Kel.9 ISI LAPSUS-REFERAT
Kel.9 ISI LAPSUS-REFERAT
LAPORAN KASUS
1.1.Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. RAB
No. Rekam Medik : 771352
Jenis Kelamin : Laki - laki
Tanggak Lahir : 3-4-1975
Umur : 41 tahun
Alamat : Jl. M. Tahir Jongaya Indah A8/4
Perawatan Bagian : Interna (Rheumatologi)
Tanggal Masuk : 9 September 2016
Tanggal Pemeriksaan : 14 September 2016
1.2.Anamnesis
Keluhan utama: Nyeri dan kaku pada jari di kedua tangan, kedua kaki,
dan kedua bahu.
Riwayat pengobatan:
- Prednison tablet 10 mg 1x1 tab
- Na-diklofenak tab 25 mg 1x1 tab
1.3.Pemeriksaan Fisis
Keadaan umum: Compos mentis, keadaan sakit sedang, keadaan gizi
obesitas 1
2
Tanda vital dan antropometri
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi: 82 kali/menit
- Pernafasan : 18 kali/menit
- Suhu : 36,8oC
- NRS: 4/10
- BB : 80 kg
- TB : 175 cm
- IMT : 26,12 kg/m2
Pemeriksaan fisis
- Mata : Anemis (-), ikterus (-), pupil isokor dengan diameter 2,5 mm,
udem palpebra (-)
- THT: Tonsil normal, faring normal, lidah normal, bibir normal
- Leher : JVP R+2 cmH2O, pembesaran kalenjar limfe (-), kaku
duduk(-)
- Thoraks : Simetris, suara nafas vesikular, ronchi (+) basal kedua
paru, wheezing (-)
- Jantung : BJ I/II normal reguler, murmur (-)
- Abdomen: Distended (-), meteorismus (-), peristaltik normal, asites
(-), nyeri tekan (-), hepar normal, lien normal
- Ekstremitas : hangat, udem (-)
- Status Rheumatologi :
Gait : Antalgik
Arm : Elbow joint dextra:
edema (+), tenderness (+), eritema (-), ktuor (+), nodul (-)
Elbow joint sinistra:
Edema (+), nodul (+), tenderness (-), eritema (-), ktuor (-)
PJB/RTP dextra:
Swan neck (+) 0,5 Ti II, tenderness (+), ktior (+), eritema
(-), edema (-)
3
Leg : Ankle joint dextra:
edema (-), tenderness (+), ktuor (+), eritema (-), nodul (-)
Spine : dalam batas normal
Assesment: - Rheumatoid Arthritis
- Arthritis gout kronik bengofus (eksaserbasi akut)
1.4.Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 1.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien pada Tanggal 8
September 2016
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN UNIT
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
WBC 16.79 4.00 – 10.0 10^3/ui
Laju Endap Darah 35/60 < 10 Mm
RBC 4.10 4.00 – 6.00 10^6/uL
HGB 11.3 12.0 – 16.0 gr/dl
HCT 36.2 37.0 – 48.0 %
MCV 88.3 80.0 – 97.0 fL
MCH 27.6 26.5 – 33.5 Pg
MCHC 31.2 31.5 – 35.0 gr/dl
PLT 564 150 – 400 10^3/ui
RDW-SD 46.0 37.0 – 54.0 fL
RDW-CV 14.2 10.0 – 15.0
PDW 9.3 10.0 – 18.0 fL
MPV 9.3 6.50 – 11.0 fL
P-LCR 18.1 13.0 – 43.0 %
PCT 0.47 0.15 – 0.50 %
NEUT 13.21 52.0 – 75.0 10^3/ui
LYMPH 1.91 20.0 – 40/0 %
MONO 1.28 2.00 – 8.00 10^3/ui
4
EO 0.34 1.00 – 3.00 10^3/ui
BASO 0.05 0.00 – 0.10 10^3/ui
RET 0.00 – 0.10 10^3/ui
