PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peraturan baru tentang aparatur sipil negara (ASN) yang tertuang
dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 secara implisit menghendaki bahwa ASN
dalam menjalankan profesinya harus mampu memenuhi standar manajemen
ASN, maka dalam proses Latihan Dasar, ASN perlu membuat rancangan
aktualisasi, dalam hal ini manajemen ASN yang dilaksanakan di unit
organisasi UPTD Puskesmas Ulee Kareng.
Henti jantung (cardiac arrest) dan kasus darurat yang mengancam
nyawa merupakan masalah kesehatan global yang sangat penting, dimana
penilaian awal yang cepat dan respon yang benar dan cepat dapat mencegah
kematian atau kecacatan permanen. Angka kejadian henti jantung menempati
urutan ketiga penyebab kematian di United States of America (Pratiwi, et al,
2016).
Henti jantung merupakan salah satu keadaan berhentinya fungsi
mekanis jantung secara mendadak, yang dapat reversible dengan penanganan
yang sesuai tetapi akan menyebabkan kematian apabila tidak ditangani dengan
segera (Joseph Loscalzo 2012).
Keterampilan melakukan resusitasi jantung paru (RJP) harus dimiliki
setiap orang untuk mengurangi dampak buruk atau keparahan gejala sisa
pasien henti jantung. Keterampilan dalam tindakan pertolongan awal ini
bertujuan untuk oksigenasi darurat mempertahankan fungsi jantung paru
melalui ventilasi dan sirkulasi buatan.
Keberhasilan resusitasi jantung paru tergantung pada cepatnya
penilaian awal, segera dan efektif CPR dan defibrilasi cepat mungkin
diperlukan jika itu adalah irama shockable. Kehadiran penyelamat yang
kompeten selama keadaan darurat yang mengancam jiwa meningkatkan
kemungkinan bertahan hidup dari korban. (Pratiwi, et al, 2016).
Aspek dasar pertolongan pada henti jantung mendadak adalah bantuan
hidup dasar (BHD), aktivasi sistem tanggap darurat, RJP sedini mungkin,
serta dengan defibrilasi cepat menggunakan defibrillator eksternal otomatis
atau Automatic External Defibrillator (AED). (Kleinman et al. 2015). Pada
korban henti jantung penting halnya untuk melakukan BHD di menit-menit
awal hal ini tentunya dapat meningkatkan angka pasien bertahan hidup
sebanyak 4% dan pada pasien napas spontan 40%. Menjadi hal yang sangat
penting bagi tenaga kesehatan dan masyarakat umumnya untuk mengetahui
dan paham terkait BHD, untuk dapat memberikan pertolongan pada pasien.
(Botha et al, 2012)
Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
(Permenkes No.75 Tahun 2014).
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam menyelenggarakan
fungsi Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) puskesmas mempunyai wewenang salah satunya untuk
melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan Tenaga
Kesehatan Puskesmas. Selain fungsi UKM dan UKP, Puskesmas juga dapat
berfungsi sebagai wahana pendidikan Tenaga Kesehatan yang tercantum
dalam Pasal 8. (Permenkes No.75 Tahun 2014).
Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi,
menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan
pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam
bekerja. (Permenkes No.75 Tahun 2014).
Sesuai dengan data yang saya dapatkan dari Tata Usaha bahwa
Tenaga Kesehatan di Puskesmas Ulee Kareng berjumlah …, dengan
rincian…Dari …perawat hanya 1 orang yang sudah mengikuti pelatihan
BTCLS 1 bulan yang lalu, dan ini dirasa masih kurang dan belum optimalnya
pelayanan yang diberikan ,terutama pelayanan gawat darurat di IGD.
Memahami dan terampil dalam melakukan Resusitasi Jantung Paru
(RJP) dan intubasi adalah salah satu tugas dan kompetensi yang harus
dimiliki oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang bertugas di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) UPTD Puskesmas Ulee Kareng sesuai dengan
wewenang Puskesmas yang tercantum dalam Permenkes Tentang Puskesmas
Pasal 6 dan 7. Oleh karena itu penulis mengambil judul “ Belum Optimalnya
Keterampilan Petugas IGD di Puskesmas Ulee Kareng dalam Melakukan
Bantuan Hidup Dasar (BHD).”
