonitis granulomatosa serta
merupakan peritonitis lokal.
c. Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, ruptur hati
d. Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis. Terbentuk
pula peritonitis granulomatosa.

3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang


saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis.
Penyebab utama adalah streptokokus atau pnemokokus.

C. TANDA DAN GEJALA

1. Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberpa penderita peritonitis
umum.
2. Demam
3. Distensi abdomen
4. Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum, tergantung pada
perluasan iritasi peritonitis.
5. Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang jauh
dari lokasi peritonitisnya.
6. Nausea
7. Vomiting
8. Penurunan peristaltik.

D. PATOFISIOLOGI
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen ke dalam rongga abdomen,
biasanya diakibatkan dan peradangan iskemia, trauma atau perforasi tumor, peritoneal diawali
terkontaminasi material. Awalnya material masuk ke dalam rongga abdomen adalah steril
(kecuali pada kasus peritoneal dialisis) tetapi dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri.
Akibatnya timbul edem jaringan dan pertambahan eksudat. Caiaran dalam rongga abdomen
menjadi keruh dengan bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak
dan darah. Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotil tetapi segera dikuti
oleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan di dalam usus besar.

E. PATHWAY
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada peritonitis ialah inflamasi tidak lokal dan seluruh
rongga abdomen menjadi terkena pada sepsis umum. Sepsis adalah penyebab umum dari
kematian pada peritonitis. Syok dapat diakibatkan dari septikemia atau hipovolemik. Proses
inflamasi dapat menyebabkan obstruksi usus, yang terutama berhubungan dengan terjadinya
perlekatan usus (Brunner & Suddarth, 2002 : 1104).
Menurut Corwin (2000 : 528) komplikasi yang terjadi pada peritonitis ialah sepsis
dan kegagalan multiorgan.
Dua komplikasi pasca operatif paling umum adalah eviserasi luka dan pembentukan
abses. Luka yang tiba-tiba mengeluarkan drainase serosanguinosa menunjukan adanya
dehisens luka (Brunner & Suddarth, 2002 : 1104).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
2. Radiologis
3. USG
4. CT Scan

H. PENATALAKSANAAN
Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang
yang dilakukan secara intravena, pemberian antibiotika yang sesuai, dekompresi
saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal, pembuangan fokus
septik (apendiks, dsb) atau penyebab radang lainnya, bila mungkin mengalirkan
nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri.
A. Konservatif
Indikasi terapi konservatif, antara lain:
·Infeksi terlokalisisr, mis: massa appendiks
·Penyebab peritonitis tidak memerlukan pembedahan (pankreatitis akut)
·Penderita tidak cukup baik untuk dilakukan general anestesi; pada orang tua dan
komorbid
·Fasilitas tidak memungkinkan dilakukannya terapi pembedahan.
Prinsip terapinya meliputi rehidrasi dan pemberian antibiotik broad spectrum. Terapi
suportif harus diberikan termasuk pemberian nutrisi parenteral pada penderita dengan
sepsis abdomen di ICU.
Terapi konservatif meliputi:
·Cairan intravena
·Antibiotik
·Oksigenasi
·Pemasangan NGT
·Nutrisi Parenteral
·Pemberian analgetik, biasanya golongan opiat (i.v.) dan juga anti muntah.

B. Tindakan Preoperatif

Apabila pasien memerlukan tindakan pembedahan maka kita harus mempersiapkan


pasien untuk
tindakan bedah antara lain :
1. Mempuasakan pasien untuk mengistirahatkan saluran cerna.
2. Pemasangan NGT untuk dekompresi lambung.
3. Pemasangan kateter untuk diagnostic maupun monitoring urin.
4. Pemberian terapi cairan melalui I.V
5. Pemberian antibiotic
C. Tindakan Operatif
i. Terapi bedah pada peritonitis antara lain:
ii. Kontrol sumber infeksi, dilakukan sesuai dengan sumber infeksi. Tipe dan luas dari
pembedahan tergantung dari proses dasar penyakit dan keparahan infeksinya.
iii. Pencucian ronga peritoneum: dilakukan dengan debridement, suctioning, kain kassa,
lavase, irigasi intra operatif. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan pus, darah, dan
jaringan yang nekrosis
iv. Debridemen : mengambil jaringan yang nekrosis, pus dan fibrin
v. Irigasi kontinyu pasca operasi
a. Laparotomi
b. Laparoskopi
c. Lavase peritoneum dan Drainase
d. Terapi post-operatif

1.Pre Operasi
a. Resusitasi cairan
b. Oksigenasi
c. NGT, DC
d. Antibiotik
e. Pengendalian suhu tubuh
2. Pro Operasi

a. Kontrol sumber infeksi


b. Pencucian rongga peritoneum
c. Debridement radikal
d. Irigasi kontinyu
e. Ettapen lavase/stage abdominal repair

3. Pasca Operasi

a. Balance cairan
b. Perhitungan nutrisi
c. Monitor vital Sign
d. Pemeriksaan laboratorium
e. Antibiotika
DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3.EGC : Jakarta.

Doenges, E., Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Peritonitis

http://sanirachman.blogspot.com/2009/10/penatalaksanaan-peritonitis.html#ixzz36t4AFeI8

http://www.umm.edu/altmed/articles/peritonitis-000127.htm

http://glufu.blogspot.com/2009/12/peritonitis.html

http://www.peutuah.com/askep-peritonitis/

Anda mungkin juga menyukai