LED I 84 (L < 10, P < 20) Mm
LED Jam II 88
Koagulasi
PT 11.1 10 – 14 Detik
INR 1.07
APTT 33.2 22.0 – 30.0 Detik
KIMIA DARAH
Glukosa
GDS 99 140 mg/dl
Fungsi Ginjal
Ureum 82 10 – 40 mg/dl
Kreatinin 1.48 L(< 1.3);P(<1.1) mg/dl
Fungsi Hati
SGOT 25 < 38 U/L
SGPT 44 < 41 U/L
Kimia lain
Asam urat 11.7 P(2.4-5.7); L(3.4- mg/dl
7.0)
Elektrolit
Natrium 140 136-145 mmol/l
Kalium 5.5 3.5-5.1 mmol/l
Klorida 102 97-111 mmol/l
Penanda Jantung
CK 17.00 L(< 190);P(<167) U/L
5
Tabel 1.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien pada Tanggal 13
September 2016
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN UNIT
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
WBC 6.8 4.00 – 10.0 10^3/ui
RBC 3.86 4.00 – 6.00 10^6/uL
HGB 10.9 12.0 – 16.0 gr/dl
HCT 33.0 37.0 – 48.0 %
MCV 86 80.0 – 97.0 fL
MCH 28.4 26.5 – 33.5 Pg
MCHC 33.2 31.5 – 35.0 gr/dl
PLT 407 150 – 400 10^3/ui
PDW 11.5 10.0 – 18.0 fL
NEUT 59.1 0.00 – 99.9 %
LYMPH 27.9 0.00 – 99.9 %
MONO 7.5 0.00 – 99.9 %
EO 4.3 0.00 – 99.9 %
BASO 1.2 0.00 – 99.9 %
Koagulasi
PT 10 – 14 Detik
INR
APTT 22.0 – 30.0 Detik
KIMIA DARAH
Elektrolit
Natrium 141 136-145 mmol/l
Kalium 4.4 3.5-5.1 mmol/l
Klorida 105 97-111 mmol/l
IMUNOSEROLOGI
Penanda Hepatitis
6
HBs Ag (ICT) Non Reactive Non Reactive
Anti HCV (ICT) Non Reactive Non Reactive
1.5.Pemeriksaan Radiologi
1.5.1. Foto Manus Bilateral
Gambar 1.1 Foto Manus Dextra Posisi AP dan Obliq diambil Pada
13 September 2016 pukul 09:47:39 wita
Gambar 1.2 Foto Manus Sinistra Posisi AP dan Obliq diambil Pada
13 September 2016 pukul 09:47:39 wita
Hasil pemeriksaan :
- Alignment manus bilateral berubah
7
- Tampak sublukasi pada phalanx proximal digiti I dan digiti V
manus bilateral yang memberikan gambaran swan neck
- Mineralisasi tulang berkurang
- Tampak penyempitan celah sendi DIP, PIP manus sinistra dan
MCP manus dextra
- Jaringan lunak sekitar kesan baik
Kesan :
- Sesuai gambaran arthritis rheumatoid
- Osteoporosis
Terapi : Diet rendah purin, kompres dingin (daerah sendi kecil dan
siku), pasang infus, injeksi obat.
8
Gambar 1.4 Foto PedisSinistra Posisi AP dan Obliq diambil Pada
13 September 2016 pukul 09:50:26 wita
Hasil pemeriksaan :
- Alignment pedis bilateral berubah
- Tampak sublukasi pada phalanx proximal digiti II pedis bilateral,
danphalanx proximal digiti IV pedis sinistra yang memberi
gambaran swan neck
- Osteofit pada aspek anteroposterior os calcaneus bilateral
- Mineralisasi tulang berkurang
- Celah sendi yang tervisualisasi baik
- Jaringan lunak sekitar kesan baik
Kesan :
- Sesuai gambaran rheumatoid arthritis
- Fascitis plantaris pedis bilateral
- Osteoporosis
Terapi : Diet rendah purin, kompres dingin (daerah sendi kecil dan siku),
pasang infus, injeksi obat.