B. IDENTIFIKASI ISU
C. PERUMUSAN ISU
Keterangan Tabel :
A : Aktual
K : Kekhalayakan
P : Problematik
K2 : Kelayakan
Angka Pengaruh
2 Rendah/Kecil
3 Sedang/Cukup
4 Tinggi/Besar
Identifikasi Isu :
NO KONTRIBUSI PENGUATA
KETERKAITAN
TAHAPAN TERHADAP VISI N NILAI
KEGIATAN OUTPUT/HASIL SUBSTANSI MATA
KEGIATAN MISI ORGANISAS
PELATIHAN
ORGANISASI I
1 2 3 4 5 6 7
1 Konsultasi 1. 1.Mendapatkan 1. Akuntabilitas Kegiatan konsultasi
dengan atasan Menghubungi jadwal pertemuan Kepercayaan dengan atasan Pada tahap
langsung kepala yang disetujui Keseimbangan langsung kegiatan
( Kepala puskesmas oleh atasan 2. Nasionalisme mendukung Visi konsultasi
Puskesmas) untuk Sila ke-4 yakni masyarakat
dengan atasan
berkonsultasi Sila ke-3 Ulee Kareng sehat
mengenai 3. Etika Publik mandiri langsung
jadwal Sopan dilakukan
pertemuan Menghargai penerapan
perihal Komunikasi nilai pro
membahas Hormat rakyat dan
program Sinergi
inklusif
aktualisasi Profesionalisme
2.Mempersiap 2.Tersedianya 4. Komitmen antara
kan bahan dan bahan konsultasi Mutu pimpinan dan
daftar dengan atasan Berorientasi staf dalam
pertanyaan mutu mencari
untuk 5. Anti Korupsi solusi yang
konsultasi Jujur andal bagi
dengan atasan 6. Managemen persoalan
3. 3.Tersedianya ASN yang tengah
Melaksanakan hasil konsultasi Melaksanakan dikonsultasi
konsultasi dengan atasan tugasnya
terkait BHD dengan jujur,
dengan atasan 4. Terlaksananya bertanggung
4. Membuat konsultasi dengan jawab, dan
catatan hasil atasan (bukti : berintegritas
konsultasi foto) tinggi
dengan atasan 7. Whole of
5.Meminta izin 5. Mendapat izin Goverment
untuk Koordinasi
melakukan 8. Pelayanan
kegiatan Publik
Transparan
A. DESKRIPSI UMUM
1. Gambaran Umum UPTD Puskesmas Ulee Kareng
Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat kesehatan masyarakat di samping memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok puskesmas. Puskesmas Ulee Kareng berada di Kecamatan
Ulee Kareng. Terletak di Jembatan Layang GP. Pango Raya Kec. Ulee Kareng .
Wilayah kerja Puskesmas Ulee Kareng seluas 615 km2 yang meliputi dua
kemukiman, 9 desa dan 30 dusun dengan jumlah penduduk 25.170 jiwa.
Penduduk laki-laki sebanyak 12.792 jiwa dan perempuan sebanyak 12.378 jiwa
dengan total 7.604 KK
Tabel 2.1 Data Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga Wilayah Kerja
Puskesmas Ulee Kareng Kota Banda Aceh Tahun 2018
Jenis Kelamin
Jumlah Jumlah
No Nama Desa Laki- Jumlah
Dusun KK Perempuan
laki
1 Ceurih 4 1.153 2.066 1.927 3.993
2 Lamglumpang 3 870 1.525 1.490 3.015
3 IMUK 2 636 1.122 1.061 2.183
4 Doy 4 712 1.346 1.272 2.618
5 Lamteh 4 787 1.365 1.313 2.678
6 Lambhuk 4 1.567 2.654 2.545 5.199
7 Ilie 4 842 1.479 1.541 3.020
8 Pango Deah 2 459 250 265 515
9 Pango Raya 3 578 985 964 1.949
Jumlah 30 7.604 12.792 12.378 25.170
Sumber : Kantor Kecamatan Ulee Kareng, 2019
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak ada di
Desa Lambhuk dengan total penduduk 5.199 jiwa sedangkan desa dengan jumlah
penduduk paling sedikit ada di Desa Pango Deah dengan jumlah penduduk 515 jiwa.
Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Puskesmas Ulee Kareng adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.2 Fasilitas Kesehatan dan Pendidikan yang ada di Wilayah Puskesmas
Ulee Kareng
No Sarana Jumlah Keterangan
1. Pustu Lambhuk
1 Puskesmas Pembantu 2
2. Pustu Pango Raya
2 Poskesdes 1 Poskesdes Lamteh
Terdapat masing-masing 1 posyandu di
3 Posyandu 9
tiap desa
4 Klinik Bersalin 3
5 Praktek Dokter Swasta 3
6 Praktek Bidan Swasta 4
1. SDN 11 Doy
2. SDN 42 Lamteh
7 SD/MI 9 3. SDN 66 Ilie
4. SDN 14 Pango Raya
5. SDN 44 Ceurih
6. SDN 56 Lamglumpang
7. SDIT Pango Deah
8. MIN Ulee Kareng
9. MIN Lambhuk
1. SMPN 10
8 SMP/MTs 3 2. SMP IT
3. Mtsn Babun Najah
1. SMA 16
9 SMA 2
2. SMA Babun Najah
1. Pesantren Babun Najah
10 Pesantren 2
2. BTRG Ceurih
11 PAUD 13
Sumber : Kantor Kecamatan Ulee kareng, 2019
),2 orang lulusan Akademi Keperawatan Gigi ( AKG ), 1 orang lulusan Sekolah
Perawat Gigi. Lulusan Akademi Gizi ( AKZI ) 1 orang, 2 orang lulusan Sekolah
orang lulusan Akademi Perekam Medis Kesehatan (APIKES), 1 orang lulusan SMA
VISI
Masyarakat Ulee Kareng Sehat Mandiri
MISI
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayahnya.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan jangkauan pelayanan
kesehatan.
MOTTO
“ MASYARAKAT SEHAT ,KAMI BAHAGIA “
Pro Rakyat
Inklusif
Responsif
Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang
telah ditetapkan dan bersifat efisien.
Bersih
Fungsi Puskesmas
Adapun fungsi-fungsi puskesmas, adalah sebagai berikut :
5.Struktur Organisasi
Struktur organisasi Puskesmas Ulee Kareng terdiri dari: Unsur Pimpinan
(Kepala Puskesmas), Unsur Pembantu Pimpinan (Tata Usaha), Unsur Pelaksana yang
terdiri dari 7 unit kegiatan yang melaksanakan 9 kegiatan pokok puskesmas.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
Situasi ketenagaan di Puskesmas Ulee Kareng setiap tahun selalu berubah
karena adanya pegawai yang masuk dan yang pindah. Jumlah tenaga kerja di
Puskesmas Ulee Kareng adalah sebanyak 52 orang dengan rincian status
kepegawaian sebagai berikut:
Tabel 2.3 Status Kepegawaian yang ada di Wilayah Puskesmas Ulee Kareng
Total 52
Sumber : Puskesmas Ulee Kareng, 2019
B. DESKRIPSI KHUSUS
1. Program dan Kegiatan Puskesmas
2.Role Model
BAB III
REALISASI AKTUALISASI
3.1 Aktualisasi
Kegiatan yang telah dirancang oleh penulis dalam table di atas dilaksanakan
di Puskesmas Ulee Kareng selama kegiatan Pelatihan Dasar memasuki tahap off
campus yaitu pada September sampai 7 Oktober 2019. Jadwal pelaksanaan aktualisasi
dapat dilihat pada table berikut:
3.1.1.1 Kegiatan 1
a. Kegiatan Nomor 1
b. Nama Kegiatan Melakukan konsultasi dengan atasan langsung (Kepala
Puskesmas)
c. Tahapan Kegiatan 1. Menghubungi kepala puskesmas untuk berkonsultasi
mengenai jadwal pertemuan perihal membahas program
aktualisasi
2. Mempersiapkan bahan dan daftar pertanyaan untuk
konsultasi dengan atasan
3. Melaksanakan konsultasi terkait BHD dengan atasan
4. Membuat catatan hasil konsultasi dengan atasan
5. Meminta izin untuk melakukan kegiatan
3.1.1.2 Kegiatan 2
a. Kegiatan Nomor 2
b. Nama Kegiatan Koordinasi dengan Kepala Bagian Mutu sebagai penanggung
jawab mutu
3.1.1.4 Kegiatan 4
a. Kegiatan Nomor 4
b. Nama Kegiatan Menyusun upaya peningkatan keterampilan BHD
c. Tahapan Kegiatan 1. Mempersiapkan bahan/alat peraga
2. Mempersiapkan soal pretest dan post test
3. Mempersiapkan bahan presentasi
4. Mempersiapkan leaflet tentang BHD
5. Menghadap mentor untuk berdiskusi dengan materi yang
telah disusun apakah sesuai, jelas dan tepat sasaran dengan
hal yang ingin kita tuju
3.1.1.5 Kegiatan 5
a. Kegiatan Nomor 5
b. Nama Kegiatan Sosialisasi BHD di Ruang IGD / Ruang Aula Puskesmas
c. Tahapan Kegiatan 1.Memberikan soal pretest pada peserta sosialisasi
2.Memberikan presentasi tentang BHD pada peserta
sosialisasi
3.Membagi leaflet tentang BHD untuk peserta sosialisasi
3.1.1.6 Kegiatan 6
a. Kegiatan Nomor 6
b. Nama Kegiatan Mendemonstrasikan Keterampilan BHD
c. Tahapan Kegiatan 1.Praktek BHD menggunakan alat peraga
2.Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
mempraktekkannya
3.Diskusi dan tanya jawab
4.Memberikan soal posttest pada peserta
3.1.1.7 Kegiatan 7
a. Kegiatan Nomor 7
b. Nama Kegiatan Melakukan Evaluasi Akhir
c. Tahapan Kegiatan 1.Menilai dan membandingkan hasil pretest dan posttest
2.Membuat laporan kegiatan
Laporan tertulis
Bahan Konsultasi dengan Atasan sebagai Mentor
1. Kapan sosialisasi dan demonstrasi tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) dapat
dilakukan?