9
1.6.Diagnosis
Rheumatoid Arthritis
1.7.Penatalaksanaan
1.7.1. Terapi Farmakologi
Recolfar 0,5 mg 3x1
1.7.2. Terapi Non Farmakologi
a. Edukasi: memberikan penjelasan kepada penderita mengenai
penyakitnya serta cara mencegah agar tidak bertambah parah
b. Terapi fisik dan rehabilitasi: melatih pasien dengan olahraga
ringan seperti berenang dan naik sepeda agar persendiannya
tetap dapat dipakai, tidak melakukan aktivitas berat, serta
kompres dingin (daerah sendi kecil dan siku).
c. Penurunan berat badan dan diet: penderita disarankan untuk
menurunkan berat badan hingga mendekati berat badan ideal
dan diet rendah purin.
1.8.Resume Klinis
Seorang laki-laki, 41 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan Nyeri
dan kaku pada jari di kedua tangan, kedua kaki, dan kedua bahu. Keluhan
ini dialami sejak beberapa tahun yang lalu dan memberat dalam 3 hari
yang lalu, secara perlahan-lahan. Awalnya pasien merasa nyeri dan
bengkak pada jari di kedua tangan, seperti terutusuk-tusuk, tidak menjalar,
diperberat dengan aktivitas, tidak berkurang dengan istirahat, dan
dirasakan terus menerus. Kemudian pasien meminum obat (prednison tab
10 mg dan Na-diklofenak tab 25 mg) yang dibelinya sendiri, dan merasa
lebih baik. Pasien merasa kaku pada pagi hari, dan membutuhkan waktu
sekitar 45 menit untuk dapat menggerakkan jari-jarinya. Setelah jari
tangan, pasien merasa nyeri dan kadang kaku pada kedua bahu, pinggul,
kedua pangkal paha, dan jari-jari kaki pada beberapa tahun kemudian. Ada
riwayat trauma pada lutut kanan, dibawa ke dokter dan dilakukan
10
fisioterapi. Pasien kemudian dominan menggunakan kaki kiri. Saat ini
pasien sering merasa kedua lututnya berbunyi saat digerakkan. Pasien aktif
dan menekuni beberapa bidang olahraga sejak usia 20 tahun-an sampai
saat sebelum pasien masuk rumah sakit. Ada riwayat sering-sering nyeri
dan bengkak pada jempol kaki kanan, kemudian meminum obat yang
dibelinya sendiri (prednison tab 10 mg dan Na-diklofenak tab 25 mg), dan
merasa lebih baik. Tidak demam, tidak batuk, tidak mual dan muntah,
nafsu makan baik, buang air besar dan buang air kecil lancar kuning.
Tidak ada riwayat gangguan yang sama di keluarga. Pasien memiliki
riwayat merokok selama 30 tahun, frekuensi 1,5 bungkus/hari. Riwayat
meminum alkohol pada tahun 2007-2008. Pasien bekerja sebagai akuntan
di perusahaan swasta di kota Makassar. Pasien rutin dalam berolahraga.
Keadaan umum compos mentis, keadaan sakit sedang, keadaan gizi
obesitas 1. Pada pemerksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada kedua siku.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan WBC 16.790 sel/mm³. Pada
pemeriksaan radiologi x-ray manus dan pedis tampak gambaran swan
neck dan kesan sesuai gambaran rheumatoid arthritis. Dari anamnesis,
pemeriksaan fisis, dan laboratorium serta X-ray manus dan pedis maka
pasien ini sesuai dengan diagnosis Rheumatoid Arthritis. Selama dirawat
diberi infus RL 20 tpm, diet rendah purin, kompres dingin, dan recolfar 0,5
mg 3x1, dan paracetamol 1000 mg 3x1.
11
BAB II
DISKUSI
2.1.Pendahuluan
Arthritis atau biasa disebut rematik adalah penyakit yang menyerang
persendian dan struktur disekitarnya.Rematik merupakan salah satu
penyebab nyeri sendi, khususnya sendi-sendi kecil di daerah pergelangan
tangan dan jari-jari. Keluhan kaku, nyeri dan bengkak akibat penyakit
Keluhan kaku dan nyeri sendi pada penyakit rematik ada kalanya disertai
oleh perasaan mudah lelah. 1
2.2.Definisi
Arthritis atau biasa disebut rematik adalah penyakit yang menyerang
persendian dan struktur di sekitarnya. Rematik merupakan penyakit yang
dikarakteristikkan oleh inflamasi (kemerahan, bengkak, dan gejala-gejala
seperti nyeri) dan hilangnya fungsi salah satu atau lebih jaringan ikat
12
ataupun jaringan pendukung tubuh. Penyakit ini menyebabkan inflamasi,
kekakuan, pembengkakan, dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen,
dan tulang. Beberapa penyakit reumatik juga dapat melibatkan organ
internal1
2.3.Epidemiologi
Prevalensi dan insiden penyakit ini bervariasi antara populasi satu dengan
lainya, di Amerika Serikat dan beberapa daerah di Eropa prevalensi AR
sekitar 1% pada kaukasia dewasa; Perancis sekitar 0,3%, Inggris dan
Finlandia sekitar 0,8% dan Amerika Serikat 1,1% sedangkan di Cina
sekitar 0,28%. Jepang sekitar 1,7% dan India 0,75%. Insiden di Amerika
dan Eropa Utara mencapai 20-50/100000 dan Eropa Selatan hanya 9-
24/100000.. Di Poliklinik Reumatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta, pada tahun 2000 kasus baru Artritis Reumatoid merupakan 4,1%
dari seluruh kasus baru. Di poliklinik reumatologi RS Hasan Sadikin
2
didapatkan 9% dari seluruh kasus reumatik baru pada tahun 2000-2002.
Penyakit rematik yang paling banyak ditemukan pada golongan usia
lanjunt di lndonesia adaiah osteoarkitis (OA) i50-60)%. Yang kedua
13
2.4.Anatomi
14
Gambar 2.3 Anatomi Sendi Jari-Jari Kaki.
2.4.1. Artikulasio
Sebuah persendian, atau artikulasio, adalah tempat dimana dua atau
lebih tulang berada secara bersama-sama. Kita biasanya berpikir bahwa
persendian dapat bergerak, tetapi tidak semua kasus dapat terjadi
pergerakan. Beberapa persendian dapat bergerak, dan yang ;ainnya tidak
15
menunjukkan suatu pergerakan. Sebuah struktur pada persendian yang
secara langsung berhubungan dengan pergerakan tersebut. Artikulasio
fibrosus memiliki pergerakan yang minimal dibandingkan artikulasio yang
mengandung air dan memiliki permukaan sendi yang halus.5
Persendian biasanya diberkan nama berdasarkan tulang dan porsi
tulang yang melibatkan sendi tersebut, seperti artikulasio temporo
mandibular antara tulang temporal dan mandibula. Beberapa persendian
secara sederhana berupa nama latin, seperti kubitil (cubital, cubit, siku)
untuk sendi siku.5
Tiga jenis persendian yang diklasifikasina berdasarkan struktur
pembentuknya antara lain fibrosus, kartilagenosus, dan sinovial. Skema
klasifikasi persendian ini dikategorikan berdasarkan jenis jaringan
pengikat yang mengikat tulang secara bersama dan apakah ada atau tidak
cairan yang mengisi kapsul persendian.5
2.4.1.1. Artikulasio fibrous
Artikulasio fibrosus terdiri dari dua tulang yang dihubungan
dengan jaringan ikat fibrous, tidak memiliki ruang sendi, dan
memiliki sedikit ataupun tidak ada pergerakan. Jenis persendian ini
kemudian diklasifikasikan sebagai sutura, sindesmosis, dan
gomposis, berdasarkan struktur penyusunnya.5 (Tabel 2.1)
16
Tabel 2.1. Persendian Fibrous dan Kartilagenous
2.4.1.1.1 Sutura
Sutura adalah artikulasio fibrous antara tulang kepala. Jenis
jaringan pengikat fibrousnya adalah jaringan pengikat padat kolagen
yang reguler. (dense regular collagenous connective tissue). Tulang
merupakan struktur yang seringkali saling mengunci, yang akan
menambah stabilitas pada persendian. Pada bayi baru lahir, proses
osifikasi pada sepanjang batas tulang tulang kepala masih tidak
sempurna. Sejumlah daerah membranous yang tidak mengalami proses
osifikasi antara beberapa tulang disebut fontanela. Membran yang tidak
mengalami proses osifikasi tersebut membuat tulang kepala menjadi
fleksibel selama proses kelahiran dan mendukung pertumbihan pada
kepala setelah kelahiran. Fontanela biasanya mengalami proses osifikasi
pada usia 2 tahun.5
17
Ujung tulang dalam sutura merupakan kelanjutan dari
pertumbuhan tulang intramembranous, dan banyak sutura akan
mengalami proses osifikasi. Sebagai contoh, osifikasi pada sutura antara
os frontal terjadi secara segera setelah kelahiran sehingga kadang
membentuk satu os frontal pada tulang kepala dewasa.5
2.4.1.1.2 Sindesmosis
Sindesmosis merupakan artikulasio fibrous yang terpisahkan
sedikit lebih jauh dibandingkan sutura dan dihubungkan dengan ligamen.