2. Di ruangan apakah sosialisasi dan demonstrasi tentang BHD dapat
dilakukan?
3. Ketika presentasi menggunakan slideshow, dimanakah kita bisa mendapatkan
proyektor? Bisakah meminjam dari Puskesmas?
4. Ketika melakukan demonstrasi kita memerlukan alat peraga, dimanakah kita
bisa mendapatkan alat peraga?
5. Berapa jumlah petugas IGD/ paramedis yang bertugas di IGD?
6. Untuk soal pre-test dan post-test, berapa soal yang harus dibuat?
7. Ketika membuat laporan akhir, hal-hal apa saja yang harus kita laporkan?
Bahan Masukan/Saran dari Penanggung Jawab Mutu :
1. Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau dalam bahasa Inggris disebut Basic Life
Support (BLS) merupakan pengertian dari :
a. Pertolongan pertama yang dilakukan pada seseorang yang mengalami
henti jantung.
b. Tindakan yang dilakukan pada seseorang yang mengalami patah tulang.
c. Tindakan yang dilakukan pada seseorang yang mengalami nyeri.
2. Bantuan Hidup Dasar (BHD) dapat dilakukan oleh :
a. Kalangan medis seperti dokter dan perawat saja.
b. Siapa saja baik dari bidang medis maupun masyarakat yang mampu
melakukannya.
c. Masyarakat saja.
3. Seseorang diberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD) apabila :
a. Henti jantung dan atau henti nafas.
b. Luka
c. Patah tulang
4. Tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) terdiri dari :
a. Pembebasan jalan nafas dan memberi bantuan nafas.
b. Pembebasan jalan nafas dan sirkulasi.
c. Pembebasan jalan nafas, memberikan bantuan nafas, dan pijat jantung.
5. Dalam Bantuan Hidup Dasar (BHD) dikenal istilah CAB yang merupakan
singkatan dari :
a. Calie, Airway, and Breathing.
b. Circulation, Airway, and Breathing.
c. Circulation, Airway, and Blood.
6. Saat menemukan korban yang tidak sadar, hal yang pertama kali kita lakukan
adalah :
a. Cek kesadaran dengan menepuk pundak korban sambil memanggil
“Pak!Pak!” atau “Ibu!Ibu!”
b. Membebaskan jalan nafas
c. Memberi nafas buatan
7. Apabila korban tidak sadar yang perlu dilakukan selanjutnya adalah :
a. Memberikan jalan nafas
b. Cek nadi korban
c. Meminta bantuan atau hubungi nomor darurat (ambulance atau RS
terdekat)
8. Lokasi yang tepat untuk melakukan pijat jantung adalah :
a. Di tengah perut
b. Di tengah tulang dada
c. Di antara perut dan dada
9. Tindakan pijat jantung dilakukan pada :
a. Alas yang keras dan datar
b. Alas yang keras dan tidak datar
c. Alas yang lunak dan datar
10. Pijat jantung dan pemberian nafas buatan dilakukan dengan perbandingan :
a. 30:2 (30 kali pijat jantung : 2 kali nafas buatan)
b. 30:1 (30 kali pijat jantung : 1 kali nafas buatan)
c. 15:2 (15 kali pijat jantung : 2 kali nafas buatan)
11. Pijat jantung dilakukan dengan frekuensi/kecepatan :
a. 50x permenit
b. 80x permenit
c. 100x permenit
12. Dalam pelaksanaan pijat jantung minimal kedalaman pijat jantung adalah :
a. 3 cm
b. 5 cm
c. 7 cm
13. Pembebasan jalan nafas dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a. Menekan dahi ke belakang, mengangkat dagu, dan mendorong rahang
atas.
b. Mengangkat dagu dan mendorong rahang
c. Mengangkat dagu saja
14. Menilai pernafasan dapat dilakukan dengan cara :
a. Melihat gerakan dada, mendengar suara nafas, dan merasakan hembusan
nafas.
b. Melihat gerakan dada saja
c. Mendengar suara nafas saja
15. Bantuan pernafasan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Mulut ke mulut saja
b. Mulut ke hidung saja
c. Dari mulut ke mulut dan mulut ke hidung.