Beberapa pergerakan mungkin dapat terjadi pada sindesmosis karna
fleksibilitas dari ligamen, seperti sindesmosis radioulnarr, yang mengikat
os radius dan os ulna secara bersama.5
2.4.1.1.3 Gimposis
Gimposis terdiri dari pasak yang berada pada soket yang
diikat oleh jaringan ikat fibrous. Persendian antara gigi-geligi dan alveoli
mandibula dan maksila adalah gimposis. Kumpulan jaringan ikat antara
gigi-geligi dan soketnya disebut sebagai ligamen peridontal.5
18
lain pihak, beberapa, sinkondrosis akan menetap seumur hidup. Sebagai
contoh sinkondrosis pada sendi strenum dan os kosta yang pertama
awalnya merupakan kartilago. Sedangakan kemudian akan berubah
menjadi persendian sinovial.5
2.4.1.2.2 Simfisis
Simfisis terdiri dari fibrokartilago yang menyatukan dua buah
tulang. Simfisis termasuk hubungan antara manubrium dan corpus
sternum, simfisis pubis, dan diskus intervertembralis.5
19
persendiaan seperti pada lutut dan pergelangan tangan. Meniskus
seperti diskus artikular dengan lubang pada tengahnya.5 (Gambar2.4)
20
Gambar 2.4. Struktur Artikulasio Sinovial
21
prosesus yang berbentuk silinder yang dapat berotasi dalam
lingkaran yang tersusun dari tulang dan ligamen. Sendi ini
merupakan sendi uniaksial dengan pergerakan yang terbatasi oleh
ligamen.5
2.5.Etiologi
22
2.6.Patofisiologi
Penyebab artritis rheumatoid masih belum diketahui walaupun
banyak hal mengenai patogenesisnya telah terungkap. Penyakit ini tidak
dapat ditunjukkan memiliki hubungan pasti dengan genetic. Terdapat
kaitan dengan penanda genetic seperti HLA-Dw4.
Destruksi jaringan sendi terjadi melalui dua cara. Pertama adalah
destruksi pencernaan oleg produksi protease, kolagenase, dan enzim-enzim
hidrolitik lainnya. Enzim-enzim ini memecah kartilago, ligament, tendon,
dan tulang pada sendi, serta dilepaskan bersama-sama dengan radikal
oksigen dan metabolit asam arakidonat oleh leukosit polimorfonuklear
dalam cairan synovial. Proses ini diduga adalah bagian dari respons
autoimun tehadap antigen yang diproduksi secara local.
Destruksi jaringan juga terjadi melalui kerja panus rheumatoid.
Panus merupakan jaringan granulasi vascular yang terbentuk dari
sinovium yang meradang dan kemudian meluas ke sendi. Di sepanjang
pinggir panus terjadi destruksi kolagen dan preteoglikan melalui produksi
enzim oleh sel di dalam panus tersebut.4
2.7.Diagnosis
2.7.1. Gambaran Klinik
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada seorang
dengan atritis rheumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul
sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki
gambaran klinis yang sangat bervariasi.4
23
c. Kekuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata
tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan
kekakuan sendi pada OA, yang biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit.4
d. Nodul-nodul reumatoid merupakan massa subkutan yang ditemukan
pada sekitar sepertiga orang dewasa pasien atritis reumatoid. Lokasi
tersering adalah bursa olecranon (Sendi siku) atau sepanjang permukaan
ekstensor dari lengan. Adapun nodula-nodula ini merupakan suatu
tanda penyakit yang aktif dan lebih berat.4
e. Manifestasi ektra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang
organ-organ diluar sendi. Jantung (pericarditis), paru-paru (pleuritic),
mata dan pembuluh darah dapat rusak.4
Skor
Sendi yang terkena 1 sendi besar (bahu, siku, panggul, lutut, mata 0
kaki)
2-10 sendi besar 1
1-3 sendi kecil (MCP,PIP,ibu jari, MTP, 2
pergelangan tangan)
4-10 sendi kecil 3
24
RF positif rendah atau antibodi anti-CCP positif 2
rendah (≤ 3 kali ULN)
RF positif tinggi atau antibodi anti-CCP positif 3
tinggi (> 3 kali ULN)
Reaksi akut CRP normal dan ESR normal 0
CRP abnormal dan ESR abnormal 1
Durasi gejala < 6 minggu 0
≥6 minggu 1
tangan. Hasil laboratorium negatif adalah nilai yang kurang atau sama
dengan batas atas ambang batas normal; positif rendah adalah nilai yang
lebih tinggi dari batas atas normal tapi sama atau kurang dari 3 kali nilai
tersebut; positif tinggi adalah nilai yang lebih tinggi dari 3 kali batas atas.
Jika RF hanya diketahui positif atau negatif, maka positif harus dianggap
lamanya keluhan atau tanda sinovitis (nyeri, bengkak atau nyeri pada
perabaan).6
25
Secara umum pada penyakit rheumatoid arthritis, pemeriksaan
radiologi yang digunakan adalah pemeriksaan standar radiologi yaitu foto
x-ray, pada dua posisi (antero-posterior dan obliq), Magnetic Resonance
Imaging (MRI) dan ultrasonografi.6
Gambaran umum yang bisa dilihat pada foto x-ray rheumatoid
arthritis adalah osteopeni periartikular, soft tissue swelling,subchondral
erosions, celah sendi menghilang (symmetric joint space loss) paling
sering pada pergelangan tangan dan tangan (MCPs dan PIPs) dan pada
kaki (MTPs). Pada kaki, aspek lateral dari MTP 5 paling sering terkena
pertama kali tetapi sendi MTP lainnya dapat terkena secara bersamaan.6
Erosi tulang yang khas pada rheumatoid arthritis adalah erosi
marginal. Erosi marginal yang terjadi pada sendi interphalangeal
proksimal lebih besar dibanding pada sendi interphalangeal distal.
Deformitas swan-neck merupakan hiperekstensi sendi interphalangeal
proximal dan fleksi sendi interphalangeal distal. Sinovitis pada sendi
interphalangeal proksimal, hiperekstensi tendon extrensor, deformitas pada
artikulasio metacarpophalangeal dan kolaps carpal merupakan faktor-
faktor yang dapat berkontribusi. Penyebab utama pada deformitas ini
adalah sinovitis pada pelindung tendon fleksor yang membatasi fleksi
sendi interphalangeal.6
Pada keadaan normal, terjadi mekanisme keseimbangan tendon dan
ligament dalam membatasi gerakan untuk mencegah terjadinya deformitas
jari-jari. Tetapi pada keadaan rheumatoid arthritis, keseimbangan ini
membahayakan artikulasio, ligament dan tendon. Sendi interphalangeal
proksimal disertai hiperekstensi sendi interphalangeal distal dapat
membentuk deformitas boutonnière.7
26
Gambar 2.5.Abnormalitas pada sendi interphalangeal proksimal;
perubahan dini. Perubahan gambaran radiologi termasuk soft tissue
swelling, penyempitan celah sendi (joint space arrowing) dan erosi
marginal (yang ditunjuk anak panah)2
27
Gambar 2.7.Rheumatoid arthritis. (a) foto posteroanterior kaki kanan dan foto
oblique kaki kiri menunjukkan penyempitan celah sendi dan erosi tulang pada
kedua sendi metatarsophalangeal dan beberapa sendi interphalangeal.3
28
2.7.4. Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa hasil uji laboratorium dipakai membantu menegakkan
diagnosis atritis reumatoid. Sekitar 85% pasien atritis reumatoid
mempunyai antibody dalam serumnya yang dikenal dengan reumatoid
faktor. Autoantibodi ini adalah suatu faktor anti-gama globulin,
immunoglobulin (IgM), yang bereaksi terhadap perubahan igG. Faktor
reumatoid adalah suatu indikator diagnosis yang membantu.