16. Pemeriksaan nadi dilakukan setiap … siklus pijat jantung dan pemberian
nafas buatan.
a. 3 siklus
b. 2 siklus
c. 5 siklus
17. Setelah melakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan korban telah
sadar, yang kita lakukan pada korban adalah posisi pemulihan dengan cara :
a. Dengan membantu korban duduk
b. Membantu korban berdiri
c. Membantu korban tidur dengan posisi miring
18. Tindakan pijat jantung dapat dihentikan apabila :
a. Penolong dalam keadaan letih atau bantuan medis telah datang atau
korban kembali pulih.
b. Penolong tidak mau lagi melakukan pijat jantung.
c. Penolong merasa tidak berhak melakukan pijat jantung.
SOAL PRE TEST
PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) KEPADA
PETUGAS IGD PUSKESMAS ULEE KARENG
SEPTEMBER 2019
A. Data Demografis
Isilah data di bawah ini pada tempat yang telah tersedia.
1. Inisial : ………………………………
2. Usia : ……… tahun
3. Pendidikan Terakhir : ……………………………..
4. Masa Kerja di Puskesmas Ulee Kareng : ……………………………..
No Pernyataan B S
1. BHD hanya dapat dilakukan oleh tim medis seperti
dokter dan perawat.
2. BHD diberikan kepada korban dalam situasi henti nafas
dan henti jantung.
3. Menepuk atau mengguncang bahu dan memanggil-
manggil nama korban yang tidak sadar bukan
merupakan cara untuk mengetahui respon korban.
4. Korban harus dibaringkan telentang pada permukaan
yang keras dan datar agar resusitasi jantung paru efektif.
5. Rasio resusitasi jantung paru pada orang dewasa adalah
15 kali kompresi dada diikuti 2 kali bantuan nafas.
6. Letak tangan ketika melakukan kompresi jantung adalah
di dada bagian kanan.
7. Kecepatan kompresi dada pada korban henti jantung
orang dewasa adalah minimal 80 kali permenit.
8. Kedalaman kompresi dada pada orang dewasa adalah
minimal 5 cm.
9. Penolong tidak boleh berhenti melakukan resusitasi
jantung paru jika pernapasan atau detak jantung korban
belum muncul kembali.
10. Setelah korban menunjukkan tanda-tanda perbaikan
ataupun kesadaran, maka tidak ada lagi hal yang perlu
dilakukan oleh penolong.
SOAL POST TEST
PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) KEPADA
PETUGAS IGD PUSKESMAS ULEE KARENG
SEPTEMBER 2019
C. Data Demografis
Isilah data di bawah ini pada tempat yang telah tersedia.
5. Inisial : ………………………………
6. Usia : ……… tahun
7. Pendidikan Terakhir : ……………………………..
8. Masa Kerja di Puskesmas Ulee Kareng : ……………………………..
No Pernyataan B S
1. BHD hanya dapat dilakukan oleh tim medis seperti
dokter dan perawat.
2. BHD diberikan kepada korban dalam situasi henti nafas
dan henti jantung.
3. Menepuk atau mengguncang bahu dan memanggil-
manggil nama korban yang tidak sadar bukan
merupakan cara untuk mengetahui respon korban.
4. Korban harus dibaringkan telentang pada permukaan
yang keras dan datar agar resusitasi jantung paru efektif.
5. Rasio resusitasi jantung paru pada orang dewasa adalah
15 kali kompresi dada diikuti 2 kali bantuan nafas.
6. Letak tangan ketika melakukan kompresi jantung adalah
di dada bagian kanan.
7. Kecepatan kompresi dada pada korban henti jantung
orang dewasa adalah minimal 80 kali permenit.
8. Kedalaman kompresi dada pada orang dewasa adalah
minimal 5 cm.
9. Penolong tidak boleh berhenti melakukan resusitasi
jantung paru jika pernapasan atau detak jantung korban
belum muncul kembali.
10. Setelah korban menunjukkan tanda-tanda perbaikan
ataupun kesadaran, maka tidak ada lagi hal yang perlu
dilakukan oleh penolong.