Laju Endap Darah (LED) eritrosit adalah suatu indeks peradangan
yang bersifat tidak spesifik. Pasien dengan atritis reumatoid nilainya dapat
tinggi (100 mm/jam atau lebih tinggi). Atritis reumatoid dapat
menyebabkan anemia normositik normokrom melalui pengaruhnya pada
sumsum tulang . Cairan synovial normal bersifat jernih, berwarna kuning
muda dengan hitung sel leukosit (WBC) kurang dari 200/mm3. Pada
Atritis reumatoid cairan synovial meningkat mencapai 15.000-20.000 /
mm3.9
2.8.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan rheumatoid artritis haruslah bersifat multifokal dan
individual. Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk mengontrol inflamasi
sendi, mencegah atau mengatasi faktor risiko, meminimalisir efek samping
serta mengedukasi pasien dalam mengatasi penyakitnya. Evaluasi pola
bekerja dan aktivitas sehari-hari membantu untuk menghilangkan segala
kegiatan yang meningkatkan tegangan berat badan pada sendi yang sakit.9
2.8.1. Terapi Non Farmakologi
a. Latihan
Rheumatoid artritis dapat mengurangi aktivitas fisik karena sakit
atau disfungsi sendi. Sebuah studi baru-baru ini telah
mengidentifikasi bahwa peningkatan latihan aerobik (intensitas
sedang sampai tinggi, 3 kali seminggu selama 30 sampai 60
menit) dan memperkuat latihan (latihan ketahanan sedang sampai
berat 2 sampai 3 kali seminggu) akan menghasilkan hasil yang
29
lebih baik bagi pasien dengan rheumatoid artritis. Namun pada
penderita usia tua, perlu adanya modifikasi tergantung faktor
risiko yang dimiliki.6,9
b. Diet
Peran diet masih kontroversial tetapi bukti terbaru menunjukkan
bahwa beberapa modifikasi diet dapat mengurangi aktivitas
penyakit. Yang menarik adalah penelitian kecil menunjukkan
bahwa diet mediterania (konsumsi banyak buah-buahan, sayuran,
sereal, kacang-kacangan, daging merah kecil, lebih banyak ikan,
minyak zaitun, asupan anggur) dapat mengurangi aktivitas
penyakit pada pasien rheumatoid artritis. 6,9
c. Edukasi
Pasien dengan rheumatoid artritis sering kali tidak mengetahui
perjalanan penyakitnya sehingga reaksinya lebih berat ketika
mengetahui penyakitnya sudah parah dibanding yang mengetahui
penyakitnya. Oleh sebab itu, edukasi diberikan untuk
meningkatkan pengetahuan pasien akan penyakitnya.6,9
30
Metotreksat
Metotreksat saat ini dianggap sebagai DMARD pilihan pertama
untuk mengobati rheumatoid arthritis dan digunakan sekitar
60% pasien. Efek samping yang sering terjadi adalah mual dan
ulkus mukosa.6,9
Hidroksiklorokuin
Hidroksiklorokuin digunakan terutama dalam malaria dan pada
penyakit rematik. Mekanisme efek anti-inflamasi obat-obat ini
pada penyakit rematik masih belum jelas. Meskipun toksisitas
okular dapat terjadi pada dosis yang lebih besar dari 6,4
mg/kg/hari, toksisitas ini jarang terjadi pada dosis yang lebih
rendah.6,9
Sulfasalazin
Sulfasalazin efektif dalam menangani rheumatoid arthritis,
terapi tunggal pada keadaan ringan dan dikombinasi dengan
metotreksat dan hidroksiklorokuin pada keadaan berat.
Sulfasalazin dapat menyebabkan mual, oleh sebab itu dosisnya
ditingkatkan secara bertahap dari 500 mg sampai 2 gram
perhari dalam 1 minggu. Komplikasi lainnya adalah ruam,
neutropeni dan gangguan fungsi hati. Oleh sebab itu disarankan
untuk melakukan pemeriksaan darah sebelum menerima
pengobatan.6,9
Leflunomid
Leflunomid menghambat limfosit dan efektif untuk rheumatoid
arthritis, baik sebagai terapi tunggal atau dikombinasi dengan
metotreksat. Leflunomid memiliki waktu paruh panjang, untuk
itu pemberian loading dose (100 mg selama 3 hari) sebelum
dosis harian (20 mg) direkomendasikan. Komplikasi yang
31
sering adalah gastrointestinal (paling sering diare), ruam,
kerontokan rambut meningkat dan gangguan fungsi hati.6,9
2.8.3. Operasi
Bagi penderita dengan RA yang mengalami gagal pengobatan
(dalam mencegah dan memperlambat kerusakan sendi), maka
operasi merupakan tindakan yang efektif. Operasi yang dapat
dilakukan antara lain arthroscopic debridement, joint debridement,
dan artroplasti. Walaupun tindakan operatif dapat menghilangkan
nyeri pada sendi RA, tetapi kadang-kadang fungsi sendi tersebut
tidak dapat diperbaiki secara adekuat, sehingga terapi fisik pre dan
pasca operatif harus dipersiapkan dengan baik.9
2.9.Diagnosis Diferensial
2.9.1. Osteoarthritis (OA)
Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif pada sendi, yang
menyebabkan terjadinya degenerasi pada seluruh komponen sendi
terutamanya pada kartilago sendi sehingga dapat menyebabkan penurunan
motilitas pada sendi yang terpengaruh. Pada osteoarthritis terjadi
perubahan-perubahan metabolisme tulang rawan sendi. Perubahan tersebut
berupa peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak makromolekul
matriks tulang rawan sendi, disertai penurunan sintesis proteoglikan dan
32
kolagen. Hal ini meyebabkan penurunan kadar proteoglikan, perubahan
sifat-sifat kolagen dan berkurangnya kadar air tulang rawan sendi.11
Pada proses degenerasi dari kartilago artikular menghasilkan suatu
substansi atau zat yang dapat menimbulkan suatu reaksi inflamasi yang
merangsang makrofag untuk menghasilkan IL-1 yang akan meningkatkan
enzim proteolitik untuk degradasi matriks ekstraseluler.12
33
Gambar 2.9.Gambaran radiologi
Osteoarthritis
34
2.9.4. Gout Arthritis
35
Gambar 2.10.Gout pada manus, dimana terlihat jaringan ikat yang
swelling dengan erosi yang terlihat jelas. Terjadi secara asimetris12
36
DAFTAR PUSTAKA
3. Suarjana, I.N. 2009. Artritis Reumatoid dalam Sudoyo, A.W., dkk: Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, hal 2495-2508. Jakarta: EGC.
4. Carter, A.M. 2015. Artritis Reumatoid dalam Price, A.S: Patofisiologi Konsep
Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2, hal 1385-1391.Jakarta:
EGC.
8. Resnick D, Kransdorf MJ. Bone and Joint Imaging. Edisi ke-5. Pennsylvania:
Elsevier; 2005: Chapter 16
37
13. Sumaryono, Wijaya LK. Struktur Sendi, Otot, Saraf, dan Endotel Vaskuler,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. V ed: Interna Publishing; 2010. 11
15. Felson DT. Clinical practice. Osteoarthritis of the knee. N Engl J Med. 2006
Feb23;354(8):841-8.
38